III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengujian untuk merancang sistem operasi pemesinan magnesium dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam 4 bulan yaitu dari bulan Oktober 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 4

BAB VI POROS DAN PASAK

POROS dengan BEBAN PUNTIR

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN ALAT. Data motor yang digunakan pada mesin pelipat kertas adalah:

BAB II LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Material Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah :

III. METODOLOGI PENELITIAN. waktu pada bulan Oktober hingga bulan Maret Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan estimasi waktu penelitian dikisarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. Metode Rancang Bangun

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

MESIN BOR. Gambar Chamfer

III. METODOLOGI PENELITIAN. Universitas Lampung. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan pada rentang

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian sekaligus pengambilan data dilakukan di Laboratorium Produksi dan

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Mesin bubut (Turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

Jumlah Halaman : 20 Kode Training Nama Modul` Simulation FRAIS VERTIKAL

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH VARIASI PUTARAN SPINDEL DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

PENGUKURAN KEKASARAN PROFIL PERMUKAAN BAJA ST37 PADA PEMESINAN BUBUT BERBASIS KONTROL NUMERIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Kata kunci: Proses Milling, Variasi Kecepatan Putar dan Kedalaman Makan, Surface Roughness

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

Perancangan Peralatan Bantu Pembuatan Roda Gigi Lurus dan Roda Gigi Payung Guna Meningkatkan Fungsi Mesin Bubut

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Struktur buah kelapa muda

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

Gambar I. 1 Mesin Bubut

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

PERANCANGAN DAN ANALISIS KOMPONEN PROTOTIPE ALAT PEMISAH SAMPAH LOGAM DAN NON LOGAM OTOMATIS

PERBANDINGAN TINGKAT KEKASARAN DAN GETARAN PAHAT PADA PEMOTONGAN ORTHOGONAL DAN OBLIQUE AKIBAT SUDUT POTONG PAHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tujuan Pembelajaran:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

OPTIMASI PARAMETER PEMESINAN TANPA FLUIDA PENDINGIN TERHADAP MUTU BAJA AISI Jl. Jend. Sudirman Km 3 Cilegon,

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

Dalam menentukan ukuran utama mesin skrap ini, hal yang berpengaruh antara lain:

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA AISI 4140 AFRIANGGA PRATAMA 2011/ PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

PENGARUH KEMIRINGAN SPINDEL DAN KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GETARAN MESIN FRAIS UNIVERSAL KNUTH UFM 2

ANALISIS PEMOTONGAN RODA GILA (FLY WHEEL) PADA PROSES PEMESINAN CNC BUBUT VERTIKAL 2 AXIS MENGGUNAKAN METODE PEMESINAN KERING (DRY MACHINING)

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

2. Mesin Frais/Milling

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik Universitas Lampung, yang meliputi beberapa proses sebagai berikut:

BAB II LANDASAN TEORI

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa (2.1, Lit. 3)

PENGARUH SUDUT ORIENTASI ANTARA PAHAT DAN BENDA KERJA TERHADAP BATAS STABILITAS CHATTER PADA PROSES BUBUT ARAH PUTARAN COUNTER CLOCKWISE

BAB IV PROSES PEMBUATAN, HASIL PEMBUATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

I. PENDAHULUAN. Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana objek dibentuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses Produksi Jurusan Teknik

BAB I. PENDAHULUAN. keseluruhan juga akan berkurang, sehingga akan menghemat pemakaian bahan

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BAB 5 POROS (SHAFT) Pembagian Poros. 1. Berdasarkan Pembebanannya

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 1-8 ISSN , e-issn

Materi 3 Seting Benda Kerja, Pahat, dan Zero Offset Mesin Bubut CNC Tujuan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

RANCANG BANGUN MESIN PEMECAH BIJI KEMIRI DENGAN SISTEM BENTUR

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

BAB II LANDASAN TEORI

MEKANIKA Volume 12 Nomor 1, September Keywords : Digital Position Read Out (DRO)

PENGARUH FEEDING DAN SUDUT POTONG UTAMA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN LOGAM HASIL PEMBUBUTAN RATA PADA MATERIAL BAJA ST 37

BAB 3 RANCANGAN DAN PELAKSANAAN PERCOBAAN

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode perancangan, fabrikasi dan pengujian untuk merancang sistem operasi pemesinan magnesium dengan menggunakan active driven rotary tool agar suhu pengapian (geram) dapat dikendalikan sehingga mampu meningkatkan produktivitas pemesinan magnesium. Secara rinci metode yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini dijelaskan dibawah ini. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Proses perancangan active driven rotary tool dilakukan di laboratorium CNC/CAM sedangkan proses pembuatan dan pengujian sistem pahat putar aktif tergerak ( active driven rotary tool) dilakukan di Laboratorium Produksi Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni hingga Desember tahun 2014. 3.2 Alur Penelitian Urutan langkah pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini dijabarkan secara makro dalam flowchart percobaan yang akan ditampilkan sebagai berikut:

42 Mulai Perancangan Sistem pemegang Pahat Putar (Rotary tool holder) Studi literatur: - Journal - Text book - FEM Belum Conceptual Design Embodiment design Manufacture of ability Detail design Apakah rancangan sudah benar? Fabrikasi dan Instalasi Sistem pemegang Pahat Putar (Rotary tool holder) Belum Sudah Apakah proses pembuatan dan instalasi sudah benar?? Sudah Pengujian Sistem pemegang Pahat Putar (Rotary tool holder) Vibrasi Run out putaran pahat Kekasaran Permukaan Analisis Data Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

43 3.3 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan untuk merancang, membuat dan menguji active driven rotary tool yang memiliki fungsi terhadap sistem dapat dijelaskan dibawah ini : 3.3.1 Alat Adapun alat pendukung yang digunakan dalam proses perancangan, pemuatan serta pengujian adalah sebagai berikut: a. Mesin Bubut Mesin bubut (turning) merupakan sebuah mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda kerja yang diputar. Gambar 3.2 Mesin Bubut Mesin bubut yang digunakan dalam penelitian ini terletak di laboratorium produksi Jurusan Teknik Mesin Unversitas Lampung. Mesin ini digunakan sebagai tempat untuk memutar benda kerja dan sebagai tempat peletakan active driven rotary tool. Pada proses fabrikasi sistem pahat putar aktif tergerak, mesin ini digunakan untuk proses pembuatan gear

44 dan poros. Adapun spesifikasi dari mesin bubut yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Spesifikasi mesin bubut Basic Spec PINACHO S90/200 LATHE Control : Number of Axes : Cutting Diameter : Cutting Length : Bar / Bore : Tool Stations : Motor Power : Spindel Speed : DRO, Manual 2 1150 mm 1650 mm 52 mm 4 4 kw 2200 rpm b. Mesin Skrap Mesin skrap merupakan salah satu jenis mesin perkakas dengan gerakan utama yaitu gerak translasi bolak balik yang digunakan untuk meratakan permukaan benda kerja seperti pada gambar 3.3. Mesin ini digunakan untuk pekerjaan awal yakni meratakan permukaan cover active driven rotary tool. Adapun spesifikasi dari mesin sekrap yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkkan pada tabel 3.2.

45 Tabel 3.2. Spesifikasi mesin skrap Gambar 3.3 Mesin Skrap Basic Spec Number of Stroke : Main Motor : Number Of Table Feeds : Range Of Table Feeds : SAN HOU SH-18K 8 2 HP (1,5Kw) 11 0,15 1,85 Dimension Of Table Feeds : 390 x 330 x 335 mm c. Mesin Frais Mesin frais (milling machine) adalah mesin perkakas yang dalam proses kerja pemotongannya dengan menyayat atau memakan benda kerja menggunakan alat potong bermata banyak yang berputar (multipoint cutter). Mesin ini berada di labratorium teknologi produksi jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung seperti ditunjukkan pada gambar 3.4. pada penelitian ini, mesin frais digunakan untuk membentuk bagian dalam cover active driven rotary tool.

46 Gambar 3.4 Mesin Frais Adapun spesifikasi mesin frais ditunjukkan pada tabel 3.3. Tabel 3.3. Spesifikasi Mesin Frais Basic Spec Table Working Surface : Number of Speeds : Range : Standar Tapper : Made In : MILKO 12 800 x 225 mm 12 50-1700 rpm ISO - 40 Spain d. Dial Indicator Dial indikator merupakan sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur simpangan putar (run out) sebuah poros. Pada proses pengukuran simpangan putar pahat atau kebulatan putaran pahat active driven rotary tool digunakan sebuah dial indicator sebagai alat ukur. Alat ini memiliki ketelitian hingga 0,01 mm.

47 Gambar 3.5 Dial Indicator e. Vibration meter Gambar 3.6 Alat ukur getaran (Lutron VB-8213) Vibration meter merupakan alat untuk mengukur getaran. Pada penelitian ini vibration meter digunakan sebagai alat utuk mengukur tingkat getaran struktur active driven rotary tool saat dilakukan proses pemesinan. Alat ini memiliki ketelitian hingga 0,001 mm untuk displacement dan 0,01 mm/s untuk velocity.

48 f. Komputer Komputer pada penelitian ini digunakan sebagai media untuk melakukan perancangan dan pengujian awal active driven rotary tool dengan menggunakan software pabrikan dassault system yaitu Solidworks 2013. Adapun spesifikasi minimum komputer yang dapat digunakan untuk menjalankan software solidworks 2013 ditunjukkan pada tabel 3.4. Tabel 3.4. Spesifikasi Komputer Komputer / Laptop Processor : Intel (R) or AMD CPU 1007U @ 1.50 GHz Random Acess Memories : 2 GB Minimum Space System : 10 GB Graphics : Intel (R) HD Graphics Operating System : Xp, Win 7, and Win 8. g. Digital Tacho Meter Digital tacho meter merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya putaran. Pada penelitian ini, digital tacho meter digunakan untuk mengetahui putaran yang terjadi pada pahat sehingga memudahkan pengesetan putaran pahat sesuai dengan parameter. Gambar 3.7 Tacho meter

49 h. Regulator Regulator merupakan alat yang berfungsi untuk menurunkan tegangan sehingga ketika digabungkan dengan motor DC regulator mampu mereduksi putaran motor sesuai dengan skala yang tertera pada regulator. Pada regulator ini atau yang biasa disebut speed control unit memiliki 10 skala pengatur putaran pahat. Pada penelitian ini regulator berfungsi sebagai pengatur putaran pahat. Regulator yang digunakan yaitu jenis AXUD90C. Gambar 3.8 Regulator AXUD90C i. Surface Tester Surface tester merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kekasaran permukaan suatu benda. Pada penelitian ini, alat ini digunakan untuk mengukur tingkat kekasaran permukaan benda kerja (magnesium) setelah dilakukan proses pemesinan. Gambar 3.9 Surface Tester (Mitutoyo SJ-201)

50 3.3.2 Bahan Bahan yang digunakan untuk membuat sistem pahat putar tergerak (active driven rotary tool) direncanakan merupakan golongan material besi baja. Untuk membuat poros dan konstruksi mesin yang digunakan untuk meneruskan putaran tinggi biasanya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan seperti baja khrom nikel. Namun selain itu pula jika hanya untuk meneruskan putaran tinggi penggunaan baja karbon yang diberi perlakuan panas secara tepat bisa menjadi pertimbangan untuk merencanakan sebuah poros (Sularso, 1983). Adapun bahan yang digunakan untuk membuat sistim pahat putar tergerak ( active driven rotary tool) yaitu Baja Aisi 1045. Baja AISI 1045 adalah baja karbon yang mempunyai kandungan karbon sekitar 0,43 0,50 dan termasuk golongan baja karbon menengah. Baja AISI 1045 berarti baja karbon yang mempunyai komposisi karbon sebesar 0,45%. Baja dengan spesifikasi ini banyak digunakan untuk membuat komponen roda gigi, poros dan bantalan (Pramono, 2011). 3.4. Desain Penelitian Agar penelitian ini dapat berjalan sebagaimana mestinya, maka sebelum melakukan penelitian, hendaknya di buat sebuah perencanaan yang matang terlebih dahulu. Kesalahan akan terjadi ketika kita tidak mampu mendeskripsikan desain penelitian secara baik, oleh sebab itu, perlu diadakan desain awal sebagai batasan untuk melaksanakan penelitian.

51 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 (tiga) metode penelitian yang dimulai dari perancangan, pembuatan alat (fabrikasi) dan pengujian getaran (vibrasi), kebulatan (run out) pahat dan poros active driven rotary tool serta kekasaran permukaan magnesium setelah dilakukan proses pemesinan dengan menggunakan sistem pahat putar aktif tergerak. 3.4.1 Perancangan 3.4.1.1. Conceptual Design Conseptual design merupakan tahap awal dari proses perancangan, dimana pada tahap ini penentuan ide awal untuk merancang sebuah alat. Didalam conseptual design akan dibahas terkait alasan alasan pemilihan desain, menjelaskan fungsi struktur, menjelaskan prinsip kerja alat, serta menentukan konsep desain dari beberapa variasi konsep desain yang dibuat (Ashby, 2005). Saat ini, pahat yang digunakan pada mesin bubut konvensional dipegang oleh tool post serta pahat berada dalam posisi horizontal dan tegak lurus terhadap benda kerja. Pahat pada mesin bubut konvensional merupakan pahat diam. Sedangkan pada penelitian ini merencanakan penggantian pahat diam dengan menerapkan sistim pemegang pahat putar aktif tergerak (active driven rotary tool). 3.4.1.2. Embodiment Design Tahapan perancangan selanjutnya yaitu embodiment design. Setelah ditentukan konsep dari alat yang akan dibuat maka pada tahap ini mulai merealisasikan ide atau konsep tersebut. Mulai dari membuat kerangka desain, menghitung sampai menganalisa desain.

52 3.4.1.2.1. Perancangan shaft (poros) Pada perancangan ini poros yang akan direncanakan tidak mendapat beban lain kecuali torsi, maka diameter poros tersebut dapat lebih kecil dari pada yang kita bayangkan. Namun, diperkirakan juga akan terjadi beberapa pembebanan berupa lenturan, tarikan atau tekanan. Shaft yang direncanakan ini akan dipasangkan dengan roda gigi, sehingga pembebanan tambahan tersebut perlu diperhitungkan dengan faktor keamanan yang diambil. Diagram aliran untuk merencanakan poros dengan beban puntir Urutan langkah perancangan shaft ditunjukkan dalam flowchart dibawah ini: START 1. Daya yang ditransmisikan P (KW) 2. Putaran poros n (rpm) 3. Faktor koreksi fc Momen puntir rencana T (Kg.mm) 1. Pemilihan material untuk shaft dengan spesifikasi kekuatan tariknya σ b (Kg.mm 2 ) 2. Apakah poros bertangga atau beralur pasak 3. Faktor keamanan Sf 1 dan Sf 2 a

53 a Daya rencana Pd (KW) Tegangan geser ijin τ a (Kg/mm 2 ) Diameter poros (mm) Periksa konsentrasi tegangan yang terjadi Menggambar poros dengan menggunakan Solidworks selesai Gambar 3.10. Diagram alir perancangan poros a. Menghitung daya yang direncanakan Rumus yang digunakan untuk menghitung daya yang direncanakan yaitu: Pd = fc. P... (1) b. Menghitung momen puntir Rumus yang digunakan untuk menghitung momen puntir yaitu : T = 9,74 X 10 5 Pd n... (2)

54 c. Menghitung tegangan geser ijin Rumus yang digunakan untuk menghitung tegangan geser ijin yaitu : τ a = σ b Sf 1 x Sf 2... (3) d. Menghitung diameter poros Setelah mendapatkan perhitungan diatas maka langkah selanjutnya yaitu menghitung diameter poros yang di ijinkan. Rumus untuk menghitung diameter poros yaitu : D = [ 5,1 τ a X K t. C b. T] 1/3... (4) e. Konsentrasi tegangan pada poros Untuk poros bertingkat, dengan asumsi bahwa diameter poros yaitu 6 mm maka : jari jari fillet = 6 D 2... (5) Mencari konsentrasi tegangan pada poros bertingkat dengan mengacu pada grafik faktor konsentrasi tegangan (β) untuk pembebanan puntir statis dari suatu poros bulat dengan pengecilan diameter yang diberi fillet. Di peroleh hasil seperti dibawah ini : jari jari fillet diameter poros = diameter besar diameter kecil = Maka konsentrasi tegangan yang teradi yaitu sebesar (β).

55 3.4.1.2.3. Perancangan Roda Gigi Roda gigi yang akan dirancang merupakan jenis roda gigi lurus serta diameter roda gigi disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia sesuai dengan kondisi perancangan cover yang dibuat karena menyesuaikan dengan mesin bubut yang sudah ada. Oleh sebab itu, roda gigi yang dirancang berukuran kecil. Diagram alir untuk merencanakan roda gigi START 1. Daya yang ditransmisikan P (KW) 2. Putaran poros n (rpm) 3. Perbandingan reduksi (i) 4. Jarak sumbu poros a (mm) 5. Faktor koreksi (fc) 6. Daya rencana Pd (KW) 7. Diameter sementara lingkar jarak bagi d1 dan d2 8. modul pahat (m) 9. sudut tekan pahat α 10. Jumlah gigi z1 dan z2 serta rasio gigi (i) 11. Diameter lingkaran jarak bagi (roda gigi standar) d01 dan d02 (mm) serta jarak sumbu poros a0 (mm) a

56 a 12. Kelonggaran sisi (Ck) 13. Kelonggaran kepala (C0) 14. Diameter kepala (d01 dan d02) mm 15. Diameter kaki ( df1 dan df2) mm 16. Kedalaman pemotongan (H) mm 17. Menggambar roda gigi dengan menggunakan software solidworks FINISH Gambar 3.11. Diagram alir perancangan roda gigi a. Menghitung daya yang direncanakan Rumus yang digunakan untuk menghitung daya yang direncanakan yaitu: Pd = fc. P... (6) b. Menghitung diameter sementara lingkar jarak bagi Rumus yang digunakan untuk menghitung diameter sementara lingkar jarak bagi yaitu : d 1 = i x a 1+i... (7) d 2 = i x a x 2 1+i... (8)

57 c. Menghitung jumlah gigi Untuk menghitung jumlah gigi yang akan dibuat, maka kita harus menentukan modul yang akan digunakan terlebih dahulu. Karena diameter rencana untuk roda gigi besar hanya 50 mm dan roda gigi kecil 25 mm, maka modul yang dipilih yaitu modul 1 dengan sudut pahat α = 20 0 agar puncak kepala roda gigi tidak terlalu runcing. yaitu : Rumus yang digunakan untuk menghitung jumlah gigi d 1 m... (9) Maka untuk roda gigi pinyon (kecil) diperoleh jumlah gigi : d 1 m = 25 1 = 25 Dan untuk roda gigi besar diperoleh jumlah gigi : d 2 m = 50 1 = 50 d. Menghitung diameter lingkaran jarak bagi Untuk menghitung diameter lingkaran jarak bagi (d01, d02) mm maka digunakan rumus yaitu : d 01 = d 1 x m... (10) Sehingga jarak antar sumbu poros a0 dapat ditentukan : a 0 = d 01+d 02 2... (11) Dengan asumsi kelonggaran puncak (Ck) = 0,25 x m dan kelonggaran sisi (C0) = 0

58 e. Menghitung diameter kepala, diameter kaki dan kedalaman pemotongan Diameter kepala merupakan diameter paling luar dari roda gigi yang dapat di tentukan dengan persamaan : d k = (d 0 + 2) x m... (12) Sedangkan diameter kaki merupakan diameter ke-dua paling luar dari roda gigi yang dapat di tentukan dengan persamaan : d f = (d 0 2) x m (2 x c k )... (13) Kedalaman pemotongan (H) : H = 2 x m + C k... (14) 3.4.1.3. Keterbuatan (Manufacturability) Manufacturability atau biasa disebut sebagai kemampuan suatu material untuk di produksi dimasukkan kedalam proses perancangan karena salah satu aspek yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan sebuah part untuk dibuat yaitu dengan merencanakan pula bagaimana komponen tersebut akan dibuat. Apakah akan dibuat dengan cara di cor, tempa, machining atau yang lainnya. Dengan pertimbangan keterbuatan dari masing-masing komponen maka dapat kita prediksi waktu serta biaya produksi. Semakin sulit komponen untuk di produksi maka akan semakin lama waktu pengerjaan dan akan semakin meningkat biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh sebab itu, faktor keterbuatan ini sangat penting dalam proses perancangan.

59 3.4.1.4. Detail Design Setelah melalui beberapa tahap perencanaan diatas, maka tahap selanjutnya yaitu tahap penyempurnaan desain yang akan dibuat beserta dimensi part secara menyeluruh. Fungsi dimensi pada part yang akan kita buat sebagai batasan dan arahan pada saat melakukan proses fabrikasi. Material yang digunakan untuk membuat cover serta poros dan gear yaitu baja AISI 1045 yang secara spesifik dapat dilihat pada tabel spesifikasi baja AISI 1045 yang tertera pada lampiran. 3.4.2 Fabrikasi Setelah proses perancangan selesai dikerjakan, maka tahapan selanjutnya yaitu pembuatan active driven rotary tool. Pengerjaannya diawali dengan menghaluskan ke 4 (empat) sisi benda kerja dengan menggunakan mesin skrab yang berada di dalam lab produksi. Setetah itu, penghalusan face (muka) permukaan benda kerja dengan menggunakan mesin frais. Setelah mencapai ukuran atau dimensi yang di butuhkan, maka segera melaksanakan tahap selanjutnya yaitu melakukan proses milling terhadap benda kerja yang akan dijadikan cover bawah maupun cover atas sistem pahat putar aktif tergerak. Tahap selanjutnya yaitu melakukan proses drilling terhadap 3 (tiga) titik yang akan dijadikan sebagai tempat dudukan bearing untuk menahan poros yang akan menghubungkan roda gigi dengan motor servo dan pahat putar. Penelitian ini akan menggunakan 6 buah bearing yang di maksudkan mampu menahan gaya atau tekanan dalam arah vertical maupun horizontal saat pahat diputar.

60 Setelah cover atas dan bawah selesai dikerjakan maka tahap pengerjaan selanjutnya yaitu membuat poros untuk menghubungkan roda gigi dan poros mandril. Lalu membuat roda gigi yang sesuai dengan desain yang telah diselesaikan. Tahap selanjutnya yaitu assembly atau perakitan seluruh komponen sistem pahat putar. Untuk lebih jelas mengenai proses pembuatan komponen pahat putar aktif tergerak, hal ini akan dibahas pada sub bab pembuatan ADRT (Active Driven Rotary Tool). 3.4.3 Analisa data / Pengujian Pengujian yang dilakukan merupakan pengujian untuk melihat kondisi aktual sistim pahat putar aktif tergerak (active driven rotary tool) setelah selesai diproduksi. Pengujian yang hendak dilakukan meliputi pengujian run out poros dudukan pahat, run out pahat putar, kebulatan pahat, pengujian getaran pada struktur mesin ADRT (Active Driven Rotary Tool) serta kekasaran permukaan magnesium setelah dilakukan proses pemesinan dengan pahat putar. Run out yang diinginkan yaitu sekecil mungkin dengan harapan run out yang terjadi berada dibawah 0,04 mm sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Johanna Kosawkoska dalam penelitiannya yang berjudul Application of Self- Propelled Rotary Tools for turning of difficult-tomachine materials.

61 Tabel 3.5. Pengujian Run Out Poros Dudukan Pahat Arah Radial No Putaran Pahat (Rpm) Pengujian ke 1 Jenis Pengujian Pengujian Pengujian ke 2 ke 3 Rata Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000 No Tabel 3.6. Pengujian Run Out Pahat Putar Arah Axial Jenis Pengujian Putaran Pahat Pengujian Pengujian Pengujian (Rpm) ke 1 ke 2 ke 3 Rata Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 8 1619 9 1940 10 2117

62 11 200 12 700 13 1000 Tabel 3.7. Pengujian Run Out Pahat Putar Arah Radial No Putaran Pahat (Rpm) Pengujian ke 1 Jenis Pengujian Pengujian Pengujian ke 2 ke 3 Rata - Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000 Tabel 3.8. Pengujian Kebulatan Pahat No Sudut Penyimpangan (mm) Pengujian 1 Pengujian 2 Pengujian 3 Rata - rata 1. 0 0 2. 30 0 3. 60 0 4. 90 0

63 5. 120 0 6. 150 0 7. 180 0 8. 210 0 9. 240 0 10. 270 0 11. 300 0 12. 330 0 13. 360 0 Tabel 3.9. Pengujian Getaran Struktur Mesin ADRT Putaran Putaran Velocity (mm/s) No Pahat (rpm) Mesin (rpm) Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujia n ke 3 Rata -Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 625 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000

64 Tabel 3.10. Pengujian Getaran Struktur Mesin ADRT Putaran Putaran Displacement (mm) No Pahat (Rpm) Mesin (Rpm) Pengujian ke 1 Pengujian ke 2 Pengujian ke 3 Rata Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 625 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000 Tabel 3.11. Pengujian Getaran Struktur Mesin ADRT No Putaran Pahat (Rpm) Putaran Mesin Pengujian ke 1 Velocity (mm/s) Pengujian Pengujian ke 2 ke 3 Rata - Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 1400 5 896 6 1116

65 7 1367 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000 Tabel 3.12. Pengujian Getaran Struktur Mesin ADRT No Putaran Pahat (Rpm) Putaran Mesin Pengujian ke 1 Displacement (mm) Pengujian Pengujian ke 2 ke 3 Rata - Rata 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 1400 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000

66 Tabel 3.13. Pengujian kerataan Permukaan benda kerja setelah dilakukan proses pemesinan Pengujian No Putaran Pahat (Rpm) Kedalaman Potong (mm) Pengujian Pengujian Pengujian Rata -Rata ke 1 (µm) ke 2 (µm) ke 3 (µm) Ra Rz Ra Rz Ra Rz Ra Rz Vc (rpm) Feeding (mm) 1 92,6 2 302,1 3 492,8 4 686 5 896 6 1116 7 1367 0,2 950 0,05 8 1619 9 1940 10 2117 11 200 12 700 13 1000 Tabel 3.14. Pengujian Getaran Struktur Mesin ADRT ketika pemakanan (f = 0,2 mm) No Putaran Pahat (Rpm) Putaran Mesin Velocity (mm/s) Jenis Pengujian Displacement (mm) 1 92,6 2 302,1 950 3 492,8

67 4 686 5 896 6 1116 7 1367 8 1619 9 1940 950 10 2117 11 200 12 700 13 1000 3.4.3.1. Prosedur Pengambilan Data Prosedur pengambilan data putaran, run out dan getaran pada sistem pahat putar aktif tergerak (active Active driven rotary tool) dengan parameter pada tabel 3.5 dan 3.6 dilakukan dengan beberapa tahap antara lain : 1. Persiapan Alat Pada tahap ini merupakan tahap mempersiapkan alat yang akan digunakan untuk melakukan pengujian antara lain : ADRT (Active driven rotary tool), dial indicator, speed reducer, tacho meter, dan vibration meter. Setelah mempersiapkan alat alat yang akan digunakan langkah selanjutnya yaitu mengkalibrasi alat ukur run out pahat.

68 2. Set up ADRT (Active driven rotary tool) Setelah selesai mempersiapkan alat yang akan digunakan maka tahap selanjutnya yaitu men-setup ADRT dengan cara menghubungkan regulator terhadap motor BLDC dan ke sumber tegangan. Setelah selesai, tahap selanjutnya yaitu memasangkan dial indicator pada mesin bubut dan meletakkan sensor dial indicator pada poros pahat yang akan diteliti besar run out nya. Gambar 3.12. Pemasangan regulator dengan motor listrik 3. Proses pengambilan data a. Proses pengambilan data putaran pahat Adapun langkah langkah untuk pengambilan data putaran pahat antara lain sebagai berikut : 1. Menghidupkan motor sebagai penggerak pahat putar dengan menggeser tombol start pada regulator. 2. Memutar speed control pada regulator pada tiap skala yang tertera pada regulator. 3. Menghidupkan tachometer dan mengarahkan ke pahat yang telah berputar. 4. Mencatat hasil putaran pahat yang terjadi pada tachometer.

69 5. Mengulangi langkah di atas sampai ke skala ke sepuluh pada regulator. Gambar 3.13. Prosedur pengujian putaran pahat b. Proses Pengambilan data run out pahat Adapun langkah langkah untuk pengambilan data run out pahat terbagi dalam dua tahap antara lain sebagai berikut : 1. Pengambilan data run out pahat dengan putaran manual a. Membuat titik skala yang ditempatkan pada pahat dengan sudut 30 0 pada masing masing titik sampai kembali ke titik awal. b. Memutar mandril dengan skala 30 0 dimulai dari titik 0 0 sampai satu putaran penuh (360 0 ). c. Saat mencapai titik sudut 30 0 maka melakukan pencatatan penyimpangan yang terjadi sesuai yag ditunjukkan pada dial indicator. d. Mengulangi langkah diatas sampai satu putaran penuh (360 0 ). e. Mengulangi langkah a,b dan c sampai ke pengujian ke tiga.

70 Gambar 3.14. Pemasangan dial indicator dan skala pengujian pada pahat putar 2. Pengambilan data run out pahat berdasarkan putaran motor a. Menghidupkan motor sebagai penggerak pahat putar dengan menggeser tombol start pada regulator. b. Memutar speed control pada regulator untuk menentukan besarnya putaran motor (sesuai parameter) dan untuk memastikan putaran agar sesuai dengan parameter pengujian maka digunakan tachometer. Ketika motor sudah berputar, langkah selanjutnya yaitu menekan tombol start pada tachometer sambil mengatur putaran dengan menggunakan speed control pada regulator agar putaran motor sesuai dengan parameter seperti pada tabel 3.5 dan 3.6. c. Ketika putaran sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka langkah selanjutnya yaitu mengamati dan mencatat penyimpangan yang terjadi pada dial indicator.

71 Gambar 3.15. Pemasangan dial indicator pada pahat putar c. Proses pengambilan data getaran pada ADRT Adapun langkah langkah untuk pengambilan data getaran pahat antara lain sebagai berikut : 1. Menghidupkan motor sebagai penggerak pahat putar dengan menggeser tombol start pada regulator. 2. Memutar speed control pada regulator untuk menentukan besarnya putaran motor (sesuai parameter) dan untuk memastikan putaran agar sesuai dengan parameter pengujian maka digunakan tachometer. Ketika motor sudah berputar, langkah selanjutnya yaitu menekan tombol start pada tachometer sambil mengatur putaran dengan menggunakan speed control pada regulator agar putaran motor sesuai dengan parameter seperti pada tabel 3.9, 3.10, 3.11 dan 3.12.

72 3. Ketika putaran sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka langkah selanjutnya yaitu menghidupkan alat dengan menekan tombol power ON/OFF. 4. Menempelkan sensor ke sumber getaran (ADRT). 5. Mencatat nilai yang muncul pada layar vibration meter. 6. Jika semua langkah diatas telah selesai dilakukan, maka langkah terakhir yaitu dengan mematikan vibration meter dengan menekan tombol ON/OFF. Serta mematikan putaran pahat dengan menekan / menggeser tombol Start menuju ke standbay pada speed control. Karena parameter yang diambil sama untuk kedua pengujian, maka pada saat pengambilan data run out pahat dan getaran tanpa pemotongan pada struktur mesin ADRT (Active Driven Rotary Tool) dilakukan secara berbarengan. Untuk pengujian getaran dengan proses pemesinan dilakukan secara terpisah dengan parameter yang berbeda. Gambar 3.16. Instalasi alat ukur getaran pada mesin bubut

73 Sensor getaran seperti ditunjukkan pada gambar 3.15 diletakkan dibagian cover atas mesin ADRT. Penempatan sensor dibagian ini dikarenakan getaran yang terjadi dibagian ini lebih besar jika dibandingkan dengan diletakkan pada bagian lain. Getaran ini dipicu oleh adanya gerakan roda gigi yang bergesekan dimana letaknya tepat dibawah penempatan sensor getar.