BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu hal penting dari dalam diri manusia yang berkaitan dengan fisik, jasmani, serta rohani serta mempengaruhi derajat kehidupan seseorang. Permasalahan kesehatan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya psikologis, sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat, permasalahan kesehatan terjadi karena dipengaruhi oleh ilmu sosial yakni masih rendahnya pemanfaatan saranan dan prasarana pelayanan kesehatan oleh masyarakat (Maryani, 2015). Sarana pelayanan kesehatan merupakan salah satu penunjang dalam mengakses kesehatan serta meningkatkan derajat kesehatan. Berdasarkan data Kemenkes RI tahun 2014, jumlah sarana dan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia semakin meningkat salah satunya puskesmas. Puskesmas yang ada di Indonesia sampai pada tahun 2014 mencapai 9.731(Kemenkes RI, 2014). Pelayanan yang disediakan puskesmas tidak hanya medis tetapi juga pelayanan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional adalah gabungan dari pengetahuan, keterampilan, praktek yang berdasarkan teori, keyakinan, adat-istiadat, yang dimanfaatkan dalam pemeliharaan kesehatan, upaya pencegahan, diagnosis, serta pengobatan penyaikit fisik dan mental (Abbott, 2014). Berdasarkan hasil survei di Indonesia pada tahun 2000 terjadi peningkatan pemakaian obat herbal mulai dari 15,6% dan meningkat menjadi 31,7% pada tahun 2001 (Dewoto, 2007). Pengobatan tradisional merupakan pilihan dari beberapa masyarakat Indonesia sebagai pengobatan komplementer dikarenakan biaya pengobatan konvensional yang mahal. Tahun 2010, 1
2 penduduk Indonesia yang mengonsumsi jamu sebanyak 50,12% dan 95,60% diantaranya merasakan manfaatnya (Yuningsih, 2012). Berdasarkan hasil data Riskesdas pada tahun 2013 menunjukan proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional, alternatif, dan komplementer dalam kurun waktu 1 tahun sebanyak 30,4%, pengobatan yang paling banyak adalah dengan menggunakan alat (77,8%) dan ramuan (49%) (Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, 2013). Berdasarkan sudut pandang, sisi positif dari pengobatan tradisional yang tergolong obat herbal adalah pengobatan yang relatif murah, menyembuhkan penyakit secara tuntas, dan alami. Adapun sisi negatifnya adalah obat yang disediakan tidak praktis, rasa obat yang tidak enak, serta tidak terjamin dari segi kebersihannya (Jauhari, dkk, 2008). Tingginya pemakaian pengobatan tradisional dikalangan masyarakat membuat pemerintah mengeluarkan keputusan Pertaturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007 tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Peraturan ini untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya pengobatan alternatif oleh fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerinah atau swasta yang melindungi pemberi dan penerima layanan dalam hukum (Permenkes RI, 2007). Jumlah puskesmas yang memiliki pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia sebanyak 1.167 puskesmas dan yang memiliki tenaga kerja terlatih tersebar pada 289 kota yang salah satunya ada di Bali (Kemenkes RI, 2014). Provinsi Bali tidak luput dari berbagai permasalahan terkait masalah kesehatan di kalangan masyarakat. Sarana pelayanan puskesmas yang berada di Bali pada tahun 2014 sebanyak 120 puskesmas, dan puskesmas pembantu sebanyak 523 (Dinkes Bali, 2
3 2015). Berkaitan dengan pengobatan tradisional yang memiliki unsur adat-istiadat dan keyakinan, Wijaya, (2013) mengemukakan bahwa masyarakat di Bali masih memiliki dua kepercayaan. Kepercayaan tersebut tidak hanya terdapat dalam upacara, melainkan dalam kesehatan. Fenomena ini membuat banyaknya tempat praktek tradisional yang ada di Bali. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Bali khususnya kota Denpasar dan Gianyar menunjukan masih banyaknya tempat praktek pengobatan komplementer alternatif yang belum ada SBR-TPKA (Surat Bukti Registrasi Tenaga Pengobatan Komplementer Alternatif) (Herman dkk, 2013). Data UPT JKMB (Jaminan Kesehatan Masyarakat Bali) tahun 2014 pengobatan tradisional yang ada di Denpasar berdasarkan jenisnya terdapat 203 dengan keterampilan (pendekatan agama, pijat urut, akupuntur, akupresur, usada, paranormal, dan lain sebagainya), dan 38 pengobatan tradisional berdasarkan ramuan. Tempat pengobatan yang memiliki Surat Izin Pengobatan Tradisional (SIPT) dari Dinkes kota hanya 18 tempat dan yang memiliki Surat Terdaftar Pengobatan Tradisional (STPT) dari Dinkes Kota sebanyak 114 tempat. Sebanyak 132 tempat pengobatan yang belum memiliki memiliki SIPT dan STPT di Kota Denpasar. Denpasar Selatan merupakan salah satu wilayah terluas dan penduduk terbanyak dari wilayah Denpasar. Berdasarkan sarana pelayanan kesehatan, Denpasar Selatan memiliki 1 rumah sakit, 4 puskesmas, dan 6 puskesmas pembantu (BPS Denpasar, 2014). Terdapat 78 tempat penyedia pengobatan tradisional di Denpasar Selatan pada tahun 2013. Tempat pengobatan tradisional tersebut tersebar di beberapa Desa salah satunya adalah Desa Sanur. Desa Sanur merupakan desa dengan jumlah penduduk yang padat yakni sebanyak 48.083 jiwa serta memiliki sarana pelayanan kesehatan yang mudah diakses. Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Desa Sanur 3
4 adalah 1 Puskesmas induk dan 2 puskesmas pembantu, serta beberapa praktek dokter dan bidan. Terkait dengan sarana pelayanan kesehatan yang banyak, masyarakat di Desa Sanur juga mengakses pengobatan ke tempat pengobatan tradisional. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan salah satu masyarakat di Desa Sanur menunjukan bahwa masyarakat sekitar tempat tinggal warga juga biasa menggunakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional dicari apabila masyarakat tidak merasa sembuh dengan pengobatan di medis. Selain itu, akses pengobatan tradisional seperti orang pintar (kebalian), pijat-urut juga banyak terdapat di wilayah Sanur dan tempat tinggalnya. Pemberi pengobatan tradisional mengungkapkan bahwa terdapat beberapa masyarakat Desa Sanur yang berobat di tempatnya. Namun tempat pengobatan yang dipilih juga berdasarkan pada keyakinan akan kesembuhan dari masyarakat sendiri. Oleh karena itu, peneliti dalam hal ini perlu mengetahui lebih lanjut mengenai penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar. 1.2 Rumus Masalah Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan bahwa masih tingginya minat masyarakat dalam menggunakan pengobatan tradisional sebagai sarana pelayanan kesehatan diluar pelayanan medis. Hal ini terjadi karena budaya masyarakat di Bali terhadap persepsi sehat sakit berdasarkan medis dan non medis. Selain faktor budaya, tempat pengobatan tradisional banyak terdapat diwalah Denpasar Selatan khususnya di Desa Sanur. Hal ini didukung dengan perilaku masyarakat di Desa Sanur yang juga menggunakan pengbatan tradisional dalam kesembuhan penyakitnya. Maka dari itu, penelitian terkait dengan penggunaan pengobatan alternatif oleh masyarakat penting dilakukan. Diharapkan melalui penelitian ini, secara umum dapat melihat persepsi 4
5 masyarakat terkait dengan konsep sehat-sakit, perilaku masyarakat dalam mengakses pengobatan alternatif, serta persepsi masyarakat terkait dengan pengobatan alternatif. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana fenomena penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui fenomena penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap konsep sehat-sakit dan upaya pencarian pengobatan di Desa Sanur Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui perilaku masyarakat dalam mengakses pengobatan alternatif di Desa Sanur Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pengobatan alternatif di Desa Sanur Kota Denpasar. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun beberapa manfaat yang diharapkan oleh penulis dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1.5.1 Manfaat Teoritis 1. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi bidang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan promosi kesehatan, khususnya mengenai pengobatan alternatif di Desa Sanur. 5
6 2. Diharapkan dapat sebagai acuan dalam pengembangan penelitian lainnya yang berhubungan dengan pengobatan alternatif oleh masyarakat. 1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan serta manfaat kepada praktisi kesehatan agar dapat lebih mengembangkan upaya promosi kesehatan kepada masyarakat terkait dengan pengobatan alternatif yang baik sesuai dengan standar. 1.6 Ruang Lingkup Penelitan Ruang lingkup penelitian ini pada bidang promosi kesehatan. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Penelitian ini menganalisis mengenai fenomena penggunaan pengobatan tradisional oleh masyarakat di Desa Sanur Kota Denpasar yang dilakukan pada Bulan April 2016. 6