TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008"

Transkripsi

1 TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 28 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tinjauan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Tahun 28 dapat diselesaikan. Tinjauan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Tahun 28 diharapkan dapat memberikan gambaran masalah kesehatan yang berkaitan dengan kejadian bencana di Indonesia pada tahun 28. Tinjauan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Tahun 28 disusun berdasarkan data/informasi yang berhasil dikumpulkan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan selama kurun waktu 28. Mudah-mudahan Tinjauan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Tahun 28 ini bermanfaat dalam mengisi kebutuhan data dan informasi kesehatan. Jakarta, 29 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

3 Bab I Pendahuluan 1. Latar belakang Bencana merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi bahkan sangat akrab dengan telinga masyarakat kita. Bencana adalah suatu kejadian yang mengganggu upaya kegiatan hidup sehari-hari. Gangguan tersebut umumnya datang secara mendadak, tidak pernah terpikirkan sebelumnya dan akibatnya sangat mengerikan. Kata bencana juga memberikan pengertian adanya korban jiwa, kematian atau cidera serta gangguan terhadap kesehatan manusia. Selain manusia yang menjadi korban, juga kemungkinan terjadinya kehilangan harta benda, kerusakan bangunan serta fasilitas layanan masyarakat seperti putusnya aliran listrik, rusaknya jaringan komunikasi dan rusaknya sarana kesehatan. Kejadian bencana juga sangat berkaitan erat dengan perlunya penyediaan penampungan, makanan, pakaian, obat-obatan bagi masyarakat yang terlanda bencana terutama bila terjadi pengungsian ketempat yang lebih aman untuk sementara waktu. Melihat hal-hal yang erat kaitannya dengan kata bencana, maka bencana menurut Undang Undang No. 24 Tahun 27 dapat diartikan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh factor alam dan/atau factor nonalam maupun factor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Secara garis besar bencana dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu bencana alam, bencana nonalam dan bencana sosial. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angina topan, dan tanah longsor. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa nonalam 1

4 yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemic, dan wabah penyakit. Sedangkan bencana social adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik social antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror. Bila dilihat dari faktor geografis, geologis, hidrologis dan demografis, Indonesia merupakan negara yang wilayahnya rawan terhadap bencana, baik bencana alam, bencana non-alam, maupun bencana sosial. Secara geografis, Indonesia rawan terhadap bencana gempa bumi maupun tsunami karena wilayahnya terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik di dunia, yaitu lempeng benua Asia dan benua Australia, serta lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Selain itu Indonesia rawan terhadap bencana letusan gunung api, mengingat Indonesia memiliki 129 gunung berapi aktif yang dapat meletus kapan saja. Curah hujan yang ekstrem, perbukitan dengan lereng sedang hingga terjal, dengan jenis tanah lolos air tinggi dan kurangnya vegetasi berakar kuat dan dalam juga merupakan faktor-faktor kerentanan lainnya terhadap bencana banjir maupun gerakan/tanah longsor. Selain itu, dari aspek demografis, keanekaragaman ras, budaya, dan agama sering menjadi pemicu konflik sosial yang terjadi di Indonesia. Dari uraian di atas, maka pada kesempatan ini disusunlah buku tinjauan masalah kesehatan akibat bencana tahun 28 yang bertujuan untuk memberikan gambaran masalah kesehatan yang berkaitan dengan kejadian bencana di Indonesia, khususnya yang terjadi selama tahun 28. Diharapkan dengan adanya buku tinjauan ini dapat menjadi masukan bagi pengelola program baik di tingkat Pusat maupun Daerah dalam meningkatkan upaya kesiapsiagaan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana. 2

5 2. Tujuan Tujuan Umum Meningkatkan upaya penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana di Indonesia Tujuan Khusus a) Diketahuinya gambaran bencana yang terjadi b) Diketahuinya gambaran korban dan pengungsi akibat bencana yang terjadi c) Diketahuinya gambaran kerusakan fasiilitas kesehatan akibat bencana yang terjadi d) Diketahuinya gambaran bantuan kesehatan yang telah diberikan 3

6 Bab II Metodologi 1. Ruang lingkup Tinjauan masalah kesehatan akibat bencana ini menggunakan desain penyajian secara deskriptif untuk memberikan gambaran kejadian selama tahun 28. Gambaran deskriptif ini mencakup: jenis dan frekuensi bencana, lokasi bencana, korban bencana, dan kerusakan fasilitas kesehatan serta keadaan pengungsi. 2. Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Dalam tinjauan ini pengumpulan data dilakukan sebatas pada pemanfaatan data sekunder dari bahan-bahan laporan yang berasal dari daerah dan unit kerja terkait di lingkungan Departemen Kesehatan. Data yang terkumpul kemudian di olah dan di analisis untuk menghasilkan informasi berupa gambaran kejadian bencana berdasarkan karakteristik bencana yang terjadi di Indonesia menurut lokasi kejadian, frekuensi kejadian, keadaan korban dan pengungsi, kerusakan fasilitas kesehatan dan upaya penanggulangan. 3. Penyajian Informasi Informasi yang dihasilkan disajikan baik dalam bentuk narasi, tabel dan gambar sehingga dapat memberikan gambaran masalah kesehatan akibat bencana di Indonesia selama tahun 28 secara jelas. 4

7 Bab III Gambaran Kejadian Bencana 1. Frekuensi Kejadian Menurut Jenis Bencana Pada tahun 28 telah terjadi 42 kali kejadian bencana yang terdiri dari 11 jenis bencana. Bencana yang paling sering terjadi adalah banjir, yaitu tercatat ada 192 kali kejadian atau 45,7% dari total kejadian. Selanjutnya berturut-turut bencana angin siklon tropis 81 kali kejadian (19,2%) dan tanah longsor 79 kali kejadian (18,8%). Untuk lebih jelasnya frekuensi kejadian bencana menurut jenis bencana di Indonesia selama tahun 28 dapat dilihat pada grafik 1 berikut ini. Grafik 1 Frekuensi Kejadian Bencana Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun (18,8%) 81 (19,2%) 192 (45,7%) 1 (,2%) 3 (,7%) 4 (1,%) 8 (1,9%) 1 (2,3%) 11 (2,6%) 11 (2,6%) 21 (5,%) Ledakan Bom Konflik Sosial Letusan Gunung Api Kegagalan Teknologi Gelombang Pasang Gempa Bumi Banjir disertai Tanah Longsor Banjir Bandang Tanah Longsor Angin Siklon Tropis Banjir Bila kejadian bencana dilihat per bulan selama tahun 28 menurut jenis bencana maka akan tampak bahwa di Indonesia setiap bulan selalu ada kejadian 5

8 bencana banjir dan tanah longsor. Selain itu setiap bulannya juga tampak bahwa bencana banjir merupakan yang paling sering terjadi. Untuk jelasnya gambaran kejadian bencana setiap bulannya selama tahun 28 dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Frekuensi Kejadian Bencana Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun 28 No Bulan Jenis Bencana (Frekuensi/kali) 1 Januari Banjir (16), Banjir Bandang (1), Tanah Longsor (13), Angin Siklon Tropis (12), Gempa bumi (2), Gelombang Pasang (3) 2 Februari Banjir (25), Banjir Bandang (3), Tanah Longsor (12), Angin Siklon Tropis (23), Gempa bumi (3), Gelombang Pasang (4) 3 Maret Banjir (37), Banjir Bandang (4), Tanah Longsor (12), Angin Siklon Tropis (14), Kegagalan Teknologi (1) 4 April Banjir (16), Banjir Bandang (4), Tanah Longsor (2), Banjir disertai Tanah Longsor (1), Angin Siklon Tropis (4), Kegagalan Teknologi (1), Letusan Gunung Api (1) 5 Mei Banjir (6), Tanah Longsor (5), Banjir disertai Tanah Longsor (1), Angin Siklon Tropis (2), Gempa bumi (2), Gelombang Pasang (1), Kegagalan Teknologi (1), Konflik Sosial (1) 6 Juni Banjir (8), Banjir Bandang (1), Tanah Longsor (2), Banjir disertai Tanah Longsor (1), Angin Siklon Tropis (2), Kegagalan Teknologi (2), Letusan Gunung Api (1), Konflik Sosial (1) 7 Juli Banjir (3), Banjir Bandang (1), Tanah Longsor (1), Banjir disertai Tanah Longsor (5), Angin Siklon Tropis (1), Ledakan Bom (1) 8 Agustus Banjir (6), Tanah Longsor (1), Angin Siklon Tropis (1), Gempa bumi (1), Gelombang Pasang (1), Kegagalan Teknologi (1) 9 September Banjir (14), Banjir Bandang (1), Tanah Longsor (13), Gempa bumi (2) 1 Oktober Banjir (12), Banjir Bandang (3), Tanah Longsor (1), Angin Siklon Tropis (12), Kegagalan Teknologi (1), Letusan Gunung Api (1), Konflik Sosial (1) 11 November Banjir (19), Banjir Bandang (1), Tanah Longsor (9), Banjir disertai Tanah Longsor (2), Angin Siklon Tropis (6), Gempa bumi (1) 12 Desember Banjir (29), Banjir Bandang (2), Tanah Longsor (8), Banjir disertai Tanah Longsor (1), Angin Siklon Tropis (4), Gelombang Pasang (1), Kegagalan Teknologi (1), Letusan Gunung Api (1) 6

9 2. Kejadian Bencana Menurut Provinsi Sepanjang tahun 28 sebagian besar provinsi di Indonesia mengalami kejadian bencana. Berdasarkan laporan yang masuk dari daerah ternyata hanya ada 4 provinsi saja yang tidak mengalami kejadian bencana yaitu Provinsi Kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung dan Bengkulu. Untuk jelasnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini. Gambar 1 Kejadian Bencana di Indonesia Menurut Provinsi Tahun 28 Keterangan : (frekuensi kejadian) > Dari gambar di atas tampak bahwa ada 3 provinsi yang sepanjang tahun 28 mengalami >5 kejadian bencana yaitu provinsi Jawa Barat (65 kejadian), Jawa Tengah (54 kejadian) dan Sulawesi Selatan (59 kejadian). Sementara itu ada 18 provinsi yang mengalami kejadian bencana berkisar 1 1 kejadian yaitu provinsi Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat dan Papua. Untuk jelasnya rincian kejadian bencana menurut provinsi dapat dilihat pada lampiran 1. 7

10 Bab IV Gambaran Korban dan Pengungsi Salah satu dampak akibat terjadinya bencana adalah jatuhnya korban manusia baik meninggal, hilang dan luka-luka serta mengakibatkan pula adanya sejumlah penduduk yang mengungsi ke daerah yang relatif lebih aman. Jumlah korban keseluruhan akibat bencana untuk sepanjang tahun 28 adalah orang, sedangkan jumlah pengungsi sebesar orang. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Jumlah Korban dan Pengungsi Akibat Bencana di Indonesia Tahun 28 No Korban dan Pengungsi Jumlah 1 Korban Meninggal 272 Luka berat/ Rawat inap 391 Luka ringan/ Rawat jalan 71.1 Hilang 19 2 Pengungsi Korban Meninggal dan Hilang Korban meninggal untuk tahun 28 paling banyak diakibatkan oleh bencana tanah longsor yaitu 13 orang atau 37,9% dari total korban meninggal. Sedangkan yang diakibatkan oleh kejadian bencana banjir 58 orang atau 21,3% dari total korban meninggal dan banjir bandang 42 orang atau 15,4% dari total korban meninggal. Selain itu diketahui pula bahwa tidak ada satupun korban meninggal yang disebabkan oleh letusan gunung api. Untuk jelasnya gambaran korban meninggal menurut jenis bencana dapat dilihat pada grafik 2 berikut ini. 8

11 Grafik 2 Jumlah Korban Meninggal Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun (37,9%) 1 (,4%) 2 (,7%) 5 (1,8%) 14 (5,2%) 14 (5,2%) 16 (5,9%) 17 (6,3%) 42 (15,4%) 58 (21,3%) Letusan Gunung Api Konflik Sosial Ledakan Bom Gelombang Pasang Kegagalan Teknologi Gempa Bumi Angin Siklon Tropis Banjir disertai Tanah Longsor Banjir Bandang Banjir Tanah Longsor Gambaran korban hilang akibat bencana selama tahun 28 hanya terjadi pada bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, banjir disertai tanah longsor dan angin siklon tropis. Jumlah korban hilang terbanyak pada tahun 28 terdapat pada kejadian bencana banjir bandang yaitu 8 orang atau 42,1% dari total korban hilang. Untuk jelasnya gambaran korban hilang menurut jenis bencana dalam tahun 28 dapat dilihat pada grafik 3. 9

12 Grafik 3 Jumlah Korban Hilang Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun 28 1 (5,3%) 1 (5,3%) 3 (15,8%) 6 (31,6%) 8 (42,1%) Letusan Gunung Api Konflik Sosial Ledakan Bom Gelombang Pasang Kegagalan Teknologi Gempa Bumi Angin Siklon Tropis Banjir disertai Tanah Longsor Tanah Longsor Banjir Banjir Bandang Dari 29 provinsi yang mengalami bencana, proporsi korban meninggal tertinggi ada di provinsi Jawa Barat yaitu 15,4%. Selanjutnya secara berturut-turut provinsi Jawa Tengah 11,8%, Papua 11,4% dan Jawa Timur 11%. Selain itu ada 3 provinsi yang mengalami bencana dan tidak dijumpai korban meninggal yaitu provinsi Sulawesi Tenggara, Maluku Utara dan Papua Barat. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3. Gambaran korban hilang akibat bencana pada tahun 28 hanya terdapat di 9 provinsi yaitu provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, DKI Jakarta, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara Barat. Proporsi korban hilang akibat bencana pada tahun 28 tertinggi berada di provinsi Sulawesi Selatan (36,8%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. 1

13 Tabel 3 Proporsi Korban Meninggal dan Hilang Akibat Bencana Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 28 No Provinsi Meninggal Hilang Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi 1 Jawa Barat 42 15,4% 4 21,% 2 Jawa Tengah 32 11,8% 1 5,3% 3 Papua 31 11,4%,% 4 Jawa Timur 3 11,%,% 5 Sumatera Barat 21 7,7% 1 5,3% 6 Nusa Tenggara Timur 17 6,25%,% 7 Sulawesi Selatan 16 5,9% 7 36,8% 8 NAD 15 5,5%,% 9 Sulawesi Tengah 11 4,% 2 1,5% 1 DKI Jakarta 8 2,94% 1 5,3% 11 Maluku 7 2,6%,% 12 DI Yogyakarta 5 1,8%,% 13 Sumatera Utara 4 1,5%,% 14 Riau 4 1,5%,% 15 Kalimantan Timur 4 1,5%,% 16 Kalimantan Tengah 4 1,5%,% 17 Kalimantan Selatan 4 1,5% 1 5,3% 18 Gorontalo 4 1,5%,% 19 Banten 3 1,1%,% 2 Lampung 2,7%,% 21 Kalimantan Barat 2,7% 1 5,3% 22 Sulawesi Utara 2,7%,% 23 Sumatera Selatan 1,4%,% 24 Bali 1,4%,% 25 Nusa Tenggara Barat 1,4% 1 5,3% 26 Sulawesi Barat 1,4%,% 27 Sulawesi Tenggara,%,% 28 Maluku Utara,%,% 29 Papua Barat,%,% Jumlah 272 1% 19 1% 11

14 2. Korban Luka Jumlah korban luka berat/rawat inap tahun 28 paling banyak diakibatkan oleh bencana banjir yaitu 128 orang atau 32,7% dari total korban luka berat/rawat inap. Sedangkan jumlah korban yang diakibatkan oleh kejadian bencana banjir bandang sebanyak 89 orang atau 22,8% dari total korban luka berat/rawat inap dan gempa bumi 51 orang atau 13% dari total korban luka berat/rawat inap. Hanya kejadian bencana letusan gunung api yang tidak mengakibatkan korban luka berat/rawat inap. Untuk jelasnya gambaran korban luka berat/rawat inap menurut jenis bencana dapat dilihat pada grafik 4 berikut ini. Grafik 4 Jumlah Korban Luka Berat/Rawat Inap Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun 28 Letusan Gunung Api 1 (,3%) Gelombang Pasang 1 (,3%) Ledakan Bom 11 (2,8%) Banjir disertai Tanah Longsor 12 (3,1%) Konflik Sosial 24 (6,1%) Tanah Longsor 3 (7,7%) Angin Siklon Tropis 44 (11,3%) Kegagalan Teknologi 51 (13,%) Gempa Bumi 89 (22,8%) Banjir Bandang 128 (32,7%) Banjir Untuk korban luka ringan/rawat jalan akibat bencana pada tahun 28 paling banyak diakibatkan oleh bencana banjir sebanyak orang atau 59,6% dari total korban luka ringan/rawat jalan dan banjir bandang sebanyak orang atau 37% dari total korban luka ringan/rawat jalan. Hanya pada kejadian bencana letusan gunung api dan ledakan bom yang tidak dijumpai korban luka ringan/rawat jalan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 5 berikut ini. 12

15 Grafik 5 jumlah Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun (59,6%) (37,%) 3 (%) 5 (%) 185 (,3%) 251 (,4%) 48 (,6%) 779 (1,1%) 811 (1,1%) Letusan Gunung Api Ledakan Bom Konflik Sosial Gelombang Pasang Angin Siklon Tropis Kegagalan Teknologi Tanah Longsor Gempa Bumi Banjir disertai Tanah Longsor Banjir Bandang Banjir Dari 29 provinsi yang mengalami bencana, proporsi korban luka berat/rawat inap tertinggi ada di provinsi DKI Jakarta yaitu 26,6%. Selanjutnya secara berturutturut provinsi Jawa Timur 2,2%, Sulawesi Selatan 14,1% dan Sulawesi Tengah 6,7%. Selain itu ada 7 provinsi yang mengalami bencana dan tidak dijumpai korban luka berat/rawat inap yaitu provinsi Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat dan Maluku Utara. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini. 13

16 Tabel 4 Proporsi Korban Luka Akibat Bencana Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 28 No Provinsi Luka Berat/ Rawat Inap Luka Ringan/ Rawat Jalan Jumlah Proporsi Jumlah Proporsi 1 Jawa Barat 25 6,4% ,8% 2 Jawa Tengah 12 3,1% ,4% 3 Papua 5 1,3% 3,% 4 Jawa Timur 79 2,2% ,1% 5 Sumatera Barat 1 2,6% 54,% 6 Nusa Tenggara Timur 2,5% 1.5 2,1% 7 Sulawesi Selatan 55 14,1% 24,3% 8 NAD 1 2,6% 298,4% 9 Sulawesi Tengah 26 6,7% 19,3% 1 DKI Jakarta 14 26,6% ,5% 11 Maluku 7 1,8% 289,4% 12 DI Yogyakarta 2,5% 5,% 13 Sumatera Utara 16 4,1% ,% 14 Riau 6 1,5% ,9% 15 Kalimantan Timur 6 1,5% 343,5% 16 Kalimantan Tengah,% 855 1,2% 17 Kalimantan Selatan,% 14,% 18 Gorontalo 1,3% ,7% 19 Banten 1,3% 11,% 2 Lampung 5 1,3% 252,4% 21 Kalimantan Barat,% 6,% 22 Sulawesi Utara,% 385,5% 23 Sumatera Selatan 1 2,6% 5,% 24 Bali,% 2,% 25 Nusa Tenggara Barat 5 1,3% 13,% 26 Sulawesi Barat,% 9,% 27 Sulawesi Tenggara 1,3% 127,2% 28 Maluku Utara,%,% 29 Papua Barat 3,8% 35,% Jumlah 391 1% % 14

17 Dari tabel 4 terlihat bahwa pada tahun 28 hanya di provinsi Maluku Utara yang tidak dijumpai adanya korban luka ringan/rawat jalan. Sementara itu provinsi dengan proporsi korban luka ringan/rawat jalan tertinggi ada di provinsi Jawa Timur (37,1%). Selanjutnya secara berturut-turut provinsi Jawa Barat (16,8%), DKI Jakarta (15,5%) dan Jawa Tengah (9,4%). 3. Pengungsi Dari orang pengungsi pada tahun 28, ternyata sebagian besar yaitu orang atau 87% yang mengungsi akibat bencana banjir. Selanjutnya ada orang atau 6,6% yang mengungsi akibat bencana banjir bandang dan hanya orang atau 3,1% saja yang diakibatkan bencana gempa bumi. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 6 berikut ini. Grafik 6 Jumlah Pengungsi Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun (,1%) 57 (,2%) 2685 (,8%) 3 (,9%) 4934 (1,4%) 1747 (3,1%) 2375 (6,6%) Letusan Gunung Api Ledakan Bom Kegagalan Teknologi Gelombang Pasang Angin Siklon Tropis Banjir disertai Tanah Longsor Konflik Sosial Tanah Longsor Gempa Bumi Banjir Bandang (87%) Banjir

18 Bila jumlah pengungsi pada tahun 28 dilihat berdasarkan provinsi maka tampak jumlah pengungsi tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu orang atau 27,9% dari total pengungsi yang ada. Selanjutnya berturut-turut provinsi NAD dengan jumlah pengungsi orang (25,6%) dan Gorontalo sebanyak orang (8,3%). Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini. Tabel 5 Jumlah Pengungsi Menurut Provinsi pada Tahun 28 No Provinsi Jumlah Proporsi 1 DKI Jakarta ,9% 2 NAD ,6% 3 Gorontalo ,3% 4 Riau ,8% 5 Jawa Tengah ,6% 6 Nusa Tenggara Timur ,3% 7 Nusa Tenggara Barat ,% 8 Sumatera Utara ,9% 9 Jawa Timur ,6% 1 Sulawesi Tengah ,2% 11 Jawa Barat ,3% 12 Kalimantan Selatan ,2% 13 Sulawesi Selatan ,1% 14 Kalimantan Barat ,1% 15 Sumatera Barat 3.8 1,1% 16 Maluku 1.552,5% 17 Kalimantan Tengah 96,3% 18 Sulawesi Tenggara 434,1% 19 Kalimantan Timur 43,1% 2 Sulawesi Utara 357,1% 21 Papua Barat 283,1% 22 Sulawesi Barat 2,1% 23 Sumatera Selatan,% 24 Lampung,% 25 Banten,% 26 DI Yogyakarta,% 27 Bali,% 28 Maluku Utara,% 29 Papua,% Jumlah % 16

19 Dari tabel 5 juga tampak bahwa dari 29 provinsi yang pada tahun 28 mengalami bencana ada 7 provinsi yang pada saat terjadi bencana tidak dijumpai penduduk yang mengungsi yaitu provinsi Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DI Yogyakarta, Bali, Maluku Utara dan Papua. 17

20 Bab V Gambaran Kerusakan Fasilitas Kesehatan Bencana yang terjadi selama tahun 28 juga mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas kesehatan. Jumlah sarana kesehatan yang rusak akibat bencana selama tahun 28 sebanyak 283 rusak akibat bencana selama tahun 28 dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini. Tabel 6 Kerusakan Sarana Kesehatan Akibat Bencana pada Tahun 28 No Sarana Kesehatan Jumlah Proporsi 1 Kantor Dinas Kesehatan 2 unit,7% 2 Gudang Farmasi 2 unit,7% 3 Rumah Dinas 24 unit 8,5% 4 Rumah Sakit 7 unit 2,5% 5 Puskesmas 5 unit 17,7% 6 Puskesmas Pembantu 147 unit 51,9% 7 Polindes 51 unit 18,% Total 283 unit 1% Dari data di atas tampak bahwa sarana kesehatan yang paling banyak rusak adalah puskesmas pembantu yaitu 147 unit atau 51,9% dari total sarana kesehatan yang rusak dan yang paling sedikit mengalami kerusakan adalah kantor dinas kesehatan dan gudang farmasi yaitu masing-masing 2 unit atau,7% dari total sarana kesehatan yang rusak. Kerusakan rumah sakit pada tahun 28 tersebar di 6 provinsi yaitu NAD, Sumatera Barat, Riau, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur dan Maluku Utara. Hanya di Jawa Timur yang terdapat 2 unit rumah sakit yang mengalami kerusakan. Kerusakan Kantor Dinas Kesehatan terjadi di 2 provinsi yaitu provinsi NAD dan Jawa Timur. Demikian pula Gudang Farmasi terjadi kerusakan di 2 18

21 provinsi yaitu provinsi Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah (jelasnya lihat lampiran 2). Kerusakan Puskesmas pada tahun 28 tersebar di 12 provinsi. Provinsi yang paling banyak puskesmasnya mengalami kerusakan adalah provinsi Kalimantan Timur (12 unit). Sedangkan provinsi yang paling sedikit puskesmasnya mengalami kerusakan adalah provinsi Riau, Sumatera Selatan dan Jawa Timur yaitu masing-masing 1 unit puskesmas (jelasnya lihat lampiran 2). Kerusakan Puskesmas Pembantu pada tahun 28 tersebar di 14 provinsi. Provinsi yang paling banyak puskesmas pembantunya mengalami kerusakan adalah provinsi NAD (55 unit). Sedangkan provinsi yang paling sedikit puskesmasnya mengalami kerusakan adalah provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur yaitu masing-masing 1 unit puskesmas pembantu (jelasnya lihat lampiran 2). Kerusakan Polindes pada tahun 28 tersebar di 8 provinsi. Provinsi yang paling banyak polindesnya mengalami kerusakan adalah provinsi Jawa Tengah (32 unit). Sedangkan provinsi yang paling sedikit puskesmasnya mengalami kerusakan adalah provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Tengah yaitu masing-masing 1 unit polindes (jelasnya lihat lampiran 2). Kerusakan Rumah Dinas pada tahun 28 tersebar di 5 provinsi. Provinsi yang paling banyak rumah dinasnya mengalami kerusakan adalah provinsi NAD (1 unit). Sedangkan provinsi yang paling sedikit rumah dinasnya mengalami kerusakan adalah provinsi Riau yaitu 1 unit rumah dinas (jelasnya lihat lampiran 2). 1. Kerusakan fasilitas kesehatan menurut jenis bencana Kerusakan sarana kesehatan ini sebagian besar diakibatkan oleh bencana banjir yaitu 157 unit atau 55,5% dari total sarana yang rusak. Untuk jelasnya tentang 19

22 informasi proporsi sarana kesehatan yang rusak menurut jenis bencana dapat dilihat pada grafik 7 berikut ini. Grafik 7 Proporsi Kerusakan Sarana Kesehatan Menurut Jenis Bencana di Indonesia Tahun (6.4%) 5 (1.8%) 3 (1.1%) 2 (.7%) 98 (34.6%) 157 (55.5%) Banjir Gempa Bumi Banjir Bandang Banjir Disertai Tanah Longsor Angin Siklon Tropis Gelombang Pasang 2. Kerusakan fasilitas kesehatan menurut provinsi Bila jumlah kerusakan fasilitas kesehatan dilihat menurut provinsi tampak bahwa kerusakan sarana kesehatan terjadi di 19 provinsi. kerusakan sarana kesehatan terbanyak terjadi di provinsi NAD yaitu sebanyak 75 unit dan yang paling sedikit terjadi yaitu di provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Maluku Utara masing-masing hanya 1 unit sarana yang rusak. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 8 berikut ini. 2

23 Grafik 8 Jumlah Kerusakan Sarana Kesehatan Menurut Provinsi di Indonesia Tahun 28 Malut Kalsel Sumsel Lampung Sumut Sumbar Sulsel DKI Jakarta Riau NTB Gorontalo NTT Kaltim Sulteng Jatim Kalbar Kalteng Jateng NAD

24 Bab VI Bantuan Kesehatan Dalam upaya penanggulangan masalah krisis kesehatan akibat bencana tidak selamanya dapat diatasi oleh kabupaten/kota. Pada beberapa kejadian bencana adapula yang harus dibantu baik dari provinsi ataupun PPK Regional dan Pusat. Bantuan kesehatan tersebut baik berupa sarana, tenaga maupun biaya operasional penanggulangan pada masa tanggap darurat. 1. Bantuan Kesehatan Provinsi/PPK Regional Selama sepanjang tahun 28 ada 5 provinsi yang telah memberikan bantuan kesehatan kepada kabupaten/kota di wilayah kerjanya yang mengalami kejadian bencana yaitu Provinsi NAD, Riau, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Bantuan yang diberikan umumnya berupa sarana dan tenaga kesehatan. Untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7 Bantuan yang Diberikan Provinsi pada Tahun 28 No Provinsi Sarana Tenaga Keterangan 1 NAD 2 dos MP ASI bubur 1 dos MP ASI biskuit 1 paket obat-obatan 2 unit ambulans 2 Riau 75 dos MP ASI 675 dos makanan siap saji 7 paket obat-obatan 3 1 dos MP ASI biskuit NTB 1 dos MP ASI bubur 4 Rompi Kalimantan Kaos Timur 5 Sulawesi Tengah 1 paket obat-obatan 5 dos MP-ASI biskuit 47 dos MP-ASI bubur 1 paket bahan sanitasi 1 dokter bedah 1 dokter Orthopedic 1 petugas surveilans 2 petugas RHA Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Banjir Bandang Penanggulangan Bencana Banjir Penanggulangan Bencana Gempa Bumi Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor Penanggulangan Bencana Banjir dan Gempa Bumi 22

25 Selama tahun 28 juga ada 4 PPK Regional yang telah memberikan bantuan kesehatan kepada kabupaten/kota yang ada di wilayah kerjanya baik dalam lingkup provinsinya sendiri maupun provinsi lain yang masih cakupan wilayah kerja. Untuk jelasnya gambaran PPK Regional yang telah memberikan bantuan kesehatan dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini Tabel 8 Bantuan yang Diberikan PPK Regional pada Tahun 28 PPK No Regional 1 Sumatera Utara 2 Jawa Tengah Sarana Tenaga Keterangan 1 paket obat-obatan 1 dokter bedah 1 dokter Orthopedic 1 dokter umum 1 petugas surveilans 1 petugas informasi 41 dos MP-ASI 1.7 dos Makanan siap saji 2 unit mobil klinik 2 unit mobil 4X4 1 unit ambulans 1 unit sepeda motor 1 unit perahu karet 4 buah tenda lapangan 15 buah velt bed 1 set emergency kit 1 buah handy talky 1 unit repeater 3 buah sepatu boot 15 buah rompi 6 buah senter 5 buah jas hujan 184 set hygiene kit 95 set baby kit 65 set pregnancy mother kit Penanggulangan Bencana Gempa Bumi dan Banjir Bandang Penanggulangan Bencana Banjir 23

26 No PPK Regional 49 set post delivery kit 432 botol minyak kayu putih 72 botol minyak talon 2 dos salep kulit 2 pil kaporit 1. sachet PAC 25 galon desinfektan 3 Jawa Timur 1 truk + 3 paket obat-obatan 229 dos MP ASI 25 dos makanan siap saji 1 unit mobil klinik 2 buah kantong jenazah 129 jerigen desinfektan 2. buah masker sebanyak 4 Kalimantan Selatan Sarana Tenaga Keterangan 3 boks PAC 1 dos MP ASI 1 paket Obat-obatan 1 buah kantong mayat 25 jerigen Bacticlean 5 drum kaporit 4 kotak PAC Tim RHA dan Tim Medis Penanggulangan Bencana Banjir, Banjir Bandang dan Kegagalan Teknologi Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Lonngsor 2. Bantuan Kesehatan Pusat Selain bantuan kesehatan yang telah dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan PPK Regional, pada tahun 28 Pusat Penanggulangan Krisis serta unit kerja terkait di Depkes juga telah memberikan bantuan kesehatan baik berupa sarana maupun biaya operasional tanggap darurat. Bantuan kesehatan tersebut telah didistrbusikan ke 17 provinsi yang wilayah kerjanya terkena bencana. Sarana yang diberikan umumnya berupa obat-obatan, MP-ASI, bahan dan alat sanitasi, 24

27 sarana transportasi dan lain-lain. Sedangkan biaya operasional yang telah disalurkan oleh Pusat Penanggulangan Krisis sebesar Rp ,-. Untuk jelasnya bantuan kesehatan yang telah diberikan Pusat untuk Provinsi yang mengalami bencana dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini Tabel 9 Bantuan Kesehatan yang Telah Diberikan Pusat untuk Provinsi pada Tahun 28 No Provinsi Sarana Biaya Operasional (Rp) Keterangan 1 Sumatera Utara Penanggulangan Bencana Banjir 2 Riau 1.. Penanggulangan Bencana Banjir 3 Jambi 3.. Penanggulangan Bencana Banjir 4 Sumatera Selatan Penanggulangan Bencana Gempa Bumi 5 Jawa Barat MP-ASI 25.. Penanggulangan Life jacket Bencana Banjir 1 unit Water purifier dantanah 2 unit Spryer-pump Longsor 5 galon desinfektan 2 pasang sarung tangan evakuasi 5 buah kantong mayat 6 Jawa Tengah MP-ASI 2.. Penanggulangan Bencana Banjir 7 Jawa Timur Penanggulangan Bencana Banjir 8 Nusa Tenggara Barat 9 Nusa Tenggara Timur buah masker Penanggulangan Bencana Letusan Gunung Api Penanggulangan Bencana Banjir Kalimantan Barat 11 Kalimantan Tengah 12 Kalimantan 1 unit Perahu karet Penanggulangan 25

28 No Provinsi Sarana Timur 1 unit Motor tempel 9 buah Pelampung 1 buah Ring buoy 13 Kalimantan Selatan 14 Gorontalo 4 ton MP-ASI 2 ton obat-obatan + 1 paket obat-obatan untuk 1. orang 15 Sulawesi Tengah Biaya Operasional (Rp) Sulawesi Selatan 17 Sulawesi Tenggara Total Keterangan Bencana Banjir 41.. Penanggulangan Bencana Banjir dan Gempa Bumi Penanggulangan Bencana Banjir dan Gempa Bumi 5.. Penanggulangan Bencana Banjir

29 Bab VII Kesimpulan 1. Pada tahun 28 telah terjadi 42 kali kejadian bencana dan yang paling sering terjadi adalah bencana banjir. 2. Bila dilihat per bulan selama tahun 28, setiap bulannya selalu ada kejadian bencana banjir dan tanah longsor. 3. Kejadian bencana selama tahun 28 paling sering (>5 kejadian) terjadi di 3 Provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. 4. Korban meninggal akibat bencana selama tahun 28 sebagian besar diakibatkan bencana tanah longsor sebanyak 13 orang atau 37,9% dari total korban meninggal (272 orang). 5. Dari 272 orang korban meninggal akibat bencana selama tahun 28 proporsi terbanyak berada di provinsi Jawa Barat yaitu 15,4% atau sebanyak 42 orang. 6. Korban luka berat/rawat inap akibat bencana selama tahun 28 sebagian besar diakibatkan bencana banjir sebanyak 128 orang atau 32,7% dari total korban luka berat/rawat inap (391 orang). 7. Dari 391 orang korban luka berat/rawat inap akibat bencana selama tahun 28 proporsi terbanyak berada di provinsi DKI Jakarta yaitu 26,6% atau sebanyak 14 orang. 8. Jumlah pengungsi akibat bencana selama tahun 28 sebanyak orang dan sebagian besar proporsinya (87% atau orang) diakibatkan bencana banjir. 9. Dari orang pengungsi akibat bencana selama tahun 28 proporsi terbanyak berada di provinsi DKI Jakarta yaitu 27,9% atau sebanyak orang. 1. Sarana kesehatan yang paling banyak rusak akibat bencana selama tahun 28 adalah Puskesmas Pembantu yaitu sebanyak 147 unit. 11. Pada tahun 28 kerusakan sarana kesehatan sebagian besar (55,5%) diakibatkan oleh bencana banjir dan kerusakan sarana kesehatan paling banyak terjadi di Provinsi NAD yaitu 75 unit. 27

30 12. Bantuan kesehatan diberikan dalam upaya tanggap darurat tidak hanya dalam bentuk pengiriman tim kesehatan, bahan dan sarana kesehatan, akan tetapi termasuk juga biaya operasional yang diberikan oleh Pusat Penanggulangan Krisis senilai Rp ,- untuk 17 provinsi. 28

31 Lampiran 1 Gambaran Kejadian Bencana Menurut Provinsi Tahun 28 Frekuensi No Provinsi Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jml 1 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau 6 Sumatera Selatan Jambi 8 Bangka Belitung 9 Bengkulu 1 Lampung DKI Jakarta Banten Jawa Barat DI Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Bali NTB NTT Gorontalo Sulawesi Utara Sulawesi Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Jumlah

32 Lampiran 2 Gambaran Sarana Kesehatan yang Rusak Menurut Provinsi Tahun 28 Jumlah No Provinsi Rumah Kantor Rumah Jml Puskesmas Pustu Polindes GFK Sakit Dinkes Dinas 1 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Kepulauan Riau 6 Sumatera Selatan Jambi 8 Bangka Belitung 9 Bengkulu 1 Lampung DKI Jakarta Banten 13 Jawa Barat 14 DI Yogyakarta 15 Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Bali 22 NTB NTT Gorontalo Sulawesi Utara 26 Sulawesi Barat 27 Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara 3 Maluku 31 Maluku Utara Papua Barat 33 Papua Jumlah

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (APRIL 2009) RIAU Banjir, Angin Siklon Tropis JABAR Banjir, Tanah Longsor, Banjir disertai Tanah Longsor KALTENG Banjir, Banjir Bandang SULTENG

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (MARET 2009) SUMUT RIAU Sambaran Petir JABAR, Tanah Longsor, Angin Siklon Tropis SULTENG Angin Siklon Tropis PAPUA Tanah Longsor NAD SUMBAR,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 ACEH Tanah Longsor SUMUT Angin Puting Beliung SUMBAR Kebakaran Angin Puting Beliung KEPRI Angin Puting Beliung JAMBI Tanah Longsor KALTIM

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (April 2010) ACEH Gempa Bumi DKI JAKARTA Konflik Kebakaran KALSEL MALUKU UTARA KEPRI Konflik KALTIM SUMUT Bandang PAPUA Konflik SUMBAR, Tanah

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (Februari 2010) SUMUT Bandang, DKI JAKARTA KALIMANTAN TIMUR SUMSEL SUMBAR LAMPUNG Bandang BANTEN Angin Siklon Tropis JABAR, Bandang,, Angin Siklon

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER ACEH Angin Puting Beliung Banjir Banjir Bandang KALBAR Tanah Longsor KALSEL Kebakaran Hutan KALTENG Kebakaran Hutan SULUT Konflik Sosial

Lebih terperinci

BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015

BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav. No. 4-9 Gedung A Lantai VI, Jakarta Selatan Telp. : 021 526 5043, 521 0411 Fax. : 021 527 1111 Call Center

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 ACEH Kebakaran KALSEL Banjir GORONTALO Banjir SUMBAR Kecelakaan Transportasi Laut SULSEL Kebakaran Konflik Sosial PAPUA Kecelakaan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website:

AKSES PELAYANAN KESEHATAN. Website: AKSES PELAYANAN KESEHATAN Tujuan Mengetahui akses pelayanan kesehatan terdekat oleh rumah tangga dilihat dari : 1. Keberadaan fasilitas kesehatan 2. Moda transportasi 3. Waktu tempuh 4. Biaya transportasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website:

PEMBIAYAAN KESEHATAN. Website: PEMBIAYAAN KESEHATAN Pembiayaan Kesehatan Pembiayaan kesehatan adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan upaya kesehatan/memperbaiki keadaan kesehatan yang

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN IV-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum No. 11/02/94/Th. VII, 6 Februari 2017 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK)

WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) WORKSHOP (MOBILITAS PESERTA DIDIK) KONSEP 1 Masyarakat Anak Pendidikan Masyarakat Pendidikan Anak Pendekatan Sektor Multisektoral Multisektoral Peserta Didik Pendidikan Peserta Didik Sektoral Diagram Venn:

Lebih terperinci

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013

ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 ANALISIS DAN EVALUASI PELAYANAN KELUARGA BERENCANA BAGI KELUARGA PRA SEJAHTERA DAN KELUARGA SEJAHTERA I DATA TAHUN 2013 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT PELAPORAN DAN STATISTIK

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam

Lebih terperinci

NOMOR : 18 TAHUN 2009 BAB I P E N D A H U L U A N

NOMOR : 18 TAHUN 2009 BAB I P E N D A H U L U A N LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR : 18 TAHUN 2009 TANGGAL : 31 DESEMBER 2009 BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah rawan bencana

Lebih terperinci

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK.

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK. BAB I PENDAHULUAN Berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana terjadi di Indonesia sepanjang tahun 204. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tercatat sebanyak 456 kali kejadian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

CEDERA. Website:

CEDERA. Website: CEDERA Definisi Cedera Cedera merupakan kerusakan fisik pada tubuh manusia yang diakibatkan oleh kekuatan yang tidak dapat ditoleransi dan tidak dapat diduga sebelumnya Definisi operasional: Cedera yang

Lebih terperinci

INDONESIA Percentage below / above median

INDONESIA Percentage below / above median National 1987 4.99 28169 35.9 Converted estimate 00421 National JAN-FEB 1989 5.00 14101 7.2 31.0 02371 5.00 498 8.4 38.0 Aceh 5.00 310 2.9 16.1 Bali 5.00 256 4.7 30.9 Bengkulu 5.00 423 5.9 30.0 DKI Jakarta

Lebih terperinci

Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan DAFTAR ISI

Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN... BAB II KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN 7.... Frekuensi dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.22,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul, Penanggulangan, bencana. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM 1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III NOVEMBER 2017 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Analisis dan Prediksi Angin, Monsun, Analisis OLR Analisis

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN

INDEKS TENDENSI KONSUMEN No. 10/02/91 Th. VI, 6 Februari 2012 INDEKS TENDENSI KONSUMEN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi terkini yang dihasilkan Badan Pusat Statistik melalui

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2017 A. Penjelasan Umum 1. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) I-2017 No. 27/05/94/Th. VII, 5 Mei 2017 Indeks Tendensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG Bagian V.1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia secara geografis dan demografis merupakan negara yang rawan akan bencana, baik bencana alam (natural disaster) maupun bencana karena

Lebih terperinci

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2012 BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA 1 BEncANA O Dasar Hukum : Undang-Undang RI No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 2 Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 46/05/Th. XVIII, 5 Mei 2015 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2015 KONDISI BISNIS MENURUN NAMUN KONDISI EKONOMI KONSUMEN SEDIKIT MENINGKAT A. INDEKS

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bencana banjir berdasarkan data perbandingan jumlah kejadian bencana di Indonesia sejak tahun 1815 2013 yang dipublikasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang yang menunjukkan masalah ini penting untuk diteliti dan diselesaikan, perumusan dari masalah yang akan diselesaikan, tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM 1 BMKG ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I DESEMBER 2017 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Analisis dan Prediksi Angin, Monsun, Analisis OLR Analisis

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK. 29/03/Th. XIX, 15 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 RUPIAH TERAPRESIASI 3,06 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terapresiasi 3,06 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang secara astronomi berada pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis Indonesia terletak di antara

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1090, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1090, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1090, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 LATAR BELAKANG. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

25/02/2015. Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan. Jenis Bencana (UU 24/2007) Terjadinya Bencana. Potensi Tsunami di Indonesia

25/02/2015. Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan. Jenis Bencana (UU 24/2007) Terjadinya Bencana. Potensi Tsunami di Indonesia Keperawatan Medikal Bedah Fikes UMMagelang Universitas Muhammadiyah Magelang Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan Disaster Nursing I Program studi Ilmu sarjana keperawatan Rabu, 25 Februari

Lebih terperinci

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM 1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN III APRIL 2018 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Analisis dan Prediksi Angin, Monsun; Analisis OLR; Analisis

Lebih terperinci

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016

TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016 TUAN RUMAH KEJURNAS ANTAR PPLP TAHUN 2016 NO CABOR PROVINSI PELAKSANAAN KONTAK PERSON 1 Atletik DKI Jakarta 3 s.d 7 Agustus 2016 2 Dayung RIAU 22 s.d 27 Oktober 2016 Pak Sanusi Hp. 081275466550 3 Gulat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELUARAN BELANJA DALAM KEADAAN DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG, Menimbang : Mengingat : bahwa

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, a. bahwa penyusunan rencana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Provinsi Banten memiliki

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI BARAT (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013

INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 BADAN PUSAT STATISTIK No. 34/05/Th. XVI, 6 Mei 2013 INDEKS TENDENSI BISNIS DAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN TRIWULAN I-2013 KONDISI BISNIS DAN EKONOMI KONSUMEN MENINGKAT A. INDEKS TENDENSI BISNIS A. Penjelasan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2080, 2014 BNPB. Logistik. Penanggulangan Bencana. Standarisasi. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG STANDARISASI LOGISTIK

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III-2017 No. 71/XI/17/VII, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Indeks Tendensi Konsumen Provinsi Bengkulu Triwulan III - 2017 Indeks

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 70 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN SOSIAL BERUPA UANG UNTUK PERBAIKAN RUMAH MASYARAKAT DAN FASILITAS UMUM AKIBAT TERJADINYA BENCANA ALAM DAN BENCANA SOSIAL GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor non-alam maupun

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 Pada Februari, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,36 turun sebesar 0,08 persen dibandingkan bulan Januari. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM 1 BMKG ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I NOVEMBER 2017 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Analisis dan Prediksi Angin, Monsun, Analisis OLR Analisis

Lebih terperinci

2

2 2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN SIGI PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2012 1 BUPATI SIGI PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA. No Nama UPT Lokasi Eselon Kedudukan Wilayah Kerja. Bandung II.b DITJEN BINA LATTAS 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan Subdit Pengelolaan Persampahan Direktorat Pengembangan PLP DIREKTORAT JENDRAL CIPTA KARYA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT Aplikasi SIM PERSAMPAHAN...(1)

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III DESEMBER 2017

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III DESEMBER 2017 1 BMKG ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN III DESEMBER 2017 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Ø Analisis dan Prediksi Angin, Monsun, Ø Analisis OLR

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DAN

Lebih terperinci

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA

NAMA, LOKASI, ESELONISASI, KEDUDUKAN, DAN WILAYAH KERJA 2012, No.659 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER.07/MEN/IV/2011

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM 1 ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT; ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN DASARIAN II FEBRUARI 2018 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Analisis dan Prediksi Angin, dan Monsun; Analisis OLR; Analisis dan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016

INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN I-2016 No. 25/05/94/Th. VI, 4 Mei 2016 INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) PROVINSI PAPUA TRIWULAN A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan ekonomi konsumen terkini yang dihasilkan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENANGANAN BENCANA I. Umum Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar didunia, yang terletak di antara dua benua, yakni benua Asia dan benua Australia,

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNSI PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BLITAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 64 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN MANAJEMEN LOGISTIK, PERALATAN DAN KEMUDAHAN AKSES PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANGKAT, Menimbang

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013 Pada Januari 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,44 turun sebesar 0,36 persen dibandingkan bulan Desember 2012. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami

Lebih terperinci

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014

HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat. Tahun Ajaran 2013/2014 HASIL Ujian Nasional SMP - Sederajat Tahun Ajaran 213/21 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta, 13 Juni 21 1 Ringkasan Hasil Akhir UN - SMP Tahun 213/21 Peserta UN 3.773.372 3.771.37 (99,9%) ya

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN: 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/08/Th. XVIII, 18 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 JULI 2015 RUPIAH TERDEPRESIASI 1,25 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terdepresiasi 1,25 persen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang secara geografis terletak di daerah khatulistiwa, di antara Benua Asia dan Australia, serta diantara Samudera Pasifik dan Hindia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 9 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I JANUARI 2018

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I JANUARI 2018 1 BMKG ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I JANUARI 2018 BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM OUTLINE Ø Analisis dan Prediksi Angin, Monsun, Ø Analisis OLR

Lebih terperinci