BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

I. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARYA ILMIAH TERTULIS

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah laut Indonesia dikelilingi garis pantai sepanjang km yang

PROFILE DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

PENDAHULUAN. dan km2 Lautan. NTT sebagai salah satu provinsi kepulauan, memiliki potensi yang cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Secara fisik Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANCAMAN & KERENTANAN PERUBAHAN IKLIM BIDANG PERIKANAN BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013 DAN SURVEI PENDAPATAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN 2013

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel. Potensi Areal Budidaya Laut Untuk Komoditas Kerang Mutiara & Abalone, Kerang Darah dan Tiram Serta Teripang Per Kab/kota Se- NTB

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebijakan Perikanan Budidaya. Riza Rahman Hakim, S.Pi

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa karena keanekaragaman hayati dan agroekosistem Indonesia

GAMBARAN UMUM PERENCANAAN KINERJA PERANGKAT DAERAH CONTOH

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

MATRIK RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

HASIL PENCACAHAN LENGKAP SENSUS PERTANIAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pantai mencapai km dengan luas wilayah laut sebesar 7,7 juta km 2

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. pada 8 februari 2010 pukul Data dari diakses

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI TERPADU PERIKANAN BUDIDAYA 2017 Banten, 7-10 Mei 2017

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN Latar Belakang...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara kepulauan Indonesia memiliki jumlah pulau 13.466 buah pulau (BIG, 2012), serta memiliki garis pantai sepanjang 81.000 kilometer (Dahuri, dkk., 2008, hlm. 1). Berdasarkan fakta fisik yang ada tersebut menjadikan wilayah perairan Indonesia sebagai sumberdaya yang dapat menghidupi masyarakat yang bermukim disekitarnya. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia yang sangat luas itu memiliki kekayaan dan keanekaragaman Sumberdaya Alam (SDA). Kekayaan sumberdaya alam yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan tersebut meliputi: sumber daya perikanan (plankton, benthos, ikan, moluska, dan mamalia laut), rumput laut, padang lamun, hutan mangrove, dan terumbu karang (Dahuri, dkk., 2008, hlm. 11). Keberadaan sumberdaya alam kedua wilayah tersebut diharapkan dapat menjadi modal bagi pembangunan bangsa Indonesia di masa depan, serta dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dalam rangka meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan pada wilayah pesisir yaitu sumberdaya perikanan. Sumberdaya perikanan ini dibagi ke dalam dua sektor yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Untuk sektor perikanan tangkap produksinya diperoleh dari hasil laut dengan cara melakukan penangkapan langsung di laut lepas. Sedangkan sektor perikanan budidaya merupakan kolam ditepi pantai yang berair payau (hasil campuran air asin dari laut dan air tawar dari sungai) yang hasil produksinya diperoleh dari pemeliharaan atau pembudidayaan ikan atau udang di dalam tambak. Berdasarkan kondisi tersebut, memicu masyarakat untuk memulai usaha baru dalam kegiatan perikanan yaitu usaha dalam budidaya air payau (tambak). Di Indonesia terdapat usaha budidaya air payau (tambak) yang menyebar di setiap daerah yang berada di pesisir laut. Hal tersebut dipengaruhi oleh adanya potensi

2 sumberdaya alam, sumberdaya manusia, serta sarana dan prasarana yang berbedabeda pada setiap daerahnya. Keberhasilan pengembangan usaha perikanan darat, terutama budidaya tambak ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yaitu faktor fisik dan faktor non fisik. Faktor fisik yang mendukung usaha budidaya perikanan diantaranya iklim, kondisi tanah, dan kondisi air. Sedangkan faktor non fisik yang mendukung usaha perikanan diantaranya tenaga kerja, penyediaan benih, pemasaran, modal, hasil produksi, dan gangguan penyakit (Kordi, 2009, hlm. 11). Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang berada di jalur utara Jawa Barat dengan panjang garis pantai ± 54 km dengan luas wilayah perairan pesisir sebesar 399,6 km 2 atau 39.960 Ha (Sumber: RPJMD Kabupaten Cirebon Tahun 2014-2019, Bab II, hlm. 1). Kondisi fisik pesisir Kabupaten Cirebon mempunyai potensi untuk sumberdaya perikanan. Potensi sumberdaya perikanan ini dapat dibedakan menjadi dua jenis diantaranya perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pada perikanan tangkap Kabupaten Cirebon memiliki potensi ikan yang beraneka ragam serta mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Di Kabupaten Cirebon perikanan budidaya terbagi menjadi dua yaitu: budidaya ikan dalam tambak dan kolam. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon luas lahan yang dipergunakan untuk perikanan budidaya air payau (tambak) 7.500 Ha dan sebesar 784 Ha untuk areal tambak air tawar (kolam). Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang memiliki kontribusi pangan terutama dalam hal produksi hasil budidaya air payau (tambak) dan budidaya air tawar (kolam) untuk wilayah provinsi Jawa Barat ataupun wilayah di luar Jawa Barat. Potensi perikanan budidaya dapat dilihat pada Tabel 1.1 yang menjelaskan nilai produksi ikan air tawar dan ikan air payau menurut jenis ikan (dalam ribuan rupiah). Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah nilai produksi ikan air tawar (kolam) lebih kecil dari jumlah nilai produksi ikan air payau (tambak), yaitu nilai produksi ikan air tawar (kolam) sebesar 135.177.558 rupiah dan nilai produksi ikan air payau (tambak) sebesar 666.296.222 rupiah.

3 Tabel 1.1 Nilai Produksi Ikan Air Tawar dan Ikan Air Payau Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Cirebon Pada Triwulan II Tahun 2014 Nilai Produksi Ikan Air Tawar Nilai Produksi Ikan Air Payau No. Jenis Ikan Nilai Produksi Nilai Produksi Jenis Ikan (Ribuan Rupiah) (Ribuan Rupiah) 1. Mas 7.835.980 Mujair 7.104.376 2. Tawes 2.734.723 Bandeng 99.139.580 3. Mujair 13.682.320 Belanak 3.366.579 4. Nilem 5.461.442 Udang Windu 86.921.330 5. Gurami 12.768.128 Udang Vaname 460.835.889 6. Sepat Siam 292.775 Udang Api-Api 0 7. Tambakan 2.174.129 Kerang Darah 8.909.736 8. Nila 30.664.735 Ikan Lainnya 0 9. Lele 56.143.182 Rumput Laut 18.732 10. Bawal 86.737 Kakap 0 11. Patin 3.333.406 Kepiting 0 JUMLAH 135.177.558 JUMLAH 666.296.222 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon Kecamatan Gunungjati merupakan salah satu daerah yang berada di pesisir Laut Jawa. Daerah ini mempunyai potensi untuk perikanan budidaya air payau (tambak). Hal ini dikarenakan perikanan budidaya air payau (tambak) hanya dapat dilakukan pada daerah yang didukung kemudahan dalam memperoleh air laut sebagai sarana hidup ikan maupun udang. Dalam kegiatan budidaya perikanan, pengaruh utama yang perlu diperhatikan antara lain adalah pengaruh yang berasal dari lingkungan sekitar lokasi budidaya dan pengaruh kegiatan budidaya terhadap lingkungan. (Dahuri, dkk., 2008, hlm. 220). Berdasarkan data yang diperoleh dari BP3K (Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan) Kecamatan Gunungjati, luas areal budidaya air payau (tambak) di Kecamatan Gunungjati sebesar 205,7 Ha. Usaha budidaya tambak ini tersebar di beberapa desa diantaranya yaitu: Desa Mertasinga, Desa Grogol, Desa Wanakaya, Desa Jatimerta, dan Desa Pasindangan. Adapun jumlah petani tambak sebanyak 162 orang yang terbagi kedalam 8 kelompok. Selain itu terdapat 184 pekerja tambak. Komoditas jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan bandeng dan jenis udang yang dibudidayakan adalah udang vaname dan udang windu. Untuk lebih

4 jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.2 mengenai usaha budidaya air payau (tambak) di Kecamatan Gunungjati Pada Tahun 2013. Tabel 1.2 Usaha Budidaya Air Payau (Tambak) di Kecamatan Gunungjati Pada Tahun 2013 No. Kecamatan Desa Jumlah Kelompok Jumlah Petani Tambak (Orang) Jumlah Pekerja Tambak Luas Lahan (Ha) Produksi (ton) 1. Mertasinga 1 20 25 18,7 13,55 2. Grogol 1 26 28 60 32,50 3. Gunungjati Wanakaya 2 37 45 21 8,785 4. Jatimerta 3 53 56 43 10,197 5. Pasindangan 1 26 30 63 10,455 Jumlah 8 162 184 205,7 75,487 Sumber: Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Kecamatan Gunungjati Pelaku usaha budidaya tambak yang ada di Kecamatan Gunungjati dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu pemilik tambak dan pekerja tambak. Namun yang akan menjadi fokus bahasan penulis pada penelitian ini adalah pekerja tambak. Sebagai salah satu pelaku dalam usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, pekerja tambak mengerjakan tugas sesuai dengan pembagian tugasnya masing-masing. Hal ini dikarenakan kemampuan pekerja tambak yang tidak mungkin menyeleseikan semua tugas dalam waktu yang bersamaan. Setiap kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat sudah dipastikan akan memberi kontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat, dalam hal ini yaitu kesejahteraan pekerja tambak. Pendapatan yang diperoleh akan memberi kesejahteraan bagi pekerja tambak dan keluarganya. Namun tidak semua pekerja tambak merasa dapat hidup sejahtera dengan bekerja menjadi pekerja tambak. Hal ini dikarenakan pendapatan yang diperoleh dari hasil usaha budidaya tambak tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya. Sehingga pekerja tambak beserta keluarga harus dapat mengatur pendapatan dengan baik. Selain itu usaha budidaya tambak juga dapat menjadi salah satu lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat dan masyarakat dari daerah lain. Hal ini dikarenakan dalam usaha budidaya tambak banyak menyerap tenaga kerja. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat ataupun masyarakat daerah lain, serta usaha budidaya tambak juga dapat menjaga kelestarian lingkungan

5 sekitar pesisir laut. Hal ini dapat terlihat dari adanya rasa gotong royong antara pemilik tambak dan pekerja tambak dalam menanam pohon mangrove di sekitar pesisir serta bersama-sama melakukan kegiatan mengumpulkan sampah yang ada disekitar pesisir. Pendapatan yang diperoleh dari hasil bekerja menjadi pekerja tambak ataupun pendapatan yang diperoleh dari usaha lainnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga, diantaranya kebutuhan pangan dan kebutuhan non pangan. Hal ini dikarenakan semua pengeluaran rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan selalu berdasar kepada pendapatan. Menurut Badan Pusat Statistik (2009) (dalam Hidayah, 2012, hlm. 38) bahwa besar kecilnya pendapatan yang diterima oleh seseorang biasanya akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang tinggi, sebaliknya tingkat pendapatan yang rendah akan diikuti dengan tingkat konsumsi yang rendah pula. Salah satu faktor penyebab terhadap besar kecilnya pengeluaran rumah tangga adalah jumlah anggota keluarga. Pemenuhan kebutuhan hidup yang dilakukan oleh pekerja tambak sederhana. Arti kata sederhana disini adalah lebih memilih kebutuhan yang benarbenar menjadi prioritas utama oleh anggota keluarga seperti: kebutuhan sandang, kebutuhan sembako/kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, dan rumah tempat tinggal. Sedangkan sebagian dari pendapatan yang diperoleh digunakan untuk tabungan masa depan. Dengan kondisi keuangan yang dimiliki tidak besar maka keluarga pekerja tambak dalam mengatur alokasi pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup harus dilakukan secara cermat agar pengeluaran tidak lebih besar daripada pendapatan yang diterima. Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Gunungjati merupakan salah satu wilayah di Kabupaten Cirebon yang mempunyai potensi untuk perikanan budidaya air payau (tambak). Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai usaha budidaya tambak dan menghubungkannya dengan pemenuhan kebutuhan hidup pekerja tambak, sehingga penulis mengambil judul Kontribusi Usaha Budidaya Tambak Dalam Pemenuhan Kebutuhan Hidup Pekerja Tambak di Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon.

6 B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah merupakan pengenalan masalah penelitian dengan menentukan batasan permasalahannya sehingga terjadi pemfokuskan terhadap teori dan variabel serta kaitan antar variabel yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kecamatan Gunungjati merupakan salah satu daerah di Kabupaten Cirebon yang mempunyai potensi untuk perikanan budidaya, salah satu diantaranya yaitu perikanan budidaya air payau (tambak). Berdasarkan kondisi tersebut memicu masyarakat untuk memulai usaha dalam kegiatan perikanan yaitu usaha budidaya air payau (tambak). Adapun komoditas jenis ikan yang dibudidayakan adalah ikan bandeng dan jenis udang yang dibudidayakan adalah udang vaname dan udang windu. Namun usaha budidaya tambak di daerah tersebut belum dapat dioptimalkan dengan baik, hal ini terlihat masih rendahnya produksi ikan ataupun udang pada saat panen per tahunnya. 2. Sebagai salah satu pelaku dalam usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, pekerja tambak tersebut mengerjakan tugas sesuai dengan pembagian tugasnya masing-masing, serta mereka bekerja untuk mendapatkan upah atau gaji dari pekerjaannya tersebut. Namun pendapatan yang diperoleh pekerja tambak tersebut tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Sehingga tidak semua pekerja tambak merasa dapat hidup sejahtera dengan bekerja menjadi pekerja tambak. 3. Pendapatan yang diperoleh pekerja tambak digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Pemenuhan kebutuhan tersebut diantaranya kebutuhan pangan, kebutuhan non pangan, dan tabungan. Tinggi rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat pendapatan yang diperoleh. Tingkat pendapatan pekerja tambak yang rendah tersebut akan mempengaruhi tingkat konsumsi yang rendah pula. Sehingga pemenuhan kebutuhan hidup yang dilakukan oleh pekerja tambak adalah sederhana.

7 C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diajukan sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon? 2. Bagaimana pembagian tugas pekerja tambak pada usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon? 3. Bagaimana pola konsumsi rumah tangga pekeja tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon? 4. Berapa besar kontribusi usaha budidaya tambak dalam pemenuhan kebutuhan hidup pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon? 5. Upaya apa yang dilakukan oleh keluarga pekerja tambak dalam meningkatkan tingkat pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi karakteristik usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 2. Untuk mengidentifikasi pembagian tugas pekerja tambak pada usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 3. Untuk mengidentifikasi pola konsumsi rumah tangga pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon. 4. Untuk menganalisis kontribusi usaha budidaya tambak dalam pemenuhan kebutuhan hidup pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 5. Untuk mengidentifikasi upaya yang dilakukan oleh keluarga pekerja tambak dalam meningkatkan tingkat pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup. E. Manfaat Penelitian berikut : Adapun di dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai

8 1. Diperolehnya data dan informasi mengenai usaha budidaya tambak dan kehidupan pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 2. Sebagai saran dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah atau instansi terkait mengenai kontribusi yang diberikan usaha budidaya tambak terhadap kehidupan pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon. 3. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang usaha budidaya tambak dan kehidupan pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati. 4. Sebagai data acuan untuk peneliti lanjutan terutama yang berkaitan dalam kegiatan perikanan budidaya, dalam hal ini perikanan air payau (tambak). Serta yang berkaitan dengan kehidupan pekerja dalam suatu usaha, dalam hal ini yaitu kehidupan pekerja tambak. F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penulis dalam mengangkat latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan berbagai kajian teori yang terkait dengan permasalahan yang diambil, meliputi pengertian mengenai tambak, faktor fisik dan faktor non fisik yang mendukung usaha budidaya tambak, konsep tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI), pembagian tugas, definisi konsumsi, pola konsumsi, kebutuhan manusia, upaya manusia memenuhi kebutuhan, kesejahteraan, perikanan dalam pembelajaran geografi, dan penelitian yang relevan. BAB III PROSEDUR PENELITIAN Bab ini menjelaskan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kegiatan atau proses yang ditempuh dalam penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut bab ini meliputi beberapa penjelasan mengenai lokasi penelitian, metode penelitian, desain penelitian, pendekatan penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian,

9 teknik pengumpulan data, alat dan bahan pengumpulan data, teknik pengolahan data dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan karakteristik usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, pembagian tugas pekerja tambak pada usaha budidaya tambak di Kecamatan Gunungjati, karakteristik pekerja tambak di Kecamatan Gunungjati, pola konsumsi rumah tangga pekerja tambak, kontribusi usaha budidaya tambak dalam pemenuhan kebutuhan hidup terhadap (biaya kebutuhan pangan, biaya kebutuhan non pangan, dan tabungan pekerja tambak), dan upaya keluarga pekerja tambak untuk meningkatkan tingkat pendapatan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian dan saran yang diberikan dari hasil penelitian.