BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK.

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERENCANAAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN TAHUN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

2 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 2349/MENKES/PER/XI/2011 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR PERAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN DASAR DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

RENCANA AKSI KEGIATAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN

PEDOMAN BANTUAN PERALATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KUPANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

PELAKSANAAN PROGRAM Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

2015, No Indonesia Tahun 2015 Nomor168); 3. Keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG SANTUNAN DAN BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK KORBAN BENCANA

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Powered by TCPDF (

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Bantuan logistik. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PEDOMAN BANTUAN LOGISTIK

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PENYUSUNAN PROFIL PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA TAHUN 2016

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta. Organisasai. Tata Kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN SOSIAL BAGI KORBAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

Transkripsi:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav. No. 4-9 Gedung A Lantai VI, Jakarta Selatan Telp. : 021 526 5043, 521 0411 Fax. : 021 527 1111 Call Center : 0812 1212 3119 email : ppkdepkes@yahoo.com Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan penaggulangankrisis.depkes.go.id BUKU TINJAUAN TAHUN 2015

Buku Tinjauan Pusat Krisis Kesehatan Tahun 2015 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyusunan buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2015 dapat diselesaikan. Buku ini menggambarkan kejadian krisis kesehatan tahun 2015, krisis kesehatan akibat kebakaran lahan dan hutan tahun 2015 serta upaya-upaya yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan. Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2015 ini disusun berdasarkan data/ informasi yang bersumber dari laporan kejadian dan perkembangan yang diterima dari lintas program dan lintas sektor terkait yang telah dikumpulkan oleh Pusat Krisis Kesehatan selama kurun waktu 2015. Lintas program dan lintas sektor tersebut yaitu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi, Pusat Penanggulangan Krisis Regional, Posko KLB Kemenkes, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Puskesmas, Rumah Sakit serta unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan. Selain itu buku ini juga menggunakan referensi dari sejumlah hasil penelitian/ kajian institusi/lembaga pemerintahan maupun swasta baik nasional maupun internasional. Buku ini sangat terbuka untuk diberikan kritik, saran serta partisipasi semua pihak guna penyempurnaan penyajian informasi buku sejenis di masa mendatang. Kepada semua pihak yang telah berkontribusi tenaga dan pikiran dalam penyusunan buku ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih. Semoga buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2015 ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan, Jakarta, September 2016 Kepala Pusat Krisis Kesehatan dr. Achmad Yurianto NIP. 196203112014101001 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 3

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 3 DAFTAR ISI... 4 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 9 DAFTAR LAMPIRAN... 11 DAFTAR FOTO... 12 RINGKASAN EKSEKUTIF... 13 BAB I PENDAHULUAN... 15 1.1 Latar Belakang... 15 1.2 Tujuan... 16 1.3 Penerima Manfaat... 16 1.4 Ruang Lingkup... 17 1.5 Metodologi... 17 1.6 Daftar Istilah... 17 BAB III KRISIS KESEHATAN AKIBAT KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN TAHUN 2015... 51 3.1 Pendahuluan... 51 3.2 Dampak Kesehatan Akibat Kebakaran Lahan dan Hutan... 54 3.3 Upaya yang telah dilakukan... 66 3.4 Permasalahan/Hambatan yang Dialami... 70 3.5 Kajian Berdasarkan Kepmenkes No. 289 Tahun 2003... 71 3.6 Saran dan Rekomendasi... 71 BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN KEMENKES... 73 4.1 Pra Krisis Kesehatan... 75 4.2 Upaya pada Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan... 95 4.3 Upaya Pasca Krisis Kesehatan...107 4.4 Kajian Berdasarkan Permenkes No. 64 Tahun 2013...111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...112 DAFTAR PUSTAKA...115 LAMPIRAN...117 BAB II GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015... 20 2.1 Kejadian krisis kesehatan tahun 2015... 20 2.1.1 Frekuensi Kejadian... 21 2.1.2 Korban Meninggal... 26 2.1.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap... 29 2.1.4 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan... 32 2.1.5 Pengungsi... 35 2.1.6 Fasyankes yang Rusak... 38 2.2 Perbandingan Tahun 2015 dengan 5 tahun Terakhir (2010-2014)... 39 2.2.1 Perbandingan Jenis Bencana... 41 2.2.2 Perbandingan Provinsi Terdampak... 47 4 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 5

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Regional dan Sub Regional PPK... 18 Tabel 2.1 Total Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015... 21 Tabel 2.2 Rincian Jenis Bencana di Indonesia Tahun 2015... 22 Tabel 2.3 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Korban Meninggal... 27 Tabel 2.4 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal... 29 Tabel 2.5 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap... 30 Tabel 2.6 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap... 32 Tabel 2.7 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan... 33 Tabel 2.8 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan... 35 Tabel 2.9 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Pengungsi... 36 Tabel 2.10 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi... 38 Tabel 2.11 Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2015... 39 Tabel 2.12 5 Jenis Bencana yang Memiliki Frekuensi Tertinggi Tahun 2010-2015... 42 Tabel 2.13 5 Jenis Bencana dengan Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2010-2015... 43 Tabel 2.14 5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2010-2015... 44 Tabel 2.15 5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Tahun 2010-2015... 46 Tabel 2.16 5 Jenis Bencana dengan Pengungsi Terbanyak Tahun 2010-2015... 47 Tabel 2.17 5 Provinsi yang Memiliki Frekuensi Tertinggi Tahun 2010-2015... 47 Tabel 2.18 5 Provinsi yang Memiliki Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2010-2015... 48 Tabel 2.19 5 Provinsi yang Memiliki Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2010-2015... 49 Tabel 2.20 5 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Tahun 2010-2015... 49 Tabel 2.21 5 Provinsi dengan Pengungsi Terbanyak Tahun 2010-2015... 50 Tabel 3.1 Penetapan Status terkait Kebakaran Hutan dan Lahan... 53 Tabel 3.2 Kategori Bahaya Kebakaran Hutan dan Tindakan Pengamanan berdasarkan ISPU... 55 Tabel 3.3 Distribusi Kadar ISPU (Minimum, Maksimum, Rerata dan SD) Periode J uni-oktober 2015 di Kota Pekanbaru, Riau... 63 Tabel 4.1 Kebijakan/Pedoman/Modul terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Dihasilkan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2015... 76 Tabel 4.2 Penyusunan Modul Pelatihan terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Dihasilkan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2015... 78 Tabel 4.3 Peningkatan Kapasitas terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2015... 79 Tabel 4.4 Pertemuan dan Penguatan Koordinasi Klaster Kesehatan dan Sub Klaster Kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015... 85 Tabel 4.5 Perjanjian/Kesepakatan Kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Institusi/Lembaga Terkait pada Tahun 2015 dalam Rangka Penanggulangan Krisis Kesehatan... 87 Tabel 4.6 Jenis Dukungan Sarana, Prasarana, Obat dan Logistik Kesehatan yang Dimobilisasi Kementerian Kesehatan dalam Rangka Upaya enanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2015... 88 Tabel 4.7 Kegiatan Pemantauan dan Informasi terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan pada Tahun 2015... 91 Tabel 4.8 Kegiatan Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015... 94 Tabel 4.9 Upaya Pelayanan Kesehatan yang Dilakukan Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2015... 96 6 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 7

Tabel 4.10 Upaya Pengendalian Penyakit yang Dilakukan Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015... 97 Tabel 4.11 Upaya Penyehatan Lingkungan, Air dan Air Bersih yang Dilakukan saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015... 99 Tabel 4.12 Upaya Pelayanan Gizi yang Dilakukan saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015... 100 Tabel 4.13 Upaya Pendistribusian Logistik Kesehatan yang Dilakukan saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2015... 102 Tabel 4.14 Pengiriman Tim RHA pada Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015... 104 Tabel 4.15 Berita Pers Terkait Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Disiarkan Kementerian Kesehatan Tahun 2015... 104 Tabel 4.16 Realisasi Pemberian Bantuan Dana Operasional yang Dikeluarkan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015... 106 Tabel 4.17 Bantuan Kementerian Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan di Luar Negeri Tahun 2015... 117 Tabel 4.18 Upaya Pasca Krisis Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015... 108 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015... 20 Gambar 2.2 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Berdasarkan Jenisnya... 21 Gambar 2.3 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab... 23 Gambar 2.4 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Non Alam Berdasarkan Penyebab... 24 Gambar 2.5 10 Provinsi dengan Frekuensi Tertinggi Menurut Kategori Bencana Tahun 2015... 25 Gambar 2.6 Frekuensi Kejadian Bencana di Wilayah PPK Regional /Sub Regional Tahun 2015... 26 Gambar 2.7 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana... 27 Gambar 2.8 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2015... 28 Gambar 2.9 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana... 30 Gambar 2.10 10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2015... 31 Gambar 2.11 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana... 33 Gambar 2.12 10 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2015... 34 Gambar 2.13 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana... 36 Gambar 2.14 10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana Tertinggi Tahun 2015... 37 Gambar 2.15 Frekuensi Kejadian Bencana Tahun 2010-2016... 40 Gambar 2.16 Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2010-2016... 40 Gambar 2.17 Proporsi Kategori Bencana Alam, Non Alam dan Tahun 2010-2016... 41 Gambar 2.18 Proporsi Korban Meninggal Akibat Bencana Tahun 2010-2015... 42 Gambar 2.19 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Akibat Bencana Tahun 2010-2015... 44 Gambar 2.20 Proporsi Korban Luka Ringan /Rawat Jalan Akibat Bencana Tahun 2010-2015... 45 8 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 9

Gambar 2.21 Proposi Pengungsi Akibat Bencana Tahun 2010 2015... 46 Gambar 3.1 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kelamin... 57 Gambar 3.2 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Kelompok Usia... 58 Gambar 3.3 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi... 58 Gambar 3.4 Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Waktu Terjadinya... 59 Gambar 3.5 Jumlah Korban Dirawat Jalan Berdasarkan Provinsi... 59 Gambar 3.6 Data Kasus ISPA di Enam Provinsi bulan Juli s.d. Oktober / November 2015... 60 Gambar 3.7 Proporsi Kenaikan Kasus ISPA di 6 Provinsi... 61 Gambar 3.8 Pembagian Wilayah Berdasarkan Hotspot dan Dampak... 65 Gambar 4.1 Klaster Nasional Penanggulangan Bencana... 74 Gambar 4.2 Konsep Pengorganisasian Klaster dan Sub Klaster Kesehatan... 75 DAFTAR FOTO Foto 3.1 Jumpa Pers Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan bersama instansi terkait dalam rangka Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan dan lahan... 54 Foto 3.2 Petugas Pos Kesehatan di Bandara... 62 Foto 3.3 Petugas Melakukan pengukuran kualitas udara... 62 Foto 3.4 Kemenkes Meninjau Kesiapan Tenaga Kesehatan, Logistik Obat dan Perbekkes di Posko Bencana Asap Di Pekanbaru Riau... 68 Foto 3.5 Kementerian Kesehatan Memberikan Bantuan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau... 69 Foto 4.1 Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan... 77 Foto 4.2 Pertemuan Penyusunan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kesehatan... 79 Foto 4.3 Pelatihan Internasional Manajemen Bencana Fokus Bencana Erupsi Gunung Api oleh International Training Consortium on Disaster Risk Reduction di Medan, Sumatera Utara... 84 Foto 4.4 Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan Tahun 2015 di Yogyakarta... 87 Foto 4.5 Foto Asistensi di Nagan-Meulaboh... 91 Foto 4.6 Geladi Kesehatan Sail Tomini... 93 Foto 4.7 Geladi Kesehatan Sail Tomini... 93 Foto 4.8 RHA Provinsi Riau... 97 Foto 4.9 Menteri Kesehatan menyerahkan bantuan MP ASI kepada pengungsi korban banjir di Provinsi DKI Jakarta... 101 Foto 4.10 Pendistribusian Logistik Kesehatanuntuk Kejadian Krisis Kesehatan akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Provinsi Riau... 103 Foto 4.11 Bimbingan Teknispada Dinkes Kab. Karo oleh Tim Kemenkes dalam Rangka Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca erupsi Gunung Sinabung... 110 Foto 4.12 Peninjauan Tim Kemenkes ke Lokasi Relokasi Pengungsi Pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Siosar Kab. Karo... 110 10 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 11

DAFTAR LAMPIRAN RINGKASAN EKSEKUTIF Lampiran 1 Data kejadian krisis kesehatan... 117 Lampiran 2 Rekap pengiriman obat, bahan medis habis pakai (bmhp) dan logistik kesehatan buffer stok kemenkes dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat kebakaran lahan dan hutan tahun 2015... 153 Lampiran 3 rekap pengiriman tim rapid health assessment dan tim bantuan kesehatan oleh kemenkes dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan akibat kebakaran lahan dan hutan tahun 2015... 161 Lampiran 4 Provinsi Terdampak Asap di Indonesia... 162 Lampiran 5 korban meninggal akibat kabut asap tahun 2015... 164 Lampiran 6 Upaya yang Dilakukan terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 289/Menkes/SK/III/2003... 168 Lampiran 7 analisa upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan kementerian kesehatan pada tahun 2015 berdasarkan permenkes no. 64 tahun 2013 tentang penanggulangan krisis kesehatan... 171 Lampiran 8 analisa upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan kementerian kesehatan pada tahun 2015 berdasarkan permenkes no. 77 tahun 2014 tentang sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan... 177 Pada tahun 2015 terdapat 618 kejadian krisis kesehatan di 33 provinsi. Provinsi yang tidak mengalami krisis kesehatan pada tahun 2015 adalah Provinsi Kepulauan Riau. Sebagian besar kejadian terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera, di mana provinsi yang paling sering yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh, Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan provinsi yang secara konsisten selalu menjadi 5 besar tiap tahunnya sejak tahun 2010. Bencana alam merupakan kategori bencana yang paling sering terjadi disusul oleh bencana non alam dan bencana sosial. Hal ini tidak berbeda dengan kondisi tahun 2010-2014, namun bila dilihat kecenderungannya tahun 2015 proporsi bencana alam cenderung menurun dan proporsi bencana non alam cenderung meningkat. Proporsi bencana sosial cenderung stagnan. Bencana alam yang paling sering terjadi yaitu banjir, tanah longsor dan angin siklon tropis. Sedangkan bencana non alam yang paling sering yaitu kecelakaan transportasi. Banjir, tanah longsor, angin siklon tropis serta kecelakaan transportasi merupakan jenis bencana yang selalu menjadi 5 besar dengan frekuensi tertinggi sejak tahun 2010. Pada tahun 2015 terdapat 902 korban meninggal dunia, 2.226 korban luka berat/rawat inap, 498.586 korban luka ringan/rawat jalan, 251.075 pengungsi serta 9 unit fasyankes yang rusak. Bencana non alam merupakan jenis bencana yang menyebabkan korban meninggal, korban luka berat/rawat inap maupun korban luka ringan/rawat jalan tertinggi dengan proporsi yang cukup jauh bila dibandingkan bencana alam maupun sosial. Jenis bencana non alam yang menjadi penyumbang terbesar untuk korban meninggal maupun luka berat/rawat inap adalah kecelakaan transportasi, kebakaran serta KLB penyakit. Sedangkan untuk luka ringan/rawat jalan, lebih dari 90% diakibatkan bencana kebakaran lahan dan hutan. Bila dilihat trend sejak tahun 2010 maka proporsi korban akibat bencana non alam cenderung meningkat. Kondisi yang berkebalikan terjadi pada pengungsi, di mana 95% pengungsi disebabkan oleh bencana alam. Bencana alam yang paling banyak menimbulkan pengungsi adalah banjir, letusan gunung api, gempa bumi dan banjir bandang. Seluruhnya kerap menjadi penyebab pengungsi terbanyak pada tahun 2010-2014. Bila meninjau jumlah korban berdasarkan provinsi pada tahun 2015, maka Provinsi Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur merupakan provinsi-provinsi dengan jumlah 12 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 13

korban terbanyak ditinjau dari jumlah korban meninggal, luka berat/rawat inap, luka ringan/rawat jalan serta pengungsi. Dibandingkan dengan tahun 2010-2014, trend provinsi dengan jumlah korban terbanyak tidak banyak mengalami perubahan, kecuali untuk luka ringan/rawat jalan. Tahun 2015 korban luka ringan/rawat jalan didominasi oleh provinsi-provinsi yang mengalami kebakaran hutan dan lahan, di mana sebagian provinsi tersebut angka korban rawat jalan/luka ringan tidak begitu tinggi pada tahun-tahun sebelumnya. Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang paling besar pada tahun 2015. Bencana tersebut menyebabkan korban meninggal sebanyak 26 jiwa berasal di 8 provinsi dari seluruhnya 17 provinsi terdampak. 62% dari korban meninggal merupakan bayi dan balita. Jumlah korban dirawat jalan sebanyak 446.530 orang. Sebagian besar korban meninggal maupun dirawat jalan berada di provinsi-provinsi di Pulau Sumatera dan sebagian kecil di Pulau Kalimantan. Untuk kasus ISPA, Provinsi Riau merupakan provinsi yang kenaikan angka ISPAnya paling tinggi bila dibandingkan provinsi lainnya yaitu mencapai 6 kali lipat. Rata-rata provinsi mengalami puncak angka ISPA pada bulan Agustus sampai dengan Oktober. Angka kumulatif ISPA dari bulan Juli Oktober yang tertinggi yaitu Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat kebakaran hutan dan lahan yang telah dilakukan umumnya masih fokus pada upaya tanggap darurat. Masih perlu peningkatan upaya pra dan pasca bencana sesuai ketentuan pada Kepmenkes No. 289 tahun 2003. Upaya penanggulangan krisis kesehatan secara umum telah dijalankan di seluruh fase oleh Pusat Krisis Kesehatan serta unit-unit terkait di Kementerian Kesehatan. Ketika di check list, upayaupaya tersebut telah sesuai dengan Permenkes No. 64 tahun 2013. Peningkatan lebih lanjut perlu difokuskan pada upaya pemberdayaan masyarakat serta upaya pasca krisis kesehatan. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang Kesehatan (RPJP) tahun 2005-2025, sasaran pembangunan kesehatan yang ingin dicapai pada tahun 2025 adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh meningkatnya umur harapan hidup, menurunnya angka kematian bayi, menurunnya angka kematian ibu serta menurunnya prevalensi gizi kurang pada Balita. Dalam RPJMN 2015-2019 sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat. Untuk mendukung RPJP dan RPJMN tersebut, dalam Rencana dan Strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 dinyatakan tujuannya antara lain meningkatnya status kesehatan masyarakat di semua kontinum siklus kehidupan. Pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kesehatan tersebut menghadapi sejumlah tantangan yaitu antara lain kejadian krisis kesehatan baik disebabkan oleh bencana maupun potensi bencana. Kondisi geografis, demografis dan hidrologis di Indonesia menyebabkan negara kita ini rentan terhadap berbagai ancaman bencana baik alam, non alam maupun sosial. Data Pusat krisis kesehatan selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2010-2014,menunjukkan bahwa krisis kesehatan terjadi setiap hari di Indonesia. Bila dirata-ratakan, kejadian tersebut menyebabkan sebanyak 2 orang meninggal dunia tiap harinya dan 1.000 orang pengungsi baru setiap harinya. Selain itu, rata-rata setiap tahunnya 4 RS, 36 Puskesmas, 54 Pustu serta 45 Polindes/Poskesdes mengalami kerusakan akibat bencana maupun potensi bencana. Kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan akibat bencana tersebut tentu akan berdampak pada pembangunan kesehatan baik tingkat nasional maupun daerah. Pembangunan yang tengah berjalan harus terhenti bahkan mengalami penurunan karena dampak bencana. Sedangkan untuk memulihkan kondisi dan mengejar kembali ketertinggalan tentu memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Kebijakan nasional maupun kerangka internasional menyatakan bahwa saat ini upaya penanggulangan ditekankan pada upaya pengurangan risiko bencana yang dilakukan sebelum terjadinya bencana. Penekanan lainnya adalah peningkatan ketahanan masyarakat terhadap 14 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 15

krisis kesehatan akibat bencana (community resilience) melalui upaya peningkatan peran serta masyarakat. Penanggulangan bencana melibatkan seluruh level pemerintahan baik pusat maupun daerah. Menteri Kesehatan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota bertanggung jawab terhadap upaya penanggulangan krisis di tingkat nasional/provinsi/kabupaten/kota. Dalam rangka penanggulangan krisis kesehatan, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya baik pada pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan maupun pasca krisis kesehatan. Upaya-upaya tersebut sejak tahun 2011 selalu didokumentasikan setiap tahunnya sebagai bahan pembelajaran. Sesuai dengan Permenkes No. 64 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemenkes, Kemenkes menyelenggarakan fungsi perumusan, penetapan dan pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan dan kefarmasian dan alat kesehatan. Selain itu pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kemenkes di daerah, pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang kesehatan, pelaksanaan pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia dibidang kesehatan serta pengelolaan tenaga kesehatan. Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan berisi gambaran kejadian serta upayaupaya yang telah dilakukan oleh Kemenkes. Diharapkan buku ini bisa menjadi bahan pembelajaran yang penting dalam memperbaiki kualitas penanggulangan krisis kesehatan terutama dalam upaya peningkatan kapasitas serta pengurangan kerentanan. Selain itu, kajian buku ini agar dapat menjadi bahan referensi dan evaluasi bagi pengambil kebijakan maupun pengelola program serta menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan terkait krisis kesehatan. 1.2 Tujuan Untuk mendapatkan informasi mengenai : Gambaran kejadian krisis kesehatan tahun 2015 Krisis kesehatan akibat kebakaran lahan dan hutan tahun 2015 Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kemenkes pada tahun 2015 1.3 Sasaran Pemegang keputusan terutama yang berkaitan dengan upaya penanggulangan krisis kesehatan, akademisi, masyarakat umum serta tenaga kesehatan. 1.4 Ruang Lingkup Penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 2015 dilakukan dengan ruang lingkup sebagai berikut : Gambaran krisis kesehatan merupakan data-data kejadian bencana maupun potensi bencana pada tahun 2015 yang menyebabkan krisis kesehatan yaitu adanya korban dan atau pengungsian dan atau kerusakan fasilitas kesehatan. Sumber data diperoleh dari : - Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes - Badan Nasional Penanggulangan Bencana - Direktorat Surveilans, Imunisasi dan Karantina Kesehatan (Posko KLB) Krisis kesehatan akibat Karlahut pada tahun 2015 merupakan data-data yang diperoleh Pusat Krisis Kesehatan dan unit-unit terkait di lingkungan Kementerian Kesehatan serta beberapa hasil penelitian/kajian dari institusi lainnya selama tahun 2015. Upaya yang dilakukan oleh Kemenkes mencakup pelaksanaan program-program yang dilakukan oleh unit-unit di lingkungan Kementerian Kesehatan baik pendanaan APBN maupun non APBN yang terdiri dari upaya pra krisis kesehatan, upaya tanggap darurat krisis kesehatan serta upaya pasca krisis kesehatan. 1.5 Metodologi Metode pengambilan data melalui : Website Dari unit-unit/instansi terkait melalui sejumlah pertemuan Dari buku-buku referensi Selanjutnya dilakukan pengecekan data, klarifikasi data dan bila perlu skrining data. Metode analisa data menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif yang menghasilkan data analisis deskriptif. 1.6 Daftar Istilah a. Krisis Kesehatan adalah peristiwa/rangkaian peristiwa yang mengancam kesehatan individu/masyarakat yang disebabkan oleh bencana dan/atau berpotensi bencana b. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah 16 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 17

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat Fasyankes adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan/atau rehabilitatif. d. Pusat Bantuan Regional Penanganan Krisis Kesehatan atau selanjutnya disebut PPK Regional adalah unit fungsional di daerah yang ditunjuk untuk mempercepat dan mendekatkan fungsi bantuan pelayanan kesehatan dalam penanggulangan kesehatan pada kejadian bencana dan krisis kesehatan lainnya. e. Sub Regional Penanganan Krisis Kesehatan atau selanjutnya disebut PPK Sub Regional adalah unit fungsional dibawah koordinasi PPK Regional untuk menjangkau wilayah yang terlalu jauh f. Terdapat 9 PPK Regional dan 2 PPK Sub Regional yaitu sebagai berikut : g. Klaster Kesehatan adalah Satuan tugas atau sekelompok satuan tugas untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dalam penanganan bencana h. Pendekatan klaster adalah salah satu pendekatan koordinatif yang menyatukan semua pihak terkait baik pemerintah maupun non pemerintah dalam upaya penanggulangan bencana. Pendekatan klaster ditujukan untuk memastikan bahwa dukungan internasional sejalan dengan struktur organisasi nasional dan daerah serta untuk memfasilitasi hubungan yang erat antara lembaga pemerintah, masyarakat, internasional, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu juga untuk memastikan dukungan nasional sejalan dengan struktur organisasi daerah No Regional Lokasi Wilayah Pelayanan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumatera Utara Sumatera Selatan DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Selatan Bali Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Medan Palembang Jakarta Semarang Surabaya Banjarmasin Denpasar Manado Makassar Provinsi NAD, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan Provinsi Kepulauan Riau. PPK Sub Regional Sumatera Barat di Padang dengan wilayah pelayanan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Jambi dan Provinsi Bangka Belitung. Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Kalimantan Barat, dan Provinsi Lampung. Provinsi DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Timur. Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Kalimantan Tengah, dan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara, dan Provinsi Maluku Utara. Provinsi Sulawesi Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Provinsi Maluku. PPK Sub Regional Papua di Jayapura, dengan wilayah pelayanan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. 18 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 19

2.1 Kejadian Krisis Kesehatan BAB II GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015 Hasil proses integrasi yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa untuk frekuensi kejadian bencana yang menimbulkan krisis kesehatan tahun 2015 sebanyak 618 kejadian (rincian pada lampiran) yang tersebar di 33 provinsi. Provinsi yang tidak mengalami krisis kesehatan pada tahun 2015 adalah Provinsi Kepulauan Riau. Distribusi provinsi dan frekuensi kejadian krisis kesehatan tahun 2015 dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1 Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015 Tabel 2.1 Total Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 2015 No Uraian Jumlah 1 Frekuensi kejadian krisis kesehatan 618 kali 2 Korban meninggal 902 jiwa 3 Korban luka berat/rawat inap 2.226 jiwa 4 Korban luka ringan/rawat jalan 498.586 jiwa 5 Pengungsi 251.075 jiwa 6 Jumlah fasyankes rusak 9 unit 2.1.1 Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Gambar 2.2 menunjukkan bahwa bencana alam merupakan kategori bencana yang paling sering terjadi (53%). Sedangkan bencana non alam proporsinya sedikit di bawah bencana alam dan bencana sosial hanya sekitar 9% Gambar 2.2 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Berdasarkan Jenisnya 9% Keterangan : (frekuensi kejadian) >30 kali 16 30 kali 1 15 kali 0 38% 53% Bencana Alam 53% Bencana Non Alam 38% Bencana 9% Total jumlah korban, pengungsi serta fasyankes rusak pada krisis kesehatan tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. 20 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 21

Rincian jenis bencana dari bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial dapat dilihat pada tabel 2.2. Terlihat bahwa bencana alam dan non alam masing-masing terdiri dari 7 jenis bencana, sedangkan bencana sosial terdiri dari 2 jenis. Lima jenis bencana yang paling sering terjadi pada tahun 2015 yaitu banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi, angin siklon tropis dan konflik sosial. Bencana Alam Frekuensi Bencana Non Alam Frekuensi Bencana Frekuensi 1) Banjir 125 1) Kecelakaan 85 1) Konflik 52 2) Tanah Longsor 92 2) Kebakaran 47 2) Aksi teror 1 dan sabotase 3) Angin Siklon Tropis 57 3) KLB Keracunan 35 4) Banjir bandang 34 4) Kebakaran hutan dan 26 lahan 5) Letusan gunung api 8 5) KLB Penyakit 27 6) Gempa bumi 8 6) Gagal teknologi (kecelakaan terkait teknologi di perumahan 17 atau pekerjaan perorangan) 7) Banjir dan tanah 3 7) Kecelakaan Industri 1 longsor Jumlah 327 Jumlah 238 Jumlah 53 tanah longsor. Sedangkan sebanyak 5% kejadian krisis kesehatan merupakan kejadian bencana geofisika yang diakibatkan oleh gempa bumi dan letusan gunung api. Jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.3. Untuk bencana non alam, sebanyak 12% kejadian krisis kesehatan yang diakibatkan oleh bencana non alam pada tahun 2015 merupakan kejadian bencana biologi yang diakibatkan oleh Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit dan KLB Keracunan, sebanyak 26% diakibatkan kebakaran hutan dan lahan dan 62% merupakan kejadian krisis kesehatan akibat kegagalan teknologi (kecelakaan industri, kecelakaan transportasi, kebakaran dan gagal teknologi). Jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.4. Gambar 2.3 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Alam Berdasarkan Penyebab 5% Hidrometeorologi 95% Geofisika 5% 95% Dari 618 kejadian krisis kesehatan, sebanyak 421 kejadian atau 68% terjadi di 10 provinsi dengan frekuensi tertinggi yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Aceh, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, DKI Jakarta, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat. Hal ini tergambar seperti dalam gambar 2.3. Sebanyak 95% kejadian krisis kesehatan yang diakibatkan oleh bencana alam pada tahun 2015 merupakan kejadian bencana hidrometeorologi yang diakibatkan oleh bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin siklon tropis serta banjir dan 22 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 23

Gambar 2.4 Proporsi Frekuensi Kejadian Bencana Non Alam Berdasarkan Penyebab Gambar 2.5 10 Provinsi dengan Frekuensi Tertinggi Menurut Kategori Bencana Tahun 2015 12% 26% Kalimantan Barat Sumatera Selatan 7 10 2 16 13 DKI Jakarta 8 20 4 Biologi 26% Sulawesi Selatan 14 20 62% Kegagalan Teknologi 62% Kebakaran lahan dan hutan 12% Sumatera Barat Sumatera Utara 31 5 18 23 1 Jawa Tengah 30 11 1 Dalam hal frekuensi kejadian berdasarkan provinsi, Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi yang paling tinggi frekuensi krisis kesehatannya pada tahun 2015. Jenis kejadian bencana yang paling sering terjadi di provinsi tersebut yaitu angin puting beliung dan nomor dua adalah tanah longsor. Keduanya mendekati 50% dari seluruh kejadian bencana di Jawa Timur. Sedangkan di Provinsi Jawa Barat, tanah longsor merupakan jenis kejadian bencana yang cukup mendominasi yaitu sekitar 30% dari seluruh kejadian bencana di provinsi tersebut. Di Provinsi Aceh dan Jawa Tengah, banjir sebagai jenis kejadian bencana tertinggi dan cukup sering dibandingkan jenis bencana lainnya. Untuk Sumatera Utara jenis kejadian bencana tersering adalah kecelakaan transportasi. Lengkapnya pada gambar 2.5 berikut ini Aceh 46 6 7 Jawa Barat 37 22 Jawa Timur 48 21 Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Bila ditinjau dari wilayah regional maka terdapat 3 PPK regional dengan jenis kejadian bencana tertinggi di tahun 2015 yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara dan Jawa Timur (Gambar 2.6). Wilayah regional DKI Jakarta dengan jenis kejadian bencana tertinggi adalah banjir dan tanah longsor. Di regional Sumatera Utara bencana banjir frekuensinya jauh lebih sering bila dibandingkan bencana lainnya. Untuk Jawa Timur jenis kejadian bencana tertingginya yaitu angin puting beliung. 24 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 25

Gambar 2.6 Frekuensi Kejadian Bencana di Wilayah PPK Regional /Sub Regional Tahun 2015 Gambar 2.7 Proporsi Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana Kalimantan Selatan 6 17 5% 23% Sulawesi Utara 21 5 Bali 13 5 Sumatera Selatan Jawa Tengah Sulawesi Selatan 10 24 14 40 12 1 21 30 11 72% Bencana Alam 23% Bencana Non Alam 72% Bencana 5% Jawa Timur 48 21 Sumatera Utara DKI Jakarta 67 42 8 58 62 6 Tabel 2.3 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Korban Meninggal Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana 2.1.2 Korban Meninggal Pada tahun 2015 terdapat 902 korban meninggal dunia pada kejadian krisis kesehatan. Bencana non alam adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban meninggal yaitu mencapai 72% (gambar 2.7). Sebagian besar diakibatkan kecelakaan transportasi. Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban meninggal sebanyak 1-2 orang. Untuk kejadian bencana non alam rata-rata menyebabkan korban meninggal sebanyak 2-3 orang. Sedangkan untuk bencana alam dan bencana sosial bila dibandingkan dengan frekuensinya maka kira-kira setiap 1 kejadian terdapat 0-1 korban meninggal. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.3. No Jenis Bencana Frekuensi Korban Perbandingan Meninggal Frekuensi : Korban Meninggal 1 Bencana Alam 327 210 1 : 0,6 2 Bencana Non Alam 238 650 1 : 2,7 3 Bencana 53 42 1 : 0,8 Total 618 902 1 : 1,5 Untuk kejadian bencana yang menimbulkan korban meninggal diperoleh 10 provinsi tertinggi dengan jumlah korban sebanyak 729 orang (gambar 2.8). Jumlah tersebut merupakan 81% dari seluruh jumlah korban meninggal pada tahun 2015. 26 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 27

Gambar 2.8 10 Provinsi dengan Korban Meninggal Terbanyak Akibat Bencana Menurut Kategori Bencana Tahun 2015 sering, namun ternyata cukup banyak menimbulkan korban meninggal. Provinsi Papua bahkan memiliki perbandingan tertinggi yaitu setiap 1 kejadian menyebabkan kira-kira 7-8 korban meninggal (tabel 2.4). Korban meninggal paling besar di Papua yaitu akibat kecelakaan transportasi pada tanggal 16 Agustus 2015 di Kab. Pegunungan Bintang yang menyebabkan korban meninggal sebanyak 54 orang. Maluku Sumatera Barat DKI Jakarta 16 4 20 6 6 24 Tabel 2.4 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Meninggal Jawa Tengah Sumatera Selatan Jawa Timur Papua Sulawesi Selatan Jawa Barat Sumatera Utara 6 32 31 11 37 22 3 93 11 2 108 60 53 20 164 Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Banyaknya korban meninggal di Sumatera Utara sebesar 81% disebabkan karena kecelakaan transportasi. Korban kecelakaan transportasi terbesar adalah pada jatuhnya pesawat hercules di Kota Medan pada tanggal 30 Juni 2015 yang menyebabkan korban meninggal sebanyak 122 jiwa. Sedangkan korban meninggal di Jawa Barat sebesar 80% disebabkan oleh tanah longsor dan kecelakaan transportasi. Provinsi dengan frekuensi kejadian bencana tertinggi ternyata belum tentu menimbulkan korban meninggal yang besar pula. Provinsi Aceh yang termasuk 10 besar dengan frekuensi tertinggi ternyata tidak termasuk dalam 10 besar dengan korban meninggal tertinggi. Sebaliknya Papua dan Maluku, dilihat dari frekuensinya tidak terlalu No Provinsi Frekuensi Korban Perbandingan Jenis Bencana terbanyak Meninggal Frekuensi : Korban sebagai penyebab Meninggal korban meninggal 1 Sumatera Utara 42 184 1 : 4,4 Bencana Non Alam 2 Jawa Barat 59 113 1 : 1,9 Bencana Alam 3 Sulawesi Selatan 34 110 1 : 3,2 Bencana Non Alam 4 Papua 14 107 1 : 7,6 Bencana Non Alam 5 Jawa Timur 69 59 1 : 0,9 Bencana Alam 6 Sumatera 31 42 1 : 1,4 Bencana Non Alam Selatan 7 Jawa Tengah 42 38 1 : 0,9 Bencana Non Alam 8 DKI Jakarta 32 30 1 : 0,9 Bencana Non Alam 9 Sumatera Barat 36 26 1 : 0,7 Bencana Alam 10 Maluku 8 20 1 : 2,5 Bencana Non Alam 2.1.3 Korban Luka Berat/Rawat Inap Korban luka berat/rawat inap pada tahun 2015 sebanyak 2.226 jiwa. Sebanyak 1.798 jiwa di antaranya atau 81% berasal dari 10 provinsi (gambar 2.10). Bencana non alam merupakan penyebab terbesar adanya korban luka berat/rawat inap (gambar 2.9). Jenis bencana yang paling banyak menimbulkan korban luka berat/rawat inap adalah KLB keracunan. 28 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 29

Gambar 2.9 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana Gambar 2.10 10 Provinsi dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2015 5% 8% Lampung 61 1 Jambi 3 61 Sulawesi Utara 86 Sulawesi Selatan 2 136 87% Bencana Alam 8% Bencana Non Alam 87% Bencana 5% Kalimantan Barat Jawa Barat 186 21 182 Sumatera Utara 12 225 Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban luka berat/rawat inap sebanyak 3-4 orang. Bencana non alam rata-rata memiliki perbandingan tertinggi, yaitu 1 kejadian menyebabkan korban luka berat/rawat inap sekitar 8 orang. Bencana sosial menempati posisi kedua yaitu kira-kira setiap 1 kejadian terdapat 2-3 korban luka berat/rawat inap. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.5. Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Aceh 34 214 10 230 20 11 266 37 Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana Tabel 2.5 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Perbandingan Berat/Rawat Frekuensi : Korban Luka Berat/Rawat Inap 1 Bencana Alam 327 186 1 : 0,6 2 Bencana Non Alam 238 1.923 1 : 8,1 3 Bencana 53 117 1 : 2,2 Total 618 2.226 1 : 3,6 Bila dilihat pada gambar 2.10 maka sebanyak 4 provinsi yaitu Provinsi Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Jawa Tengah yang termasuk 10 besar dengan frekuensi tertinggi ternyata tidak termasuk dalam 10 besar dengan korban luka berat/ rawat inap. Sebaliknya 5 provinsi yaitu Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Jambi dan Lampung, dilihat dari frekuensinya tidak terlalu sering, namun ternyata cukup banyak menimbulkan korban luka berat/rawat inap. Sebanyak 5 provinsi yaitu Provinsi Aceh, Nusa Tenggara Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Lampung mempunyai kesamaan jenis kejadian bencana yang menimbulkan korban rawat inap tertinggi yaitu Kejadian Luar Biasa (KLB)- Keracunan. Sedangkan 5 provinsi lainnya disebabkan karena banjir (Sumatera Utara), 30 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 31

kegagalan teknologi (Jawa Barat), kecelakaan transportasi (Sulawesi Selatan dan Jambi) serta kebakaran (Sulawesi Utara). Tabel 2.6 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap (LB/RI) 0,05% Gambar 2.11 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana 8,29% No Provinsi Frekuensi Korban Perbandingan Jenis Bencana terbanyak Meninggal Frekuensi : Korban sebagai penyebab Meninggal korban meninggal 1 Aceh 59 314 1 : 5 Bencana Non Alam 2 NTB 16 260 1 : 16 Bencana Non Alam 3 Jawa Timur 69 248 1 : 4 Bencana Non Alam 4 Sumatera Utara 42 237 1 : 6 Bencana Non Alam 5 Jawa Barat 59 203 1 : 3 Bencana Non Alam 6 Kalimantan 17 186 1 : 11 Bencana Non Alam Barat 7 Sulawesi Selatan 34 138 1 : 4 Bencana Non Alam 8 Sulawesi Utara 15 86 1 : 6 Bencana Non Alam 9 Jambi 15 64 1 : 4 Bencana Non Alam 10 Lampung 9 62 1 : 7 Bencana Non Alam Berdasarkan tabel 2.6, Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Barat memiliki perbandingan tertinggi yaitu sekitar 2-4 kali lipat bila dibandingkan provinsi lainnya. Korban luka berat/rawat inap dari kedua provinsi tersebut sebagian besar berasal dari KLB Keracunan makanan. 2.1.4 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Korban luka ringan/rawat jalan pada tahun 2015 sebanyak 498.586 jiwa. Bencana non alam merupakan penyebab terbesar adanya korban luka ringan/rawat jalan (gambar 2.11). Jenis bencana yang paling banyak menimbulkan korban luka ringan/rawat jalan adalah kebakaran lahan dan hutan dengan proporsi sekitar 91,8% dari seluruh korban. Bencana Alam 8,29% Bencana Non Alam 92,30% 92,30% Bencana 0,05% Bila dibandingkan dengan frekuensinya, maka setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan korban luka ringan/rawat jalan sebanyak 807 orang. Bencana non alam memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan jenis bencana lainnya, yaitu 1: 1.934. Perbandingan tersebut 17 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bencana alam dan bahkan 427 kali lipat lebih tinggi dibandingkan bencana sosial. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.7. Tabel 2.7 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan No Jenis Bencana Frekuensi Korban Luka Perbandingan Ringan/ Rawat Frekuensi : Korban Luka Jalan Ringan/ Rawat Jalan 1 Bencana Alam 327 38.160 1 : 117 2 Bencana Non Alam 238 460.186 1 : 1.934 3 Bencana 53 240 1 : 5 Total 618 498.586 1 : 807 32 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 33

Bila dilihat pada gambar 2.12 maka sebanyak 4 provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan dan DKI Jakarta yang termasuk 10 besar dengan frekuensi tertinggi ternyata tidak termasuk dalam 10 besar dengan korban luka ringan/rawat jalan. Sebaliknya 4 provinsi yaitu Riau, Jambi, Kalimantan Tengah dan Banten, dilihat dari frekuensinya tidak terlalu sering, namun korban luka ringan/rawat jalan termasuk tinggi. Sebesar 91,7% korban luka ringan/rawat jalan berasal dari 5 provinsi yang mengalami kebakaran lahan dan hutan yaitu Prov. Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Sedangkan untuk 5 provinsi lainnya korban luka ringan/rawat jalan terbanyak akibat bencana banjir (Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah) serta letusan gunung api (Sumatera Utara dan Jawa Timur). Gambar 2.12 10 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Menurut Kategori Bencana Tahun 2015 Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur Sumatera Utara Banten Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Sumatera Selatan Riau Jambi 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 140.000 160.000 180.000 Tabel 2. 8 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan (LR/RJ) No Provinsi Frekuensi Korban Perbandingan Jenis Bencana terbanyak LR/RJ Frekuensi : Korban Penyebab Korban LR/RJ LR/RJ 1 Jambi 15 155,811 1 : 10.387 Bencana Non Alam 2 Riau 17 107.330 1 : 6.314 Bencana Non Alam 3 Sumatera Selatan 31 88,538 1 : 2.856 Bencana Non Alam 4 Kalimantan Tengah 8 67,603 1 : 8.450 Bencana Non Alam 5 Kalimantan Barat 17 37.976 1 : 2.234 Bencana Non Alam 6 Banten 9 13,623 1 : 1.514 Bencana Alam 7 Sumatera Utara 42 13,177 1 : 314 Bencana Alam 8 Jawa Timur 69 4,077 1 : 59 Bencana Alam 9 Jawa Barat 59 1,936 1 : 33 Bencana Alam 10 Jawa Tengah 42 1,773 1 : 42 Bencana Alam Tabel 2.8 menunjukkan bahwa 5 provinsi dengan kebakaran lahan dan hutan memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi lainnya. Untuk provinsi yang tidak mengalami kebakaran lahan dan hutan, perbandingan tertinggi terdapat di Provinsi Banten yaitu 1 kejadian menyebabkan kira-kira 1.514 korban luka ringan/rawat jalan. Korban banjir di Banten tersebut sebagian besar berasal dari kejadian banjir di Kecamatan Cikupa dan Balaraja pada tanggal 2 Februari 2015 yang menyebabkan 13.082 orang mengalami luka ringan/rawat jalan. 2.1.5 Pengungsi Pada tahun 2015 untuk kejadian bencana yang menimbulkan pengungsi dari 34 Provinsi sebanyak 251.075 orang/jiwa. 95% pengungsian disebabkan karena bencana alam (gambar 2.13) di mana bencana banjir merupakan penyebab yang terbesar. Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana 34 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 35

Gambar 2.13 Proporsi Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Bencana 4% 1% Bencana Alam 95% Bencana Non Alam 4% 95% Bencana 1% Gambar 2.14 menunjukkan bahwa terdapat 4 provinsi yang sebelumnya tidak masuk dalam 10 provinsi dengan provinsi frekuensi tertinggi namun memiliki jumlah pengungsi cukup besar yaitu Banten, Maluku Utara, Sulawesi Utara dan Kalimantan Timur. Sedangkan Provinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Sumatera Selatan yang frekuensi kejadian bencananya termasuk sering, namun tidak termasuk 10 provinsi dengan jumlah pengungsi tertinggi. Pada tahun 2015 ini, pengungsi terbesar berasal dari Provinsi Aceh. Mayoritas pengungsi Aceh berasal dari bencana banjir di mana pengungsi terbesar terjadi akibat banjir pada bulan Desember 2015 di Kab. Aceh Barat dan Kab. Nagan Raya yaitu 37.586 jiwa dan 24.555 jiwa. Banjir merupakan penyebab pengungsi terbesar di 8 dari 10 provinsi tertinggi untuk korban pengungsi. Dua provinsi lainnya disebabkan oleh letusan gunung api (Sumatera Utara) dan gempa bumi (Maluku Utara). Berdasarkan tabel 2.9, dapat dilihat bahwa rata-rata setiap 1 kali kejadian bencana menyebabkan pengungsi sebanyak 404 jiwa. Bencana alam memiliki perbandingan yang jauh lebih tinggi dibandingkan jenis bencana lainnya yaitu hampir mencapai 20 kali lipat lebih tinggi. Tabel 2.9 Perbandingan Antara Frekuensi Kejadian Bencana di Indonesia Tahun 2015 dengan Jumlah Pengungsi No Jenis Bencana Frekuensi Pengungsi Perbandingan Frekuensi : Pengungsi 1 Bencana Alam 327 238,954 1 : 731 2 Bencana Non Alam 238 9,641 1 : 41 3 Bencana 53 2,480 1 : 47 Total 618 251,075 1 : 406 Gambar 2.14 10 Provinsi dengan Pengungsi Akibat Bencana Tertinggi Tahun 2015 Kalimantan Timur Sumatera Barat Sulawesi Utara Jawa Tengah Maluku Utara Sumatera Utara Jawa Barat Banten DKI Jakarta Aceh 0 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 Bencana Alam Bencana Non Alam Bencana 36 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 37

Ditinjau dari perbandingan frekuensi kejadian dengan jumlah pengungsi, Provinsi Maluku Utara memiliki perbandingan tertinggi yaitu 1 kali kejadian kira-kira menyebabkan lebih dari 3.000 pengungsi. Sebagian besar pengungsi tersebut akibat gempa bumi di Kabupaten Halmahera Barat pada tanggal 20 November 2015. Provinsi Aceh dan Banten menempati peringkat kedua dan ketiga dengan perbandingan 1 kali kejadian menyebabkan terjadi hampir 2.000 pengungsi. Bencana banjir merupakan penyebab tertinggi terjadinya pengungsian di kedua provinsi tersebut. Rincian perbandingan frekuensi dengan jumlah pengungsi untuk 10 provinsi dengan jumlah pengungsi tertinggi dapat dilihat pada tabel 2.10. Tabel 2.10 Perbandingan Antara Frekuensi Bencana di 10 Provinsi dengan Jumlah Pengungsi No Provinsi Frekuensi Pengungsi Perbandingan Jenis Bencana Frekuensi : Terbanyak Penyebab Pengungsi Pengungsi 1 Aceh 59 110.781 1 1.878 Bencana Alam 2 DKI Jakarta 32 23.889 1 747 Bencana Alam 3 Banten 9 15.555 1 1.728 Bencana Alam 4 Jawa Barat 59 15.197 1 : 258 Bencana Alam 5 Sumatera Utara 42 14.830 1 : 353 Bencana Alam 6 Maluku Utara 4 13.655 1 : 3.414 Bencana Alam 7 Jawa Tengah 42 12.236 1 : 291 Bencana Alam 8 Sulawesi Utara 15 11.307 1 : 754 Bencana Alam 9 Sumatera Barat 36 10.721 1 : 298 Bencana Alam 10 Kalimantan Timur 10 5.073 1 : 507 Bencana Alam Tabel 2.11 Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2015 No Provinsi Fasyankes Rusak Jumlah Jenis Pos- Polindes Poskes- Pustu Puskes- RS Bencana yandu des mas 1 Sulawesi 1 2 1 4 banjir Selatan 2 Nusa 2 2 gempa bumi Tenggara 1 1 angin puting Timur beliung 3 Papua 1 1 gempa bumi 4 Jawa Timur 1 1 angin puting beliung Jumlah 2 1 2 2 1 1 9 Kerusakan paling banyak terjadi di Sulawesi Selatan dan seluruhnya akibat bencana banjir di Kabupaten Wajo pada tanggal 4 Juni 2015. Untuk RS rusak terjadi di Provinsi Papua akibat gempa bumi di Kab. Memberamo Raya pada tanggal 27 Juli 2015. RS tersebut merupakan RS bergerak. 2.2 Perbandingan dengan 5 Tahun Terakhir (Tahun 2010-2014) Ditinjau dari frekuensi kejadian bencana terlihat bahwa cenderung terjadi peningkatan frekuensi krisis kesehatan pada tahun 2010-2015. Jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.15. 2.1.6 Fasyankes yang Rusak Pada tahun 2015 tercatat sebanyak 9 unit fasyankes mengalami kerusakan akibat bencana dan seluruhnya akibat bencana alam. Rinciannya sebagaimana tabel berikut ini. 38 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 39

700 600 500 400 300 200 100 Gambar 2.15 Frekuensi Kejadian Bencana Tahun 2010-2016 614 489 436 315 211 618 2.2.1 Perbandingan Jenis Bencana Bila dibandingkan tahun 2010-2014, jenis kejadian bencana tahun 2015 tidak jauh berbeda. Bencana alam masih memiliki proporsi terbesar dibandingkan bencana non alam dan bencana sosial. Bila dilihat kecenderungannya dari tahun 2010, terlihat bahwa tahun 2016 ini bencana alam cenderung menurun proporsinya sedangkan bencana non alam meningkat. Bencana sosial cenderung stagnan. Jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.17. Untuk rincian jenis bencana, 4 dari 5 besar kejadian bencana terbanyak pada tahun 2015 yaitu banjir, tanah longsor, angin siklon tropis dan kecelakaan transportasi merupakan jenis bencana yang memang selalu menjadi 5 besar pada 5 tahun sebelumnya. Untuk konflik sosial, walau tidak sekerap bencana lainnya, namun pernah beberapa kali menjadi 5 besar. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 2.12. 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Untuk jumlah fasyankes yang rusak akibat bencana, tahun 2015 jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2010-2014, sebagaimana gambar 2.16 berikut ini. Gambar 2.16 Jumlah Fasyankes yang Rusak Akibat Bencana Tahun 2010-2016 300 250 200 150 100 50 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Gambar 2.17 Proporsi Kategori Bencana Alam, Non Alam dan Tahun 2010-2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bencana Alam Bencana Alam Bencana Alam 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 40 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 41

Tabel 2.12 5 Jenis Bencana yang Memiliki Frekuensi Tertinggi Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Banjir Banjir Kebakaran Banjir Banjir Banjir 2 Tanah Tanah Kecelakaan Kecelakaan Kecelakaan Tanah Longsor Longsor Longsor 3 Angin Siklon Kecelakaan Banjir Keracunan Tanah Longsor Kecelakaan Tropis 4 Kebakaran Banjir Konflik Tanah Longsor Kebakaran Angin Siklon Bandang Tropis 5 Konflik Angin Siklon Angin Siklon Angin Siklon Angin Siklon Konflik Tropis Tropis Tropis Tropis Untuk jenis bencana yang menyebabkan korban meninggal, dibandingkan tahun 2010-2014, pada tahun 2015 ini cenderung terjadi peningkatan proporsi bencana non alam dan penurunan proporsi bencana alam (gambar 2.18). Sedangkan pada tabel 2.13 menunjukkan bahwa jenis bencana yang menyebabkan korban meninggal terbanyak pada tahun 2015 tidak terlalu jauh berbeda dengan tahun 2014 di mana bencana non alam lebih dominan dibandingkan bencana alam. Pada tahun-tahun sebelumnya bencana alam lebih dominan. Gambar 2.18 Proporsi Korban Meninggal Akibat Bencana Tahun 2010-2016 100% 80% 60% Tabel 2.13 5 Jenis Bencana dengan Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Gempa dan Kecelakaan Kecelakaan Kecelakaan Kecelakaan Kecelakaan Tsunami 2 Letusan Tanah Kebakaran Tanah Tanah Tanah Longsor Gunung Api Longsor Longsor Longsor 3 Banjir Banjir Konflik Banjir Banjir Kebakaran Bandang Bandang 4 Tanah Konflik Tanah Gempa Bumi Kebakaran KLB Penyakit Longsor Longsor 5 Banjir Kegagalan Banjir Banjir dan KLB 1. Angin Siklon Teknologi Bandang Tanah Longsor Keracunan Tropis 2. Konflik Tidak berbeda dengan korban meninggal, pada tahun 2015 ini proporsi bencana non alam yang menyebabkan korban meninggal mengalami peningkatan diband-ing tahun 2010-2014 dan bencana non alam mengalami penurunan (gambar 2.19). Selain itu pada tahun 2015, bencana alam sama sekali tidak menempati posisi 5 besar bencana yang paling banyak menyebabkan korban luka berat/rawat inap (tabel 2.14). Berbeda dengan tahun 2010-2014 di mana sekurang-kurangnya ada 1 bencana alam yang masuk dalam posisi 5 besar. Jenis bencana yang menempati posisi 5 besar untuk korban luka berat/rawat inap tahun 2015 yaitu KLB Keracunan, kecelakaan transportasi, kebakaran, KLB penyakit dan konflik sosial, merupakan jenis bencana yang memang beberapa kali menempati posisi tersebut pada tahun 2010-2014. Khusus untuk KLB keracunan dan kecelakaan transportasi sejak tahun 2011 konsisten selalu menjadi 5 besar. 40% 20% 0% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bencana Alam Bencana Alam Bencana Alam 42 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 43

100% 80% 60% 40% 20% 0% Gambar 2.19 Proporsi Korban Luka Berat/Rawat Inap Akibat Bencana Tahun 2010-2015 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bencana Alam Bencana Alam Bencana Alam Untuk posisi 5 besar jenis bencana yang menyebabkan korban luka ringan/rawat jalan terbanyak tahun 2015 yaitu kebakaran lahan dan hutan, banjir, letusan gunung api, gempa bumi dan KLB keracunan, seluruhnya merupakan jenis bencana yang cukup sering masuk dalam posisi 5 besar pada 5 tahun sebelumnya. Bahkan banjir, letusan gunung api dan KLB keracunan merupakan jenis bencana yang paling sering masuk dalam posisi 5 besar tahun 2010-2015. Khusus untuk kebakaran lahan dan hutan, baru masuk 5 besar pada tahun 2014. Jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.15. Gambar 2.20 Proporsi Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Akibat Bencana Tahun 2010-2015 100% 80% Tabel 2.14 5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Letusan KLB Keracu- Keracunan/ KLB KLB KLB Gunung Api nan makanan/ KLB Keracunan Keracunan Keracunan diare 2 Konflik Kecelakaan Kecelakaan Kecelakaan KLB Kecelakaan Penyakit 3 KLB Konflik Konflik Gempa Bumi Kecelakaan Kebakaran Keracunan 4 Banjir Kecelakaan Kebakaran Konflik Letusan KLB Penyakit Bandang Industri Gunung Api 5 Gempa dan Letusan Banjir Banjir Konflik Konflik Tsunami Gunung Api Bandang 60% 40% 20% 0% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bencana Alam Bencana Alam Bencana Alam Tahun 2015 proporsi luka ringan/rawat jalan akibat bencana non alam mengalami peningkatan yang cukup drastis dibanding tahun 2010-2014. Sebaliknya dengan bencana alam yang menurun dengan tajam (gambar 2.20). 44 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 45

Tabel 2.15 5 Jenis Bencana dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Letusan Letusan Banjir Banjir Letusan Kebakaran Gunung Api Gunung Api Gunung Api lahan dan hutan 2 Banjir Gempa Bumi Konflik Letusan Kebakaran Banjir Gunung Api lahan dan hutan 3 Banjir Banjir KLB Kebakaran Banjir Letusan Bandang Keracunan Gunung Api 4 Gempa dan Banjir dan Kecelakaan Banjir dan Tanah longsor Gempa Bumi Tsunami tanah longsor tanah longsor 5 Banjir dan Kecelakaan Kebakaran KLB KLB KLB tanah longsor Keracunan Keracunan Keracunan Pada gambar 2.21 terlihat bahwa tahun 2015 tidak jauh berbeda dengan tahun 2010-2014 di mana bencana alam selalu mendominasi sebagai bencana yang paling banyak menimbulkan pengungsian. Rincian 5 besar jenis bencana yang paling banyak menimbulkan pengungsi pada tahun 2015 yaitu banjir, letusan gunung api, gempa bumi, kebakaran dan banjir bandang, seluruhnya memang sudah kerap masuk dalam posisi 5 besar pada tahun-tahun sebelumnya (tabel 2.16). 120% 100% Gambar 2.21 Proporsi Pengungsi Akibat Bencana Tahun 2010-2015 Tabel 2.16 5 Jenis Bencana dengan Pengungsi Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Letusan Banjir Banjir Banjir Letusan Banjir Gunung Api Gunung Api 2 Banjir Letusan Banjir dan Letusan Banjir Letusan Gunung Api tanah longsor Gunung Api Gunung Api 3 Konflik Banjir Kebakaran Banjir dan Banjir Gempa lahar dingin Tanah Longsor Bandang Bumi 4 Banjir Banjir Banjir Banjir Tanah Longsor Kebakaran Bandang Bandang Bandang Bandang 5 Gempa dan Konflik Konflik Gempa Bumi Kebakaran Banjir Tsunami Bandang 2.2.2 Perbandingan Provinsi Terdampak Pada tahun 2015, nama-nama provinsi yang memiliki frekuensi tertinggi tidak terlalu berbeda dengan tahun 2010-2014. Provinsi provinsi di Pulau Jawa mendominasi provinsi yang menempati peringkat 5 besar dengan frekuensi tertinggi. Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah secara konsisten setiap tahun selalu menjadi 5 besar. Provinsi Aceh pernah menjadi 5 besar pada tahun 2011. Provinsi yang baru pertama kali menjadi 5 besar sejak tahun 2010 adalah Sumatera Utara. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.17 5 Provinsi yang Memiliki Frekuensi Tertinggi Tahun 2010-2015 80% 60% 40% 20% 0% 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Bencana Alam Bencana Alam Bencana Alam T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jawa Barat Jawa Timur Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Timur 2 DKI Jakarta Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat 3 Jawa Timur Sulawesi Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Timur Aceh Selatan 4 Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta DKI Jakarta DKI Jakarta Jawa Tengah 5 Sulawesi Aceh Sulawesi Sulawesi Sulawesi Sumatera Selatan Selatan Selatan Selatan Utara 46 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 47

Pada tabel 2.18 terlihat bahwa terjadi sedikit pergesaran pada tahun 2015 ini untuk provinsi yang menyebabkan korban meninggal terbanyak. Pada tahun-tahun sebelumnya posisi 5 besar ditempati sebagian besar oleh provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Pada tahun 2015 lebih terbagi rata di Pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur yang merupakan peringkat 2 dan 5 pada tahun 2015, paling sering berada dalam posisi 5 besar setiap tahunnya. Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan peringkat 3 pada tahun 2015, baru pertama kali menjadi 5 besar dengan korban meninggal terbanyak. Tabel 2.18 5 Provinsi yang Memiliki Korban Meninggal Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Sumatera Jawa Timur Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Sumatera Barat Utara 2 DI Yogyakarta Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Barat 3 Papua Barat Jawa Tengah Jawa Timur DKI Jakarta Kalimantan Sulawesi Tengah Selatan 4 Jawa Tengah Kalimantan Maluku Papua Jawa Timur Papua Selatan 5 Jawa Barat Sumatera Kalimantan Aceh Sumatera Jawa Timur Utara Timur Barat Untuk 5 provinsi yang memiliki korban luka berat/rawat inap terbanyak, pada tahun 2015 muncul nama baru yang pada tahun 2010-2014 belum ada yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat. Provinsi Jawa Timur dan Jawa Barat yang menempati peringkat 3 dan 5 pada tahun 2015 ini, merupakan provinsi yang paling sering menjadi posisi 5 besar dari tahun 2010-2015. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.19. Tabel 2. 19 5 Provinsi yang Memiliki Korban Luka Berat/Rawat Inap Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 DI Yogyakarta Jawa Barat Jawa Timur Jawa Barat Jawa Barat Aceh 2 Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Jawa Timur Jawa Timur Nusa Tenggara Barat 3 Jawa Timur Jawa Tengah Jambi Jawa Tengah Sumatera Utara Jawa Timur 4 DKI Jakarta Gorontalo Sulawesi Aceh Jawa Tengah Sumatera Tengah Utara 5 Sumatera Kalimantan Maluku Riau Maluku Jawa Barat Barat Selatan Sebanyak 3 dari 5 provinsi dengan luka ringan/rawat jalan terbanyak tahun 2015 baru pertama kali masuk dalam posisi 5 besar untuk provinsi dengan korban luka ringan/ rawat jalan terbanyak. Provinsi pernah masuk 5 besar pada tahun-tahun sebelumnya adalah Provinsi Riau dan Kalimantan Barat. Pergeseran ini tidak lepas dari adanya kebakaran lahan dan hutan yang cukup masif pada tahun 2015 sehingga seluruh provinsi yang menjadi 5 besar merupakan provinsi yang mengalami kebakaran lahan dan hutan. Rincian dapat dilihat pada tabel 2.20. Tabel 2.20 5 Provinsi dengan Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 DI Yogyakarta Jawa Timur DKI Jakarta Sumatera Sumatera Jambi Utara Utara 2 Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta Riau Riau 3 Jawa Tengah Jawa Barat Lampung Riau Kalimantan Sumatera Barat Selatan 4 Papua Barat Maluku Utara Papua Jawa Barat Jawa Timur Kalimantan Tengah 5 Sumatera Sumatera Sumatera Banten Jawa Barat Kalimantan Barat Utara Utara Barat 48 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 49

Provinsi di Pulau Jawa dan Sumatera mendominasi untuk 5 provinsi dengan pengungsi terbanyak pada tahun 2015. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, provinsi-provinsi tersebut, terutama DKI Jakarta dan Jawa Barat, memang kerap masuk dalam posisi 5 besar untuk pengungsi terbanyak (tabel 2.213). BAB III KRISIS KESEHATAN AKIBAT KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN TAHUN 2015 Tabel 2.21 5 Provinsi dengan Pengungsi Terbanyak Tahun 2010-2015 T a h u n Peringkat 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Jawa Tengah Sumatera Kalimantan Sumatera Jawa Timur Aceh Barat Tengah Utara 2 DI Yogyakarta Aceh Maluku DKI Jakarta Jawa Tengah DKI Jakarta 3 Kalimantan Jawa Tengah Aceh Jawa Barat Sumatera Banten Timur Utara 4 Jawa Barat Sulawesi Banten Jawa Timur DKI Jakarta Kalimantan Utara Tengah 5 Sumatera Jawa Timur DKI Jakarta Banten Jawa Barat Sumatera Utara Utara I. PENDAHULUAN Kebakaran hutan dan lahan merupakan bencana yang paling besar pada tahun 2015 dan paling banyak menarik perhatian baik dari media maupun masyarakat. Bencana tersebut merupakan kejadian berulang dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Tahun 2015 kabut Asap akibat Kebakaran Hutan dan Lahan ini berdampak pada 16 provinsi (lampiran 5). Perisitiwa ini dinilai sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang terburuk sejak tahun 1997. Hal ini dikarenakan terdapat korban jiwa akibat kabut asap yaitu sebanyak 26 orang. Selain itu, menurut World Bank, kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 mencapai Rp 221 trilyun atau setara US$16,1 milyar Amerika Serikat. (Fitri, 2016) Tingkat keparahan dampak kebakaran hutan dan lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah luas hutan dan lahan yang terbakar, durasi kebakaran hutan dan lahan, jenis lahan yang terbakar, lamanya musim kemarau dan upaya penanggulangan yang dilakukan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, luas hutan dan lahan yang terbakar pada tahun 2015 mencapai 2.089.911 hektar. Meskipun luas hutan dan lahan yang terbakar pada tahun 2015 ini lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 1997 (11,7 juta hektar, data penelitian CIFOR), namun kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan dan lahan tahun 2015 sangat tinggi. Kerugian ekonomi yang lebih tinggi ini sangat mungkin disebabkan oleh durasi kebakaran hutan dan lahan yang cukup panjang yaitu sejak bulan Juli hingga November 2015. Perkiraan kerugian kebakaran hutan didasarkan pada analisa tentang jenis tanah di lahan yang terbakar, dengan memperhitungkan dampak pada pertanian, kehutanan, perdagangan, pariwisata dan transportasi, termasuk dampak jangka pendek dari kabut asap, seperti penutupan sekolah dan bandara serta gangguan kesehatan. Proses pemadaman kebakaran hutan dan lahan sangat terbantu dengan datangnya musim hujan. Namun, pada tahun 2015, musim penghujan tertunda datangnya karena adanya fenomena El Nino. Ini berarti suhu laut lebih tinggi di perairan selatan yang menimbulkan 50 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 51

perubahan cuaca ekstrim secara global. Di Indonesia, El Nino menunda datangnya musim penghujan yang menyebabkan kemarau panjang di tahun 2015. Dalam situasi kering seperti ini, hutan dan lahan gambut menjadi sangat rawan terbakar dan mempersulit serta memperlama proses pemadamannya. (Khafid, 2015) Api yang berasal dari kebakaran lahan gambut lebih dahsyat dibanding kebakaran hutan. Hal ini terjadi karena asap dari kebakaran lahan gambut memproduksi tiga sampai enam kali lebih banyak partikel dibanding kebakaran dari jenis tanah lain. Selain itu, bila lahan gambut terbakar, akan sangat sulit dipadamkan karena bara api dapat tersimpan di dalam tanah selama berbulan-bulan. BNPB mencatat, di tahun 2015, lahan gambut yang terbakar paling banyak terjadi di Kalimantan dengan luas 267.974 hektar, menyusul di Sumatera dan Papua. (The World Bank, 2015) Kebakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali menimbulkan kabut asap berbahaya dalam jumlah yang sangat besar. Udara menjadi tercemar yang ditandai dengan tingginya kadar ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara) di beberapa wilayah terdampak, yang menjadi ancaman serius bagi kesehatan. ISPU adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama beberapa jam atau hari. ISPU ditetapkan berdasarkan 5 pencemar utama, yaitu: karbonmonoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozonpermukaan (O3), dan partikel debu (PM10). Level ISPU dampak kebakaran hutan pada tahun 2015 ini telah mencapai level berbahaya dan sangat berbahaya. Untuk itu sejumlah Kepala Daerah telah menetapkan status darurat di wilayahnya masing-masing. Tabel berikut menunjukkan penetapan status darurat oleh Kepala Daerah di mana seluruhnya adalah penetapan gubernur (kedaruratan tingkat provinsi) sertakadar ISPU tertinggi pada daerah tersebut. Tabel 3.1. Penetapan Status terkait Kebakaran Hutan dan Lahan No Provinsi Penetapan Kadar ISPU tertinggi Siaga Darurat Tanggap Darurat (Juli Oktober) 1 Riau 25 Februari 2015 14 September 1 1.074 (sangat berbahaya) November 2015 pada bulan September 2 Jambi 28 Agustus 2015 7 September 514 (sangat berbahaya) 13 November 2015 3 Sumatera Bulan Februari - 957 (sangat berbahaya) pada Selatan sampai tanggal 20 bulan September Desember 2015 4 Kalimantan Juli 2015 7 September- 2.230 (sangat berbahaya) Tengah 20 November 2015 pada bulan Oktober 5 Kalimantan 28 Juli sampai - 917 (sangat berbahaya) Barat November 2015 6 Kalimantan 1 September sampai - 303 (berbahaya) Selatan 15 Desember 2015 pada bulan September Akibat dari masifnya dampak kebakaran hutan dan lahan tahun 2015, Presiden menetapkan upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di daerah agar didukung penuh oleh pusat dengan dikoordinir oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan dengan melibatkan lebih banyak sumber daya dari instansi terkait seperti dari BNPB, Kementerian Kesehatan, Kementerian, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, BMKG, BPPT, TNI-POLRI dan LSM baik di dalam maupun luar negeri. 52 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 53

Tabel 3.2. Kategori Bahaya Kebakaran Hutan dan Tindakan Pengamanan Berdasarkan ISPU PENCEMARAN ISPU UDARA DAMPAK KESEHATAN TINDAKAN PENGAMANAN LEVEL 0-50 BAIK Tidak ada dampak kesehatan 51-100 SEDANG Tidak ada dampak kesehatan 101-199 TIDAK SEHAT Dapat menimbulkan gejala iritasi pada saluran pernafaan Bagi penderita penyakit jantung, gejalanya akan semakin berat Menggunakan masker atau penutup hidung bila melakukan aktifitas di luar rumah Aktifitas fisik bagi penderita jantung dikurangi Foto 3.1 Jumpa Pers Menteri Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan bersama instansi terkait dalam rangka Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan dan lahan. 200-299 SANGAT TIDAK SEHAT Pada penderita ISPA, Pneumonia, dan jantung maka gejalanya akan meningkat Aktifitas diluar rumah harus dibatasi Perlu dipersiapkan ruang khusus untuk perawatan penderita ISPA,Pneumonia berat, di RS, Puskesmas dll Aktifitas bagi penderita jantung dikurangi II. DAMPAK KESEHATAN AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No, 289/Menkes/SK/III/2003 tentang Prosedur Pengendalian Dampak Pencemaran Udara Akibat Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan, tertulis bahwa asap kebakaran hutan berdampak pada gangguan saluran pernafasan serta memperat gangguan jantung. Rinciannya pada tabel berikut ini. 300-399 >400 BERBAHAYA SANGAT BERBAHAYA Bagi penderita suatu penyakit, gejalanya akan semakin serius Orang sehat akan merasa mudah lelah Berbahaya bagi semua orang, terutama : balita, ibu hamil, orang tua, dan penderita gangguan pernafasan Penderita penyakit ditempatkan pada ruang bebas pencemaran udara Aktifitas kantor dan sekolah harus menggunakan AC Semua harus tinggal di rumah dan tutup pintu serta jendela, Segera lakukan evakuasi selektif bagi orang berisiko seperti : balita, ibu hamil, orang tua, dan penderita gangguan pernafasan ke tempat/ ruang bebas pencemaran udara 54 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 55

Sejumlah literature / referensi lainnya juga menunjukkan adanya berbagai dampak permasalahan kesehatan akibat asap), yaitu sebagai berikut : itu juga ditampilkan data hasil survey cepat Balitbangkes di Kota Pekanbaru selama bulan Juli- Oktober 2015, serta hasil penelitian USAID Lestari. a. Dampak kesehatan akut - Meningkatnya risiko kematian terutama pada lanjut usia, bayi dan orang-orang yang sebelumnya telah menderita penyakit pernafasan atau jantung - Meningkatnya kasus penyakit saluran pernafasan atas dan rhinitis serta memperberat gejala penyakit asma dan penyakit paru kronis - Rasa tidak enak pada mulut dan tenggorokan, mata serta hidung - Iritasi mata - Iritasi Kulit. - Sakit kepala - Gangguan psikologi ringan pada orang dewasa (>17 tahun). - Gangguan psikosomatis pada anak yang bermanifestasi gelisah, mengeluh sakit, mimpi buruk, regresi, perilaku sulit/tidak kooperatif, ketakuatan dan sebagainya. b. Dampak kesehatan jangka panjang - Berkaitan dengan penurunan angka harapan hidup serta berkembangnya penyakit paru kronis - Meningkatnya risiko penyakit kanker paru-paru, walaupun risikonya masih lebih kecil dibandingkan perokok aktif. - Pada ibu hamil yang terpapar, meningkatnya risiko memiliki bayi dengan autistik 2.1 Korban Meninggal Jumlah korban meninggal diduga akibat kabut asap tahun 2015 sebanyak 26 jiwa. Proporsi korban meninggal berdasarkan jenis kelamin adalah sama antara laki-laki dan perempuan (gambar 3.1). Gambar 3.1. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kelamin 50% 50% Laki-laki 50% Perempuan 50% Data-data Permasalahan Kesehatan Akibat Kabut Asapdi 6 Provinsi Tahun 2015 Data yang digunakan untuk menilai besarnya dampak kesehatan tersebut adalah data angka kematian, korban rawat inap, korban rawat jalandan data angka kasus ISPA yang diduga akibat kabut asap.fokus pemantauan untuk kasus ISPA pada 6 provinsi yaitu Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat. Hal ini karena di 6 provinsi tersebut jumlah hutan dan lahan yang terbakar cukup luas dan diperkirakan dampak kesehatannya pun cukup besar. Berikut data yang telah dikumpulkan oleh Pusat Krisis Kesehatan bersumber dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi serta unit-unit utama Kemenkes. Selain Bila ditinjau berdasarkan kelompok usia, jumlah korban meninggal terbanyak berasal dari kelompok usia bayi dan balita (62%). 56 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 57

Gambar 3.2. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Kelompok Usia Gambar 3.4. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Waktu Terjadinya 16 14 12 10 8 6 4 2 0 16 2 2 3 1 1 1 0 0 0-5 5-11 12-16 17-25 26-35 36-45 46-55 56-65 65 ke atas Kelompok Usia (tahun) Berdasarkan lokasi kejadian, korban meninggal sebanyak 65% di Pulau Sumatera dan 35% di Pulau Kalimantan. Korban terbanyak berasal dari Provinsi Riau disusul oleh Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Lengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.3. Gambar 3.3. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi Jambi 1 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Juli 1 1 Agustus September 4 15 November 1 Tidak diketahui 2.2 Korban Rawat Jalan Korban dirawat jalan akibat kebakaran lahan dan hutan sejak bulan Juli 2015 sebanyak 446.530 orang. Sebesar 76% korban berasal dari Pulau Sumatera dan 34% lainnya di Pulau Kalimantan. Provinsi yang paling banyak terdapat korban dirawat jalan yaitu Provinsi Jambi (35%) disusul oleh Provinsi Riau (22%) dan Sumatera Selatan (20%). Rincian jumlah korban rawat jalan per provinsi dapat dilihat pada gambar 3.5. Oktober Gambar 3.5. Jumlah Korban Dirawat Jalan Berdasarkan Provinsi 4 Sumatera Barat Kalimantan Barat 1 1 Kalimantan Barat 37,839 Kalimantan Utara 1 Kalimantan Tengah 67,582 Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Sumatera Selatan 2 5 7 Sumatera Selatan Riau 88,476 96,242 Riau 8 Jambi 155,792 0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 58 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 59

2.3 Kasus ISPA Berdasarkan Pedoman Pengendalian ISPA yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, ISPA didefinisikan sebagai infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Berikut ini tersajikan data kasus ISPA di enam provinsi yang sudah disebutkan di atas selama bulan Juli sampai Oktober atau November 2015 : Gambar 3.6. Data Kasus ISPA di Enam Provinsi bulan Juli s.d. Oktober / November 2015 Kasus ISPA di Provinsi terdampak Kabut Asap 60,000 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% Gambar 3.7. Proporsi Kenaikan Kasus ISPA di 6 Provinsi Juli Agustus September Oktober November Riau Jambi Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Selatan 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Riau Jambi Sumatera Kalimantan Kalimantan Kalimantan Selatan Tengah Barat Selatan Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Berdasarkan pada gambar 3.6 dan 3.7 di atas, dapat dilihat beberapa fenomena sebagai berikut : a. Bila angka ISPA bulan Juli dijadikan sebagai patokan, maka : - Provinsi Riau merupakan provinsi yang kenaikan angka ISPAnya paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya yaitu sekitar 6 kali lipat pada bulan September dan Oktober. - Provinsi lainnya umumnya mencapai peningkatan kurang lebih 2 kali lipat pada bulan Agustus-Oktober. b. Puncak tertinggi angka ISPA berada pada bulan Agustus sampai dengan Oktober dengan rincian sebagai berikut : - Sebanyak 2 provinsi mengalami puncak tertinggi angka ISPA pada bulan Agustus yaitu Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan. - Sebanyak 2 provinsi mengalami puncak tertinggi pada bulan September yaitu Jambi dan Kalimantan Tengah - Sebanyak 2 provinsi mengalami puncak tertinggi pada bulan Oktober yaitu Riau dan Sumatera Selatan c. Sebagian besar provinsi mengalami penurunan angka ISPA menjadi lebih rendah dibandingkan bulan Juli yaitu pada bulan November. Provinsi-provinsi tersebut yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Kalimantan Tengah. Sedangkan Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Barat pada bulan September dan Oktober. 60 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 61

d. Bila jumlah angka penderita ISPA selama bulan Juli-Oktober dikumulatifkan, maka Provinsi dengan angka kumulatif ISPA tertinggi yaitu Jambi (152.390 kasus) dan Sumatera Selatan (118.404). 2.4 Hasil Survey Cepat/Penelitian A. BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN Pada tahun 2015, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan telah melakukan investigasi berupa survei cepat tentang bahaya kebakaran hutan pada kesehatan penduduk di Kota Pekanbaru, melalui pengukuran udara dengan pengumpulan data PM 2,5, data epidemiologi morbiditas dan mortalitas di RSUD dan Puskesmas, serta data lingkungan lainnya. Jumlah responden sebanyak 89 orang. Hasilnya yaitu sebagai berikut : Foto 3.2. Petugas Pos Kesehatan di Bandara a. Pada periode Juni sampai dengan Oktober 2015, terjadi peningkatan kadar ISPU setiap bulan di Kota Pekanbaru, di mana puncaknya terjadi pada Bulan September dan Oktober, di mana rata-rata ISPU tergolong berbahaya. Pada bulan September dan Oktober bahkan ISPU sempat mencapai angka>400 atau kategori sangat berbahaya. Bila dibandingkan dengan data PKK sebelumnya, peningkatan angka ISPU pada bulan September dan Oktober yaitu sekitar 5 kali lipat dibandingkan ISPU bulan Juli, selaras dengan peningkatan kasus ISPA di Provinsi Riau yang mencapai 6 kali lipat pada bulan September dan Oktober bila dibandingkan dengan bulan Juli. Tabel 3.3. Distribusi Kadar ISPU (Minimum, Maksimum, Rerata dan SD) Periode Juni-Oktober 2015 di Kota Pekanbaru, Riau Bulan Kadar ISPU Min Max Median Rerata SD Juni 21.0 80.5 47.8 46.9 15.4 Juli 34.7 153.0 78.7 82.9 29.1 Agustus 35.0 140.3 69.0 71.6 29.8 September 103.5 500.0 366.0 314.0 139.6 Oktober 110.5 778.0 311.9 345.2 215.6 Total 21.0 778.0 89.3 163.7 166.9 Sumber : Balitbangkes, 2015 Foto 3.3. Petugas Melakukan pengukuran kualitas udara 62 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 63

b. Status Kesehatan di daerah survey : Berdasarkan hasil Pengukuran Kadar CO, HB CO (Prediksi), SP O2, dan Nadi Responden diperoleh semua responden memiliki Kadar CO-ex (karbonmonoksida ekshalasi/udara pernapasan) diatas normal. Rata-rata 32,6 ppm. Sedangkan nilai normal CO ex adalah 4-6 ppm. Pada pemeriksaan spirometri ditemukan hanya 38% yang normal. Sedangkan lainnya mengalami kelainan Obstruksi (22%), restriksi (28%) dan campuran restriksi obstruksi (13%). Dibandingkan dengan hasil pemeriksaan spirometri di Kota Palembang yang dilakukan oleh tim PDPI Pusat, maka gangguan obstruksi dan restriksi lebih tinggi di Kota Pekanbaru dibandingkan Kota Palembang. Hasil analisis jumlah penderita Asma, ISPA, Pneumonia, Iritasi Mata, dan Iritasi Kulit yang berobat ke Puskesmas pada periode Juli sampai dengan Oktober 2015 di Kota Pekanbaru menunjukkan kasus ISPA merupakan yang terbanyak yaitu 91%. Penyakit lainnya yaitu iritasi kulit (3,4%), asma (2,7%), iritasi mata (1,9%) dan Pnemonia (0,9%). B. USAID LESTARI Tim Monitoring dan Evaluasi USAID Lestari melakukan penelitian dampak kebakaran hutan tahun 2015 di Provinsi Kalimantan Tengah di Kabupaten Pulang Pisau, Kabupaten Katingan dan Kota Palangka Raya. Penelitian dilakukan dengan metode survey kuantitatif (390 responden) serta kualitatif grup diskusi. Hasil penelitian terkait dampak kesehatan sebagai berikut : Pengeluaran untuk kesehatan meningkat rata-rata 207% atau sekitar 3 kali lipat daripada pengeluaran pada kondisi normal. Pengeluaran terbesar terutama untuk penduduk di area kuning (area dengan jumlah sedang hotspot, lihat gambar 3.8) yaitu bisa mencapai 300%. Jumlah kasus ISPA di Kalimantan Tengah pada bulan Juli-November 2015 sebanyak 67.582 kasus dan sebesar 32% di antaranya berasal dari Kab. Katingan, Kab. Pulang Pisau serta Kota Palangkaraya. Jumlah tertinggi kasus tersebut berada di area hijau (wilayah yang tidak ada hotspot, namun terdampak kebakaran hutan dan lahan. Lihat gambar 3.8) dengan rata-rata sakit selama 17 hari. Anak-anak dan orang tua lebih rentan terhadap paparan asap. Masyarakat tidak menyukai menggunakan masker karena merasa tidak nyaman atau teriritasi. Terjadi peningkatan kasus diare pada bulan Juli-November 2015 yaitu sebanyak 22.206 dengan jumlah kasus terbanyak di area hijau. Rata-rata hari sakit yaitu 6 hari. Asumsinya bahwa asap berpengaruh pada kualitas air. Terdapat kasus iritasi mata, tenggorokan dan kulit. Sebagian besar kasus berada di area merah (wilayah dengan jumlah hotspot cukup besar). Terdapat kasus kecelakaan lalu lintas karena penglihatan yang berkurang. Pada bulan Agustus hingga Oktober terdapat korban KLL sebanyak 59 orang dan 8 di antaranya meninggal dunia. Estimasi kerugian sekitar Rp 102,35 juta. Gambar 3.8. Pembagian Wilayah Berdasarkan Hotspot dan Dampak District/Municipality Area No hotspot identified in green area, but the area affected by forest and land fires Area with medium numbers of hotspot Area with large numbers of hotspot/center of fire 64 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 65

III. UPAYA YANG TELAH DILAKUKAN Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota a. Pengadaan logistik masker. b. Pendistribusian obat ke Puskesmas wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terkena dampak kabut asap. c. Pemeriksaan sampel air. d. Koordinasi dengan lintas sektor terkait dampak kabut asap yaitu Puskesmas, Pemerintah Daerah/Kota, Dinkes Provinsi, dan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD). e. Memberikan pelayanan kesehatan. f. Mendistribusikan masker ke puskesmas, pustu, sekolah dan masyarakat. g. Melakukan penyuluhan kesehatan masyarakat tentang dampak kabut asap dan penggunaan masker. h. Melakukan supervisi dan pendampingan kepada Puskesmas terdampak untuk giat melakukan penyuluhan. i. Menggerakkan desa siaga, contohnya desa siaga di Kab. Ogan Komering Ilir dalam rangka kesiapsiagaan menghadapi kabut asap. j. Pelaporan kasus kesehatan akibat kabut asap kepada Dinas Kesehatan Provinsi secara rutin dan berkala. Dinas Kesehatan Provinsi a. Pra Bencana 1) Monitoring Penyakit yang berhubungan dengan kebakaran hutan adalah antara lain ISPA, pneumonia, asma, iritasi mata, dan iritasi kulit. 2) Monitoring Kualitas Udara. Data kualitas udara ISPU diperoleh dari Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) atau stasiun pemantauan lainnya milik perusahaan/ swasta. 3) Melakukan assessment/penilaian saat fase kesiapsiagaan. 4) Pelaporan ke Ditjen P2P dan ke Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes. 5) Penyebarluasan Informasi tentang kualitas udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan masyarakat kepada semua lapisan masyarakat, LSM, dan semua sektor terkait siap siaga menghadapi kemungkinan bencana kebakaran hutan. b. Saat Tanggap Darurat 1) Monitoring fase bencana a) Pada fase ini, frekuensi pemantauan kualitas udara dilakukan setiap hari selama 24 jam. b) Dinas Kesehatan Provinsi menganalisis hasil monitoring kualitas udara dan penyakit untuk menetapkan katagori bahaya dan rekomendasi tindakan penanggulangan. 2) Tindakan Reaksi Cepat fase bencana a) Mengaktifkan setiap unit pelayanan kesehatan setiap hari, mulai dari Posko medis lapangan, Puskesmas, sampai dengan Rumah Sakit. b) Mendistribusikan kebutuhan logistik, baik berupa alat pelindung diri (masker), obat-obatan, dan logistik lainnya. c) Melakukan monitoring data penyakit pada setiap hari. 3) Bekerjasama dengan lintas sektor dan swasta dalam pengukuran kualitas udara, distribusi logistik, evakuasi, penyuluhan dan diseminasi informasi dalam penanggulangan bencana, antara lain berkoordinasi dengan Pemda dan LSM terkait dalam penyediaan Rumah Singgah/Rumah Oksigen. 4) Pelaporan fase bencana 5) Penyebarluasan Informasi fase bencana. Penyebarluasan informasi tentang kualitas udara dan pengaruhnya terhadap kesehatan dilakukan agar masyarakat, LSM, dan semua sektor terkait siap siaga. 6) Memberikan rekomendasi pada Pemerintah Provinsi melalui Dinas Pendidikan untuk meliburkan sekolah saat ISPU masuk pada level tidak sehat. 7) Membuat Edaran Kesiapsiagaan Bahaya Kabut Asap terhadap Kesehatan 8) Koordinasi dengan Lintas Sektor dan Lintas Program terkait dampak kabut asap yaitu BLH, BPBD, dan Satgas. 9) Membagikan Masker Ke sekolah-sekolah (PAUD, TK, SD), SKPD, LSM, Media Massa, Mahasiswa, Dinas Kesehatan Kab/Kota. 66 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 67

di Puskesmas atau Rumah Sakit di Kabupaten/Kota terdampak. 5) Berkoordinasi dengan BNPB, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan dalam upaya penanggulangan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan. 6) Memantau perkembangan permasalahan kesehatan akibat Karhutla selama 24 jam. 7) Kemenkes melalui Balitbangkes melakukan penelitian dampak asap terhadap kesehatan dengan judul penelitian Policy Brief : Pengendalian Dampak Asap terhadap Kesehatan. Penelitian ini difokuskan di Kota Pekanbaru, Riau. 8) Memfasilitasi penyediaan shelter atau rumah singgah. 9) Melakukan monitoring dan pendampingan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota/ Kabupaten. Foto 3.4. Kemenkes Meninjau Kesiapan Tenaga Kesehatan, Logistik Obat dan Perbekkes di Posko Bencana Asap Di Pekanbaru Riau Kementerian Kesehatan a. Pra Bencana 1) Melakukan upaya promotif dengan menginformasikan mengenai kesiapsiagaan menghadapi kabut asap melalui media televisi. 2) Membuat film bertemakan kabut asap. 3) Mengirimkan tim untuk melakukan assessment saat masa siaga darurat. b. Saat Tanggap Darurat 1) Mendistribusikan bantuan logistik kesehatan ke Provinsi terdampak kabut asap (data terlampir). 2) Memobilisasi Tim Rapid Health Assessment (RHA) untuk melakukan penilaian kebutuhan dan pendampingan teknis ke Provinsi terdampak kabut asap. Tim terdiri dari Pusat Krisis Kesehatan dan P2PL. 3) BTKL melakukan pemantauan dan pengukuran ISPU. 4) Memobilisasi Tim Bantuan Kesehatan (Dokter Umum, Dokter Spesialis, Perawat) dari Rumah Sakit Vertikal Kementerian Kesehatan untuk membantu pelayanan kesehatan Foto 3.5. Kementerian Kesehatan Memberikan Bantuan ke Dinas Kesehatan Provinsi Riau 68 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 69

c. Pasca Bencana Melakukan pertemuan Rapat Koordinasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian Pasca Bencana Kabut Asap yang dikoordinatori oleh Pusat Krisis Kesehatan dengan mengundang Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten terdampak serta lintas program dan lintas sektor. IV. PERMASALAHAN / HAMBATAN YANG DIHADAPI 1. Masih banyak penduduk yang belum mengerti manfaat menggunakan masker, terutama saat beraktivitas di luar rumah. Meskipun level ISPU masih berada di level Sedang namun banyak penduduk yang tidak memakai masker saat beraktifitas di luar ruangan. 2. Belum semua Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan data penyakit akibat kabut asap setiap hari secara tertib, utamanya saat masa siaga darurat dan masa tanggap darurat. 3. Masih ada Kabupaten/Kota yang belum mengantisipasi status siaga yang ditetapkan pemerintah. 4. Masih ada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang mengirimkan data penyakit secara keseluruhan tanpa memilah penyebab dari penyakit tersebut adalah karena asap. 5. Kurangnya koordinasi di tingkat lintas program maupun lintas sektor. Contohnya, antar program sering terjadi overlapping dalam melaksanakan tugas. 6. Sistem pelaporan di masing-masing Provinsi masih berbeda-beda. Ada yang melaporkan ISPA, ada juga yang melaporkan Pneumonia dan Influenza Like Illness (ILI). Selain itu pengumpulan data penyakit akibat Kabut Asap belum dikelompokan berdasarkan umur. 7. Pengiriman data penyakit akibat kabut asap berbeda-beda waktunya, ada yang harian dan ada pula yang mingguan. 8. Penyampaian informasi belum satu pintu. 9. Panjangnya masa Siaga Darurat mengakibatkan kesulitan dalam hal pendanaan operasional. 10. Simpang siurnya informasi bagi masyarakat mengenai masker yang layak digunakan (masker biasa atau masker N95). 11. Tenda Pos Kesehatan tidak memadai sehingga petugas kesehatan juga ikut terpapar asap. 12. Kesulitan dalam menentukan kematian akibat terdampak asap atau bukan. V. Kajian Berdasarkan Kepmenkes No. 289 Tahun 2003 Bila dibandingkan dengan Kepmenkes No. 289/Menkes/SK/III/2003 tentang Prosedur Pengendalian Dampak Pencemaran Udara Akibat Kebakaran Hutan terhadap Kesehatan (lampiran 6), upaya yang masih kurang yaitu : a. Masih fokus pada tanggap darurat, sedangkan upaya-upaya pra bencana maupun pasca bencana masih belum memadai. b. Monitoring penyakit yang berhubungan dengan kebakaran hutan masih difokuskan pada ISPA saja, padahal ada beberapa penyakit lain yang perlu dipantau seperti penumonia, asma, iritasi mata, dan iritasi kulit. c. Frekuensi pelaporan ke pusat saat masa tanggap darurat masih belum secara rutin setiap hari. d. Kemitraan dengan lintas sektor dan swasta masih belum optimal. VI. SARAN DAN REKOMENDASI A. Untuk Dinkes Kabupaten/Kota 1. Agarmelakukan supervisi dan monitoring kepada Puskesmas di wilayahnya dalam menghadapi kabut asap, utamanya dalam hal pelayanan kesehatan dan pelaporan masalah kesehatan. 2. Agar memastikan bahwa tersedia fasilitas dan alat kesehatan yang memadai di faskes (baik puskesmas maupun rumah sakit) untuk mengantisipasi terjadinya kabut asap. 3. Lebih menggalakkan upaya promosi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat yang berhubungan dengan antisipasi dampak kabut asap. 4. Memfasilitasi dalam hal mempersiapkan tempat-tempat umum seperti sekolah, aula, gedung olah raga, dan lainnya untuk dijadikan penampungan berudara bersih. 5. Melakukan kajian dan pemetaan risiko. B. Untuk Dinkes Provinsi 1. Pemerintah Provinsi yang setiap tahun terdampak Kabut Asap harus memperkuat koordinasi klaster kesehatan dalam rangka mengantisipasi adanya Kebakaran Hutan dan Lahan saat tiba musim kemarau. 70 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 71

2. Dinas Kesehatan Provinsi harus melakukan langkah antisipasi dengan melakukan pembinaan lebih intensif kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 3. Diperlukan kegiatan yang lebih terkoordinasi dari sektor-sektor terkait dalam perubahan perilaku masyarakat, termasuk sektor kesehatan. 4. Menganggarkan kebutuhan untuk upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat kabut asap. 5. Menyiapkan alat deteksi CO dan Saturasi O2 di Puskesmas, khususnya di daerah yang sering terdampak kabut asap akibat kebakaran hutan 6. Berkoordinasi untuk penyediaan shelter atau rumah singgah dengan kualitas udara yang baik (lengkapi dengan air conditioner dan air purrifier). 7. Menyediakan penambahan fasilitas seperti oksigen, nebulizer dengan obat-obatan bronkodilator dan antiinflamasi di setiap pelayanan kesehatan pada daerah yang terkena asap C. Untuk Kementerian Kesehatan 1. Mereview kebijakan terkait kebakaran lahan dan hutan 2. Mensosialisasikan kebijakan pada daerah. 3. Menyiapkan dan menyediakan anggaran yang memadai untuk mengatasi dampak asap terhadap kesehatan, baik untuk pra, saat, dan pasca bencana. 4. Melakukan supervisi dan pendampingan kepada Dinas Kesehatan Provinsi dalam rangka kesiapsiagaan dan upaya tanggap darurat kabut asap. 5. Melakukan pendampingan pada Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota dalam melakukan kegiatan penilaian kerusakan dan kerugian bidang kesehatan akibat kebakaran hutan dan lahan 6. Melakukan peningkatan kapasitas terkait upaya pemulihan pasca kebakaran lahan dan hutan 7. Edukasi terus menerus tentang apa yang harus dilakukan masyarakat dalam rangka mengurangi dan mengatasi dampak asap terhadap kesehatan. BAB IV UPAYA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN OLEH KEMENTERIAN KESEHATAN Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dilakukan mengikuti siklus penanggulangan bencanayang meliputi tahap pra krisis kesehatan, tahap tanggap da-rurat krisis kesehatan dan tahap pasca krisis kesehatan. Sesuai dengan kebijakan dan strategi dalam penanggulangan krisis kesehatan maka upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana lebih ditekankan pada upaya mencegah kejadian krisis kesehatan (tahap pra krisis kesehatan) dengan memperhatikan aspek pengurangan risi-ko bencana. Penyelenggaraan upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra krisis kesehatan bertujuan untuk meminimalisir risiko kejadian krisis kesehatan. Upaya ter-sebut dilakukan melalui peningkatan kapasitas suatu daerah dalam penanggulangan krisis krisis kesehatan, meliputi penyusunan kebijakan dan pedoman, pembiayaan, pengorganisasian, koordinasi, pemberdayaan masyarakat, pengadaan saranan dan prasarana serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Penyelenggaraan upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan bertujuan untuk mencegah kematian, mengurangi kecacatan pada korban dan memenuhi kebutuhan dasar korban (pelayanan kesehatan), yang dilakukan melalui upaya penilaian dan kebutuhan kesehatan, pemberian pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan, mobilisasi sumber daya (SDM, obat dan perbekalan kesehatan), rujukan pasien, evakuasi medik serta pemulihan darurat fungsi pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pasca krisis kesehatan, bertujuan untuk mengembalikan fungsi pelayanan kesehatan akibat bencana serta meningkatkannya menjadi lebih baik dari sebelumnya atau build back better. Upaya pasca krisis kesehatan meliputi upaya penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan pasca bencana dilanjutkan dengan penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kesehatan. Upayanya meliputi fisik maupun non fisik. Untuk fisik antara lain perbaikan/pembangunan kembali sarana-prasarana dan fasilitas pelayanan kesehatan yang rusak atau terganggu fungsinya akibat kejadian bencana. Untuk non fisik antara lain penilaian dan kebutuhan kesehatan serta perbaikan kondisi kesehatan masyarakat (contoh : rehabilitasi medik, pemulihan kondisi psikologis, perbaikan status gizi dan sebagainya). 72 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 73

Sesuai dengan Keputusan Kepala BNPB Nomor 173 Tahun 2014 Tentang Klaster Nasional Penanggulangan Bencana bahwa upaya penanggulangan bencana di Indonesia dilaksanakan melalui sistem klaster. Tiap Klaster memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing sesuai bidang kerjanya. (gambar 4.1). Klaster Kesehatan memiliki tugas untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat kejadian bencana. Sebagai Koordinator Klaster Kesehatan tingkat nasional ada-lah Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dengan anggota yaitu unit-unit lintas pro-gram terkait di Kementerian Kesehatan, unit-unit lintas sektor terkait serta LSM Na-sional dan Internasional. Tugas klaster kesehatan, sub klaster pelaksana dan koordinator sub klaster dapat dilihat pada tabel 4.1. Gambar 4.2 Konsep Pengorganisasian Klaster dan Sub Klaster Kesehatan Gambar 4.1 Klaster Nasional Penanggulangan Bencana 4.1 TAHAP PRA KRISIS KESEHATAN Upaya upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pra krisis kesehatan yang telah dilakukan antara lain : a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan penanggulangan krisis kesehatan b. Menyelenggarakan kegiatan peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan serta pembinaan tim reaksi cepat kesehatan c. Memperkuat koordinasi klaster kesehatan dan sub klaster kesehatan d. Menyusun perjanjian/kesepakatan kerjasama terkait penanggulangan krisis kesehatan e. Menyediakan dukungan (Buffer Stock) sarana, prasarana dan logistik penanggulangan krisis kesehatan selama tahun 2015 f. Melakukan penelitian/kajian dan diseminasi informasi g. Melakukan kegiatan kesiapsiagaan pada situasi khusus Rincian kegiatan-kegiatan a - g dapat dilihat pada uraian berikut ini. 74 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 75

4.1.1 Penyusunan Kebijakan Penanggulangan Krisis Kesehatan Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan. Selama tahun 2015 telah dilakukan penyusunan kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebanyak 12 produk yang telah selesai disusun, berupa draft Peraturan Menteri Kesehatan, Revisi Peraturan Menteri Kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, modul pelatihan dan media informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan. Produk-produk tersebut dihasilkan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Kesehatan Ibu dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan (tabel 4.1). Tabel 4.1 Kebijakan/Pedoman/Modul terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Dihasilkan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2015 3 4 Direktorat Penyehatan Lingkungan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Petunjuk Teknis Penilaian Cepat Kesling (Rapid health Assesment) pada kedaruratan bencana Petunjuk Teknis Sanitasi Kedaruratan pada Penanggulangan Bencana berbasis Masyarakat Bidang Kesehatan Lingkungan Petunjuk Pelaksanaan Saka Bhakti Husada Krida Bina Lingkungan sehat (di dalamnya terdapat materi tentang Darurat Sanitasi yang merupakan salah satu syarat kecakapan khusus) SOP penanganan KLB keracunanan pangan Penyusunan pedoman SPGDT (Sistem penanggulangan gawat darurat terpadu) Sudah dicetak Sudah dicetak Sudah dicetak Masih dalam bentuk draft Dalam proses penetapan menjadi Permenkes No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Petunjuk Teknis Keterangan (hingga akhir tahun 2015) 1 2 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Direktorat Bina Kesehatan Ibu Revisi Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Revisi Permenkes No. 64 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Dampak Bencana Bidang Kesehatan Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan Penyusunan Katalog Kit Kesehatan Reproduksi pada Situasi Bencana Buku Alat Bantu Kesehatan Reproduksi dan Seksual Remaja pada Situasi Bencana Sudah dicetak Dalam proses penetapan menjadi Permenkes Dalam proses penetapan menjadi Permenkes Dalam proses penetapan menjadi Permenkes Dalam Proses pencetakan Dalam proses penyusunan akan dilanjut tahun 2016 Dalam proses validasi dan finalisasi Foto 4.1. Pedoman Implementasi Klaster Kesehatan dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan 76 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 77

4.1.2 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia Kesehatan Pada tahun 2015 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya peningkatan sumber daya manusia dalam penanggulangan krisis kesehatan, baik dalam hal manajemen maupun teknis terdiri dari kegiatan penyusunan modul pelatihan serta peningkatan kapasitas, workshop dan geladi penanggulangan krisis kesehatan.sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota.kegiatan tersebut diselenggarakan oleh 8 unit kerja di Kementerian Kesehatan sebagaimana pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Penyusunan Modul Pelatihan terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Dihasilkan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2015 No Unit Kerja Modul Pelatihan Keterangan (hingga akhir tahun 2015) 1 2 3 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Promosi Kesehatan Direktorat Kesehatan Jiwa Kurikulum dan Modul International Training Consortium Disaster Risk Reduction Kurikulum dan Modul Pelatihan Penanggulangan Krisis Kesehatan Modul pelatihan petugas promosi kesehatan di Puskesmas Akreditasi Modul Pelatihan PFA bagi petugas kesehatan Sedang proses akreditasi PPSDM Sedang proses akreditasi PPSDM Sudah terakreditasi PPSDM dan berlaku 2015-2016 Foto 4.2. Pertemuan Penyusunan Pedoman Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kesehatan Tabel 4.3 Peningkatan Kapasitas terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan Tahun 2015 No Unit Kerja Jenis Pelatihan Asal Peserta Pelatihan Jumlah Peserta 1 Direktorat Kesehatan Ibu Pelatihan Paket Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi Pada Krisis Kesehatan Himpunan Perawat Gawat Darurat Indonesia (HIPGABI) Ikatan Perawat Maternitis Indonesia (IPEMI) Perwakilan Dompet Dhuafa Poltekkes Kemenkes Jakarta I Poltekkes Kemenkes Jakarta III Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) 23 orang 78 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 79

2 3 4 5 6 Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantinadan Kesehatan Matra Kantor Kesehatan Pelabuhan bekerja sama dengan Kemenhub dan Angkasa pura Pusat Promosi Kesehatan Direktorat Bina Gizi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pelatihan petugas penanggulangan bencana bidang P2PL Simulasi PHEIC (Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang meresahkan Dunia) Airport Emergency Plan TOT Petugas Promosi Kesehatan TOT petugas Promkes (dana Dekon ke Provinsi) Konseling menyusui untuk relawan pada kondisi kedaruratan TOT Peningkatan Kapasitas Petugas dalam Manajemen Penanggulangan Krisis Kesehatan Dinkes Provinsi, Kab/Kota, KKP, BTKL terpilih. Dinkes Prov. : Jabar, Jateng, Jatim, DKI Jakarta, DIY. BTKL PP : Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Banjarbaru, Medan, Batam, Palembang, Maksaar, Mando, Ambon KKP Kelas I : Soekarno Hatta Tanjung Priok, Surabaya, Batam, Denpasar Medan, Makassar. KKP Kelas II : Padang, Bandung KKP Kelas III : Palu, Banda Aceh, Sabang, Manokwari, Bengkulu KKP Kelas IV : Yogyakarta Dinkes Provinsi/Kab/Kota, KKP, Kemenhub dan Angkasa Pura Dinkes Provinsi Puskesmas Relawan, LSM dan Organisasi Masyarakat Provinsi Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Maluku Utara, Papua. Dari Dinas kesehatan, RSUD, Bidokkes Polda n.a. n.a. n.a. n.a. n.a. 34 orang 55 orang Pelatihan Internasional Manajemen Bencana Fokus Bencana Erupsi Gunung Api oleh International Training Consortium on Disaster Risk Reduction di Medan, Sumatera Utara Pelatihan International Manajemen Bencana Fokus Bencana Tanah Longsor oleh International Training Consortium on Disaster Risk Reduction di Yogyakarta Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan (Penyusunan Peta Respon) di Provinsi Kalimantan Selatan Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan (Penyusunan Peta Respon) di Provinsi Sumatera Barat Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan (Penyusunan Peta Respon) di Provinsi Maluku Utara, Sulawesi Utara, NTT) Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan (Penyusunan Peta Respon) di Provinsi DKI Jakarta Dinkes Prov, Dinkes Kab, lintas program, lintas sektor (BTKL, RS, Poltekes, Kesdam Bidokkes) (termasuk diantaranya 1 orang dari Malaysia, 1 orang dari Bhutan Dinkes Kabupaten, Unit Lintas Program, Unit Lintas Sektor (BTKL, RS, Poltekes, Kesdam, Bidokkes. Termasuk diantaranya 2 orang dari Timor Leste, 1 orang dari Swedia) Dinas Kesehatan Kabupaten Bulungan, Nunukan, Balangan, Tanah Bumbu, Banjar Dinas Kesehatan Kabupaten Pasaman, Agam, Kep. Mentawai, Pesisir Selatan, Pariaman Dinas Kesehatan Kota Ternate dan Tidore Kepulauan Dinas Kesehatan Kabupaten Kepulauan Sula Dinas Kesehatan Kabupaten Belu Lampung. Kapuas Hulu, Bengkayang, Tanggamus 34 orang 35 orang 94 orang 95 orang 75 orang 93 org 80 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 81

7 Direktorat Kesehatan Jiwa Pelatihan Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan (Penyusunan Peta Respon) di Provinsi Sumatera Utara Simulasi Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Banjir dan Kebakaran di Jakarta Utara Peningkatan Kapasitas PFA (Psychological First Aid) bagi Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Timur, Aceh Utara, Aceh Barat Daya, Nagan Raya, Aceh Barat, Pidie, Bireun, Aceh Jaya, BPBD Prov. DKI Jakarta, Sudinkes Jakarta Timur, Sudinkes Jakarta Utara, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, Puskesmas, AGD 118, RS, Damkar, PMI Kabupaten/kota rawan bencana di Provinsi : - Sulawesi Selatan (Kota Makassar, Gowa, Sinjai, Luwu Utara, Pangkep, Barru) - Sulawesi Tengah (Palu, Parigi Moutong, Poso, Tojo Una-una, Morowali, Morowali Utara, Luwuk, Banggai Kepulauan, Banggai Laut, Buol, Sigi, Toli-toli) - Gorontalo (Gorontalo, Bualemo, Bone Bolango, Pohuwatu, Gorontalo utara, Kota Gorontalo) - Sulawesi Utara(Manado, Minahasa Utara, Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Tenggara, Kotamobagu, Kota Tomohon, Kota Bitung, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Kep. Sangihe) - Maluku Utara (Kota Ternate, Tidore, Halmahera Barat, Halmahera Tengah, Halmhera Timur, Halmahera Utara, 197 org 210 orang Peserta : Tenaga Kesehatan (Dokter dan Perawat, Psikolog) 8 9 Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olah Raga Direktorat Penyehatan Lingkungan (dilaksanakan oleh BTKL Batam) Pelatihan Kesehatan Kerja Bagi Petugas Kesehatan (di dalamnya ada materi Tanggap Darurat di Tempat Kerja) In House Training Kesehatan Lingkungan dalam rangka Kabut Asap Halmahera selatan, Kep. Morotai, Kep Sulabesi, P. Taliiabu) - Maluku (Kota Ambon, Seram Bag Barat, Maluku Tengah, Seram Bag Timur, Tual, Maluku Tenggara, Maluku Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Kep. Aru) - Papua Barat (Kota Manokwari, Manokwari Selatan, Tambraw, Teluk Bintuni, Peg. Arfak, Maybrat, Kaimana, Teluk Wondama). Pengelola Program Kesehatan Kerja Dinkes Provinsi Wilayah kerja BTKL Batam (Dinkes Prov. Riau, Dinkes Prov. Kepulauan Riau, BTKL PP se-indonesia, KKP Regional seluruh Sumatera, Dinkes Kab/Kota di wilayah kerja BTKL Batam) 102 peserta dari 34 provinsi Setiap unit kerja 2 orang 82 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 83

Tabel 4.4 Pertemuan dan Penguatan Koordinasi Klaster Kesehatan dan Sub Klaster Kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015 Foto 4.3. Pelatihan Internasional Manajemen Bencana Fokus Bencana Erupsi Gunung Api oleh International Training Consortium on Disaster Risk Reduction di Medan, Sumatera Utara 4.1.3 Pertemuan Koordinasi Klaster Kesehatan dan Sub Klaster Kesehatan Untuk memperkuat jejaring dan kerjasama dalam penanggulangan krisis kesehatan perlu dilakukan pertemuan koordinasi dengan unit-unit lintas program di Kementerian Kesehatan dan unit-unit lintas sektor anggota klaster kesehatan. Pertemuan koordinasi klaster kesehatan dan sub klaster kesehatan pada tahun 2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini. No Unit Organisasi yang terlibat Kegiatan 1 2 3 4 5 I. Sub Klaster Kesehatan Keluarga Lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan, UNFPA. Lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan, BKKBN, PKBI, YAP, UNFPA dan Konsultan. Lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan, PMI, YAP, UNFPA dan Konsultan Dit. Kesehatan Ibu, PPKK, UNFPA, Dit. Kesehatan Anak, LSM, WHO Lintas program di lingkungan Kementerian Kesehatan, Pusdokkes Mabes POLRI, Pusat Kesehatan TNI, Dit Kesehatan TNI AD, RSPAD Gatot Subroto, Dit Kesehatan TNI AL, RSAL Dr. Mintohardjo, Dinas Kesehatan TNI AU, RSAU dr. Esnawan Antariksa, RS Bhayangkara Tk.I Raden Said Sukanto, BNPB, Kementerian, Kementerian PP&PA, PP PPNI, HIPGABI, HIPGABI DKI Pertemuan koordinasi dalam rangka penyempurnaan materi Kesehatan Reproduksi pada krisis kesehatan Pertemuan awal persiapan kelompok teknis dalam rangka adaptasi buku alat bantu kesehatan seksual dan reproduksi remaja pada situasi krisis Pertemuan kelompok teknis dalam rangka adaptasi buku alat bantu kesehatan reproduksi dan seksual remaja pada situasi bencana Pertemuan sub klaster difasilitasi oleh PPKK Workshop Advokasi dan isasi Kesehatan Reproduksi pada Masa Tanggap Darurat Krisis Kesehatan 1 2 II. Sub Klaster Pelayanan Kesehatan Seluruh LP terkait di Kemenkes Direktorat Kesehatan Anak, Direktorat BUKD, Direktorat BUKR, Direktorat Bina Obat Publik, Puskes TNI, dan Pusdokes Polri, PELKESI, PKPU, HFI, Dompet Dhuafa, Yayasan pulih, Yayasan Hope Indonesia, MER-C, MDMC Koordinasi untuk persiapan pelayanan kesehatan dalam rangka mendukung Sail Tomini dan Festival Boalemo 2015. Rapat Koordinasi Sub Klaster Pelayanan Kesehatan (difasilitasi oleh PPKK) 84 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 85

1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 3 4 III. Sub Klaster Penyehatan Lingkungan dan Penyehatan Air dan Sanitasi Dit. KL, LP/LS terkait Program Pertemuan Koordinasi LP/LS tentang Kesiapsiagaan Arus Mudik Dit. KL, LP/LS terkait Program Saka Bhakti Husada Krida Bina Lingkungan sehat IV. Sub Klaster Layanan Gizi Seluruh LP terkait di Kemenkes Koordinasi untuk persiapan pelayanan kesehatan dalam rangka mendukung Sail Tomini dan Festival Boalemo 2015. Direktorat Kesehatan Anak, Direktorat BUKD, Rapat Koordinasi Sub Klaster Pelayanan Direktorat BUKR, Direktorat Bina Obat Publik, Kesehatan (difasilitasi oleh PPKK) Puskes TNI, dan Pusdokes Polri, PELKESI, PKPU, HFI, Dompet Dhuafa, Yayasan pulih, Yayasan Hope Indonesia, MER-C, MDMC III. Sub Klaster Penyehatan Lingkungan dan Penyehatan Air dan Sanitasi Dit. KL, LP/LS terkait Program Pertemuan Koordinasi LP/LS tentang Kesiapsiagaan Arus Mudik Dit. KL, LP/LS terkait Program Saka Bhakti Husada Krida Bina Lingkungan sehat IV. Sub Klaster Layanan Gizi Dit. Bina Gizi, LSM, WHO, Pertemuan sub klaster difasilitasi oleh PPKK V. Sub Klaster Kesehatan Jiwa Dit Kesehatan Jiwa, PPKK Pertemuan sub klaster difasilitasi oleh PPKK VI. Klaster Kesehatan LP terkait di Kementerian Kesehatan, Rapat Gugus Tugas Klaster Kesehatan (difasilitasi Pusdokkes Polri, HFI, HOPE Worldwide, PKPU, UNOCHA) Dompet Dhuafa, UNFPA, WHO LP terkait di Kementerian Kesehatan, Unit Rapat koordinasi klaster kesehatan di Kota Batam Lintas Sektor (SAR, BNPB, Pusdokkes POLRI, TNI), LSM, Akademisi (UI) dan lembaga internasional (WHO, UNFPA, UNICEF) LP terkait di Kementerian Kesehatan, Unit Rapat koordinasi klaster kesehatan di Kota Lintas Sektor (SAR, BNPB, Pusdokkes POLRI, Yogyakarta TNI), LSM, Akademisi (UI) dan lembaga internasional (WHO, UNFPA, UNICEF) PPKK dan PPK Regional Rapat koordinasi regional di 9 regional dan 2 Sub regional Foto 4.4. Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan Tahun 2015 di Yogyakarta 4.1.4 Perjanjian/Kesepakatan Kerjasama terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Upaya penanggulangan krisis kesehatan yang optimal tidak akan tercapai apabila hanya dapat dilakukan oleh Kementerian Kesehatan saja, tetapi memerlukan kerja sama dengan unit-unit lintas sektor, akademisi serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lokal dan Internasional.Untuk itu baik Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan maupun unit-unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan menjalin jejaring dan kerja sama dalam melakukan upaya pra krisis kesehatan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5 Perjanjian/Kesepakatan Kerjasama Kementerian Kesehatandengan Institusi/Lembaga Terkait pada Tahun 2015 dalam RangkaPenanggulangan Krisis Kesehatan No Unit Kerja Instansi LP/LS Terkait Bentuk Kerjasama Kementerian Kesehatan 1 2 3 Direktorat Kesehatan Ibu Direktorat Penyehatan Lingkungan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan UNFPA (melanjutkan kerjasama tahun 2014) WHO UNICEF Kementerian Pertahanan 1. Pelatihan PPAM 2. Dukungan teknis dan manajemen Dukungan teknis dan manajemen penanggulangan anti bahan peledak dan kimia Dukungan Pelatihan Pengelolaan Limbah Medis (peserta Pusat, RSUP dan Dinkes Koordinasi Klaster Sanitasi Kedaruratan Bencana Perjanjian Kerjasama tentang pelatihan, mobilisasi (masih proses) 86 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 87

4.1.5 Penyediaan Dukungan (Buffer Stock) Sarana, Prasarana dan Logistik Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 2015 Kementerian Kesehatan pada tahun 2015 telah memobilisasi sarana, prasarana, obat dan logistik kesehatan untuk kesiapsiagaan penanggulangan krisis kesehatan, sebagaimana dirinci pada tabel 4.6 berikut. Tabel 4.6 Jenis Dukungan Sarana, Prasarana, Obat dan Logistik Kesehatan yang Dimobilisasi Kementerian Kesehatan dalam Rangka Upaya Penanggulangan Krisis KesehatanTahun 2015 No Nama Barang Jumlah Tujuan DIREKTORAT PENYEHATAN LINGKUNGAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Polybag ramah lingkungan Polybag biasa Masker non kain Masker 3M PAC (Penjernih air cepat) Hygiene kit Paket I (keluarga) Hygiene kit Paket II (perorangan) Sepatu Boot Sarung tangan Rompi dan topi Jerigen air lipat Desinfektan air (bubuk) 70.000 lembar 108.000 lembar 150.000 lembar 35.000 lembar 38.500 sachet 3.500 Pt 4.000 Pt 400 pasang 400 pasang 400 pasang 6.000 Bh 2.000 Kg 10 B/BTKL PP (48.000) Buffer Stock Pusat (22.000) 10 B/BTKL PP (105.000) Buffer Stock Pusat (3.000) 10 B/BTKL PP (112.500) Buffer Stock Pusat (37.500) 10 B/BTKL PP (32.000) Buffer Stock Pusat (3.000) 10 B/BTKL PP (35.000) Buffer Stock Pusat (3.500) 10 B/BTKL PP (2.800) Buffer Stock Pusat (700) 10 B/BTKL PP (2.800) Buffer Stock Pusat (1.200) 10 B/BTKL PP (200) Buffer Stock Pusat (200) 10 B/BTKL PP (200) Buffer Stock Pusat (200) 10 B/BTKL PP (200) Buffer Stock Pusat (200) 10 B/BTKL PP (2.800) Buffer Stock Pusat (3.200) 10 B/BTKL PP (1.050) Buffer Stock Pusat (950) 12 13 14 15 16 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Desinfektan air (tablet) Repellent lalat Antiseptic untuk lantai Insektisida untuk lalat@1 liter/jerigen Kelambu 80.000 tablet 1.900 Box 2.000 Liter 450 Liter 500 Pcs 10 B/BTKL PP (60.000) Buffer Stock Pusat (20.000) 10 B/BTKL PP (1.700) Buffer Stock Pusat (200) 10 B/BTKL PP (1.000) Buffer Stock Pusat (1.000) 10 B/BTKL PP (210) Buffer Stock Pusat (240) 10 B/BTKL PP (375) Buffer Stock Pusat (125) DIREKTORAT BINA OBAT PUBLIK DAN PERBEKALAN KESEHATAN Masker Obat dan Perbekalan Kesehatan n.a n.a Untuk kesiapsiagaan Gunung Raung Kab. Jember Penyerahan paket obat dan perbekalan kesehatan senilai Rp 84.862.800 kepada Ditjen P2PL untuk kesiapsiagaan situasi khusus DIREKTORAT BINA GIZI MP ASI PMT Ibu Hamil KEK PMT Anak Sekolah MP ASI PMT Bumil MP ASI PMT bumil PMT bumil PMT Anak Sekolah MP ASI PMT bumil 1.685.028 Kg 975.000 Kg 553.644 Kg 2.997 Kg 999 Kg 1.001 Kg 3.429 Kg 3.000 Kg 2.000 Kg 2.997 Kg 3.000 Kg Bufferstock untuk penanggulangan dalam masalah gizi dalam bencana. Nilai pengadaan Rp 163.466.431.800,- Nilai Distribusi : Rp 32.136.720.000,- Total Rp 195.603.151.800,- Bantuan dalam rangka kesiapsiagaan erupsi Gunung Raung ke Dinkes Provinsi Jawa Timur Bantuan dalam rangka kesiapsiagaan erupsi Gunung Raung ke Dinkes Kabupaten Jember Antisipasi kejadian bencana dan antisipasi masalah gizi di Provinsi Gorontalo Penanggulangan masalah gizi di daerah rawan bencana di wilayah Kab. Lumajang DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN DASAR Emergency Kit n.a. Untuk Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Puskesmas 88 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 89

1 2 3 4 5 Emergency kit Rompi dan Topi Rompi dan Topi Rompi dan Topi Rompi dan Topi PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN 180 Set 90 Kab/kota target renstra 2009-2014 202 set Sail Tomini Sulteng 120 pcs Geladi Jakarta 56 pcs Kesiapsiagaan PMK 20 pcs Keperluan Direktorat Bina Gizi Rincian kegiatan pemantauan dan informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan dapat dilihat pada tabel 4.7. 4.1.6 Penyediaan Data dan Informasi terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Penyediaan data dan informasi dilakukan melalui kegiatan pemantauan serta pembuatan dan diseminasi informasi. Kegiatan pemantauan dilakukan rutin oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dan Posko KLB Kemenkes 24 jam dan 7 hari seminggu. Sedangkan terkait pembuatan dan diseminasi informasi meliputi penelitian/penilaian dan penyusunan kajian, diseminasi informasiserta pengembangan sistem informasi. Kegiatan penelitian/penilaian dan penyusunan kajian terkait upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahun 2015 dilakukan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatanberupa asistensi ke 34 kabupaten/kota serta penelitian dan kajian tentang kebijakan serta upaya-upaya yang telah dilakukan.kegiatan ini sangat bermanfaat sebagai bahan evaluasi dan panduan dalam penyusunan perencanaan dan kebijakan terkait upaya penanggulangan krisis kesehatan. Kegiatan diseminasi informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan. dilakukan secara rutin melalui website (www.penanggulangankrisis.depkes.go.id) dan media sosial yaitu : - Facebook : Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes - Twitter :@infopkk - Google Plus : Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes - Youtube :Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes. Selain itu juga dilakukan diseminasi informasi melaluikegiatan pameran, asistensi serta pencetakan buku pedoman/kajian untuk disebarluaskan. Pada tahun 2015 juga dilakukan upaya pengembangan sistem informasi yang merupakan kegiatan lanjutan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dalam rang-ka mewujudkan data dan informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan yang cepat, tepat, akurat, efektif, efisien dan terintegrasi. Foto 4.5. Foto Asistensi di Nagan-Meulaboh Tabel 4.7 Kegiatan Pemantauan dan Informasi terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan pada Tahun 2015 No Kegiatan Keterangan A. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan 1 2 Melakukan penelitian bekerja sama dengan WHO. Asistensi ke 34 kabupaten/kota target tahun 2015 Judul penelitian : Analisis Kesenjangan Antara Peraturan Perundangan dan Program Nasional terkait Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang Aman terhadap Bencana dengan Kerangka Kerja Internasional Rincian kegiatan asistensi : - Penilaian kesiapsiagaan kabupaten/kota dalam manajemen penanggulangan krisis kesehatan - isasi kebijakan penanggulangan krisis kesehatan 90 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 91

3 4 5 1 Pengembangan Sistem Sistem yang dikembangkan sebagai berikut : Informasi a. Sistem pelaporan bencana/ krisis kesehatan online, berbasis informasi geospasial, yang akan menyajikan informasi antara lain : lokasi kejadian bencana, jarak bencana dengan kabupaten dan kecamatan terdekat serta jarak bencana dengan puskesmas dan rumah sakit terdekat b. Data dan informasi penanggulangan krisis kesehatan terintegrasi dengan website sehingga informasi cepat terdesiminasi dan dapat langsung diakses oleh publik melalui http://www.penanggulangankrisis.depkes. go.id/pantauan_bencana/ c. Membuat data base dan pencarian data bencana yang mudah dan cepat. d. Integrasi data dengan lintas program (Pusdatin, Dit. Bina Upaya Kesehatan Dasar dan Rujukan) serta lintas sektor (BNPB dan BMKG) e. Pelaporan dengan Aplikasi android. Penyusunan dan Judul buku : pencetakan buku kajian a. Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2014 terkait penanggulangan b. Buku Penangulangan Krisis Kesehatan Erupsi Gunung Api (Gunung krisis kesehatan Sinabung, Kelud, Merapi) c. Buku Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 2010 2014 Kegiatan Pameran : a. Pameran dalam rangka Rakerkesnasdi Bali(15-18 Februari 2015) dan Makassar (8-12 Maret 2015) b. Pameran dalam rangka Bulan Peringatan Pengurangan Resiko BencanaBulan Peringatan PRB di Solo, 16-18 Oktober 2015 B. Direktorat Penyehatan Lingkungan Pencetakan buku a. Permenkes No. 2 Tahun 2013 tetang KLB Keracunan Pangan pedoman b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 035 tahun 2012 tentang Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim Kesehatan, penyediaan logistik dan alat kesehatan, penyiapan fasilitas dan SDM Kesehatan serta penguatan koordinasi LP dan LS.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Foto 4.6. Geladi Kesehatan Sail Tomini 4.1.7 Kegiatan Kesiapsiagaan pada Situasi Khusus Situasi khusus yang dimaksud adalah kondisi atau situasi di mana dilaksanakannya kegiatan berskala besar dan melibatkan banyak orang sehingga berpotensi terjadi krisis kesehatan. Pada tahun 2015 terdapat 3 situasi tersebut yaitu kegiatan Sail Tomini di Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah dan arus mudik Idul Fitri serta Natal dan Tahun Baru. Upaya penanggulangan krisis kesehatan terkait situasi khusus ini berupa upaya peningkatan kesiasiagaan menghadapi krisis kesehatan yang berpotensi terjadi selama penyelenggaraan kegiatan khusus tersebut, seperti penyusunan rencana kontinjensi bidang kesehatan, Table Top Exercise (TTX), Simulasi/Geladi Penanggulangan Krisis Foto 4.7 Geladi Kesehatan Sail Tomini 92 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 93

Tabel 4.8 Kegiatan Kesiapsiagaan Pada Situasi Khusus yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015 No Situasi Khusus Tempat & Kegiatan Tanggal 1 Surya Baskara Jaya 2015 (Sail Tomini) Kab. Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, 4 September 2015 Persiapan sebelum Sail : - Rapat koordinasi seluruh unit terkait di Kemenkes (Koordinator : Bina Upaya Kesehatan Dasar /BUKD ) - Persiapan, pembinaan lapangan tim kesehatan (Koordinator : BUKD ) - Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan akibat Kecelakaan Darat dalam Rangka Sail Tomini serta bantuan 202 rompi dan topi (Koordinator : Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan). - Mobilisasi Tim Kesehatan Lingkungan dalam rangka penyiapan Sarana Kesling (Koordinator Dit. Kesehatan Lingkungan) - Penyiapan RS rujukan dan SDM (Koordinator Dit. Bina Upaya Kesehatan Rujukan/BUKR) - Dukungan Sarana dan Prasarana melalui DAK & TP tahun 2014/2015 untuk Dinkes Kota Palu dan Dinkes Kab. Tojo Una-Una & Dinkes Prov. Gorontalo (Koordinator : BUKD ) - Penyerahan paket obat dan perbekalan kesehatan senilai Rp 1.440.699.388 kepada TNI-AL (Dit. Bina Obat Publik) - Deteksi dini penyakit dan penyediaan bahan KIE (Dit. Penyakit Tidak Menular, Dit. Pencegahan Penyakit Menular Langsung, Dit. Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, Dit. Penyehatan Lingkungan, Dit. Pencegahan Penyakit Bersumber Binatang) Saat Sail Tomini - Dukungan Penyelenggaraan Yankes di Pos Kesehatan (Koordinator BUKD ) - Dukungan Medis untuk VVIP antara lain berupa mini ICU, penyiapan tim medis spesialistik dari RSUP Wahidin Soedirohusodo Makasar (Koordinator BUKR) 2 3 Arus mudik Lebaran Tahun 2015 Arus mudik Natal 2015 dan Tahun Baru 2016 H-7 sampai H+7 Lebaran tahun 2015 H-7 sampai H+7 Natal dan Tahun Baru Kesiapsiagaan, pemantauan dan evaluasi bidang kesehatan pada arus mudik lebaran. Termasuk di antaranya deteksi dini penyakit para supir angkutan umum serta pemberian personal hygiene kit pada para supir angkutan umum Kesiapsiagaan, pemantauan dan evaluasi bidang kesehatan pada arus mudik Natal dan Tahun Baru. Termasuk di antaranya deteksi dini penyakit para supir angkutan umum serta pemberian personal hygiene kit pada para supir angkutan umum 4.2. UPAYA PADA SAAT TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN Pada tahun 2015 seluruh kejadian tanggap darurat krisis kesehatan merupakan skala daerah. Sehinggaupaya Kementerian Kesehatan sebagai koordinator klaster kesehatan nasional adalah melakukan dukungan serta fasilitasi daerah dalam melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan. Upaya tersebut meliputi dukungan/fasilitasi untuk upaya pelayanan kesehatan, pengendalian penyakit, penyehatan lingkungan, penyiapan air bersih dan sanitasi yang berkualitas, pelayanan kesehatan gizi, pengelolaan obat bencana, pengelolaan informasi kesehatan serta bantuan operasional untuk penanggulangan krisis kesehatan. Selain itu Kementerian Kesehatan juga berpartisipasi dalam upaya tanggap darurat krisis kesehatan di tingkat internasional yaitu Republik Vanuatu dan Nepal. Rincian kegiatan diuraikan pada subsub bab berikut ini. 4.2.1 Upaya Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan mendukung upaya pelayanan kesehatan di daerah melalui mobilisasi tenaga kesehatan sesuai kebutuhan serta pelaksanaan promosi kesehatan. Pelaksana kegiatan tersebut adalah Sub Klaster Pelayanan Kesehatan. Rincian kegiatan 94 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 95

Tabel 4.9 Upaya Pelayanan Kesehatan yang Dilakukan Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2015 No Lokasi Jenis Kegiatan Unit Kemenkes yang Kejadian Krisis Melaksanakan Kesehatan 1 2 Kabupaten Nduga Provinsi Sumatera KLB Pertusis Kabut Asap Memobilisasi SDM kesehatan dan obat-obatannya dari RS Kandau Manado, RS Wahidin Makassar dalam rangka pelayanan kesehatan pada masyarakat MemobilisasiTim Bantuan Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Bina Upaya Kesehatan Dasar dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Bina Upaya Kesehatan Utara, Riau, Sumatera akibat Kesehatan dengan total nilai Rujukan, Bina Upaya 3 Selatan, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Papua Provinsi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan Kebakaran Lahan dan Hutan Kabut Asap akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Rp 188.321.100 (rincian pada lampiran 3) Advokasi PHBS ke Kab/ Kota untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana kabut asap Mendistribusikan dan mensosialisaikan media Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di lokasi pengungsian Kesehatan Dasar dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Promosi Kesehatan Foto 4.8. RHA Provinsi Riau 4.2.2 Upaya Pengendalian Penyakit Upaya pengendalian penyakit dilakukan oleh anggota Sub Klaster Pengendalian Penyakit. Kegiatan yang dilakukan berupa : a. Surveilans Epidemiologi b. Investigasi/penyelidikan epidemiologi c. Membangun sistem pelaporan kejadian penyakit yang berkelanjutan Tabel 4.10 Upaya Pengendalian Penyakit yang Dilakukan Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015 No Lokasi Jenis Kegiatan Unit Kemenkes yang Kejadian Krisis Melaksanakan Kesehatan 1 Kuala Langsa, Aceh Pengungsi Penyelenggaraan pertemuan Dit. Simkarkesma Rohingnya koordinasi dengan lintas sektor dengan melibatkan dan program, masyarakat, Dinkes Kota Langsa LSM, pengusaha, media massa, BTKL-PP organisasi pemuda/pelajar KKP Lhokseumawe 96 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 97

2 3 4 5 6 7 Bireun Bayeun, Kab. Aceh Timur Provinsi Riau Provinsi terdampak Kab. Nduga, Papua Kota Tasikmalaya Pondok Pesantren Darul Mutakin Parung Bogor Pengungsi Rohingnya Kabut Asap akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Kabut Asap akibat Kebakaran Lahan dan Hutan KLB Pertusis (15 November 2015) Keracunan pangan (4 Februari 2015) KLB Hepatitis A Memberikan bantuan logistik berupa: Personal hygiene kit 50 paket dan rompi petugas 4 set. a. Mengaktifkan setiap unit pelayanan kesehatan setiap hari, mulai dari Posko medis lapangan, Puskesmas, sampai dengan Rumah Sakit b. Mendistribusikan kebutuhan logistik, baik berupa alat pelindung diri (masker), penyaring udara ruang, obatobatan, serta filter dan reagen (rincian pada lampiran 2) c. Melakukan monitoring kualitas udara dan data penyakit pada setiap hari. d. Mengevakuasi masyarakat yang terkena dampak kebakaran hutan. Membangun sistem pelaporan kejadian penyakit yang berkelanjutan Mendukung Surveilans Epidemiologi Dinas Kesehatan Prov, Kab. Investigasi / penyelidikan epidemiologi Investigasi Dit. Simkarkesma dengan melibatkan Dinkes Kota Langsa, BTKL-PP Medan KKP Lhokseumawe Dit. Simkarkesma Dit.PL, Dit.Sepimkesma, Dit. P2B2, BTKL Dit.PL, Dit.Simkarkesma, Dit. P2B2, Dit. P2ML,PPKK dengan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi, Dinkes Kabupaten Dit. PL, Dit. Simkarkesma & B/BTKL Jakarta Dit. PL, Dit. P2ML, B/ BTKL Jakarta, Dinas Kesehatan Kab. Bogor 4.2.3 Upaya Penyehatan Lingkungan dan Penyiapan Air Bersih Upaya penyehatan lingkungan dan air bersih dilakukan oleh anggota Sub Klaster Penyehatan Lingkungan dan Air Bersih. Kegiatan yang dilakukan berupa: a. Pendistribusian logistik kesehatan lingkungan seperti PAC, Desinfektan air, kaporit, jamban darurat/peepoo, repellent lalat, polybag. b. Melakukan pemantauan kualitas udara. Tabel 4.11 Upaya Penyehatan Lingkungan, Air dan Air Bersih yang Dilakukan saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015 No Lokasi Jenis Kegiatan Unit Kemenkes yang Kejadian Krisis Melaksanakan Kesehatan 1 2 Dinkes Prov. Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Riau, Sumatera Selatan dan Kepulauan Riau Kabupaten Sukabumi (Desa Tegal Panjang, Kec. Cirenghas) Kabut Asap akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Tanah Longsor Memfasilitasi pemberian logistik kesehatan lingkungan di wilayah Dinas Kesehatan Provinsi (rincian pada lampiran 2) BTKL dan KKP melakukan pengukuraan ISPU Melakukan RHA Memberi bantuan logistik kesehatan lingkungan (PAC, Desinfektan air, kaporit, jamban darurat/peepoo, repellent lalat, polybag) Melakukan pelatihan singkat pada sanitarian untuk penjernihan air, pemakaian PeePoo Dit. PL dengan melibatkan BTKL dan KKP serta Dinkes Provinsi dan Kabupaten/ Kota terdampak Dit PL bersama Dinkes Kabupaten Sukabumi 4.2.4 Upaya Pelayanan Gizi Upaya pelayanan gizi dilakukan oleh Sub Klaster Pelayanan Gizi. Kegiatan yang dilakukan berupa pendataan risiko rentan serta mobilisasi logistik. Lengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.12 98 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 99

Tabel 4.12 Upaya Pelayanan Gizi yang Dilakukan saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 2015 No Lokasi Jenis Kegiatan Unit Kemenkes yang Kejadian Krisis Melaksanakan Kesehatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kabupaten Karo Kabupaten Jember Kabupaten Nduga Provinsi terdampak asap Kabupaten Probolinggo Provinsi Sulawesi Utara (Kab. Sitaro dan Kota Tomohon) Kabupaten Alor Provinsi Kalimantan Barat Kabupaten Dompu Kota Jakarta Utara Letusan Gunung Api Sinabung Letusan Gunung Api Raung KLB Pertusis Kebakaran Lahan dan Hutan (Kabut asap) Erupsi Gunung Api Erupsi Gunung Api Gempa Bumi Banjir Banjir Banjir Pendataan resiko rentan Pendataan resiko rentan Pendataan resiko rentan Mobilisasi logistik MP ASI 1001 kg PMT Bumil 999 Kg Mobilisasi logistik (Rincian pada lampiran 2) Mobilisasi logistik MP ASI 2.003 Kg PMT Bumil 999 Kg Mobilisasi logistik PMT Bumil 3000 Kg PMT AS 361 Kg Mobilisasi logistik MP ASI 2.003 Kg PMT Bumil 999 Kg Mobilisasi logistik MP ASI 1.344 Kg Mobilisasi logistik MP ASI 5.000 Kg Mobilisasi logistik MP ASI 1.344 Kg PMT Bumil 300 kg Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi 11 12 13 Kota Jakarta Pusat Baksos Anggota DPR RI Terkait bencana asap Kabupaten Lanny Jaya Banjir Banjir Kelaparan Mobilisasi logistik MP ASI 2.688 Kg PMT Bumil 300 kg Mobilisasi logistik MP ASI 2.003 Kg PMT Bumil 2.001 kg Mobilisasi logistik MP ASI 1.499 Kg PMT Bumil 1.500 Kg PMT AS 1.499 kg Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Dit. Bina Gizi Foto 4.9. Menteri Kesehatan menyerahkan bantuan MP ASI kepada pengungsi korban banjir di Provinsi DKI Jakarta 4.2.5 Pengelolaan Obat Bencana Upaya pengelolaan obat bencana dilakukan oleh anggota Sub Klaster Logistik Kesehatan. Kegiatan yang dilakukan berupa pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan ke Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang terkena dampak kejadian bencana. 100 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 101

Tabel 4.13 Upaya Pendistribusian Logistik Kesehatan yang Dilakukan saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan pada Tahun 2015 No Lokasi Tujuan Jenis Bencana Keterangan Unit Kemenkes yang Melaksanakan 1 2 3 4 5 6 7 11 provinsi terdampak asap Dinkes Prov Bali (Gunung Barujari) Dinkes Prov NTB Dinkes Prov NTT (Gempa Bumi) Kab. Kota Waringin Barat Kalimantan Tengah Provinsi Sulawesi Selatan Provinsi Kalimantan Barat Kebakaran Lahan dan Hutan (Kabut Asap) Erupsi Gunung Api Gempa Bumi Kecelakaan Banjir Mobilisasi logistik dengan total nilai Rp 16.147.095.915,- (rincian pada lampiran 2) Mobilisasi logistik bernilai Rp 113.850.000 (pemberian bantuan tanggal 4 Nov) Mobilisasi logistik bernilai Rp 90.750.000 Mobilisasi logistik bernilai Rp 990.000 (pemberian bantuan tanggal 11 November) 150 lembar kantong mayat 80 lembar kantong mayat 2 unit Motor Tempel 25 PK 1 unit Motor Tempel 15 PK Dit. Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dit. Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Dit. Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Dit. Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Foto 4.10. Pendistribusian Logistik Kesehatanuntuk Kejadian Krisis Kesehatan akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Provinsi Riau 4.2.6 Pengelolaan Informasi KrisisKesehatan Pengelolaan informasi pada kondisi tanggap darurat meliputi : a. Penilaian Kebutuhan Kesehatan Cepat (Rapid Health Assesment) b. Pemantauan 24 jam 7 hari di Pusat Krisis Kesehatan baik untuk pemantauan awal krisis kesehatan maupun pemantauan untuk perkembangan. c. Pembuatan berita pers terkait penanggulangan krisis kesehatan Poin a dan c akan dirinci pada tabel 4.14 dan 4.15. Khusus untuk poin b, hasil pemantauan selama tahun 2015 dapat dilihat pada lampiran 1. 102 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 103

Tabel 4.14 Pengiriman Tim RHA pada Saat Tanggap Darurat Krisis KesehatanTahun 2015 No Lokasi Jenis Kejadian Upaya yang Dilakukan Unit Kemenkes yang Krisis Kesehatan Melaksanakan 1 2 3 4 Kab. Karo Provinsi Sumatera Utara Provinsi Riau, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sumatera Utara dan Jambi Provinsi Riau Sorong Papua Barat Erupsi Gunung Sinabung Kebakaran Lahan dan Hutan/ Kabut Asap Kebakaran Lahan dan Hutan/ Kabut Asap Gempa Bumi 24 September 2015 Melakukan RHA Melakukan RHA dengan total nilai Rp. 188.321.100,- (rincian pada lampiran 3) Melakukan penilaian kadar ISPU Melakukan RHA Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Ditjen. Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, KKP, BTKL Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan PPKK melalui PPK Sub Regional Papua 4. KLB Pertusis 8 Okt 2015 9 Okt 2015 12 Okt 2015 15 Okt 2015 23 Okt 2015 26 Okt 2015 29 Nov 2015 2 Des 2015 7 Des 2015 11 Des 2015 Menkes Dampingi Presiden Joko Widodo Tinjau LangsungPenanganan Kabut Asap Penanggulangan Darurat Kabut Asap oleh Jajaran Kesehatan Bantuan Kemenkes Dalam Upaya Penanggulangan Kabut Asap UpayaPenanggulanganDampakKesehatanPadaKabutAsap Pemerintah Serius Tangani MasalahKabutAsap Cegah dan Tangani Dampak Kesehatan Akibat Kabut Asap Menkes Dorong Siswa Jaga Lingkungan dan Jaga Kesehatan Penggunaan Masker Pada Asap Kebakaran Hutan Rumah Singgah Lindungi Bayi dari Kabut Asap Tanggap Darurat Terhadap Kabut Asap Darurat Kesehatan Kabut Asap, Kemenkes Terus Kirim Bantuan ISPU Di Atas 50, Bayi Tidak Keluar Rumah 37,806.4 ton Bantuan telah dikirimkan Ke Daerah Terkena Asap Soal Kematian Balita di Nduga Papua, Inilah Hasil Telusur Tim Kemenkes Menkes Sampaikan Soal Nduga ke DPR Verikasi Kasus Kematian Balita di Kecamatan Mbua Kab. Nduga Prov. Papua Hasil Tim Investigasi Nduga Tabel 4.15 Berita Pers Terkait Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Disiarkan Kementerian KesehatanTahun 2015 No Jenis Kejadian Tanggal Judul Berita Pers Krisis Kesehatan Berita Pers 1. 2. 3. KLB DBD Banjir Kabut Asap 27 Jan 2015 11 Feb 2015 12 Feb 2015 8 Sep 2015 18 Sep 2015 Kemenkes Terima Laporan Peningkatan Kasus DBD di Jawa Timur Menkes Tinjau Lokasi Pengungsi Akibat Banjir Meski Belum Ada Laporan, Kemenkes Tetap Waspadai Leptospirosis pasca Banjir Leptospirosis: Kenali dan Waspadai Penanggulangan Kesehatan Akibat Kebakaran Lahan dan Hutan Menkes Mengirim Bantuan dan Melepas Tim Tenaga Kesehatan ke Propinsi Riau Penanggulangan Kabut Asap di Propinsi Riau 4.2.7 Bantuan Operasional Penanggulangan Krisis Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan pada tahun 2015 memberikan bantuan dana operasional untuk penanggulangan krisis kesehatan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang daerahnya terkena bencana. Bantuan dana operasional ini digunakan untuk pelaksanaan upaya tanggap darurat krisis kesehatan seperti pelayanan kesehatan pasien korban bencana di rumah sakit dan biaya operasional penanggulangan krisis kesehatan lainnya. Total nilainya yaitu Rp 202.681.746,-. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 104 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 105

Tabel 4.16 Realisasi Pemberian Bantuan Dana Operasional yang Dikeluarkan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk Tanggap Darurat Krisis KesehatanTahun 2015 NO. JENIS BANTUAN PROVINSI USULAN REALISASI (Dalam Rp) (Dalam Rp) 1 Bantuan Operasional Penanggulangan Jawa Timur 18.000.000 18.000.000 Bencana Korban Pesawat Air ASIA 2 Klaim pasien di RS Paru-Paru Batu Jawa Timur 127.623.157 127.623.157 3 Klaim pasien di RS Sulianti Suroso DKI Jakarta 17.371.650 17.371.650 4 Klaim pasien di RS Saiful Anwar Jawa Timur 22.061.900 22.061.900 5 Klaim pasien di RS Persahabatan DKI Jakarta 17.625.039 17.625.039 JUMLAH 202.681.746 202.681.746 4.2.8 Peran Kementerian Kesehatan dalam Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Internasional Seperti tahun-tahun sebelumnya, pada tahun 2015 ini Pemerintah Indonesia turut memberi bantuan untuk penanganan bencana yang terjadi di luar negeri. Pemberian bantuan penanggulangan bencana kepada negara sahabat ini dilakukan dibawah koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Bantuan tersebut untuk penanggulangan bencana akibat badai tropis di Republik Vanuatu dan Gempa Bumi di Nepal. Rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.17 Bantuan Kementerian Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan di Luar Negeri Tahun 2015 No Lokasi Jenis dan tanggal Upaya yang Dilakukan Unit Kejadian Krisis Kemenkes yang Kesehatan Melaksanakan 1 2 Republik Vanuatu Nepal Badai Topan Tropis (Badai Pam), 14 Maret 2015 Gempa bumi, 25 April 2015 - Mobilisasi SDM kesehatan (di bawah koordinasi BNPB) - Memberi bantuan 6 koli kaporit, 4 koli polybag, 2 koli penjernih air, 3 koli obat jerat lalat) - Rapat koordinasi klaster kesehatan - Antisipasi masalah gizi karena bencana topan Pam di Wilayah Vanuatu melalui pegiriman 1.001 kg MP dan 999 PMT Bumil - Mobilisasi SDM kesehatan (di bawah koordinasi BNPB) - Memberi bantuan 500 unit kantong mayat - Rapat Koordinasi Klaster Kesehatan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Dit. Bina Gizi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan 4.3 UPAYA PASCA KRISIS KESEHATAN Selama Tahun 2015, pada tahap pasca krisis kesehatan Kementerian Kesehatan me-lalui Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan menyelenggarakan kegiatan : 1. Pertemuan koordinasidalam rangka rehabilitasi dan rekonstruksi sumber daya kesehatan pasca erupsi Gunung Sinabung. Peserta undangan adalah sumber daya kesehatan serta instansi/lembaga yang terkait. 2. Memfasilitasi daerah dalam melakukan penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Gunung Sinabung 106 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 107

3. Bimbingan teknis pada provinsi yang terkena dampak asap, dalam melakukan penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan pasca bencana asap akibat kebakaran lahan dan hutan 4 November Desember 2015 Provinsi Sumatera Selatan Advokasi ke Kab/Kota untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana asap Pusat Promosi Kesehatan 4. Melakukan penelitian dan menyusun policy brief tentang dampak asap terhadap kesehatan di Kota Pekan Baru. 5. Melakukan advokasi ke Kab/Kota untuk kesiapsiagaan menghadapi bencana asap di tahun selanjutnya Upaya Pasca Krisis Kesehatan ini dilakukan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dengan melibatkan unit-unit lintas program terkait, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan, WHO dan Organisasi Non Pemerintah (NGO) Nasional dan Internasional. Rinciannya dapat dilihat pada tabel 4.18 Tabel 4.18 Upaya Pasca Krisis Kesehatan oleh Kementerian Kesehatan pada Tahun 2015 No Waktu Lokasi Kegiatan Pasca Krisis Unit yang terlibat Kesehatan 1 2 B. Pasca Erupsi Gunung Sinabung 27-30 Mei 2015 22 Juni 2015 Kab. Karo Prov. Sumut Ruang Rapat PPKK Memfasilitasi daerah dalam melakukan penyusunan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Gunung Sinabung Rapat Koordinasi dalam Rangka Rehabilitasi dan Rekonstruksi Sumber Daya Kesehatan Pasca Erupsi Gunung Sinabung - PPKK - Dit PL - Dit Keswa - Dit PTM - Dinkes Kab. Karo - Dinkes Prov. Sumut - Sejumlah Puskesmas terdampak Penyelenggara PPKK. Peserta sebanyak 53 orang yang berasal dari Dinkes Kab. Karo, Dinkes Prov. Sumatera Utara, lintas program terkait, perwakilan dari UN (WHO, UNICEF, UN-OCHA) serta sejumlah LSM dan NGO A. Pasca Asap akibat Kebakaran Lahan dan Hutan 1 2 3 November Desember 2015 Oktober 2015 30 November 2015 Palangkaraya, Banjarmasin, Jambi, Pekanbaru, Batam, Palembang, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau Kemenkes - Melakukan pemeriksaan kapasitas paru pada sample masyarakat - Pemeriksaan PM10, PM2,5, PM1 - Pemeriksaan ISPU - Penyuluhan - Melakukan kajian dampak kabut asap terhadap kesehatan - Menyusun Policy Brief Bimbingan teknis dalam melakukan penilaian kerusakan, kerugian, dan kebutuhan pasca bencana kebakaran lahan dan hutan - Dit PL Kemenkes - BBTKL Banjarmasin - BBTKL Batam - BBTKL Palembang - BMKG Batam - BMKG Palangkaraya - BMKG Palembang - Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Penyelenggara : PPKK. Peserta : Dinas Kesehatan Provinsi terdampak, Dinas Kesehatan Kabupaten OKI serta Unit Lintas Program terkait di Kemenkes, BNPB dan WHO 108 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 109

Foto 4.11. Bimbingan Teknispada Dinkes Kab. Karo oleh Tim Kemenkes dalam Rangka Penyusunan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca erupsi Gunung Sinabung 4.4 Kajian Berdasarkan Permenkes No. 64 Tahun 2013 Berdasarkan Permenkes No. 64 tahun 2013 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan, tugas-tugas Kemenkes terkait penanggulangan krisis kesehatan yaitu sebagai berikut : a. Pada tahap Pra Krisis Kesehatan, antara lain melakukan koordinasi seluruh sumber daya kesehatan, memetakan kesiapsiagaan unit-unit kesehatan, penyusunan dan penyebarluasan kebijakan, peningkatan kapasitas, pemberdayaan masyarakat (termasuk mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendanaan), pemetaan, pelaksanaan dan pengembangan sistem informasi sesuai Permenkes yang berlaku serta penyediaan dana. b. Pada tahap tanggap darurat krisis kesehatan, antara lain memobilisasi bantuan kesehatan, memfasilitasi seluruh sumber daya dalam melakukan tugas teknis penanggulangan krisis kesehatan, memenuhi kebutuhan kesehatan sesuai usulan daerah secara berjenjang, memfasilitasi pemulihan darurat, pembayaran klaim RS serta pemantauan perkembangan krisis kesehatan. c. Pada pasca krisis kesehatan, antara lain melakukan koordinasi dengan seluruh sumber daya kesehatan untuk melakukan pemulihan darurat, mengkoordinasikan pelaksanaan penilaian kerusakan dan kerugian di bidang kesehatan, membantu unit teknis terkait dalam penyediaan sumber daya kesehatan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing serta verifikasi dan pembayaran klaim RS. Foto 4.12. Peninjauan Tim Kemenkes ke Lokasi Relokasi Pengungsi Pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa Siosar Kab. Karo Meninjau upaya yang dilakukan dan dibandingkan dengan tugas-tugas dalam Permenkes No. 64 tahun 2013, terlihat bahwa Kemenkes telah melakukan hampir seluruh tugas-tugas yang ada (check list rinci pada lampiran 7 dan 8). Beberapa hal yang masih belum optimal yaitu : a. Pada tahap pra krisis kesehatan : - Memfasilitasi pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan kesiapsiagaan - Mendorong dan mengkoordinir partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana penanggulangan krisis kesehatan yang bersumber dari masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku - Pada tahun 2015 belum dilakukan penyusunan profil penanggulangan krisis kesehatan b. Pada tahap pasca krisis kesehatan : - Laporan pasca krisis kesehatan belum menjadi kegiatan rutin. Hanya beberapa bencana tertentu dipantau dan daerah belum otomatis memberikan laporan kegiatan pasca krisis kesehatan secara berjenjang - Dukungan pada unit teknis terkait dalam penyediaan sumber daya kesehatan untuk kegiatan pasca krisis belum dilakukan secara menyeluruh. 110 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 Buku Tinjauan PKK Tahun 2015 111