BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

Astry Melissa Brata, Vitria Melani, Laras Sitoayu Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu keluarga, masyarakat maupun pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Oleh karena itu tingkat kesehatannya perlu dibina dan. Gizi menjadi penting bagi anak sekolah karena selain dapat

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD NEGERI TANGKIL III DI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius dari pemerintah. Gizi yang baik merupakan pondasi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. maka selera terhadap produk teknologi pangan tidak lagi bersifat lokal, tetapi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat memiliki status gizi yang baik, sehingga anak memiliki tinggi badan. pola makan yang seimbang dalam menu makanannya.

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. makan. Selain itu anak sekolah umumnya tidak pernah lepas dari makanan jajanan, karena anak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Melewatkan sarapan dapat menyebabkan defisit zat gizi dan tidak dapat mengganti asupan zat gizi melalui waktu makan yang lain (Ruxton & Kirk, 1997;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Anak membeli jajanan menurut kesukaan mereka sendiri dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu. faktor utama yang diperlukan dalam melaksanakan program

BAB I PENDAHULUAN. gemuk adalah anak yang sehat merupakan cara pandang yang telah dibangun sejak lama oleh

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia


BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. merasa lelah dan sulit untuk berkonsentrasi pada sore harinya, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. usia matang dan secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang berusia antara satu sampai lima tahun. Masa periode di usia ini, balita

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menyongsong Indonesia dalam melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB I PENDAHULUAN. zat seng / zinc. Padahal zinc merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik pada pagi hari. Sarapan pagi termasuk dalam 10 Pedoman Umum Gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang gemuk. Kekurangan dan kelebihan gizi sama-sama berdampak negatif.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia atau lebih dari 100 juta jiwa mengalami beraneka masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Makanan jajanan dapat memberikan kontribusi zat gizi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik yang tangguh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan sampai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang ini, pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti pemberian makan yang bergizi dapat diberikan dengan penuh kasih sayang agar menghasilkan SDM yang sehat, cerdas dan produktif (Sukiniarti, 2015). Salah satu dari banyak golongan usia, anak sekolah adalah salah satu investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa dimasa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak usia saat ini. Upaya peningkatan sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan. Tumbuh kembang anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian asupan gizi dengan kualitas dan kuantitas yang baik dan benar. Pada masa tumbuh kembang tersebut pemberian asupan makan pada anak tidak selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna (Judarwanto, widodo, 2006). Sarapan adalah kunci pembuka aktivitas seseorang sepanjang hari. Setiap orang tentu saja membutuhkan energi untuk beraktivitas di pagi hari dan energi itu hanya bisa diperoleh jika sarapan. Terdapat berbagai alasan yang sering kali menyebabkan anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu 1

terbatas karena jarak sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi atau tidak selera untuk sarapan pagi. Kebiasaan tidak sarapan akan meningkatkan peluang anak sekolah untuk lebih sering mengkonsumsi makanan jajanan (Khomsan, A, 2003). Sarapan bagi anak sekolah sangatlah penting, karena di waktu sekolah umumnya aktivitas yang dilakukan membutuhkan lebih banyak energi yang cukup besar seperti bermain dan olahraga. Stamina anak agar tetap terjaga selama mengikuti kegiatan sekolah maupun kegiatan ekstrakurikuler, maka anak perlu ditunjang dengan makanan yang bergizi dan berkualitas. Sarapan adalah menu makanan pertama yang dikonsumsi seseorang, biasanya orang makan malam sekitar pukul 19:00 dan baru makan lagi paginya sekitar pukul 06:00. Berarti selama sekitar 10-12 jam mereka puasa.tanpa sarapan pagi, dapat menurunkan kadar gula darah sehingga penyaluran energi berkurang untuk kerja otak. Untuk mempertahankan kadar gula normal, tubuh memecah simpanan glikogen. Bila cadangan habis, tubuh akan kesulitan memasok jatah energi dari gula darah ke otak, yang akhirnya menyebabkan badan gemetar, cepat lelah dan gairah belajar menurun (Khomsan, A, 2003). Kebiasaan makan pagi termasuk ke dalam salah satu 10 pesan dasar gizi seimbang. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Pedoman Gizi Seimbang, 2014). Sarapan dapat menyumbang seperempat dari kebutuhan gizi sehari yaitu sekitar 450-500 kalori dengan 8-9 gram protein. Selain kandungan gizinya cukup, bentuk sarapan sebaiknya 2

juga disukai anak-anak dan praktis pembuatannya (Muhilal & Damayanti, 2006). Kebiasaan sarapan dapat berkontribusi terhadap status gizi, anak yang biasa sarapan akan dapat memenuhi kebutuhan gizinya dalam sehari. Anak yang tidak biasa makan pagi beresiko terhadap status gizi kurang (Wiyono, 2008 dalam Ariesta, U.P., 2013). Jajan merupakan suatu kegiatan yang biasa dilakukan dan sangat digemari oleh anak-anak sekolah. Kebiasaan jajan pada anak sekolah merupakan hal yang tidak asing lagi, karena anak sekolah menghabiskan waktu sekitar 5 jam di sekolah, maka makanan jajanan memiliki kontribusi yang cukup berperan dalam memenuhi kebutuhan zat gizi anak. Sebagian besar waktunya lebih banyak dihabiskan di luar rumah. Anak apabila sedang lapar lebih suka jajan daripada pulang ke rumah untuk makan. Hal ini tidak berakibat negatif apabila anak dapat memilih makanan jajanan yang nilai gizinya baik dan terjaga kebersihannya (Puspitasari et al, 1992 dalam Ariesta,U.P., 2013). Kelompok usia anak sekolah dasar memerlukan energi sekitar 1500-2000 kilokalori setiap hari. Energi sebanyak itu dapat diperoleh dari makanan yang disediakan di rumah dan dari makanan jajanan (Muhilal, 1998 dalam Ariesta, U.P., 2013). Kontribusi makanan jajanan sebaiknya tidak dihilangkan dari konsumsi harian, karena memberikan sumbangan yang cukup berarti. Makanan jajanan juga dapat dijadikan salah satu alternatif pemenuhan sumber zat gizi yang kurang dari konsumsi hariannya. Sebaiknya makanan jajanan yang 3

dikonsumsi menyumbangkan 10-20% energi atau sebesar 192-384 kkal (Syafitri Y, Syarief H & Baliwati Y A., 2009). Pada usia sekolah banyak faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan mental dan jasmani, salah satunya adalah masalah gizi. Masalah gizi pada anak dapat diatasi melalui perbaikan pola makan di rumah dan di sekolah, dengan menekankan pentingnya membiasakan sarapan pagi sebelum berangkat sekolah dan melakukan jajanan sehat. Masalah gizi utama yang banyak dihadapi oleh anak sekolah adalah gizi kurang yang secara umum disebabkan oleh adanya kekurangan asupan energi dan protein (Syafitri Y, Syarief H & Baliwati Y A., 2009). Jenis kelamin dan usia merupakan faktor internal yang mempengaruhi konsumsi makanan dan menentukan kebutuhan gizi seseorang, sehingga ada keterkaitan antara jenis kelamin dan usia dengan status gizi (Ariesta, U.P., 2013). Menurut Mulyani (2004) pendidikan orang tua mempunyai pengaruh terhadap keadaan gizi, makin tinggi pendidikan orang tua cenderung anak mempunyai keadaan gizi yang baik. Status pekerjaan orang tua berkaitan dengan status gizi anaknya, orang tua dengan mata pencaharian yang relatif tetap jumlahnya, namun setidaknya dapat memberikan jaminan sosial keluarga yang relatif aman bila dibandingkan dengan pekerjaan tidak tetap pula (Mulyani, 2004). Menurut Data Riskesdas (2010) di Indonesia terdapat prevalensi gizi kurang pada kelompok umur 6-12 tahun untuk laki-laki sebesar 8,1% dan untuk perempuan sebesar 7,2%. Untuk prevalensi gizi lebih pada umur 6-12 tahun untuk laki-laki sebesar 10,7 % dan untuk perempuan sebesar 7,7%. 4

Prevalensi gizi kurang tertinggi terdapat di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 12,4% dan prevalensi gizi kurang terendah terdapat di Provinsi Papua sebesar 4,3%. Untuk DKI Jakarta, prevalensi gizi kurang pada anak laki-laki sebesar 14,9% dan untuk anak perempuan sebesar 10,6%. Prevalensi gizi lebih tertinggi terdapat di Provinsi Papua Barat 14,4% dan prevalensi terendah sebesar 2,1% terdapat di provinsi Maluku. Untuk DKI Jakarta, prevalensi gizi lebih besar sebesar 12,8. Pertumbuhan fisik sering dijadikan indikator untuk mengukur status gizi baik individu maupun populasi. Oleh karena itu, orang tua perlu menaruh perhatian pada aspek pertumbuhan anak bila ingin mengetahui keadaan gizi mereka (Khomsan, A, 2003). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hardinsyah (2013) yang menyatakan bahwa hanya 10,6% dari sarapan anak yang mencukupi energi >30% dan masih sangat kurangnya pengetahuan anak-anak untuk sarapan dengan makanan yang beranekaragam. Penelitian yang dilakukan Ningsih (2005) pada anak kelas 4, 5, dan 6 di SDN 07 Pagi Jakarta Timur, sebanyak 46,9% responden menyatakan terbiasa sarapan. Hasil penelitian Sofianita (2012) di SDN 03, 04, 09, dan 10 Pondok Labu Jakarta Selatan menunjukkan anak yang biasa sarapan sebesar 71,7%. Hal ini menunjukkan tidak semua anak membiasakan sarapan dan hal ini dapat berdampak dengan terganggunya aktivitas dan fungsi otak dalam mengikuti proses pembelajaran dikelas. Penelitian Cahya (2012) di SDN Rawamangun 01 Pagi Jakarta Timur pada siswa kelas 4 dan 5, responden yang memiliki kebiasaan makanan jajanan sering, yaitu sebesar 53,3% sedangkan sisanya (46,7%) memiliki 5

kebiasaan konsumsi makanan jajanan tidak sering. Penelitian Syafitri, et al (2009) di SDN Lawanggintung 01 Kota Bogor pada siswa kelas 4 dan 5 menyebutkan bahwa konsumsi makanan jajanan siswa sudah melebihi 20% energi, yaitu sebesar 426 kkal. Makanan jajanan siswa memberikan kontribusi terhadap total konsumsi masing-masing sebesar 26 % energi, 18,8% protein, 22,9% lemak. Hal ini menguatkan hasil penelitian Ulya (2003) yang dilakukan pada salah satu sekolah dasar di Jakarta Timur menyebutkan bahwa kontribusi makanan jajanan terhadap konsumsi sehari siswa berkisar antara 10-20%. Energi dari makanan jajanan memberikan kontribusi sebesar 23%, protein, 21,7% protein, 30,1% lemak, 19,5%. Peneliti tertarik melakukan penelitian di SDN Pejaten Barat 01 Pagi karena berdasarkan observasi sekolah ini mempunyai variasi makanan jajanan yang cukup banyak dan letak sekolah tersebut di daerah perkotaan, jarak antara sekolah dekat dengan mall sehingga anak-anak dengan mudahnya dapat mengonsumsi makanan junkfood. Belum pernah juga dilakukan penelitian tentang gizi dan kesehatan di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan. Dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan status gizi berdasarkan kebiasaan sarapan dan jajan serta tingkat kecukupannya pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. 1.2 Identifikasi Masalah Masalah status gizi untuk siswa SD masih kurang diperhatikan bahkan belum mendapatkan perhatian secara khusus. Padahal diketahui bersama, bahwa pada anak usia ini justru harus mendapatkan perhatian secara khusus, 6

karena anak usia ini justru lebih pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Usia anak sekolah dasar sedang mengalami tumbuh kembang yang sangat pesat sehingga memerlukan asupan gizi yang baik supaya pertumbuhan dan perkembangan badannya seimbang dan menjadi remaja yang produktif sehat dan cerdas (Departemen Kesehatan RI, 2005). Konsumsi pangan yang baik untuk anak sekolah adalah makanan yang beraneka ragam jenisnya dan cukup jumlahnya, serta sesuai dengan kecukupan gizi yang dianjurkan untuk anak sekolah. Makanan mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi tersebut adalah melalui kebiasaan sarapan pagi dan jajan yang merupakan bagian dari kebiasaan makan yang berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari anak sekolah dasar (Departemen Kesehatan RI, 2005). Kebiasaan makan pagi penting bagi anak sekolah dasar untuk memperoleh energi yang akan digunakan untuk aktivitas belajar di sekolah. Hasil penelitian terhadap anak sekolah dasar menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak makan pagi mempunyai konsentrasi belajar yang rendah, kurang perhatian, intelegensi yang rendah dan prestasi belajar yang lebih rendah. Pada kenyataannya, tidak semua anak sekolah mempunyai kebiasaan makan pagi. Hal ini disebabkan karena Kurang nafsu makan, tidak mempunyai waktu dan tidak ada selera untuk makan. Selain itu, dengan uang jajan yang diberikan orang tua, anak sekolah dasar cenderung untuk membeli makanan jajanan di sekolah. Anak sekolah merasa tidak perlu lagi untuk melakukan 7

makan pagi. Keadaan ini diperburuk lagi dengan pemilihan makanan jajanan yang kurang memenuhi syarat gizi dan kesehatan. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang akan diteliti yaitu kebiasaan sarapan, dan kebiasaan jajan serta tingkat kecukupannya pada anak sekolah dasar dan status gizi berdasarkan indeks IMT/U. 1.4 Perumusan Masalah Bagaimana perbedaan status gizi berdasarkan kebiasaan sarapan dan jajan serta tingkat kecukupannya pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui perbedaan status gizi berdasarkan kebiasaan sarapan dan jajan serta tingkat kecukupannya pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. 1.5.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakteristik anak SD (umur dan jenis kelamin) pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. b. Mengidentifikasi kebiasaan sarapan anak SD pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. c. Mengidentifikasi kebiasaan jajan anak SD pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. 8

d. Mengidentifikasi status gizi anak SD pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. e. Mengidentifikasi tingkat kecukupan energi sarapan dan jajan anak SD pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. f. Menganalisis perbedaan status gizi anak SD berdasarkan kebiasaan sarapan pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. g. Menganalisis perbedaan status gizi anak SD berdasarkan kebiasaan jajan pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. h. Menganalisis perbedaan status gizi anak SD berdasarkan tingkat kecukupan energi sarapan pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. i. Menganalisis perbedaan status gizi anak SD berdasarkan tingkat kecukupan energi jajan pada siswa kelas 4 dan 5 di SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan tahun 2016. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Bagi Pihak Sekolah Hasil penelitian ini dapat disajikan sebagai bahan masukan bagi masyarakat sekolah khususnya SDN Pejaten Barat 01 Pagi Jakarta Selatan diharapkan kantin yang ada di lingkungan sekolah dapat menyediakan berbagai jenis makanan yang bergizi dan sehat, memberlakukan peraturan kepada penjual pedagang yang ada di kantin 9

maupun di sekitar lingkungan luar sekolah sesuai syarat-syarat kesehatan, dan memberlakukan peraturan kepada siswa untuk tidak membeli makanan jajanan di luar area sekolah. 1.6.2 Bagi FIKES UEU Dapat menambah penelitian untuk menjadikan referensi penelitian selanjutnya. Selain itu dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai kebiasaan sarapan, makanan jajanan serta tingkat kecukupannya berdasarkan status gizi. 1.6.3 Bagi Peneliti Dapat menambah wawasan dan pengalaman serta memberikan informasi kepada masyarakat khususnya terkait perbedaan status gizi berdasarkan kebiasaan sarapan pagi dan jajan serta tingkat kecukupannya. 10