BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian keanekaragaman lamun (Seagrass) yang dilakukan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bahasa Gorontalo yaitu Atiolo yang diartikan dalam bahasa Indonesia yakni

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Berikut ini letak batas dari Desa Ponelo: : Pulau Saronde, Mohinggito, dan Pulau Lampu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai perairan laut yang lebih luas dari pada daratan, oleh

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL PEMBAHASAN. Sta Latitude Longitude Spesies Keterangan

BAB VI HASIL RANCANGAN. Objek rancangan adalah Pusat Peragaan dan Pengkajian Ilmu Pengetahuan

Kerapatan dan Keanekaragaman Jenis Lamun di Desa Ponelo, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2012 TENTANG REHABILITASI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

2.2. Struktur Komunitas

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN (Seagrass) DI PERAIRAN PANTAI KAMPUNG ISENEBUAI DAN YARIARI DISTRIK RUMBERPON KABUPATEN TELUK WONDAMA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sebagai tanaman pagar, tanaman obat, penghasil minyak untuk pengganti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (2)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil pengamatan parameter fisik dan kimia di keempat lokasi

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang. seluruh siklus hidupnya terendam di dalam air dan mampu beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA. 1. BAKOSURTANAL, Pusat Survei Sumber Daya Alam Laut Buku Tahunan. Bogor.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS CAHAYA DENGAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN TELUK AMBON DALAM

KOMPARASI STRUKTUR KOMUNITAS LAMUN DI BANTAYAN KOTA DUMAGUETE FILIPINA DAN DI TANJUNG MERAH KOTA BITUNG INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 200 TAHUN 2004 TENTANG KRITERIA BAKU KERUSAKAN DAN PEDOMAN PENENTUAN STATUS PADANG LAMUN

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang sangat tinggi. Nybakken (1988), menyatakan bahwa kawasan

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

BAB V PEMBAHASAN. hari dengan batas 1 minggu yang dimulai dari tanggal Juli 2014 dan

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati membuat laut Indonesia dijuluki Marine Mega-

ADI FEBRIADI. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOMPOSISI JENIS, KERAPATAN, KEANEKARAGAMAN, DAN POLA SEBARAN LAMUN (SEAGRASS) DI PERAIRAN TELUK TOMINI KELURAHAN LEATO SELATAN KOTA GORONTALO SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

Struktur Vegetasi Lamun di Perairan Pulau Saronde, Kecamatan Ponelo Kepulauan, Kabupaten Gorontalo Utara

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

KONDISI PADANG LAMUN PULAU SERANGAN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/286337/PN/11826

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan kerapatan populasi edelweis (A. javanica) di Gunung

Bab II Tinjauan Pustaka

Biomass Of Sea grass At Selat Mie Village Coastal Water, Moro District, Karimun Regency, Riau Archipelago ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

PENYUSUN Marindah Yulia Iswari, Udhi Eko Hernawan, Nurul D. M. Sjafrie, Indarto H. Supriyadi, Suyarso, Kasih Anggraini, Rahmat

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan

Keanekaragaman Lamun di Perairan Sekitar Pulau Dudepo Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrasses) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae), yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN BIOFISIK LAHAN HUTAN MANGROVE DI KABUPATEN ACEH TIMUR ISWAHYUDI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang. berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Komunitas vegetasi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Biologi Klasifikasi Morfologi

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

Kondisi Lingkungan (Faktor Fisika-Kimia) Sungai Lama Tuha Kecamatan Kuala Batee Kabupaten Aceh Barat Daya

Struktur Vegetasi Mangrove di Desa Ponelo Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Telaga Bromo terletak di perbatasan antara desa Kepek kecamatan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padang Lamun 2.2. Faktor Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Lovejoy (1980). Pada awalnya istilah ini digunakan untuk menyebutkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

II. Tinjuan Pustaka. A. Bulu Babi Tripneustes gratilla. 1. Klasifikasi dan ciri-ciri

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Mangrove

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian. Dari hasil penelitian keanekaragaman lamun (Seagrass) yang dilakukan di pantai Paciran Lamongan diperoleh tiga spesimen tanaman lamun : 4.1.1 Spesimen 1. Cymodocea A: Hasil penelitian B: literatur Gambar 4.1. Cymodocea Cymodocea (Den Hartog, 1970) Klasifikasi : Kingdom : Plantae Phylum : Magnoliophyta Classs : Liliopsida Order : Potamogetonales Family : Cymodoceaceae Genus : Cymodocea Dari hasi penelitian diperoleh spesimen Cymodocea yang memiliki ciri daun seperti pita dan berwarna hijau, memiliki daun dengan lebar rata-rata 0,5 cm dan rata-rata panjang 20 cm. Cymodocea merupakan kelas dari Angiospermae. Tumbuhan ini terdirii atas beberapa helai daun dalam tiap bonggolnya di dalam leaf sheat. Daunnya berwarna hijau, sempit dan tipis, tetapi lebih tipis daripada 32

33 Enhalus. Lebar daun kurang lebih 4 mm. Ujung daunnya halus (licin). Pada rhizomnya terdapat ruas-ruas yang agak jarang, dengan akar yang tidak banyak pada setiap ruasnya (Romimohtarto, 2009). 4.1.2 Spesimen 2. Enhalus A: Hasil penelitian B: literatur Gambar. 4.2. Enhalus Enhalus (Den Hartog, 1970) Klasifikasi : Kingdom : Plantae Phylum : Magnoliophyta Classs : Liliop Order : Hydrocharitales Family : Hydrocharitaceae Genus : Enhalus Dari hasil penelitian diperoleh spesimen Enhalus memiliki ciri daun dengan panjang rata-rata 28 cm, lebar rata-rata 2 cm, dan berwarna hijau pekat. Enhalus adalah perdu bawah air yang mempunyai akar kuat dan diselimuti oleh benang-benang hitam yang kaku. Daun-daunnya tedapat dalam pasangan dua atau tiga dalam pelepah bonggol (basal sheath). Tumbuh-tumbuhan ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasut purnama pada dasar pasir lumpuran. Mereka tumbuh subur di tempat yang terlindung di pinggir bawah dari mintakat pasut dan

34 di batas atas mintakat bawah-litoral. Bunga jantan putih dan sangat kecil, sedangkan bunga betina soliter dan lebih besar (Romimohtarto, 2009) Enhalus merupakan kelas dari Angiospermae. Struktur tanaman ini terdiri dari daun-daun yang panjang dan pipih kaku seperti kulit (leathary linear) atau seperti ikat pinggangg yang kasar (coarse strap shape), berwarna hijau dalam pelepah bonggol (leaf sheat). Batangnya mempunyai serabut-serabut hitam yang kaku. Tumbuhan perdu bawah air ini memiliki akar yang kuat yang tumbuh mendatar di dalam substrat yang berupa pasir atau lumpur yang halus. Tumbuhan ini terdapat di bawah air surut rata-rata pada pasut purnama pada dasar pasir lumpuran (Romimohtarto, 2009). 4.1.3 Spesimen 3. Thalassia A: Hasil penelitian B: literatur Gambar. 4.3 Thalassia Thalassia (Den Hartog, 1970) Klasifikasi : Kingdom : Plantae Phylum: Magnoliophyta Classs : Liliopsida Order : Hydrocharitales Family : Hydrocharitaceae Genus :Thalassia

35 Dari hasil penelitian ini diperoleh spesimen Thalassia dengan ciri daun panjang rata-rata 10 cm, lebar rata-rata 1 cm, akar rimpang pendek dan berbuku - buku. Daun berbentuk pita, tepi rata dan ujung tumpul. Menurut Romimohtarto (2009) Thalassia merupakan species yang paling melimpah dan distribusinya paling luas mendominasi pada komunitas campuran. Disebut Lamun dugong karena banyak disukai oleh dugong. Tumbuh pada berbagai substrat yang bervariasi seperti pasir kasar, pasir kasar berbatu dan pecahan karang. 4.2 Keanekaragaman (H ), dan Dominansi (C). Selama penelitian tercatat tiga genus lamun yang teridentifikasi pada lokasi penelitian yaitu : Cymodocea, Thalassia, Enhalus. Keanekaragaman lamun sangat rendah terutama di stasiun 2 ( satu genus lamun), stasiun 1 ( dua genus lamun), dan diikuti oleh stasiun 3 dan 4 (masing-masing tiga genus lamun). Berdasarkan hasil analisis indeks keanekaragaman pada tabel. 4.2, dapat diketahui bahwa indeks keanekaragaman di pantai Paciran Lamongan berkisar antara 0-0,90. Keanekaragaman lamun tertinggi terdapat pada stasiun 3 dan 4, sedangkan yang terendah berada pada stasiun 2. Keanekaragaman lamun (seagrass) di pantai Paciran Lamongan termasuk sedang karena dominansi antar genus merata. Leksono (2007) menyatakan bahwa Indeks Keanekaragaman digunakan untuk melihat tingkat stabilitas suatu komunitas atau menunjukkan kondisi struktus komunitas dari keanekaragaman jumlah jenis organisme yang terdapat dalam suatu area. Keanekaragaman (H ) menggambarkan jumlah total

36 proporsi suatu spesies relatif terhadap jumlah total individu yang ada. Semakin banyak jumlah spesies dengan proporsi yang seimbang menunjukkan keanekaragaman yang semakin tinggi. Tabel 4.2. Nilai indek keanekaragaman (H ), dan dominansi (C) lamun pada setiap stasiun. Lokasi Indeks Kanekaragaman (H ) Dominansi (C) Stasiun 1 0,57 0,61 Stasiun 2 0 1 Stasiun 3 0,89 0,46 Stasiun 4 0,90 0,45 Kumulatif 0,77 0,54 Berdasarkan tabel 4.2, nilai indeks keanekaragaman (H ) diperairan pantai Paciran Lamongan yang rendah berada di stasiun 2 dikarenakan pada stasiun ini adanya aktivitas manusia, seperti memancing, mencari ikan, mencari kerang dan cacing, aktivitas aktivitas tersebut menyebabakan tekanan terhadap ekosistem lamun yang ada di stasiun ini. Kiswara (1994) menyatakan faktor utama yang mempengaruhi jumlah organisme, keanekaragaman jenis dan dominansi antara lain adanya perusakan habitat alami seperti pengkonversian lahan mangrove menjadi tambak atau peruntukan lainnya, pencemaran kimia dan organik, serta perubahan iklim. Sedangkan keanekaragaman (H ) yang tinggi berada pada stasiun 3 dan 4, tingginya nilai indeks keanekaragaman di stasiun ini dikarenakan tidak adanya aktivitas manusia dan didukung oleh faktor abiotik yang cocok untuk kehidupan lamun. Menurut Indriyanto (2007) kemampuan tumbuhan untuk hidup dan bereproduksi tergantung kepada faktor biotik dan banyak faktor abiotik, dan salah satu diantara faktor tersebut merupakan faktor pembatas yang sangat penting.

( 37 Indeks keanekaragaman yang tinggi menunjukkan lokasi tersebut sangat cocok dengan pertumbuhan lamun dan indeks keanekaragaman yang rendah menunjukkan lokasi tersebut kurang cocok bagi pertumbuhan lamun (Odum, 1971). Tumbuhan yang subur menunjukkan bahwa tanah sebagai tempat tumbuh tumbuhan tersebut tercukupi kandungan nutrisinya, karena suatu organisme akan ada pada suatu area yang faktor-faktor ekologinya tersedia dan sesuai bagi kehidupannya. Allah berfirman dalam surat Al-a raf :58: ß Îh ÇçΡ y7ï9 x Ÿ2 4 #Y Å3tΡ āωî) ßlãøƒs Ÿω y]ç7yz Ï%!$#uρ ϵÎn/u ÈβøŒÎ*Î/ çµè?$t6tρ ßlãøƒs Ü=Íh Ü9$# à$s#t7ø9$#uρ tβρáä3ô±o 5Θöθs)Ï9 ÏM tƒfψ$# Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur. Dominansi merupakan besaran yang menyatakan yang di tumbuhi oleh satu jenis tanaman. Dari tabel 4.2 di atas nilai dominansi tanaman lamun di pantai Paciran Lamngan pada masing-masing stasiun berkisar 0,45-1%. Dimana pada stasiun 1 nilai dominansinya sebesar 0,61% dengan tanaman yang mendominansi adalah Thalassia, pada stasiun 2 nilai dominansi sebesar 1%, tanaman yang mendominansi adalah Thalassia, pada stasiun 3 nilai dominansi sebesar 0,46% dan tanaman yang mendominasi adalah Thalassia dan Enhalus. Sedangkan pada stasiun 4 nilai dominansi sebesar 0,45% dan tanaman yang mendominasi adalah Thalassia dan Enhalus.

38 Berdasarkan indek simpson (Soegoato, 1994), nilai indek dominansi di pantai Paciran Lamongan nilai dominansi terendah terdapat pada stasiun 3 dan 4 nilainya mendekati 0 sehingga dominansinya rendah, sedangkan pada stasiun 2 nilai dominansinya 1 maka dominansinya tinggi. 4.2.1 Kerapatan Jenis Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata kerapatan jenis lamun tertinggi ditemukan pada stasiun 4, dan yang terendah ditemukan pada stasiun 2 (Tabel 4.3). Tabel 4.3.Kerapatan Jenis Lamun (tegakan/m2) yang ditemukan pada Setiap Stasiun Penelitian Di Pantai Paciran Lamongan. Genus stasiun 1 2 3 4 Thalassia 5,4 4,8 5,5 5,85 Enhalus 1,95 0,00 2,7 2,95 Cymodocea 0,00 0,00 0,9 1 Rata-rata 0,73 0,48 0,91 0,98 Tingginya kerapatan genus lamun pada stasiun 4. sangat terkait dengan banyaknya jumlah genus yang ditemukan. Selain itu tingginya kerapatan dan jumlah genus lamun pada stasiun ini kemungkinan sangat terkait dengan karakteristik habitat seperti kecerahan dan jenis substrat yang sangat mendukung untuk pertumbuhan dan keberadaan lamun. Hasil dari pengamatan menunjukkan bahwa pada stasiun 4 memiliki karakter habitat yaitu terdapatnya substrat dengan kandungan pasir halus. Menurut Tomascik dkk., (1977) dalam Bakri (2009) pada sedimen yang halus persentase bahan organik lebih tinggi dari pada sedimen kasar. Tingginya kandungan bahan organik dalam substrat sangat menunjang

39 proses pertumbuhan dari lamun. Selain itu stasiun ini memiliki kecerahan yang tinggi dan hal ini sangat mendukung keberadaan dari lamun karena sangat terkait dengan penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun dalam proses fotosintesis. Sementara variabel lingkungan lainnya seperti suhu, salinitas, dan kecerahan pada stasiun ini masih berada pada kisaran yang sesuai untuk keberadaan lamun. 4.2.2 Presentase Penutupan Hasil pengamatan dan pengolahan data persentase penutupan rata-rata jenis lamun menunjukkan penutupan tertinggi terdapat pada stasiun 4 dengan Thalassia mendominasi nilai persentase penutupan tertinggi pada tiap tiap stasiun. (Tabel 4.4). Tabel 4.4. Penutupan Lamun Pada Stasiun Penelitian Genus stasiun 1 2 3 4 Thalassia 0,26 0,23 0,29 0,31 Enhalus 0,13 0 0.14 0,20 Cymodocea 0 0 0,07 0,08 Rata-rata 0,04 0,03 0,05 0,06 Perhitungan untuk mendapatkan nilai persentase penutupan total lamun untuk suatu stasiun dilakukan dengan menjumlahkan nilai-nilai persentase penutupan genus untuk masing-masing lamun pada setiap stasiun. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pendekatan untuk menduga seberapa besar penutupan untuk seluruh genus pada stasiun tertentu. Tingginya persen penutupan tidak selamanya linear dengan tingginya jumlah jenis maupun tingginya kerapatan jenis karena pada penutupan yang dilihat adalah lebar helaian daun sedangkan pada kerapatan jenis yang dilihat

40 adalah jumlah tegakan lamun. Lebar helain daun sangat berpengaruh pada penutupan substrat, makin lebar helaian daun dari jenis lamun tertentu maka kemampuan untuk menutupi substrat semakin besar. Stasiun 4 memang didominasi oleh beberapa genus lamun, salah satunya dengan ukuran helain daun yang cukup lebar yaitu genus Thalassia dan Enhalus. Selain itu pula pada stasiun ini ditemukan jumlah tegakan genus Thalassia dan Enhalus dalam jumlah yang lebih banyak atau persentase penutupan kedua jenis ini lebih tinggi dari pada stasiun lainya. Pada Stasiun 2 hanya ditemukan genus lamun Thalassia dengan helaian daun yang relatif kecil, dan jumlah tegakannya sedikit sehingga pada stasiun ini memiliki persen penutupan yang rendah. 4.2.3 Indeks Nilai Penting. Setelah nilai frekuensi relatif, penutupan relatif dan kerapatan relatif dihitung dan ditentukan, hal selanjutnya adalah menghitung Indeks Nilai Penting jenis lamun dengan cara menjumlahkan nilai dari ketiga data di atas. Jadi Indeks Nilai Penting sangat dintentukan oleh nilai frekuensi relatif, penutupan relatif dan kerapatan relatif. Indeks nilai penting suatu jenis berkisar antara 0 300. Nilai tersebut memberikan suatu gambaran mengenai pengaruh atau peranan suatu jenis dalam komunitas. Semakin tinggi nilainya maka peranan di dalam komunitas semakin besar.

41 250 200 150 100 50 0 stasiun 1 Thalassia Enhalus Cymodocea 400 300 200 100 0 Thalassia stasiun 2 Enhalus Cymodocea 200 stasiun 3 200 stasiun 4 150 150 100 100 50 50 0 Thalassia Enhalus Cymodocea 0 Thalassia Enhalus Cymodocea Gambar 4.4 Nilai INP jenis lamun pada masing masing stasiun Hasil perhitungan Indeks Nilai Penting genus lamun di seluruh stasiun menunjukkan (Gambar. 4.4) bahwa genus Thalassia mendominasi seluruh stasiun dengan masing- masing nilai INP terbesar dibandingkan dengann 2 genus lamun lainnya. Hal ini tentunya membuat genus Thalassia mempunyai peranan paling besar dalam ekosistem padang lamun di seluruh stasiun. Secara umumm Indeks Nilai Penting terkecil didapatkan pada genus Cymodocea. Hal ini disebabkan karena genus ini tumbuh secara tidak merata dengan kerapatan relatif rendah dan penutupan relatif yang rendah pula. Ini menunjukkan peranann dari genus tersebut relatif kecil terhadap komunitas lamun secara keseluruhan di pantai Paciran Lamongan.

42 4.3 Penyebaran Lamun Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya sebaran lamun di setiap stasiun memiliki pola sebaran yang berkelompok (clumpet). Pada masing-masing stasiun sebaran lamun didominasi oleh genus Thalassia, hal ini dikarenakan genus ini mampu tumbuh di berbagai macan tipe substrat dan lingkungan yang kurang stabil. Menurut Hutomo (2009) Thalassia adalah jenis lamun yang paling dominan dan luas sebaranya, jenis ini ditemukan hampir diseluruh perairan Indonsia, sering kali mendominasi vegetasi campuran dengan sebaran vertikal dapat mencapai 25 m, serta dapat tumbuh dengan berbagai macam tipe substrat mulai dari pasir lumpur, pasir berukuran sedang dan kasar sampai pecahanpecahan karang. Jenis ini membentuk vegetasi monospesifik. Berdasarkan hasil perhitungan pola sebaran didapatkan pola sebaran individu secara berkelompok (clumpet). Hal ini disebabkan kondisi lingkungan dan cuaca yang kurang stabil. Penyebaran organisme secara brkemompok terjadi karena adanya pengumpulan strategi dalam menanggapi perubahan cuaca dan musim, serta perubahan habitat dan proses reproduksi(odum, 1971).

43 4.4 Faktor Faktor Fisika dan Kimia. Faktor kimia dan fisika yang diukur dalam penelitian adalah suhu, kecerahan, substrat, dan salinitas air lau. Hasil pengukuran faktor fisika dan kimia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.3. Hasil Pengukuran faktor fisika dan kimia Lokasi Suhu ( 0 C) Kecerahan Salinitas Substrat (m) (% 0 ) Stasiun 1 32 1,5 39 Pasir lumpur Stasiun 2 31 1 42 Lumpur pasiran Stasiun 3 30 1,5 37 Puing karang mati Stasiun 4 30 1,5 37 Pasir halus 1. Suhu Suhu air merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas lamun. Berdasarkan hasil pengukuran suhu pada semua lokasi diperoleh kisaran nilai antara 30-32 0 C. Dari nilai tersebut terlihat bahwa suhu perairan di stasiun 1 dan 2 kurang stabil karena melebihi suhu optimal untuk pertumbuhan lamun, sedangkan pada stasiun 3 dan 4 relatif stabil karena masih dalam kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan lamun. Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28 30 0 C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut (Nybakken, 1986).

44 2. Kecerahan Hasil pengukuran kecerahan dari ke 4 stasiun pengamatan di perairan pantai Paciran Lamongan diperoleh rata-rata sebesar 1,5 meter. Kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun 1, 3 dan 4. Sedangkang kecerahan terendah terdapat pada stasiun 2. Stasiun 2 kecerahannya lebih rendah karena meliliki substrat yang berlumpur dan terjadi berbagai macam aktivitas manusia yang mngakibatkan air menjadi keruh. Kekeruhan adalah suatu ukuran biasan cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan suspensi dari suatu polutan yang terkandung dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh adanya partikel-partikel kecil dan koloid berukuran 10µm sampai 10µ seperti kwarts, tanah liat, sisa tanaman dan sebagainya. Kekeruhan air juga disebabkan oleh adanya padatan tarsuspensi seperti lumpur, zat organik, plankton dan organisme kecil lainnya (Effendi, 2003). Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk melaksanakan proses fotosintesis. Hal ini terbukti dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa distribusi padang lamun hanya terbatas pada daerah yang tidak terlalu dalam. Namun demikian, pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa sebaran komunitas lamun di dunia masih ditemukan hingga kedalaman 90 meter, asalkan pada kedalaman ini masih dapat ditembus cahaya matahari (Dahuri, 2003). 3. Salinitas Nilai salinitas diperairan pantai paciran berkisar antara 37-42 0 / 00. Nilai ini termasuk kisaran yang kurang cocok untuk pertumbuhan lamun. Pertumbuhan lamun membutuhkan salinitas optimum berkisar antara 25-35. Kisaran

3 45 salinitas yang dapat ditolerir tumbuhan lamun adalah 10 40. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Pada umumnya salinitas di perairan selalu mengalami perubahan karena dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : pola sirkulasi air, penguapan, curah hujan dan suplai air sungai (Nybakken, 1986). 4. Substrat Dari hasil penelitian diperairan pantai Paciran Lamongan diperoleh 3 macam tipe substrat yaitu pasir lumpuran pada stasiun 1, lumpur pasiran pada stasiun 2, puing karang mati pada stasiun 3, dan pasir halus pada stasiun 4. Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien (Nybakken, 1986). Al-Qur an telah menjelaskan tentang pengaruh lingkungan terhadap kehidupan makhluk hidup di bumi ini, baik peranannya bagi manusia, hewan maupun bagi tumbuhan. Firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 45 sebagai berikut: ÇÚö F{$# ÛV$t6tΡ ÏµÎ/ xýn=tg z$sù Ï!$yϑ 9$# z ÏΒ çµ oψø9t Ρr& >!$yϑx. $u Ρ 9$# Íο4θuŠptø:$# Ÿ sv Β Μçλm; ó>îôñ$#uρ Íο4θuŠptø:$# Ÿ sv Β Μçλm; ó>îôñ$#uρ # Ï tgø) Β & ó x«èe ä. 4 n?tã ª!$# tβ%x.uρ ßx tƒìh9$# çνρâ õ s? $Vϑ ϱyδ yxt7ô¹r'sù

3 46 ßx tƒìh9$# çνρâ õ s? $Vϑ ϱyδ yxt7ô¹r'sù ÇÚö F{$# ÛV$t6tΡ ÏµÎ/ xýn=tg z$sù Ï!$yϑ 9$# z ÏΒ çµ oψø9t Ρr& >!$yϑx. $u Ρ 9$# # Ï tgø) Β& ó x«èe ä. 4 n?tã ª!$# tβ%x.uρ Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang kami turunkan dari langit, Maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, Kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ayat di atas secara tersirat menjelaskan tentang faktor lingkungan yaitu air hujan, dimana keberadaan air hujan dan tinggi rendahnya curah hujan di suatu daerah juga akan mempengaruhi tinggi rendahnya salinitas dan suhu lingkungan sekitar. Dalam kajian ekologi pesisir salinitas merupakan faktor penting dalam kehidupan hewan dan pertumbuhan tanaman, yaitu yang mempengaruhi keanekaragaman dan pola distribusinya.