BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

dokumen-dokumen yang mirip
Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

D S A A S R A R & & FU F N U G N S G I S PE P N E D N I D DI D KA K N A N NA N S A I S ON O A N L A

SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DI INDONESIA. Imam Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peran penting dalam membentuk karakter suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah untuk menghasilkan generasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan suatu negara akan tertinggal jauh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu bangsa atau negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu permasalahan yang dihadapi Bangsa Indonesia sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata courier yang berarti berlari (to run). Kurikulum berarti suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah kehidupan. Di dalam

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini maju sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan peluang yang memadai untuk belajar dan mempelajari hal hal yang di

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam upaya meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angga Triadi Efendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ghea Anggraini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUA N. pernah tuntas dimanapun, termasuk di Negara yang sudah maju sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan pembelajaran baik secara formal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa. Serta membantu perkembangan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pranata pembangunan sumber daya manusia

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Purwanti Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam menghasilkan warga Negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembentukan sumber daya manusia, yang ditekankan pada aspek jasmani dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa yang sudah maju.

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu Negara tidak terlepas dari sistem pendidikan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia dalam suatu Bangsa dan Negara. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki fungsi sangat penting dalam membentuk karakter dan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I pendahuluan ini akan dijelaskan mengenai : (A) latar belakang, (B)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam. Indonesia. Di samping itu, pendidikan dapat mewujudkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

Smart, Innovative, Professional

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

Transkripsi:

1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting untuk mewujudkan kemajuan suatu bangsa. Dengan adanya pendidikan yang bermutu, akan diperoleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1 (2003:3) mengenai pengertian pendidikan ialah: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan ialah dengan terwujudnya lembaga pendidikan yang berkualitas. Disebabkan lembaga tersebut merupakan refleksi bagi peserta didik untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 menyebutkan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Lembaga pendidikan dilaksanakan melalui jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu pendidikan dasar, 1

2 pendidikan menengah serta pendidikan tinggi. Pendidikan dasar terdiri dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah ialah tingkatan lanjutan dari pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau bentuk lain yang sederajat. Tingkatan selanjutnya dari pendidikan menengah ialah Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pendidikan tinggi merupakan tingkatan pendidikan paling akhir setelah pendidikan menengah. Pendidikan tinggi mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister dan doktoral yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (19) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggantikan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pada Tahun Pelajaran 2014/2015 seluruh sekolah di Indonesia akan serempak melaksanakan kurikulum 2013, setelah sebelumnya pada tahun pelajaran 2013/2014 dilaksanakan secara terbatas di beberapa sekolah pelaksana kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan

3 Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dan KTSP 2006 yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013) TABEL 1.1 PERBEDAAN ESENSIAL KURIKULUM 2013 KTSP 2006 Kurikulum 2013 Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi dan carried of Bahasa Indonesia sebagai pengetahuan knowledge Untuk SMA, ada penjurusan sejak kelas Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, XI peminatan, antar minat, dan pendalaman minat SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi Mapel tertentu mendukung kompetensi tertentu Mapel dirancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri Tiap mata pelajaran diajarkan dengan pendekatan berbeda SMA dan SMK memiliki mapel wajib yang sama terkait dasar pengetahuan, keterampilan, dan sikap Tiap mapel mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) Mapel dirancang terkait satu dengan yang lain dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas Semua mapel diajarkan dengan pendekatan yang sama (saintifik) melalui mengamati, menanya, mencoba, menalar Sumber: Sony Sugema 2013 Tabel di atas menggambarkan perbedaan esensial kurikulum 2013 dengan KTSP 2006. Pada KTSP 2006. SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi namun pada kurikulum 2013 SMA dan SMK memiliki mata pelajaran (mapel) wajib yang sama terkait dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap. Selain itu, pada kurikulum 2013 tiap mapel mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) sedangkan pada KTSP 2006 mapel tertentu hanya mendukung kompetensi tertentu. Dalam kurikulum 2013 ini ada beberapa perubahan yang menjadi dasar pelaksanaan kurikulum 2013 dan menjadi pembeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu:

4 1. Standar Kompetensi Lulusan 2. Standar Proses 3. Standar Isi 4. Standar Penilaian (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013) Adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi: a. Afektif (sikap) b. Kognitif (pengetahuan), dan c. Psikomotor (keterampilan) Sehingga setiap lulusan akan mempunyai kemampuan di tiga ranah pendidikan yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan, jadi tidak hanya kemampuan kognitif (pengetahuan) saja yang dikejar. Proses pembelajaran di kelas dikemas ke dalam pembelajaran scientific dengan proses 6M: Mengamati, Menanya, Mengolah, Menyajikan, Menyimpulkan, dan Mencipta dalam kegiatan belajar mengajar. Di kelas guru bukan satu-satunya sumber belajar, sehingga proses pembelajaran di kelas lebih mengedepankan keaktifan siswa dan cara berpikir siswa untuk memecahkan masalah dan memanfaatkan berbagai sumber. Sedangkan pembelajaran mengenai sikap tidak diajarkan secara verbal, tetapi melalui contoh dan teladan semua stake holder atau dari semua guru dan semua pihak di sekolah. Dalam kurikulum 2013 ini adanya pergeseran dari penilaian melalui tes (mengukur kompetensi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian otentik (mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil), sehingga semua ranah kemampuan siswa bisa terukur dengan baik.

5 Salah satu jalur pendidikan pendidikan menengah pada Undang-Undang Sisdiknas Tahun 2003 dalam Pasal 18 Ayat 3 adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). SMK merupakan salah satu bentuk lembaga pendidikan yang diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang berkualitas dan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki para peserta didiknya agar mampu bekerja pada bidang tertentu. Disebabkan tujuan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara khusus dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ialah sebagai berikut: (a) menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnya; (b) menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet dan gigih dalam berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya; (c) membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi; dan (d) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih. Untuk SMK/MAK muatan kurikulum pada tingkat nasional adalah sebagaimana yang diatur dalam ketentuan, mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMK/MAK.

6 Berdasarkan hal tersebut maka siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih dipersiapkan untuk memasuki lapangan pekerjaan baik melalui jenjang karir menjadi tenaga kerja maupun secara mandiri. Salah satu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di kota Bandung adalah SMK Negeri 2 Bandung. SMK Negeri 2 Bandung merupakan salah satu SMK yang diharapkan mampu menyiapkan peserta didiknya untuk dapat langsung bekerja. SMK Negeri 2 Bandung merupakan lembaga pendidikan formal yang berkonsentrasi pada keahlian teknik mesin dan teknik komputer dan informatika. SMK ini merupakan salah satu sekolah kejuruan yang diminati oleh masyarakat. Seperti sekolah-sekolah negeri lainnya SMKN 2 juga sudah menerapkan kurikulum 2013, terutama pada tingkat X. Mata pelajaran kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran wajib dipelajari di semua SMK karena merupakan dasar kompetensi keahlian peserta didik, sehingga predikat kompeten dengan rentang 2,50-4,00 pada kurikulum 2013 ini merupakan nilai yang harus ditempuh oleh peserta didik. Sementara itu nilai KKM yang harus ditempuh oleh peserta didik pada mata pelajaran kewirausahaan adalah 2,66. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan pertumbuhan sikap dan perilaku kewirausahaan peserta didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja. (dalam Sri Widorini, 2010)

7 Kewirausahaan di SMK sebaiknya dilihat sebagai konsep yang lebih luas bukan hanya sesuatu yang berkaitan dengan bisnis atau hanya ditanamkan melalui 1 (satu) mata pelajaran dan kelas wirausaha, tetapi juga sebuah konsep yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui semua mata pelajaran. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 19, Nomor 1, Maret 2013) Sementara itu Pengembangan Ekonomi Kreatif (PEK) tahun 2010-2014 bercirikan pengembangan kegiatan ekonomi berdasarkan pada kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengembangan pendidikan kewirausahaan. (Renstra Ditjen Dikmen 2010-2014) SMKN 2 ini memiliki masalah dalam hasil belajar peserta didiknya. Salah satunya terjadi pada mata pelajaran kewirausahaan. Berdasarkan Program Pengalaman Lapangan (PPL) penulis di SMKN 2 Bandung, dalam kegiatan belajar mengajar keaktifan siswa dinilai kurang. Model pembelajaran yang digunakan hanya sebatas ceramah dan tanya jawab. Hal ini menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seharusnya kegiatan belajar mengajar bisa dilakukan secara menyenangkan agar dapat meningkatkan minat siswa. Sehingga hasil belajar yang dicapai siswa pun dapat optimal. Berikut ini merupakan hasil belajar kelas X Teknik Mesin 4 pada mata pelajaran kewirausahaan:

8 GAMBAR 1.1 REKAPITULASI HASIL BELAJAR KELAS X TEKNIK MESIN 4 PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN SMKN 2 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013 2013/2014 3.5 3 KTSP 3.22 2.5 2 1.5 1 0.5 2.22 2.66 Series1 0 1 2 3 2.9 2.8 2.86 2013 2.7 2.6 2.5 2.58 Series1 2.4 2.46 2.3 2.2 1 2 3 Sumber: Guru Mata Pelajaran Kewirausahaan Tabel di atas menggambarkan, hasil belajar siswa kelas X Teknik Mesin 4, pada mata pelajaran kewirausahaan, di SMKN 2 Bandung, pada tahun ajaran

9 2012/2013 dan tahun ajaran 2013/2014. Tabel KTSP memperlihatkan bahwa ratarata nilai mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung dari nilai Kognitif mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 2.22, pada nilai Psikomotor mendapat nilai di atas KKM yaitu 3.22 dan nilai Afektif mendapatkan nilai 2.66. Sedangkan pada Tabel 2013 memperlihatkan bahwa rata-rata nilai mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung dari nilai Pengetahuan mendapat nilai di atas KKM yaitu 2.86 dan pada nilai Keterampilan dan Sikap mendapat nilai di bawah KKM yaitu 2.58 dan 2.46. Karena rata-rata siswa pada Kurikulum 2013 mendapatkan nilai di bawah ketuntasan terutama pada nilai Keterampilan dan Sikap ini menandakan bahwa hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan terlebih lagi jika dibandingkan dengan rata-rata siswa pada KTSP. Dalam setiap proses belajar mengajar, hasil belajar akan menjadi alat ukur keberhasilan yang dicapai siswa. Menurut Darman Syah dalam Miftakhul Janah (2010:4) hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang tergambarkan oleh hasil belajar. Hasil belajar bergantung kepada cara guru mengajar dan aktivitas siswa sebagai pelajar. Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik harus bisa menerapkan metode serta model pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hasil belajar yang diharapkan adalah hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar. Siswa dikatakan

10 tuntas belajar apabila hasil belajar siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah. (Depdiknas, 2006) Pada kurikulum 2013 ini metode pembelajaran yang digunakan yaitu melalui konsep pendekatan Scientific, sementara model pembelajaran yang digunakan ialah model Discovery Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning. (Sumber: http://bdksemarang.kemenag.go.id/[diakses pada 30 April 2014 pukul 4.35 WIB]) Dilihat dari permasalahan di atas, model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan pada mata pelajaran kewirausahaan. Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: 2013) Selain itu kegiatan belajar mengajar pun dikatakan efektif apabila proses belajar mengajarnya dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Kompetensi dasar ini dapat tercapai apabila hasil belajar sebagai instrumen pembelajaran sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Roulette (1999:1) Efektivitas adalah dengan melakukan hal yang benar pada saat yang tepat untuk jangka waktu yang panjang, baik pada organisasi tersebut dan

11 pelanggan. (Sumber: http://www.academia.edu/[diakses pada 5 Juni 2014 pukul 14.35 WIB]) Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan terdapat empat indikator untuk mendeskripsikannya, yaitu kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat alih belajar, dan tingkat retensi (Wena, 2008:6 dalam Miya Nirwanti, 2013) Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas model pembelajaran pada kurikulum 2013 maka diadakanlah penelitian yang mengambil salah satu model pembelajaran, yaitu Problem Based Learning. Berdasarkan latar belakang, maka peneliti perlu melakukan penelitian dengan judul Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran Kewirausahaan Siswa Kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015). 1.2 Identifikasi Masalah Perkembangan dunia pendidikan yang terus berubah-ubah disebabkan oleh tujuan untuk memperbaiki kualitas pendidikan. Salah satu cara memperbaiki kualitas pendidikan ialah dengan menggunakan kurikulum yang tepat. Kurikulum terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah dan digunakan oleh sekolah-sekolah ialah kurikulum 2013. Salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang siap untuk bekerja adalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu instrumen pembangunan dalam menyiapkan tenaga kerja yang siap langsung

12 terjun ke dunia kerja. Salah satu SMKN di kota Bandung adalah SMKN 2, yang diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Hasil belajar siswa secara tidak langsung dapat menunjukan kualitas dari siswa tersebut. Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini diidentifikasi ke dalam tema sentral sebagai berikut: Hasil belajar siswa teknik mesin 4 sangat bervariasi, pada rata-rata keseluruhan siswa sebagian besar berada di bawah KKM ini dapat dilihat berdasarkan nilai sikap, keterampilan dan rata-rata keseluruhan. Hasil belajar digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa. Hasil belajar yang belum optimal tentu berdampak pada siswa SMKN 2 Bandung keseluruhan. Dan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa tersebut tidak terlepas dari faktor pendukungnya seperti model pembelajaran agar proses belajar mengajar dapat berlangsung dan tujuan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Tema sentral penelitian ini berkenaan dengan model pembelajaran pada SMK Negeri 2 Bandung dan pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa kelas X jurusan Teknik Mesin 4, implementasi pada kurikulum 2013. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung 2. Bagaimanakah hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung

13 3. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung 1.4 Tujuan Penelitian Dari berbagai permasalahan yang tergambar dalam identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa sebelum penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung 2. Untuk mengetahui gambaran hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung 3. Untuk mengetahui gambaran efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran kewirausahaan siswa kelas X Teknik Mesin 4 SMKN 2 Bandung 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi bantuan baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Manajemen Bisnis, khususnya pada bidang Pendidikan Kewirausahaan, yang menyangkut efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning.

14 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bantuan dalam aspek praktis (guna laksana) yaitu memberikan masukan positif bagi tenaga pendidik untuk dijadikan dasar pertimbangan dalam mengajar. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi atau acuan dan sekaligus untuk memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai efektivitas model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran kewirausahaan mengingat masih banyak yang belum terungkap dalam penelitian ini.