BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bencana lahar di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah telah

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia yaitu dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

Tabel 37: KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya perubahan cuaca ekstrim. IPCC (2007) dalam Dewan Nasional Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Intensitas dan dampak yang ditimbulkan bencana terhadap manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh geometri global dari lempeng tektonik (Smith, 1996). Letak Indonesia yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian yang telah penulis kemukakan pada bab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN PENGGUNAAN LAHAN AKIBAT BANJIR LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN 2010 DI SUB DAS KALI PUTIH JURNAL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan permukiman sehingga muncul larangan bermukim. Merapi terletak antara dua provinsi yakni Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API GAMALAMA DI PERMUKIMAN KAMPUNG TUBO KOTA TERNATE

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Peta Ancaman Bencana Gunung Api Di Indonesia (Sumber : BNPB dalam Website, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan. kualitas karena terdapat kerusakan lingkungan dimana kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB III METODE PENELITIAN. Jumoyo Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Penelitian ini menggunakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. batas-batas administratif sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Wilayah. dengan batas-batas administratif sebagai berikut:

DAMPAK BENCANA LAHAR DINGIN PADA PERUBAHAN STRATEGI PENGHIDUPAN MASYARAKAT DESA SIRAHAN, KECAMATAN SALAM, KABUPATEN MAGELANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena bencana. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MITIGASI BENCANA BENCANA :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

besar dan daerahnya rutin terkena banjir setiap masuk hujan. Padahal kecamatan ini memiliki luas yang sempit.hal tersebut menjadikan kecamatan ini men

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Mengurangi Tingkat Kerentanan Bencana Melalui Kebijakan Mitigasi Berbasis Kebutuhan Gender : Studi di Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1. Latar Belakang Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 merupakan bencana alam besar yang melanda Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

Perencanaan Partisipatif Kelompok 7

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Bencana alam menjadi salah satu permasalahan kompleks yang saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

Jenis Bahaya Geologi

DAFTAR ISI. Instisari... i Abstrak...ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar...viii Daftar Lampiran...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MITIGASI BENCANA BANJIR DI WILAYAH DKI JAKARTA BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Tris Eryando

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Rapid Assessment Terhadap Kerusakan Bangunan Akibat Erupsi Merapi Tahun 2010

TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA GUNUNGAPI MERAPI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

Vulnerability. (Kerentanan) Praktikum Lapangan Gunung Merapi Mata Kuliah Mitigasi Bencana

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan selama erupsi Merapi sangat besar. Erupsi Merapi yang mengeluarkan ancaman lava, lahar, dan awan panas ketika hujan deras menyebabkan adanya daerah rawan bahaya lahar dingin yang bahayanya bisa lebih luas dari erupsi merapi. Salah satu wilayah yang terkena banjir lahar dingin yang mengalami kerusakan terparah di sekitar Kali Putih yaitu Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Bencana lahar dingin terjadi tanggal 23 Januari 2011 yang telah mengakibatkan kerugian material yang sangat besar karena telah merusak berbagai fasilitas dan lahan untuk memenuhi kehidupan. Bencana membawa perubahan pada kondisi asset, akses dan aktivitas, sehingga menyebabkan pola penghidupan masyarakat di Desa Sirahan Kecamatan Salam mengalami perubahan. Tanggal 5 Desember 2011 merupakan awal terjadinya banjir lahar hujan yang melanda bantaran Kali Putih. Banjir lahar dingin yang melanda Kabupaten Magelang. Kali Putih yang menjadi salah satu jalur aliran lahar dari gunung Merapi. Salah satu dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut adalah rusaknya penggunaan lahan yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman, pertanian, perikanan, dan lahan usaha. Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah 15

mengenai kondisi penghidupan (livelihood) maskarakat korban bencana lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Kondisi yang dimaksud adalah perubahan yang mencakup aset dan pendapatan masyarakat sehingga akan diketahui bagaimana penghidupan pasca bencana. Desa Sirahan menjadi penting untuk diteliti karena memiliki permasalahan yang diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Merupakan salah satu desa yang terkena dampak dari banjir lahar hujan. 2. Tingkat resiliensi masyarakat yang berbeda-beda dapat digunakan sebagai indikator kerentanan 3. Banyaknya lahan pertanian yang rusak yang menyebabkan hilangnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat. 4. Banyak warga yang tinggal di huntara pasca banjir lahar hujan. 5. Proses pemulihan sosial ekonomi belum menyeluruh. 6. Penanganan warga di huntara yang masih belum sesuai dengan kebutuhan pengungsi sesuai dengan standart nya. Banjir lahar hujan di Magelang tepatnya Kecamatan Salam menjadi lokasi yang cukup ketika terjadi banjir lahar hujan, terdapat 12 desa dimana Desa Sirahan pada saat bencana tersebut menjadi desa yang tergolong parah terhadap dampak dari lahar hujan tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor jarak antara sungai dengan desa tersebut yakni ± 300 meter (berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa Sirahan tanggal 28 Juli 2012). Desa Sirahan terdiri dari delapan dusun yang terbagi dalam 16 dusun. Data yang tercatat oleh REKOMPAK (Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Masyarakat) tahun 2011 menyebutkan bahwa Luapan lahar hujan dari Kali Putih membawa material berupa 16

pasir dan batu telah menyebabkan ± 50% permukiman penduduk hancur, kerusakan rumah mencapai 290 buah yang terdiri dari 87 unit rusak ringan, 47 unit rusak sedang, dan 156 rusak berat atau roboh. Banjir lahar hujan juga menyebabkan rusaknya sarana dan pra sarana umum (kantordesa, gedung PKK), sarana dan prasarana dasar (jalan, jembatan), serta sarana dan prasarana sosial (posyandu). Tidak hanya itu saja, luapan tersebut juga menyebabkan terendamnya 12.600 m² lahan persawahan serta melumpuhkan jalur yang menghubungkan antara Yogyakarta- Magelang. Berdasarkan data dari REKOMPAK tahun 2011, sebagian besar masyarakat di Desa Sirahan menggunakan lahan untuk bidang pertanian, peternakan, dan mengembangkan usaha kecil menengah. Kondisi perekonomian masyarakat Desa Sirahan sangat bergantung pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utama. Akibat bencana banjir lahar hujan yang terjadi, sumberdaya lahan yang digunakan untuk pertanian, perkebunan, dan kolam mengalami kerusakan dan hampir 50% tidak dapat digunakan. Dampak tersebut tentu saja menyebabkan kerugian secara ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat secara sosial. Kerusakan dan bahkan hilangnya lahan pertanian warga Desa Sirahan secara otomatis juga akan menghilangkan mata pencaharian masyarakat yang menggantungkan penghidupannya pada lahan tersebut. Masyarakat yang mengalami shock atau trauma akan sulit dalam memperbaiki kehidupan agar pulih kembali setelah bencana. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merumuskan siklus manajemen bencana yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Masing masing tahap dalam siklus tersebut 17

mempunyai permasalahan dan khas penanganan yang berbeda. Ketika bencana telah usai, kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi dimana pada tahap tersebut banyak aspek atau komponen yang perlu dituntaskan dan ditangani dengan baik, tidak hanya fisik atau perbaikan infrastruktur tetapi juga aspek sosial yang menyangkut dinamika masyarakat yang terdampak bencana. Pemerintah telah memberikan upaya berupa pembangunan shelter yakni huntara (hunian sementara), namun keberhasilan pembangunan yang sebenarnya adalah pemulihan manusianya atau human development. Kondisi masyarakat pasca bencana menjadi penting untuk diperhatikan, hal ini berkaitan dengan adanya perubahan sosial.p erubahan sosial yang perlu untuk dicermati adalah kondisi livelihood atau sering disebut penghidupan. Masyarakat Desa Sirahan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang mengandalkan lahan pertaniannya sebagai sumber penghasilan utama. Perubahan kondisi penghidupan dapat meningkat, tetap, atau bahkan menurun. Kondisi tersebut menjadi pemicu masyarakat yang dalam rangka mempertahankan keberlangsungan penghidupan selanjutnya untuk terus berupaya meskipun harus beralih profesi. Dalam konteks bencana, tingkat resiliensi dan kerentanan yang dimiliki oleh tiap orang adalah berbeda-beda. Resiliensi berkaitan erat dengan kerentanan (vulnerability) yang sifatnya dapat mempengaruhi kapasitas individu dalam menghadapi bencana. Resiliensi dan kerentanan tidak hanya berupa fisik untuk mempertahankan hidup, tetapi juga non fisik seperti penghidupan yang menyangkut kondisi sosial, ekonomi, dan psikologi. Desa Sirahan terdiri dari 16 dusun yang masing-masing memiliki komposisi jumlah penduduk yang berbeda-beda. Dari 16 dusun tersebut, terdapat 6 18

dusun yang terdampak parah akibat banjir lahar hujan (berdasarkan data rumah hilang ataupun rusak), beberapa terkena dan merasakan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung akibat aliran lahar tersebut. Beberapa warga yang mengalami kerusakan maupun kehilangan rumah telah menempati huntara (hunian sementara) yang tersebar dibeberapa huntara yakni Huntara Mancasan, Huntara Larangan, Huntara dari sponsor yakni RCTI, Huntara PNPM, dan Huntara Swadaya namun untuk saat ini yaitu per bulan Desember 2012 masyarakat yang masih tinggal di huntara hanya menempati 3 huntara yakni Huntara Mancasan, Huntara Larangan, Huntara dari sponsor yakni RCTI dikarenakan dari 2 huntara sisanya telah kembali ke dusun masing-masing. Dengan hilangnya lahan pertanian yang menjadi sumber utama masyarakat menggantungkan hidupnya, berarti sesuai dengan sasaran rehabilitasi tersebut di atas mengenai kondisi livelihood pasca bencana banjir lahar hujan. Hilang dan berubahnya penghidupan masyarakat menjadi suatu permasalahan yang dirasa penting untuk dikaji lebih dalam. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul Kajian Livelihood Masyarakat Akibat Banjir Lahar Hujan Kali Putih di Desa Sirahan Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi beberapa masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 19

1. Bagaimana kondisi penghidupan (livelihood) masyarakat pasca banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang? 2. Bagaimana tingkat resiliensi masyarakat pasca banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang? 3. Bagaimana pengaruh penghidupan (livelihood) terhadap resiliensi di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai resiiliensi dan pengaruhnya terhadap penghidupan (livelihood) masyarakat Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah pasca banjir lahar hujan terhadap belum pernah diteliti sebelumnya. Setiap penelitian memiliki karakteristik dan cara tersendiri dalam berbagai aspek, meskipun terdapat beberapa variabel yang mungkin terdapat kesamaan, namun fokus permasalahan dan output tentu memiliki ciri tersendiri apalagi terkait dengan analisis data yang sifatnya deskriptif. Teori mengenai livelihood tidak jauh berbeda dengan penelitian serupa, namun penghidupan yang akan dikaji dalam penelitian kali ini akan dikaitkan dengan tingkat resiliensi individu pasca bencana lahar dingin sehingga penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu, aspek manajemen bencana lebih dominan dalam penelitian ini yaitu pemulihan penghidupan pasca bencana yang merupakan tahap dari manajemen bencana yang terakhir yakni tahap setelah bencana. Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian ini, yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut. 20

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti (tahun) Zulfikar (2007) Diah Arifika (2011) lanjutan Umi lestari (2012) Rindu Alam Rinjani (2013) Judul Penelitian Perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan di kawasan pertambangan Kajian Dampak Bencana Lahar Dingin Pasca Letusan Gunungapi Merapi Terhadap Ketahanan Sosial Ekonomi Perubahan Penghidupan (livelihood) penyintas huntara pasca erupsi merapi di Jumoyo Magelang KajianPenghidu pan (Livelihood) Masyarakat Akibat Banjir Lahar Hujan Kali Putih di Desa Sirahan Kecamatan Salam Tujuan Metode Hasil Penelitian Mengkaji perubahan sosial ekonomi masyarakat di kawasan pertambangan PT Antam Tbk di Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara Mengkaji perubahan sosial ekonomi masyarakat di Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang pasca terjangan lahar dingin gunung merapi Mengetahui perubahan penghidupan (livelihood penyintas huntara pasca erupsi merapi dan bagaimana kondisi struktur sosial penyintas huntara pasca erupsi merapi di desa jumoyo magelang Mengetahui perubahan kondisi penghidupan pasca bencana dan dari perubahan tersebut dikaitkan dengan tingkat survei Perubahan sosial ekonomi dipengaruhi oleh beberapa sosial antara lain pertambangan, motivasi untuk berubah dan interaksi masyarakat kuterhadap kondisi lingkungan Kondisi sosial ekonomi berkaitan dengan: 1. Kerusakan lingkungan 2. Rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya alam 3. Rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia 4. Ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi survei 1. Terjadinya perubahan sosial ekonomi korban bencana lahar dingin Gunung Merapi. Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun 2. Perubahan kesejahteraan yang negatif (penurunan) sama artinya dengan kerentanan masyarakat semakin besar sehingga berimplikasi pada menurunnya ketahanan sosial ekonomi. Survei Jenis penelitia n kombina si (mixed) Penelitia n kuantitati f dan kualitatif Adanya perubahan penghidupan penyintas huntara yang sesuai dengan konsep penghidupan yang meliputi aset- aset penghidupan seperti sosial capital, human capital. physical capital, natural capital. Penghidupan tersebut tidak luput dari modifikasi sosial seperti relasi sosial, pemerintah dan organisasi sosial. Basis penghidupan warga meliputi petani, peternakan, perdagangan dan pertambangan, dan jasa. Hipotesa awal menyatakan bahwa kondisi penghidupan berpengaruh teradap tingkat resiliensi masyarakat terdampak banjir lahar hujan 21

Kabupaten Magelang resilliensi oleh masing-masing individu dalam upaya pemulihan penghidupan tersebut 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut. 1. Mengetahui kondisi penghidupan (livelihood) masyarakat terdampak banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. 2. Mengetahui tingkat resiliensi masyarakat pasca banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang 3. Menganalisis adanya hubungan antara kondisi penghidupan (livelihood) dengan tingkat resiliensi masyarakat terhadap tingkat resiliensi individu di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut. 1. Bagi Akademisi. Penelitian ini diharapkan mempu memberikan informasi, pengalaman, dan pengetahuan mengenai manajemen bencana pasca terjadinya bencana yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat. Pengetahuan yang dimaksud khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perubahan penghidupan dan kaitannya dengan ketahanan dalam menghadapi bencana. 22

2. Bagi Pemerintah. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan pertimbangan dalam melakukan proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang tidak hanya mengacu pada aspek fisik saja melainkan juga aspek penghidupan masyarakat sebagai keberlanjutan roda penghidupan pasca bencana. 3. Bagi peneliti sendiri yaitu saya sebagai penulis, penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam mengenai kondisi masyarakat serta perubahan penghidupan yang terjadi pasca bencana. 23