Analisis Perhitungan Unit Cost

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan unit cost yang berhubungan dengan pelayanan rawat inap

ANALISIS BIAYA SATUAN BERBASIS METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PASIEN STROKE ISKEMIK DI BANGSAL ARAFAH RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HALAMAN PENGESAHAN. 1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus SC di RS 2. Bidang : Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Perhitungan Unit Cost Pada Tindakan Tonsilektomi. dengan Metode Activity Based Costing

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DALAM PENENTUAN UNIT COST EKSISI FIBRO ADENOMA MAMMAE DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini dengan tujuan untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya

BAB I BAB I PENDAHULUAN. aman, bermutu, dan terjangkau. Hal ini diatur dalam undang-undang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Hal ini memunculkan secercah harapan akan peluang (opportunity)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Karakteristik Subjek Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia berkembang cukup

PELAYANAN HEMODIALISIS DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DI ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Analisis Unit Cost Tindakan Appendiktomi Menggunakan Metode Activity Based Costing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

harus dilaksanakan dengan teliti dalam setiap fungsi manajemen. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

ACTIVITY BASED COSTING PADA PELAYANAN KESEHATAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif, yang

ANALISIS BIAYA SATUAN PADA PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TESIS

BAB I PENDAHULUAN. jantung. Prevalensi juga akan meningkat karena pertambahan umur baik lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan

kesatuan yang tidak terpisahkan dari manajemen operasi RS. Manajemen operasi yang efisien (lean management) adalah manajemen operasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS BIAYA SATUAN PADA PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan mutu pelayanan, rumah sakit harus memberikan mutu pelayanan yang

RS dan JKN T O N A N G D W I A R D Y A N T O

Cost Of Treatment Tonsilektomi Di Instalasi Bedah Sentral Rsud Kajen Kabupaten Pekalongan Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB IV METODE PENELITIAN

PERHITUNGAN UNIT COST

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (Alashek et al, 2013). Data dari Indonesian Renal Registry (2014)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, industri dan teknologi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

Sugiyarti et al, Analisis Biaya Satuan (Unit Cost) Dengan Metode Activity Based Costing (ABC)...

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Ng et al (2014) dengan judul Cost of illness

ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA SATUAN TINDAKAN ORIF

RUMAH SAKIT SEBAGAI LEMBAGA USAHA

ANALISIS BIAYA RS BERDASARKAN AKTIVITAS ACTIVITY BASED COSTING (ABC) Oleh : Chriswardani S (FKM MIKM UNDIP)

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELLITUS DI RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2011

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

Oleh. Siti Rahmawati.Atjo, M Hakimi, A Ghufron M, Ronny R, Indra Bastian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM RUMAH SAKIT (Studi Kasus pada RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan rumah sakit untuk mengalami kerugian sangat besar dan. berpengaruh langsung pada keberlangsungan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka mencapai cita-cita awal dari pembentukan Sistem

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini dilakukan ada beberapa hal sebagai berikut :

KEMAMPUAN TARIF INA CBG S HEMODIALISA PROGRAM KARTU JAKARTA SEHAT (KJS) MENUTUPI BIAYA RIILNYA

Metode Activity Based Costing dalam Penentuan Unit Cost Eksisi Fibroadenoma Mammae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

1. Judul : Unit Cost (ABC) vs INA CBG s Kasus Bedah di RS 2. Bidang : Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 RINGKASAN, KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN REKOMENDASI. 7.1 Ringkasan Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SUKODONO, SIDOARJO. Irwan Firdaus Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Surabaya

ANALISIS PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA TARIF RAWAT INAP RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BRIMOB DEPOK

Hospital Management Study Program, Muhammadiyah University of Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

Analisis Unit Cost Sectio Caesaria dengan Metode Activity Based Costing di Rumah Sakit Bhayangkara Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya demi kepuasan konsumen. karena dapat mempengaruhi profitabilitas suatu rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST SEWA KAMAR KELAS II AR RAHMAN DENGAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING (STUDI KASUS DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL)

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis (GGK) adalah suatu keadaan dimana terdapat penurunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan terkait perhitungan unit cost dengan metode ABC pada IBS RS UGM.

PENETAPAN HARGA POKOK SEBAGAI DASAR PENENTUAN TARIF RAWAT INAP BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DI RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh

BUPATI PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERBANDINGAN PENENTUAN TARIF KAMAR HOTEL ANTARA FULL COSTING DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA HOTEL TIRTONADI PERMAI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. efisiensi biaya obat pasien JKN rawat jalan RS Swasta

Pendahuluan Pemahaman Biaya Unit Cost Biaya dan kaitannya dengan subsidi Tarif berdasarkan Unit Cost

Transkripsi:

Analisis Perhitungan Unit Cost Tindakan Fakoemulsifikasi dengan Penyulit Menggunakan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta) ABSTRAK Baiq Reski Setiagarini, Firman Pribadi Program Studi Pascasarjana Manajemen Rumah Sakit, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yogyakarta, Indonesia baiqreskisetiagarini@gmail.com Tindakan fakoemulsifikasi termasuk kedalam tarif paket INA CBG s yang ditetapkan pemerintah, dimana katarak merupakan penyebab utama kebutaan, sehingga tindakan operasi katarak menjadi tindakan yang paling banyak dilakukan oleh dokter spesialis mata di rumah sakit. Dengan adanya tarif yang telah ditetapkan maka rumah sakit perlu melakukan penyesuaian dengan tarif tersebut. Untuk itu perlu dilakukan analisa biaya terhadap pelayanan fakoemulsifikasi agar rumah sakit tidak mendapatkan kerugian. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pada penelitian ini bertujuan untuk menganalisis unit cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) di RS PKU Muhammadiyah Berdasarkan hasil penelitian, unit cost fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode ABC adalah Rp. 6.489.553,67 dan Real Cost Fakoemulsifikasi dengan penyulit yang ditetapkan pihak RS PKU Muhammadiyah adalah Rp. 7.591.200,00 lebih besar dibandingkan dengan unit cost yang didapatkan. Adapun selisih yang didapatkan adalah Rp. 1.101.646,33 atau sebesar 17%. Kata kunci : Unit Cost, Fakoemulsifikasi, Activity Based Costing (ABC) PENDAHULUAN Berdasarkan 1 pemerintah telah memberikan perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Sistem Jaminan Sosial Nasional pada dasarnya merupakan program Negara yang bertujuan memberi kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jaminan kesehatan mengacu kepada kendali mutu dan kendali biaya dengan menerapkan prinsip managed care agar terjadi pembiayaan yang efisien dengan mutu yang tetap terjamin sesuai indikasi medis. Salah satu kontrol pembiayaaan yang efektif dan efisien dengan menggunakan pola pembayaran prospektif yaitu kapitasi dan Indonesian - Case Based Groups (INA- CBG s). INA CBG adalah versi Depkes RI untuk sistem pembiayaan berdasarkan pendekatan sistem casemix. Tarif INA-CBG s adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut atas paket layanan yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur. Casemix merupakan sistem pengelompokkan penyakit yang menggabungkan jenis penyakit yang dirawat disebuah rumah sakit dengan biaya yang terkait 2. Penghitungan unit cost dengan activity based costing (ABC) merupakan akuntansi biaya berbasis aktivitas yaitu mengendalikan biaya melalui penyediaan informasi tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Hal ini disebabkan karena banyaknya cost driver yang digunakan dalam pembebanan biaya overhead sehingga dapat meningkatkan ketelitian dalam perincian biaya dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat 3. Katarak merupakan penyebab utama kebutaan, sehingga tindakan bedah katarak menjadi tindakan bedah yang paling banyak dilakukan oleh dokter spesialis mata dirumah sakit. Teknik operasi katarak terus berkembang untuk mendapatkan hasil operasi terbaik, tehnik yang banyak digunakan akhir-akhir ini adalah fakoemulsifikasi karena lebih efisien dan lebih sedikit komplikasi yang mungkin ditimbulkan 4. Tarif untuk layanan Fakoemulsifikasi juga termasuk kedalam tarif paket INA CBG s yang telah ditetapkan pemerintah, pada tahun 2014 terdapat sebanyak 53 pasien katarak yang menjalani operasi katarak dengan teknik Fakoemulsifikasi di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta, 34 diantaranya menggunakan jaminan kesehatan, dan 18 diantaranya disertai dengan riwayat penyakit diabetes mellitus. Dengan adanya tarif yang telah diterapkan maka rumah sakit perlu melakukan penyesuaian dengan tarif tersebut. Untuk itu perlu dilakukan nya analisa biaya terhadap pelayanan layanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit sehingga rumah sakit tidak mendapatkan kerugian. Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Berapakah unit cost tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta? 1

2. Adakah selisih antara perhitungan biaya satuan (unit cost) tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) dengan biaya satuan yang di terapkan oleh RS PKU Muhammadiyah Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut 1. Tujuan Umum a. Untuk menganalisis unit cost pada tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) di RS PKU Muhammadiyah b. Untuk mengetahui selisih antara biaya satuan (unit cost) Fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode ABC (Activity Based Costing) dengan biaya satuan yang diterapkan di RS PKU Muhammadiyah 2. Tujuan Khusus Untuk mengetahui komponen-komponen biaya yang diperhitungkan rumah sakit dalam menentukan besarnya biaya tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit di RS PKU Muhammadiyah Manfaat Penelitian 1. Aspek Teoritis Sebagai bahan referensi untuk penelitian yang serupa, memberikan pengetahuan dan pemahaman lebih mendalam tentang penentuan unit cost sebagai dasar penerapan tarif tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode Activity Based Costing (ABC). 2. Aspek Praktis Sebagai bahan kajian dalam melakukan evaluasi terhadap perencanaan lebih lanjut dalam upaya mengevaluasi biaya yang ada serta melakukan efisiensi biaya tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit di RS PKU Muhammadiyah METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan rancangan studi kasus. Pada penelitian ini akan dilakukan analisa perhitungan unit cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode Activity Based Costing (ABC) di RS PKU Muhammadiyah Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Desember 2015 di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, bertepat di poliklinik Mata, bangsal Multazam, dan Instalasi Bedah Sentral. Subjek dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terkait dalam prosedur Fakoemulsifikasi dengan penyulit di RS PKU Muhammadiyah Obyek penelitian ini adalah aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk layanan jasa dipelayanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit di RS PKU Muhammadiyah Aktivitas yang dimaksud adalah semua aktivitas biaya yang terjadi pada tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta baik langsung maupun penunjang yang mendukung tindakan Fakoemulsifikasi. Pada penelitian ini variabel penelitiannya adalah unit cost akomodasi yang terjadi pada pasien yang mendapatkan layanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit dan aktivitas di unit rawat jalan Mata, Rawat Inap Multazam, Instalasi Bedah Sentral, Gizi, Instalasi Laboratorium, Bagian Keuangan dan kasir. Tehnik pengumpulan data pada penelitian ini adalah : 1. Penelusuran dokumentasi yaitu memeriksa dokumen yang terkait pelayanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit yang dimiliki RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta seperti rekam medis pasien, penetapan biaya pasien, data keuangan, dan data pengadaan rumah sakit. 2. wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan cara bertanya langsung atau berkomunikasi langsung dengan pihak terkait, baik yang berhubungan langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh informasi mengenai isu yang diteliti. Pihak yang terkait yang dimaksud diantaranya adalah dokter spesialis mata, kepala bangsal multazam, kepala instalasi bedah sentral, petugas bagian keuangan, petugas bagian rekam medik, petugas bagian penetapan biaya, petugas bagian farmasi, dan petugas bagian pengadaan. Penelitian ini mengumpulkan data primer dan data sekunder. Dari hasil pengumpulan data primer dan sekunder di atas, langkah selanjutnya adalah pengolahan data biaya langsung dan tidak langsung pada layanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit yang merupakan alokasi biaya dari unit-unit (pelayanan, penunjang dan non medis). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode activity based costing, hasil analisis kemudian dideskripsikan menjadi: 1. Menentukan activity centers pada unit yang terkait. 2. Menentukan kategori biaya dan cost driver masing masing kategori biaya 3. Membebankan biaya langsung yang dikonsumsi pada tindakan layanan Fakoemulsifikasi dengan komplikasi. 4. Menetukan besarnya biaya direct resource overhead dan indirect resource overhead yang dikonsumsi masing-masing aktivitas dengan menggunakan proposi waktu pada unit terkait yaitu rawat jalan Mata, Instalasi Bedah Sentral, rawat inap Bangsal Multazam 5. Menentukan activity centers terkait layanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit yang terdapat pada Clinial Pathways. 2

6. Membebankan biaya overhead kedalam masing masing activity centers dalam clinical pathway. 7. Menjumlahkan biaya langsung dan overhead yang terdapat dalam clinical pathway. HASIL Dari Proses perhitungan didapatkan unit cost tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit menggunakan metode Activity Based Costing di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebesar Rp. 6.489.553,67 Beban biaya tersebut terdiri dari biaya langsung dan biaya overhead dengan perincian sebagai berikut : 1. Beban biaya langsung dalam perhitungan unit cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit Beban biaya langsung pada tindakan ini adalah sebesar Rp. 5.326.923,80 atau 82,08% dari total beban biaya tindakan secara keseluruhan. Penggunaan biaya langsung paling banyak digunakan untuk konsumsi obat dan barang habis pakai, yakni sebesar Rp. 2.982,950 atau 55,9% dari total biaya langsung. Sedangkan untuk jasa medis dokter spesialis menghabiskan biaya sebesar Rp. 1.662.500,00 atau 31,2% dari total biaya langsung. Penggunaan biaya lainnya adalah untuk pemeriksaan penunjang sebesar Rp. 256.000,00 atau 4,8% dari total biaya langsung, serta beberapa aktivitas lainnya seperti pendaftaran, steril, laundry, dan biaya sewa kamar, yakni sebesar Rp. 425.473,80 atau 7,9% dari total biaya langsung. Tabel 1. Biaya Langsung Pelayanan Fakoemulsifikasi dengan penyulit RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 Kategori Biaya Satuan Jumlah Satuan (b) Biaya Satuan (c) Jumlah (a) Pelayanan Poli Pendaftaran Aktivitas 1 12.500 12.500 Jasa Medis Periksa Dokter Spesialist Mata Tindakan 1 19.250 19.250 Pemeriksaan Biometri Tindakan 1 150.000 150.000 Pemeriksaan Tonometri Tindakan 1 20.000 20.000 Jasa Medis Konsultasi Dokter Spesialis Penyakit Dalam Tindakan 1 19.250 19.250 Total Pelayanan Poli 221.000 Pelayanan IBS Jasa Medik Dokter Spesialis Mata Tindakan 1 1.400.000 1.400.000 Laundry Kg 6 5.000 30.000 Sterilisasi alat Alat 1 76.973 76.973 Material (obat & Bahan Habis Pakai) Laureate casset Box 1 880.000 880.000 Kasa Lipat 5 X 13 X 12 ply Pcs 20 983 19.660 Handscoend 7,5 Biogel Pcs 2 18.700 37.400 IOL Pcs 1 357.500 357.500 Underpads Pcs 1 3600 3600 Betadin Cc 100 37 3700 Spuit Terumo 10 CC Pcs 2 6200 12.400 Spuit Terumo 5 Cc Pcs 1 4750 4750 Spuit Inj 1 CC 80 UI Terumo Pcs 5 5.850 29.250 Hyron Pcs 1 218.500 218.500 3

Ixium Pcs 1 550.000 550.000 TQM Blue Pcs 1 47.025 47.025 TQM/Carbachol/Aurovist Pcs 1 47.025 47.025 Stab Knife 15 Pcs 1 143.000 143.000 Keratome/Clear Cut SB 2,75 ang Pcs 1 165.000 165.000 Cendo Pantocain 0,5% Botol 1 13.400 13.400 Eye drape Pcs 1 110.000 110.000 BSS 500 ml Flb 1 149.500 149.500 Dop mata Pcs 1 7.700 7.700 Topi operasi Pcs 1 750 750 Total Pelayan IBS 4.307.133 Pelayanan Multazam Materai Barang 1 6.000 6.000 Honor Medis Visite Dokter Spesialis Mata kunjungan 2 56.000 112.000 Honor Medis Visite dokter spesialis Penyakit Dalam kunjungan 2 56.000 112.000 Bed kelas II Multazam 2 150.000 300.000 Penunjang Obat Gula Darah Strip tindakan 2 18.000 36.000 Hbsag (Rapid) Tes tindakan 1 50.000 50.000 Spuit 3cc Terumo Pcs 1 4.000 4.000 Cendo LFX Botol 1 83.500 83.500 Cendo Polydex MD Botol 1 32.100 32.100 Cendo Efrisel TM Botol 1 16.800 16.800 Cendo Mydriatyl 0,5% Botol 1 31.800 31.800 Metil prednisolon 4 mg Tab 10 370 3.700 Levofloxacin 500 mg Tab 5 1.200 6.000 Metformin 500 mg Tab 15 182 2.730 Glibenclamid 5mg Tab 30 72 2.160 Total Pelayanan Multazam 798.790 Total 5.326.923 Ket: a=bxc, a=biaya total, b=satuan, c=harga satuan Sumber : Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta tahun 2014 2. Beban biaya overhead dalam perhitungan unit cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit Beban biaya overhead pada tindakan ini adalah sebesar Rp. 1.162.629,87 atau 17,9% dari total beban biaya tindakan secara keseluruhan. Beban biaya tersebut terbagi menjadi, biaya overhead di klinik Mata sebesar Rp. 37.302,07 (0,6%), biaya overhead di Bangsal Multazam sebesar Rp.179.013,06 (2,7%), dan biaya overhead di instalasi bedah sentral sebesar Rp. 946.314,74 (14,6%). Biaya overhead terbesar berasal dari instalasi bedah sentral, hal ini dapat disebabkan karena instalasi bedah sentral merupakan unit dengan nilai investasi yang tinggi, terutama dari segi peralatan. Biaya overhead pada tiap unit terbagi menjadi direct resource overhead dan indirect resource overhead yang dikonsumsi masing-masing aktivitas 4

dengan menggunakan proposi waktu pada unit terkait yaitu Klinik Mata, Instalasi Bedah Sentral, dan Bangsal Multazam. Biaya seluruh indirect resource overhead RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah sebesar Rp. 17.146.578.914,91 yang dibebankan kepada unit fungsional RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan menggunakan dasar proporsi jumlah pendapatan di masing-masing unit fungsional. Untuk biaya indirect resource overhead rawat jalan mendapatkan beban sebesar Rp. 1.517.866.124,55 (8,85%) yang akan dibebankan kepada seluruh pasien rawat jalan. Untuk itu jika seluruh pasien rawat jalan selama 2014 adalah 92.206 pasien maka untuk pembebanan biaya indirect resource overhead adalah Rp. 16.461,68. Untuk seluruh unit rawat inap mendapat pembebanan terbesar untuk biaya indirect resource overhead, yaitu sebesar Rp. 2.057.150.622,00 (12%) Berdasarkan proporsi yang didasarkan pada jumlah tempat tidur, unit Bangsal Multazam yang memiliki jumlah tempat tidur 14 buah tempat tidur yang dibandingkan dengan seluruh tempat tidur yang ada di unit rawat inap sebesar 205 tempat tidur maka unit Bangsal Multazam mendapat pembebanan biaya indirect resource overhead sebesar Rp.140.488.335,00 Biaya indirect resource overhead yang dibebankan pasien akan diproporsikan menjadi pembebanan biaya indirect resource overhead per setiap hari rawat (LOS). Bangsal Multazam sendiri pada tahun 2014 jumlah hari rawat sebesar 4.489 hari rawat, sehingga untuk setiap hari rawat maka pasien akan mendapatkan pembebanan biaya indirect resource overhead sebesar Rp. 31.296,13. Dan untuk Instalasi Bedah Sentral pembebanan biaya indirect resource overhead sebesar Rp. 2.238.260.802,00 (13,05%) akan dibebankan kepada seluruh pasien Instalasi Bedah Sentral, dimana tindakan fakoemulsifikasi adalah salah satu tindakan yang termasuk dalam operasi khusus. Jika didasarkan pada jumlah tindakan operasi khusus maka untuk setiap tindakan operasi khusus akan mendapatkan pembebanan biaya indirect resource overhead sebesar Rp. 556.642,83. Biaya direct resource overhead merupakan suatu pembebanan biaya tidak langsung ke aktivitas melalui hubungan sebab akibat antara sumber daya yang dikonsumsi dengan aktitas yang ditimbulkan. Untuk total biaya direct resource overhead adalah sebesar Rp. 1.162.629,87, dengan perincian biaya direct resource overhead di klinik mata Rp. 20.840,39, Bangsal Multazam Rp. 147.716,93, dan instalasi bedah sentral sebesar Rp. 389.671,91. Unit Rumah Sakit Tabel 2. Total Biaya Overhead Biaya Overhead Indirect Resource (a) Direct Resource (b) Total Biaya Overhead (c) Klinik Mata 16.461,68 20.840,39 37.302,07 Bangsal Multazam 31.296,13 147.716,93 179.013,06 Instalasi Bedah Sentral 556.642,83 389.671,91 946.314,74 Total 1.162.629,87 ket : c=a+b, a= indirect resource, b= direct resource, c= total biaya overhead Sumber: Rumah Sakit PKU Muhamadiyah Yogyakarta Tahun 2014 Tabel 3. Unit Cost Tindakan Fakoemulsifikasi dengan Penyulit Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 Struktur Biaya Biaya Biaya langsung fakoemulsifikasi 5.326.923,80 Biaya Overhead Indirect Resource Overhead Direct Resource Overhead Biaya overhead fakoemulsifikasi di Klinik Mata 16.461,68 20.840,39 Biaya overhead fakoemulsifikasi di Bangsal Multazam 31.296,13 147.716,93 Biaya overhead fakoemulsifikasi di IBS 556.642,83 389.671,91 Total biaya 6.489.553,67 Sumber : Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014 5

PEMBAHASAN Pembayaran tagihan BPJS kepada Rumah sakit berdasarkan paket INA CBG s, yakni berdasarkan diagnosis atau jenis penyakit dimana sudah ditentukan tarif masing-masing diagnosis penyakit tersebut, maka rumah sakit sebagai pemberi layanan pasien BPJS perlu mengadakan efisiensi di dalam pengelolaan pelayanan tersebut. Paket disini sudah termasuk dalam pemberian obat kepada pasien BPJS, baik rawat jalan maupun rawat inap 5. Layanan Fakoemulsifikasi masuk dalam layanan BPJS pada system INA CBG s dengan tarif sebesar Rp.7.300.00,00 untuk rawat jalan di regional 1 rumah sakit tipe B seperti RS PKU Muhammadiyah Sementara itu hasil perhitungan unit cost tindakan Fakoemulsifikasi dengan penyulit dengan metode Activity Based Costing adalah Rp. 6.489.553,67 dan dari perhitungan real cost menggunakan kebijakan manajemen rumah sakit diperoleh Rp.7.591.200,00. Biaya obat dan bahan medis habis pakai adalah beban biaya yang paling besar dalam keseluruhan tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit,dimana biaya obat dan bahan habis pakai pada tarif paket tindakan fakoemulsifikasi sebesar Rp.2.982.950,00 (56% dari total biaya tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit). Berdasarkan informasi data dari bagian rekam medis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta, dari 53 pasien fakoemulsifikasi selama tahun 2014 terdapat 34 pasien BPJS, dimana dari jumlah 34 pasien BPJS tersebut terdapat 18 pasien yang memiliki riwayat Diabetes Mellitus dengan real cost tiap pasien yang berbedabeda. Perbedaan beban biaya tersebut terutama dari biaya obat dan bahan habis pakai. Menurut penulis, hal tersebut dikarenakan kondisi dan gejala dari tiap kasus pasien memiliki ke khas an masing masing, tidak sama persis satu sama lain. Dari hasil penelusuran penggunaan obat dan bahan habis pakai sudah sesuai dengan formularium nasional yaitu penggunaan obat generik. Dalam hal ini tidak dapat dilakukan efisiensi biaya karna pemberian obat harus tepat dosis, tepat waktu, dan tepat jumlah. Kepatuhan dokter dalam memberikan obat sesuai dengan formularium sangat berpengaruh terhadap mutu tindakan dan efisiensi biaya di rumah sakit 4. Selain obat dan barang habis pakai, jasa medis dokter spesialis juga mengkonsumsi beban biaya yang cukup besar yaitu jasa medis konsultasi di poliklinik mata, konsultasi di poliklinik penyakit dalam, visite pre operasi, visite post operasi, serta jasa medis dokter dalam melakukan tindakan fakoemulsifikasi di instalasi bedah sentral. Beban biaya overhead pada tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit adalah sebesar Rp. 1.162.629,87 atau sebesar 17.9% dari total beban biaya fakoemulsifikasi dengan penyulit. Beban biaya tersebut terbagi dalam, biaya overhead fakoemulsifikasi klinik Mata yaitu sebesar Rp. 37.302,07 atau sebesar 0,6%, bangsal Multazam yaitu sebesar Rp. 179.013,06 atau sebesar 2,7%, dan IBS sebesar Rp. 946.314,74 atau sebesar 14,6% dari total biaya fakoemulsifikasi dengan penyulit. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan adanya efisiensi biaya yang dikeluarkan. Sehingga pihak RS PKU Muhammadiyah perlu mengetahui struktur biaya apa yang kurang efisiensi sehingga dapat melakukan efisiensi biaya. Analisis biaya satuan berdasarkan sistem Activity Based Costing belum lazim digunakan dalam bidang kesehatan namun sistem ini dinilai oleh para pakar ekonomi merupakan sistem yang efektif dan efisien dalam manajemen keuangan modern. Terdapat selisih antara unit cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit dengan metode ABC di RS PKU Muhammadiyah dan real cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit sebesar Rp. 1.101.646,33 (17%). Struktur biaya kedua yang muncul adalah biaya overhead. Overhead terbagi menjadi dua yaitu: indirect resource overhead dan direct resource overhead 6. Dalam biaya overhead struktur terbesar yang muncul adalah biaya gaji non fungsional, seperti gaji struktural ataupun gaji non fungsional lainnya. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah untuk gaji pegawai non fungsional perlu dilakukan efisiensi atau tidak. Pada biaya overhead, selain biaya gaji pegawai non fungsional, pengeluaran biaya yang cukup besar juga terdapat pada biaya kantor dan langganan. Dimana melalui wawancara yang telah dilakukan dengan Manajer Keuangan RS PKU Muhammadiyah, biaya kantor dan langganan adalah biaya yang mencakup biaya listrik, biaya telepon, biaya kebersihan, biaya air dan biaya langganan lainnya. Perlu adanya rincian biaya yang lebih terinci sehingga dapat diketahui tentang perlu adanya efisiensi biaya atau tidak. Penerapan ABC System secara murni sesuai dengan teori yang ada masih sulit untuk diterakan di Rumah Sakit karena rumah sakit memiliki banyak pelayanan baik penyediaan barang maupun jasa sehingga dibutuhkan banyak sumber daya yang dapat melaporkan besarnya biaya di tiap-tiap unit pelayanan berdasarkan aktivitas yang dilakukan 7. KESIMPULAN Biaya satuan ( unit cost) tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menggunakan metode activity based costing adalah Rp. 6.489.553,67 dan Nilai real cost tindakan fakoemulsifikasi dengan penyulit yang ditentukan oleh RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah Rp. 7.591.200,00 dan klaim INA CBG s tindakan fakoemulsifikasi rawat jalan sebesar Rp.7.300.000. 6

DAFTAR PUSTAKA 1. Undang Undang Republik Indonesia Nomer 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional 2. Sulastomo, 2007, Managemen Kesahatan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 3. Mulyadi, 2007, Activity Based Cost System, Edk keenam, Cetakan 2, UPP STIM YKPN, 4. Khanna RC, Kaza S, Palamaner G, Shantha S and Sangwan VS, 2012, Comparative Outcomes of Manual Small Incision Cataract Surgery and Phacoemulsification Performed by Ophthalmology Trainees in A Tertiary Eye Care Hospital in India: A Retrospective Cohort Design. BMJ Open. 5. Alatas, Haidar, 2012. peran dokter spesialis dalam efisiensi pelayanan pasien Jamkesmas rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas. 6. Baker JJ, 1998, Activity based costing and Activity-Based Management for Health Care, Aspen Publisher, United States. 7. Munawaroh, F. 2014. Analisis Biaya Perawatan Fraktur sebagai Pertimbangan dalam Penetapan Pembiayaan Kesehatan Berdasar INA-CBGs, Tesis, Magister Manajemen Farmasi, Universitas Gadjah Mada, 7