BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara materiil maupun spiritual (Waluyo dan Wirawan : 2001). Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi perkembangan negara dalam satu dekade terakhir ini menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara dengan penduduk mencapai 250 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan. Pembangunan tersebut bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 adalah mewujudkan masyarakat adil, makmur, merata material

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terjadi pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang Negara. kewajiban perpajakannya (John Hutagaol, 2007:275).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pajak adalah pembayaran yang bersifat paksaan kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpajakan. Menurut Soemitro (2010:1), pengertian pajak adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada dasarnya definisi

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia saat ini dihuni oleh hampir 255,5 juta jiwa penduduk pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada

BAB IV PEMBAHASAN. Realisasi Tunggakan Pajak yang Lunas Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Definsi Pajak Pengertian Pajak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang didunia. Sehingga isu mengenai pembangunan nasional merupakan fokus utama dari sebuah negara yang sedang berkembang. Melakukan pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, pemerintah melakukan pendanaan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara materil maupun spiritual. Dalam mencapai tujuan pembangunan nasional, pemerintah mencanangkan anggaran pemerintah setiap tahunnya, dimana anggaran tersebut dialokasikan pada setiap pengeluaran yang ditujukan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Pemerintah melakukan pendanaan bagi pembangunan nasional adalah suatu usaha yang tidak mudah. Dana yang diperoleh dapat berasal dari luar negeri dan dalam negeri. Asal dana pembangunan yang diperoleh dari luar negeri adalah pinjaman yang diberikan oleh negara lain dan hibah yang diberikan oleh negara lain. Sedangkan asal dana pembangunan yang diperoleh dari dalam negeri terdiri dari tiga pendanaan yaitu kegiatan ekspor, penghasilan dari minyak dan gas bumi, dan penerimaan pajak dari masyarakat. 1

2 Dalam ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1998 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) disebutkan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional harus berlandaskan kemampuan sendiri, sedangkan bantuan luar negeri merupakan pelengkap. Hal ini menunjukkan bahwa sedapat mungkin peranan bantuan luar negeri semakin berkurang sehingga negara semakin mampu membangun berdasarkan kekuatannya sendiri terutama jiwa warganya untuk berpartisipasi membayar pajak sebagai kewajiban dan keikutsertaannya dalam pembiayaan negara. Pajak merupakan salah satu pendapatan yang sangat potensial dari dalam negeri dan merupakan sumber utama penerimaan negara. Mengingat betapa pentingnya pajak bagi negara, maka pajak merupakan elemen sangat penting dalam penerimaan. Penerimaan dari sektor pajak ternyata salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Dari tahun ke tahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan negara. Pajak erat kaitannya dengan kesadaran masyarakat untuk membayarnya, sejak tahun 1983 pajak sudah menjadi andalan penerimaan negara dalam APBN. Jumlah penerimaan negara dari sektor pajak belum mencapai tax ratio optimal antara lain disebabkan oleh wajib pajak yang tidak patuh terhadap UU perpajakan. Indonesia termasuk yang rendah patuh membayar pajak, dengan ratio tax masih 12,00% termasuk paling rendah diantara negara-negara tetangga dan kesadaran pajak orang pribadi yang masih rendah jika dibandingkan dengan negara lain.

3 Penerimaan pajak baik yang terdiri dari Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM), Bea Materai, Bea Masuk dan Cukai diharapkan dapat menggantikan peranan pinjaman luar negeri agar ketergantungan kepada pihak luar negeri dapat dikurangi.sistem pemungutan pajak kepada wajib pajak di Indonesia terdiri dari tiga sistem (Waluyo, 2011:1), yaitu : 1. Sistem Official Assessment Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 2. Sistem Withholding Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. 3. Sistem Self Assessment Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang sepenuhnya kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang terutang. Sebelumnya Indonesia merupakan sistem perpajakan official assessment, namun sejak tahun 1983 Indonesia menerapkan self assessment system. Dengan self assessment system, wajib pajak diberikan keleluasaan untuk menghitung, menetapkan, menyetorkan, dan melaporkan pajak yang terhutang melalui media formulir surat pemberitahuan (SPT) pajak masa atau tahunan. Fiskus atau petugas

4 pajak hanya bertugas untuk melakukan penelitian apakah SPT tersebut telah diisi dengan lengkap (termasuk lampiran-lampiran pendukung), meneliti kebenaran penghitungan dan meneliti kebenaran penulisan. Untuk menguji kepatuhan dan meneliti kebenaran penulisan. Untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan kebenaran data yang telah disampaikan wajib pajak melalui SPT tersebut, fiskus dapat melakukan pemeriksaan kepada wajib pajak. Self assessment systemyang digunakan ini ditetapkan secara akuntabel dan konsisten. Penagihan pajak dilakukan apabila wajib pajak tidak membayar pajak terutang dengan jangka waktu yang telah ditentukan dalam STP, SKPKB, SKPKBT, Surat Keputusan Pembetulan, Surat keputusan Keberatan, dan Putusan Banding. Maka Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dapat melakukan tindakan penagihan. Proses penagihan dimulai dengan surat teguran dan dilanjutkan dengan surat paksa. Dalam hal wajib pajak tetap tidak membayar tagihan pajaknya maka dapat dilakukan penyitaan dan pelelangan atas harta wajib pajak yang disita tersebut untuk melunasi pajak yang tidak/belum dibayar. Adapun jangka waktu proses penagihan sebagai berikut : 1. Surat Teguran diterbitkan apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari jatuh tempo pembayaran wajib pajak tidak membayar utang pajaknya. 2. Surat Paksa diterbitkan apabila dalam jangka 21 (dua puluh satu) hari setelah surat teguran apabila wajib pajak tetap belum melunasi utang pajaknya.

5 3. Sita dilakukan dalam jangka waktu 2x24 jam sejak surat paksa disampaikan. 4. Lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang sedangkan pengumuman lelang dilakukan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah penyitaan. Direktorat Jenderal Pajak dapat melakukan pencegahan dan penyanderaan terhadap wajib pajak/penanggung pajak yang tidak kooperatif dalam membayar utang pajaknya.penagihan pajak merupakan salah satu bentuk law enforcement. Dasar hukumnya adalah UU Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000, yaitu tentang penagihan pajak dengan surat paksa (UU PPSP) bagi pajak pusat dan pajak daerah. UU tersebut menggunakan istilah surat paksa karena memang menurut definisinya pajak itu dapat dipaksakan atau mempunyai sifat memaksa. UU PPSP inilah satu-satunya landasan hukum yang semestinya dioperasionalkan dalam rangka menagih ketetapan pajak. UU ini pula yang selama ini dijadikan pegangan oleh institusi yang menangani tunggakan pajak pusat, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Direktorat Jenderal Pajak. Surat paksa merupakan alat hukum yang lazimnya diterapkan dalam hukum perdata setelah ada putusan hakim. Tetapi dalam hukum pajak surat paksa dapat langsung ditetapkan tanpa melalui proses dimuka pengadilan. Menurut pasal 8 ayat 1 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa menyatakan :

6 Surat paksa diterbitkan apabila : a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis; b. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan anggsuran atau penundaan pembayaran pajak. Optimalisasi penerimaan pajak masih terbentur pada berbagai kendala. Salah satu kendala adalah tingginya angka tunggakan pajak. Untuk mengatasi kendala tersebut, maka dibutuhkan tindakan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa yaitu tindakan penagihan pajak. Salah satunya dengan menerbitkan surat paksa. Pada tabel 1.1 dan tabel 1.2 memberikan gambaran tentang perkembangan penerbitan dan pencairan surat paksa mulai tahun 2010-2014 pada KPP Pratama Bandung Karees yang menunjukkan adanya kesenjangan antara surat paksa yang terbit dengan surat paksa yang dibayar. Dalam hal ini tidak seluruh surat paksa yang terbit dilunasi oleh para penanggung pajak.

7 Tabel 1.1 Penerbitan Surat Paksa dan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada KPP Pratama Bandung Karees Tahun Surat Paksa Tahun Berjalan Jumlah Rp Jumlah Rp 2010 - - 991 Rp 11.069.525.598 2011 885 Rp 10.981.315.955 733 Rp 31.287.958.599 2012 1458 Rp 42.091.756.423 536 Rp 12.477.265.616 2013 2339 Rp 15.917.767.945,44 217 Rp 4.440.804.616 2014 2323 Rp 29.045.001.721,68 190 Rp 1.905.858.249 2667 Rp 61.181.412.678 Sumber :Seksi Penagihan KPP Pratama Karees data diolah Tabel 1.2 Pelunasan Surat Paksa dan Pelunasan Penagihan dan Saldo Tunggakan pada KPP Pratama Bandung Karees Tahun Pelunasan Tahun Berjalan Sisa Tunggakan Pajak Jumlah Rp Jumlah Rp 2010 106 Rp 88.209.643 885 Rp 10.981.315.955 2011 160 Rp 177.518.131 1458 Rp 42.091.756.423 2012 81 Rp 968.608.726 1913 Rp 53.600.413.313 2013 78 Rp 1.287.271.821 2052 Rp 56.753.946.108 2014 41 Rp 100.252.464 2201 Rp 58.559.551.893 466 Rp 2.621.860.785 8509 Rp 221.986.983.692 Sumber :Seksi Penagihan KPP Pratama Karees data diolah Berdasarkan tabel di atas memberikan gambaran tentang perkembangan penerbitan surat paksa, tunggakan pajak dikpp Pratama Bandung Karees dengan tunggakan pajak yang cenderung meningkat. Jumlah surat paksa yang diterbitkan tahun 2010 sampai tahun 2014 sebanyak 2667 lembar dan jumlah surat paksa yang diterima selama tahun 2010 sampai tahun 2014 sebanyak 466 maka realisasi penerbitan surat paksa selama 5 tahun berjalan adalah sebesar 17,47%. Sedangkan jumlah penerimaan pajak yang harus dilunasi wajib pajak selama tahun 2010 sampai tahun 2014 sebesar Rp 61.181.412.678 dan jumlah pelunasan penerimaan

8 pajak yang diterima KPP Pratama Karees sebesar Rp 2.621.860.785 maka realisasi tunggakan pajak selama 5 tahun berjalan adalah sebesar 4,28%. KPP Pratama Karees menargetkan selama 5 tahun berjalan realisasi penerimaan pajak tunggakan sebesar 45,00% jauh dengan yang diharapkan. Jika dilihat perubahan tunggakan pajak menunjukkan perubahan yang fluktuatif, dengan pelaksanaan penagihan menggunakan surat paksa yang cukup progresif. Namun masih perlu adanya peningkatan pada pelunasan atas tunggakan pajak yang tercatat pada seksi penagihan. Berdasarkan data diatas dapat terlihat problem tentang penagihan pajak dengan surat paksa yang semakin meningkat dan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak cenderung lemah. Selain fenomena yang sudah diungkapkan sebelumnya sebenarnya masih banyak kendala yang dihadapi dalam proses penagihan pajak salah satunya yaitu wajib pajak yang mempunyai tunggakan tetapi tidak mau membayar utang pajaknya dan wajib pajak yang sudah tidak diketahui keberadaannya atau tempat tinggalnya. Adanya penurunan persentase pencapaian penerimaan pajak dan penurunan jumlah SPT yang dikembalikan diduga karena menurunnya kinerja penagihan pajak. Kantor Pelayanan Pajak tidak tegas dalam menjalankan peraturan, kurangnya upaya dan kemampuan dari juru sita pajak negara dan mekanisme pengawasan dalam rangka meningkatkan penerimaan pajak di Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Kantor Pajak yang tidak komprehensif. Proses penagihan pajak harus dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan oleh pemerintah melalui fiskus sehingga meningkatkan kepatuhan dan kesadaran

9 wajib pajak untuk melunasi hutangnya.berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Realisasi Tunggakan Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Bandung Karees Periode 2010-2014) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian sebelumnya, maka penulis mengidentifikasi masalah pokok yang akan diteliti yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran penagihan pajak dengan surat paksapada KPP Pratama Bandung Karees? 2. Bagaimanakah gambaran realisasi tunggakan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees? 3. Bagaimanakah pengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap realisasi tunggakan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis buat tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui gambaran penagihan pajak dengan surat paksa pada KPP Pratama Bandung Karees. 2. Untuk mengetahui gambaran realisasi tunggakan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees. 3. Untuk mengetahuipengaruh penagihan pajak dengan surat paksa terhadap realisasi tunggakan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees.

10 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Penulis Untuk memperoleh gambaran mengenai masalah perpajakan khususnya penagihan pajak dengan surat paksa beserta pengaruhnya terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees Diharapkan dapat menjadi masukkan dan tambahan informasi bagi kantor pelayanan pajak untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam hubungannya dengan penagihan pajak sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat membantu dalam meningkatkan penerimaan tunggakan pajak. 3. Peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dibidang perpajakan dan sumber informasi untuk penelitian dan khususnya pemahaman mengenai penagihan pajak dengan surat paksa terhadap wajib pajak sehingga diharapkan dapat menunjang penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.

11 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dimana penulis memperoleh serta mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan yaitu pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang bertempat di Jalan Ibrahim Adjie (d/h Jl. Kiara Condong) No.372 Bandung. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal20 Oktober 2014 sampai dengan 21 November 2014.