BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada masa Golden Age (keemasan), sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

UPAYA MENINGKATKAN DAYA PIKIR ANAK MELALUI PERMAINAN EDUKATIF

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosioal-emosional, bahasa dan komunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan orang lain baik yang lebih muda usianya, teman sebaya. Kanak-kanak kelompok B antara 5 6 tahun.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK MELALUI PERMAINAN MAZE KATA DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. rendah dimana nilai siswa 50 sementara nilai yang diharapkan adalah 60 ke atas.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sangat

SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memperoleh gelas Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

DESKRIPSI PENGENALAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK TERATAI KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO

BAB I. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses. karakteristik yang dimiliki setiap tahapan perkembangan anak.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. cara belajar anak dibuat yang menyenangkan. Di usia 5 6 tahun anak

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN PENCAMPURAN WARNA PADA ANAK KELOMPOK BTK AISYIYAH GONDANG TAHUN AJARAN 2013/2014

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan pendidikan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

PENINGKATAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK MELALUI BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK SYUKRILLAH AGAM. Azwinar

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MENGGUNAKAN SOFTWARE MIXED COLORING APPLICATION PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. bimbingan dan pengarahan anak tidak akan faham dan tidak tahu cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN GELEMBUNG WARNA PADA ANAK PAUD "TUNAS HARAPAN BANGSA"TAHUN PELAJARAN 2014/2015

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

PERANAN METODE PEMBERIAN TUGAS MEWARNAI GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK B TK JAYA KUMARA DESA BALINGGI JATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. sejajar atau menyeluruh agar dapat menghasilkan insan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai pendidikan dan dengan pendidikan manusia menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah Taman Kanak-Kanak (TK). Undang-undang tentang. sistem Pendidikan Nasional Pasal 28 Ayat (3) menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki karakteristik yang khas, baik dalam hal sikap, perhatian, minat, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pertama. Sekolah juga sebagai salah satu lingkungan sosial. bagi anak yang dibawanya sejak lahir.

Jurnal Pesona PAUD Vol. 1 No. 1 RATNA JUITA,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah memiliki peranan penting dalam meningkatkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

YUNITA DAMAR Mahasiswa Jurusan PG - PAUD Dra. Dajani Suleman, M. Hum, Nunung Suryana Jamin, SE, M.Si ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi PG PAUD. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. banyak faktor. Salah satunya adalah kemampuan guru menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional). Masa kanak-kanak adalah masa Golden

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya pengajaran dan pelatihan. Secara umum pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN. hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning

BAB I PENDAHULUAN. bermain dan juga berbagai alat permainan anak-anak. Salah satu lembaga pendidikan yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini merupakan usia perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan perkembangan masa selanjutnya. Berbagai studi yang dilakukan berbagai para ahli menyimpulkan bahwa pendidikan anak sejak usia dini dapat memperbaiki prestasi dan meningkatkan produktivitas kerja masa dewasanya. Begitu pentingnya masa usia dini, Santrock dan Yussen dalam (Solehuddin, 2000 : 2) berpendapat bahwa usia dini adalah masa yang penuh dengan kejadian-kejadian penting dan unik (a highly eventful and unique period of life) yang meletakkan dasar bagi kehidupan seseorang di masa dewasa. Usia TK merupakan salah satu rentang umur pada anak usia dini, yaitu usia 4 sampai 6 tahun. Masa ini disebut masa keemasan, karena peluang perkembangan anak yang sangat berharga. Hurlock (1978 : 26) mengemukakan bahwa lima tahun pertama anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian masa anak-anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa dewasa seseorang. Adapun aspek perkembangan itu meliputi perkembangan moral dan nilainilai agama, sosial emosional, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian dan seni. Aspek-aspek perkembangan tersebut tidak berkembang secara sendirisendiri, melainkan saling terintegrasi dan saling terjalin satu sama lainnya. Dari berbagai aspek perkembangan di atas, perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang penting untuk dikembangkan karena mempunyai tujuan 1

2 mengembangkan kemampuan berpikir anak untuk dapat mengolah perolehan belajarnya, dapat menemukan berbagai alternatif pemecahan masalah, membantu anak untuk mengembangkan kemampuan logika matematikanya dan pengetahuan akan ruang dan waktu, serta mempunyai kemampuan mengelompokkan serta mempersiapkan pengembangan kemampuan berfikir teliti. Hal ini senada dengan pendapat Gunarsa (Dewi, 2005 : 11) bahwa kognitif adalah fungsi mental yang meliputi persepsi, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Dalam kurikulum TK (2004 : 8) dijelaskan bahwa kompetensi dasar yang harus dikuasai dalam bidang pengembangan kognitif yaitu anak mampu mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Adapun hasil belajar yang diharapkan yaitu anak dapat mengenal konsep-konsep sains sederhana yang salah satu indikatornya adalah anak mampu mengenal konsep warna. Pengenalan warna bagi anak dapat merangsang indera penglihatan, otak, estetis dan emosi. Retina pada mata merupakan mediator antara dunia nyata dan otak, di mana terjadi proses yang membentuk suatu model realita dalam pikiran. Dengan proses kerjasama antara otak dan mata maka akan timbul emosi bahkan estetis. Hal ini sesuai dengan penelitian Becker (Luscher, 1984 : 16) yang membuktikan bahwa ada satu jaringan syaraf yang langsung mengarah dari titik pusat retina ke pusat otak (mesencephalon) dan bagian yang mengeluarkan hormon (pituitary system). Hal ini menunjukkan bahwa persepsi visual tergantung pada interprestasi otak terhadap suatu rangsangan yang diterima oleh mata. David (Prawira, 1999 : 40) mengemukakan bahwa warna digolongkan menjadi dua, yaitu warna eksternal dan warna internal. Warna eksternal adalah

3 warna yang bersifat fisika, sedangkan warna internal adalah warna sebagai persepsi manusia, bagaimana manusia melihat warna kemudian mengolahnya di otak dan bagaimana mengekspresikannya. Warna dapat menciptakan kesan dan mampu menimbulkan efek-efek tertentu. J. Linschoten dan Mansyur (Sanyoto, 2005 : 8) menyatakan kaitan warna dengan aspek psikologis bahwa, warna-warna itu bukanlah suatu gejala yang hanya dapat diamati saja, warna itu mempengaruhi kelakuan, memegang peranan penting dalam penilaian estetis dan turut menentukan suka tidaknya kita akan bermacam-macam benda. Pembelajaran mengenal warna kepada anak harus menggunakan metode yang sesuai dengan perkembangan anak. Penerapan metode pembelajaran yang tidak tepat khususnya metode pembelajaran klasikal, telah berdampak kepada menurunnya hasil belajar sebagian anak. Hal tersebut dianggap sebagai salah satu sumber kegagalan belajar, yang menjadikan anak untuk cenderung pasif, teacher oriented, dan berorientasi kepada hasil. Tuntutan kurikulum yang mengharuskan penyampaian materi secara total dengan target waktu tertentu mendorong timbulnya pemaksaan tenaga kependidikan kepada anak untuk menyelesaikan materi dengan percepatan tanpa memikirkan pemahaman, pengertian dan pendalaman materi. Hal ini jelas berdampak pada hasil belajar anak, menjadikan anak kurang tertarik terhadap pembelajaran, menganggap sulit, tidak kreatif dan perkembangan anak menurun. Jika anak diberikan kebebasan untuk menentukan tahap penguasaan terhadap materi pembelajaran untuk langsung mengenal warna, maka target

4 kurikulum tidak akan tercapai dan berdampak kepada dangkalnya pengetahuan anak terhadap bidang pengembangan yang disampaikan. Konteks seperti ini jelas menjadi dilema bagi para tenaga pengajar untuk memilih alternatif terbaik, jika metode klasikal masih tetap dipertahankan. Kondisi dilematis yang dikemukakan di atas ditemukan pada anak TK Flamboyan Tinelo Ayula Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Keterbatasan sarana prasarana, dan anggaran pendidikan serta kemampuan tenaga pengajar dalam menerapkan metode-metode pembelajaran menjadi salah satu penyebab dilema tersebut. Sebagai lembaga pendidkan yang agak jauh dari pusat kota tentu masalah sumber daya tenaga pendidikan tetap harus dikembangkan sebab dari hasil pengamatan diketahui bahwa beberapa tenaga pengajar di TK ini masih menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada guru. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada kegiatan pembelejaran untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna ternyata dari 20 orang anak kelompok B TK Flamboyan Tinelo Ayula terdapat 8 orang (40%) yang mampu mengenal warna dengan baik namun masih terdapat 12 orang (60%) yang belum mampu mengenal warna. Warna-warna yang sudah dikenal anak adalah warna primer seperti merah, kuning dan hijau sedangkan warna sekunder belum terlalu dikuasai. Rendahnya pemahaman sebagian besar anak dalam mengenal warna dapat dilihat dari beberapa hal seperti anak sulit untuk menyebut warna-warna balon yang diberikan guru, anak juga sering keliru untuk membedakan warna hijau dan warna biru saat guru meminta anak untuk mengambil krayon dan anak tidak tahu warna-warna buah saat guru memberikan

5 gambar berbagai buah-buahan. Selain itu, penerapan konsep warna dalam prakteknya sulit dilakukan anak. Ini sesuai dengan kondisi di lapangan bahwa anak hanya sebatas menghafal nama warna tanpa memahami dengan jelas warna secara konsep. Masalah minimnya kemampuan mengenal warna pada anak kelompok B TK Flamboyan Tinelo Ayula disebabkan karena keterbatasan media pembelajaran, oleh karena itu anak tidak dapat mengetahui dan memahami dengan pasti bagaimana konsep warna. Selain itu lemahnya kreatifitas guru menggunakan metode pembelajaran yang efektif dalam mengenalkan konsep warna juga merupakan satu kendala sehingga anak sulit untuk memahami konsep warna. Fenomena lainnya adalah ketergantungan terhadap tenaga pengajar yang masih mendominasi sikap anak. Upaya yang pernah dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan anak mengenal warna pada anak melalui metode karyawisata dengan harapan agar anak dapat melihat langsung berbagai warna di kebun bunga ternyata belum memberikan hasil yang memuaskan karena anak tidak memiliki dasar tentang asal berbagai warna bunga. Sehubungan dengan hal tersebut maka guru akan mencoba menggunakan salah satu metode pembelajaran yang dipandang cocok untuk mengembangkan potensi anak dalam mengenal konsep-konsep warna sederhana melalui bimbingan secara kelompok dengan teknik bermain peran. Metode bermain peran adalah suatu kegiatan permainan untuk memerankan tokoh atau benda-benda disekitar anak sehingga dapat diperagakan/dipakai oleh anak untuk mengembangkan daya khayal atau imajinasinya. Melalui kegiatan bermain peran anak akan

6 mengekspresikan tuntutan dan kebutuhannya, dapat mengekspresikan jiwanya, serta dapat menumbuhkan potensi yang tersembunyi pada anak. Sebagian besar orang mengerti apa yang dimaksud dengan bermain, namun demikian mereka tidak dapat memberi batasan apa yang dimaksud dengan bermain. Beberapa ahli peneliti memberikan batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk bila anak-anak sedang beraktifitas. Mereka bermain ketika bernyanyi, menggali tanah, membangun balok berwarna-warni, atau menirukan sesuatu yang dilihat. Dalam kehidupan anak, bermain mempunyai arti yang sangat penting. Dapat dikatakan bahwa setiap anak yang sehat selalu mempunyai dorongan untuk bermain, sehingga dapat dipastikan bahwa anak yang tidak bermain-main pada umumnya dalam keadaan sakit, jasmaniah ataupun rohaniah. Melalui kegiatan bermain peran diharapkan kemampuan anak untuk mengenal konsep warna dapat meningkat sebab anak dapat mengekspresikan kemampuannya untuk lebih memahami konsep warna dibantu oleh temantemannya saat memerankan perannya. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian dengan mengangkat judul Meningkatkan Kemampuan Mengenal Warna Melalui Teknik Bermain Peran Pada Anak kelompok B TK Flamboyan Tinelo Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. 1.2 Identifikasi Masalah

7 Sehubungan dengan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut. a. Dari 20 orang anak kelompok B TK Flamboyan Tinelo Ayula terdapat 12 orang anak (60%) yang belum mampu mengenal warna b. Masih terdapat anak yang sulit untuk membedakan warna-warna balon yang diberikan guru. c. Anak sering keliru untuk membedakan warna hijau dan warna biru saat guru meminta anak untuk mengambil krayon. d. Anak tidak tahu warna-warna buah saat guru menunjukkan gambar-gambar berbagai buah-buahan e. Anak hanya sebatas mengetahui warna yang telah ada, tanpa memahami dengan jelas warna secara konsep. f. Metode pembelajaran yang digunakan guru belum tepat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka penulis membatasi pada masalah sebagai berikut: Apakah kemampuan mengenal warna dapat ditingkatkan melalui teknik bermain peran pada anak kelompok B TK Flamboyan Tinelo Ayula Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bulango. 1.4 Cara Pemecahan Masalah

8 Dalam rangka pemecahan masalah peningkatan kemampuan berinteraksi sosial anak melalui metode bermain peran, maka dilakukan langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut: a. Langkah I : Guru mempersiapkan adegan-adegan yang berhubungan dengan konsep pengenalan warna. b. Langkah II : Guru memberikan penjelasan tentang kegiatan bermain peran dan pengenalan warna-warna primer dan sekunder pada anak c. Langkah III : Guru membagi peran kepada masing-masing anak d. Langkah IV : Guru memanggil 2-4 orang anak untuk melakukan kegiatan bermain peran yang berhubungan dengan pengenalan warna e. Langkah V : Guru membimbing anak dalam melakukan perannya tanpa mengurangi kebebasan anak dalam memainkan perannya yang berhubungan dengan pengenalan warna f. Langkah VII : Guru memberikan dukungan dan motivasi berupa pujian kepada anak yang memiliki kemampuan mengenal warna melalui kegiatan bermain peran. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna dengan teknik bermain peran pada anak kelompok B TK Flamboyan Tinelo Ayula Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango.

9 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat untuk guru Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dalam pemecahan masalah berhubungan dengan peningkatan pengenalan warna pada anak. 1.6.2 Manfaat untuk anak Melalui penelitian ini kemampuan mengenal warna pada anak dapat ditingkatkan 1.6.3 Manfaat untuk sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan pendidikan di TK Flamboyan Tinelo Ayula terutama dalam meningkatkan kemampuan pengenalan warna. 1.6.4 Manfaat untuk peneliti Dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman peneliti dalam melakukan penelitian ilmiah. 1.6.5 Manfaat Penelitian Lanjutan Bagi peneliti selanjutnya dapat menggunakan skripsi ini sebagai referensi dan bahan perbandingan dalam penyusunan karya ilmiah.