62 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan dari pembuatan alat ini telah telaksana dengan baik atau tidak, maka perlu dilakukan pengujian dan analisa terhadap alat yang dibuat. dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan adalah adanya proses evaluasi sehingga akan dapat dilakukan langkah-langkah positif guna membawa alat ini ke arah yang lebih baik. 4.1 Pengujian Rangkaian photo sensor Pada percobaan ini rangkaian photo sensor difungsikan sebagai input terhadap PLC Panasonic NAiS FP0-C14RS dengan address input pada X2. Photo sensor dipasang pada bidang miring yang diibaratkan sebagai landasan dimana barang hasil produksi lewat atau jatuh setelah melalui proses produksi. Photo sensor dan reflektor dipasang dengan jarak 50mm, dengan pengkondisian sinyal dari photo sensor dapat direfleksikan dengan baik terhadap receiver didalam photo sensor tersebut. Pada saat sinyal dari photo sensor di refleksikan dengan baik maka tidak akan ada sinyal input terhadap PLC. Sebaliknya, jika ada suatu benda yang dapat menyebabkan sinyal dari photo sensor terhalang sehingga tidak dapat direfleksikan oleh reflektor maka akan ada sinyal input 1 terhadap PLC. Artinya, akan ada tegangan sebesar 24 V DC pada kabel warna hitam sebagai output NPN dari photo sensor. Hal ini bisa kita buktikan dengan cara melakukan 62
63 pengukuruan tegangan menggunakan Multimeter digital yang di set pada Volt meter DC seperti pada gambar dan foto berikut : Power Supply 24 VDC Product Droop Base PS - + Photo Sensor Benda Volt meter DC Reflektor VVV Volt DC Gambar 4.1 Pengujian Photo Sensor. Gambar 4.2 Pengujian Photo Sensor Menggunakan Volt meter DC.
64 4.2 Pengujian Power Supply Mean Well S-30-24 Pengujian rangkaian power supply ini dilakukan dengan mengukur tegangan keluaran pada titik keluaran V+ dan V- power supply. Maksud dari pengujian power supply ini adalah untuk mengetahui apakah power supply tersebut dapat menghasilkan tegangan 24V DC yang sesuai dengan kebutuhan supply pada alat yang dibuat pada percobaan ini. Pengujian dilakukan dengan menggunakan volt meter digital yang telah dikalibrasi, sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat dan lebih mudah dalam pembacaan karena tampilannya dalam bentuk digital. Gambar 4.3 Pengukuran Tegangan Keluaran Power Supply. Pada gambar diatas hasil pengukuran tegangan output dari power supply mean well s-250-24 adalah sebesar 24.46 VDC. Besarnya tegangan yang dibutuhkan adalah 24 VDC. Jadi ada kelebihan tegangan sebesar 0.46 VDC. Kelebihan tegangan ini bisa di setel dengan cara memutar potensiometer adjuster dari power supply sehingga tegangan sesuai dengan kebutuhan alatnya.
65 4.3 Pengujian Relai 24V DC Relai 24VDC dipasang sebagai penghubung antara tegangan 24VDC yang didapatkan dari output PLC untuk menghantarkan tegangan 24VDC terhadap air solenoid valve, sehingga valve dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Pengujian dilakukan dengan memberikan sebuah program sederhana pada PLC. Seiring dengan bekerjanya program Automatic Spray Controller, maka akan bekerja pula relai 24VDC untuk menghidupkan air solenoid valve sesuai dengan programnya Dengan melakukan download listing program, maka kita akan dapat mengetahui apakah PLC dapat menghantarkan tegangan 24VDC terhadap koil relai 24VDC atau tidak?, sehingga kontak relai yang sebelumnya NC menjadi NO atau sebaliknya NO menjadi NC dan air solenoid valve pun akan bekerja seiring dengan bekerjanya relai. Dari hasil pengujian yang telah dilakukan, didapatkan hasil pengujian seperti terlihat pada gambar dibawah. Gambar 4.4 Hasil Pengujian Relai 24 VDC.
66 4.4 Pengujian Timer Timer yang menggunakan prinsip elektronik, terdiri dari rangkaian R dan C yang dihubungkan seri atau paralel. Bila tegangan sinyal telah mengisi penuh kapasitor, maka relai akan terhubung. Lamanya waktu tunda diatur berdasarkan besarnya pengisian kapasitor. Bagian input timer biasanya dinyatakan sebagai kumparan (Koil) dan bagian output timer sebagai kontak NO atau NC. Kumparan pada timer akan bekerja selama mendapat sumber arus. Apabila telah mencapai batas waktu yang diinginkan maka secara otomatis timer akan mengunci dan membuat kontak NO menjadi NC dan NC menjadi NO. Gambar 4.5 Spesifikasi Pin Timer H3BA. Pengujian masih tetap menggunakan Volt meter DC digital yang telah dikalibrasi. Pengujian pada koil timer dilakukan dengan mengukur tegangan input 24VDC pada kaki nomor 2 sebagai input V- dan kaki nomor 7 sebagai input V+ dari timer Omron H3BA. Sedangkan pengujian kontak delai timer NO dan NC nya dapat dilakukan dengan menggunakan Ohm meter digital yang diset pada mode
67 buzzer (suara). Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan mendengar suara buzzer dari ohm meter digital saat kontak delai timer terhubung. Pengukuran kontak delai timer dapat dilakukan dengan cara memutar seting timer (jarum merah) pada angka 1 dalam mode s (second), artinya kontak timer akan bekerja setelah waktu tunda satu detik tercapai. Setelah itu masukan tegangan 24VDC pada koil timer sehingga lampu power timer dapat menyala. Pada saat lampu power sudah menyala biasanya otomatis lampu delay-up timer akan berkedip selama rentang waktu settingnya (satu detik), untuk kemudian lampu delay-up tersebut akan meyala terus setelah delai waktu yang di seting telah tercapai. Pengujian dengan ohm meter pada mode buzzer dapat dilakukan dengan meletakkan probe tester ohm meter pada kaki 1 atau 8 (COM) dan kaki nomor 3 atau 6 (kontak NO) atau kaki nomor 4 atau 5 (kontak NC) timer H3BA. Pada saat waktu satu detik telah tercapai maka kaki 1 dan 3 timer akan berpindah kontak dari NO menjadi NC, kaki 1 dan 4 timer akan berpindah dari NC menjadi NO. Begitu juga yang terjadi pada kontak kaki 8 dan 6 timer akan berpindah kontak dari NO menjadi NC, kaki 8 dan 5 timer akan berpindah dari NC menjadi NO. Gambar 4.6 Pengujian Delai Kontak Timer H3BA.
68 Tabel 4.1 Pengujian Timer Omron H3BA. Nomor Waktu Pengujan (detik) Kontak Kaki 0,4 0,6 0,8 1,0 1 dan 3 NO NO NO NC 1 dan 4 NC NC NC NO 8 dan 6 NO NO NO NC 8 dan 5 NC NC NC NO 4.5 Pengujian Counter Pengujian Counter Autonic CT6S-1P4 SERIES dapat dilakukan dengan cara melakukan setting pada counter sesuai dengan setingan yang dibutuhkan. Pada percobaan ini counter diset pada angka 10, artinya kontak pada counter akan aktif bekerja saat hitungannya sudah mencacah sebanyak 10 kali (counter dapat mencacah naik dari 0 sampai 10 atau mencacacah turun dari 10 sampai 0 tergantung seting modenya). Setelah tegangan Tegangan input 220VAC diberikan pada kaki koil counter maka counter akan menyala. Pada kondisi ini counter input sudah siap untuk diberi tegangan 24VDC sesuai dengan kebutuhan kontaknya. Tegangan input 24VDC diberikan oleh PLC yang mendapat sinyal input dari photo sensor. Display input pada counter akan berubah dari 0 menjadi 1,2,3 dan seterusnya sampai dengan 10 sesuai dengan jumlah input yang diberikannya. Saat hitungan sudah mencapai 10 maka kontak pada counter akan terhubung dari kondisi NO menjadi NC dan sebaliknya. Untuk mengembalikan counter ke posisi 0 (awal) maka counter harus di reset dengan cara memberikan tegangan ke kaki reset dari counter tersebut. Pengujian dilakukan dengan menggunakan digital volt meter AC untuk mengukur tegangan koil counter dan digital ohm meter yang diset pada mode
69 buzzer untuk mengetahui dan mendengar kontak kaki yang diukur sudah atau belum terhubung. Pada percobaan ini kaki koil counter diukur pada kaki nomor 2 dan 7 sebagai input supply tegangan AC, sedangkan untuk kontaknya diukur pada kaki nomor 3 dan 5. Hasil pengukuran tegangan dapat terlihat seperti gambar dibawah ini. Gambar 4.7 Pengujian Tegangan Koil Counter. 4.6 Pengujian Selector Switch Pengujian selector switch dilakukan dengan menggunakan digital ohm meter yang diset pada posisi buzzer untuk mengetahui dan mendengar suara buzzer saat handle selector switch diputar dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Pada saat bersamaan kontak NO akan berubah menjadi NC dan kontak NC akan berubah menjadi NO. Kontak NO dari selektor switch pada terminal pin nomor 1 dan 2 sedangkan kontak NC nya terletak pada terminal pin nomor 3 dan 4.
70 Gambar 4.8 Pengujian Selector Switch. 4.7 Pengujian Push Button Pengujian Push Button dilakukan hamper sama dengan cara menguji selector switch. Bedanya, untuk push button perubahan kontak NO menjadi NC atau sebaliknya dilakukan dengan cara menekan bukan memutar seperti selector switch. Pengujian masih tetap menggunakan digital ohm meter yang diset pada posisi buzzer untuk mengetahui dan mendengar suara buzzer saat push button ditekan atau dilepas. Ketika push button ditekan maka pada saat bersamaan kontak NO akan berubah menjadi NC dan kontak NC akan berubah menjadi NO. Kontak NO dari push button terletak pada terminal nomor 1 dan 2 sedangkan kontak NC nya terletak pada terminal nomor 3 dan 4.
71 Gambar 4.9 Pengujian Push Button. 4.8 Pengujian Lampu Pilot Pengujian lampu pilot dilakukan dengan menggunakan digital volt meter DC. Tegangan input yang diberikan sebagai supply untuk lampu pilot harus sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan yaitu 24VDC, dengan memperhatikan polaritas tegangannya supaya tidak terbalik. Pengukuran dilakukan dengan mengukur tegangan input pada lampu pilot. Ketika supply yang diberikan sudah sesuai kebutuhan dan tepat polaritasnya maka lampu pilot akan menyala. Gambar 4.10 Pengujian Lampu Pilot.
72 4.9 Pengujian Air Solenoid Valve Pengujian air solenoid valve dapat menggunakan digital volt meter DC. Pengujian dilakukan dengan cara mengukur tegangan koil saat output PLC diberikan terhadap relai dan relai menghubungkan tegangan 24 VDC ke koil air solenoid valve, sedangkan untuk mengukur besarnya nilai resistansi atau putustidaknya gulungan koil air solenoid valve dapat menggunakan ohm meter. Gambar 4.11 Pengujian Koil Air Solenoid Valve. Besarnya nilai resistansi air solenoid valve diukur dengan menggunakan Ohm meter. Koil yang masih bagus dan belum putus lilitannya biasanya dapat diukur nilai resistansinya. Pada gambar diatas nilai dari resistansi koil air solenoid valve yang terukur adalah sebesar 223,7 Ω.
73 4.10 Pengujian alat Automatic Spray Controller Pengujian alat automatic spray controller dilakukan dalam dua tahap. Pertama, melakukan pengujian terhadap ketepatan waktu penyemprotan cairan pelumas (mold release) sesuai dengan jumlah setting counter nya. Kedua, menguji apakah penggunaan alat automatic spray controller ini benar-benar dapat meningkatkan jumlah hasil produksi dibandingkan dengan melakukan penyemprotan dengan cara manual. 4.11 Menguji ketepatan waktu penyemprotan Pengujian dilakukan sebanyak dua kali dengan cara menyetel jumlah counter pada angka 5 dan 10. Artinya, Counter akan melakukan counting sebanyak 5 kali dan 10 kali. Pengamatan dan pengukuran dilakukan saat jumlah counting sudah sesuai dengan data setting nya. Saat counting telah sesuai dengan data yang ditentukan maka kontak counter akan bekerja memberikan input terhadap PLC untuk selanjutnya diproses oleh PLC dan diumpankan terhadap relai 24 VDC sebagai kendali saklar untuk menghubungkan power supply 24 VDC ke beban yaitu air solenoid valve. Gambar 4.12 Pengujian Ketepatan Counter.
74 Tabel 4.2 Pengujian Counter 5 kali. Jumlah Setting Counter Nomor Kontak Counter 2 dan 1 2 dan 3 Tegangan Koil (VAC) IN A Counter 1 NO NC 220 1 2 NO NC 220 1 3 NO NC 220 1 4 NO NC 220 1 5 NC NO 220 1 Tabel 4.3 Pengujian Counter 10 kali. Jumlah Setting Counter Nomor Kontak Counter 2 dan 1 2 dan 3 Tegangan Koil (VAC) IN A Counter 1 NO NC 220 1 2 NO NC 220 1 3 NO NC 220 1 4 NO NC 220 1 5 NO NC 220 1 6 NO NC 220 1 7 NO NC 220 1 8 NO NC 220 1 9 NO NC 220 1 10 NC NO 220 1
75 Dari hasil pengujian dapat dilihat bahwa counter selalu tepat saat melakukan counting sesuai dengan jumlah setting nya yaitu pada jumlah setting 5 dan 10 kali sesuai dengan input sinyal IN A yang diperoleh dari input photo sensor setelah sebelumnya diproses oleh PLC. Pada panel kontrol sinyal input dari photo sensor ada atau tidaknya juga bisa dilihat pada lampu warna kuning sebagai indikator sinyal input untuk untuk counter. 4.12 Pengujian dan effisiensi waktu Pengujian automatic spray controller ini tentu tidak akan dapat dikatakan effisien atau tidak jika kita tidak membandingkan antara penyemprotan secara manual dengan penyemprotan secara automatis. Berikut adalah data yang saya dapat dari perusahaan PT Astra Komponen Indonesia (ASKI) yang beralamat di Citeureup, Bogor mengenai output hasil produksi dan data setting produksi per-harinya : Company Mold Name Part Name Plastic Material Color Machine Operation Operation Mode Cycle Time Interval Time Total Target : PT ASKI : FS CX1 : Honda Foot Shield (Matic) : ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene) : Black : 23 hours : Semi Automatic : 48 sec/cycle : < = 12 sec : 1380 pcs/day
76 Perhitungan : Waktu Pengambilan Produk + Waktu Pelumasan = Interval Time. Waktu pengambilan produk dihitung 7 detik. Waktu pelumasan cetakan ( cara manual) dihitung 5 detik. 7 detik + 5 detik = 12 detik Waktu pelumasan cetakan ( cara otomatis) dihitung 1 detik. 7 detik + 1 detik = 8 detik A). Penyemprotan Manual Cycle Time + Interval Time = Total Cycle Time. 48 detik + 12 detik = 60 detik. 1 hari dihitung 23 jam = 23 jam x 60 = 82.800 detik. Total Target = 82.800/60 = 1380 pcs. B). Penyemprotan Otomatis Cycle Time + Interval Time = Total Cycle Time. 48 detik + 8 detik = 56 detik. 1 hari dihitung 23 jam = 23 jam x 60 = 82.800 detik. Total Target = 82.800/56 = 1479 pcs. Selisih Waktu Penyemprotan 4 detik x 1479 kali = 5.916 detik.
77 Selisih Output : 1479 1.380 = 99 pcs. C). Persentase = 99/1.479 x 100 = 7% 4.13 Perbandingan Waktu Penyemprotan Tabel 4.5 Perbandingan Waktu Mode Manual dan Mode Otomatis. STATUS MODE PENYEMPROTAN MANUAL OTOMATIS Waktu Pengambilan Produk (detik) Waktu Penyemprotan cetakan (detik) 7 7 5 1 Interval Time 12 8 Output Hasil Produksi/hari 1380 1479 Pada pengujian ini alat Automatic Spray Controller dapat berfungsi dengan baik dalam membantu meningkatkan efisiensi waktu penyemprotan cairan pelumas (mold release) ke dalam cetakan. Selisih output hasil produksi pada produk Honda foot shield sebesar 7% adalah hasil perhitungan nyata dari penggunaan alat automatic spray controller. Selisih output bisa saja berbeda, sesuai dengan lamanya cycle time yang dibutuhkan dalam memproses produk tertentu. Semakin cepat proses produksi maka akan semakin banyak selisih persentase hasil produksinya.