MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP CALON GURU NON IPA TERHADAP LINGKUNGAN PADA KERANGKA SAINS SEBAGAI PENDIDIKAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan

SMP NEGERI 3 MENGGALA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dewasa ini telah mendapat perhatian yang

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. migran. World Conservation Monitoring Centre (1994) menyebutkan

Lerning to live together in peace and harmony C. Tinjauan Pustaka

Permasalahan hutan dan upaya penanganan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENTINGNYA MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI ALAM DI SEKITAR KITA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar adalah memberikan bekal pengetahuan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENERAPAN PENDEKATAN QUANTUM TEACHING DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS V SDN 2 JOGOMERTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dinyatakan punah pada tahun 1996 dalam rapat Convention on

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerima pesan. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1 Hewan primata penghuni hutan tropis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Konflik Manusia Satwa Liar, Mengapa Terjadi? yang ditulis

Lerning to live together in peace and harmony C. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

Mata Pelajaran IPA di SMALB bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. memahami pengertian dasar tentang IPA yang saling berkaitan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP PELAJARAN IPA DI SEKOLAH DASAR. Erlinda

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

BANGKA BOTANICAL GARDEN SEBUAH KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang diharapkan dalam tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat tangible yang

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan baik atau buruk, berhasil atau gagal.

BAB I PENDAHULUAN. fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetap juga merupakan suatu

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

ASSALAMU ALAIKUM WR. WB. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA UNTUK KITA SEKALIAN

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Jumlah Spesies dan Endemik Per Pulau

5. KOMPETENSI INTI DAN KOMPTENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SD/MI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya alam non hayati/abiotik. Sumber daya alam hayati adalah unsur-unsur hayati

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kawasan Gunung Merapi adalah sebuah kawasan yang sangat unik karena

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemilihan Studi. Permainan menurut Joan Freeman dan Utami Munandar (dalam Andang

materi yang ada dalam suatu pengajaran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Aktivitas Belajar dengan Menggunakan Media Gambar. Aktivitas belajar menggunakan media gambar merupakan kegiatan, kesibukan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

SILABUS DAN SAP MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA UNTUK SD

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

42. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

45. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang

MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Nomor : 479 /Kpts-11/1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

J. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SMPLB TUNADAKSA

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Langeveld pendidikan adalah pemberian bimbingan dan bantuan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERBURUAN BURUNG, IKAN DAN SATWA LIAR LAINNYA

Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Transkripsi:

MENGGUGAH KEPEDULIAN SISWA TERHADAP SATWA LIAR MELALUI PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR H. Dede Margo Irianto*) Abstrak Kepedulian terhadap satwa liar ini harus ditanamkan sejak dini, agar dalam setiap gerak kehidupan sesuai dengan perkembangan usia manusia, mereka selalu menaruh perhatian terhadap satwa liar dalam bentuk tindakan kongkrit, yang dapat ikut mencegah kepunahan satwa liar. Penanam kepedulian terhadap satwa liar sejak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang menurut penulis tepat adalah dengan pendidikan, khususnya melalui pendidikan IPA di sekolah dasar. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar dapat digunakan untuk menanamkan kepedulian siswa terhadap satwa liar sejak dini. Kepedulian terhadap satwa liar tersebut dapat dimasukkan dalam bahan ajar yang menyangkut tentang Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya. Permasalahannya adalah, tindakan konkrit apa yang harus dilakukan oleh para praktisi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar, dalam materi-materi terkait, sehingga dapat menanamkan kepedulian siswa terhadap satwa liar sejak usia dini. Kata Kunci : Kepedulian Siswa, Satwa Liar, Pendidikan IPA, Sekolah Dasar A. PENDAHULUAN World Conservation Monitoring Committee (1994) melaporkan kekayaan bumi Indonesia di bidang keanekaragaman hayati diantaranya mencakup sekitar 27.500 species tumbuhan berbunga (merupakan 10 % dari seluruh species tumbuhan yang ada di dunia, 1539 species burung (merupakan 17 % dari seluruh species burung yang ada di dunia), 515 species reptilia (merupakan 16 % dari seluruh species reptilia yang ada di dunia). Potensi keanekaragaman hayati tersebut didukung pula oleh adanya kawasan hutan yang mencakup sekitar 109,02 juta hektar hutan yang terdiri dari hutan konservasi 17,91 hektar, hutan lindung 34,01 hektar, hutan produksi 61,90 hektar, dan hutan konversi untuk berbagai penggunaan lain seluas 35,20 hektar. Kondisi obyektif yang kita hadapi sekarang menunjukkan bahwa Indonesia selain dikenal sebagai Negara mega keanekaragaman hayati, juga dikenal sebagai Negara dengan laju pengurangan luas hutan alam yang terbesar didunia. Data menunjukkan, laju pengurangan luas hutan tersebut di pulau Sumatera mencapai 2% per tahun, di pulau Jawa mencapai 0,42 % per tahun, di pulau Kalimantan mencapai 0,94 % pertahun, di pulau Sulawesi mencapai 1 % pertahun, dan di Irian Jaya mencapai 0,7 % per tahun. (Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, 2001). 1

Angka laju pengurangan hutan yang cukup besar, selain berdampak merugikan dalam banyak hal juga merupakan sesuatu yang sangat merugikan bagi keberadaan satwa liar di Indonesia. Pengurangan luas hutan berakibat berkurangnya luas habitat yang dapat dihuni oleh satwa liar, hal ini akan menyebabkan keberadaan mereka menjadi terancam. Bukan tidak mungkin dengan terus berlangsungnya kerusakan hutan lama kelamaan jumlah satwa liar yang mengalami kepunahan akan semakin bertambah. Untuk itulah, maka diperlukan adanya perhatian dan kepedulian dari semua pihak agar hal tersebut tidak terjadi di negeri tercinta ini. Kepedulian terhadap satwa liar ini harus ditanamkan sejak dini, agar dalam setiap gerak kehidupan sesuai dengan perkembangan usia manusia, mereka selalu menaruh perhatian terhadap satwa liar dalam bentuk tindakan kongkrit, yang dapat ikut mencegah kepunahan satwa liar. Penanam kepedulian terhadap satwa liar sejak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang menurut penulis tepat adalah dengan pendidikan, khususnya melalui pendidikan IPA di sekolah dasar. Mengapa Pendidikan IPA di sekolah dasar yang dijadikan sarana untuk menanamkan kepedulian terhadap satwa liar? Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan, diantaranya : 1) Mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa : mempunyai minat mempelajari alam sekitar, mencintai alam sekitar, serta menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan (depdikbud, 1994); 2) Rutherford dan Ahlgren (1990) mengemukakan bahwa sains dapat memberi seseorang pengetahuan tentang lingkungan biofisik dan perilkau ssosial yang diperlukan untuk pengembangan pemecahan yang efektip bagi masalah local dan global. 3) Sukarno, dkk mengatakan bahwa pendidikan IPA harus mampu memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia dimana kita hidup, dan bagaimana kita sebagai makhluk hidup harus bersikap terhadap alam sekitarnya. Untuk itulah, penulis mencoba mengemukakan tulisan sederhana dengan judul menggugah kepedulian siswa terhadap satwa liar melalui pendidikan IPA di Sekolah Dasar. B. PENDIDIKAN IPA DI SEKOLAH DASAR Para akhli pendidikan sains di Negara-negara maju secara intensif menekankan pentingnya pemerintah menyusun kurikulum yang dapat melibatkan anak sejak dini kedalam kegiatan sains. Menurut mereka hal itu perlu dilakukan karena kurikulum yang demikian dapat mempersiapkan dan menjadikan warga Negara yang melek sains dan teknologi, mampu menghadapi kehidupan yang makin kompetitip serta mampu memilih dan mengolah informasi untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. 2

National Science Teacher Association (NSTA), misalnya mencanangkan empat tujuan utama pendidikan sains yang meliputi : Personal needs, menyiapkan individu yang mampu menggunakan sains bagi peningkatan tarap hidup dan menghadapi perkembangan teknologi; Social Issues, menanamkan tanggung jawab terhadap isu-isu yang berkaitan dengan sains di masyarakat; Career Education Awareness, menanamkan kesadaran akan akan sifat dan ruang lingkup sains yang berhubungan dengan pekerjaan serta pengembangan minat dan bakat; dan AcademicPreparation, memberi landasan bagi siswa yang akan mendalam sains secara akademik dan professional (Connor, 1990) Di Indonesia, fungsi pendidikan IPA di Sekolah Dasar (GBPP IPA SD, 1994) diantaranya adalah : Mengembangkan pengetahuan tentang pelbagai jenis dan perangai lingkungan alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari, mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling mempengaruhi antara kemajuan IPA dan Teknologi dengan keadaan lingkungan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.; Sedangkan tujuan pendidikan IPA di sekolah Dasar, diantaranya adalah : Siswa mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda serta kejadian di lingkungan sekitar, dan mengenal serta memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Ruang lingkup, mata pelajaran IPA mencakup 1) makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya, 2) materi, sifat-sifat, dan kegunaannya meliputi : udara, tanah, air, dan batuan 3) listrik dan magnet, energi dan panas, gaya dan pesawat sederhana, cahaya dan bunyi, tata surya, bumi, dan benda-benda langit lainnya 4) kesehatan, makanan, penyakit, dan pencegahannya, dan 5) sumber daya alam, kegunaan, pemeliharaan dan pelestariannya. Dari uraian di atas nampak bahwa Pendidikan IPA di Sekolah Dasar dapat digunakan untuk menanamkan kepedulian siswa terhadap satwa liar sejak dini. Kepedulian terhadap satwa liar tersebut dapat dimasukkan dalam bahan ajar yang menyangkut tentang Makhluk hidup dan proses kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya. Permasalahannya adalah, tindakan konkrit apa yang harus dilakukan oleh para praktisi pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar, dalam materi-materi terkait, sehingga dapat menanamkan kepedulian siswa terhadap satwa liar sejak usia dini. C. TINDAKAN-TINDAKAN YANG DAPAT DILAKUKAN 1. Memilih pendekatan dan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran pada materi-materi terkait 3

Pemilihan pendekatan dan metode yang tepat, merupakan langkah pertama yang penting untuk dilakukan dalam menanamkan kepedulian terhadap satwa liar sejak dini kepada siswa Sekolah Dasar. Salah satu pendekatan yang layak digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Mengapa pendekatan keterampilan proses? Pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai totalitas manusia yang diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar dengan memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, dan nilai serta keterampilan (Karso, 1993). Melalui keterampilan proses, siswa dilatih dan dirangsang untuk selalu bertanya, berpikir kritis, obyektip, serta terbiasa mengupayakan kemungkinan-kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah. Keterampilan proses bermanfaat sebagai cara memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan yang relevan. Dengan keterampilan proses yang dimilikinya, siswa dapat mengambil sikap konkrit terhadap apa yang dapat diamati dari lingkungan sekitarnya, termasuk diantaranya adalah keberadaan satwa liar. Melalui aplikasi konsep konsep IPA tentang saling ketergantungan antar,makhluk hidup, dikaitkan dengan keberadaan satwa liar, siswa diharapkan dapat memiliki kepedulian terhadap satwa liar tersebut, melalui tindakan nyata. 2. Melakukan kegiatan kunjungan ke obyek-obyek terkait secara berkala dan berkesinambungan Untuk membuat siswa memahami kondisi satwa liar dialam, dan permasalahanpermasalahan yang dihadapi, maka secara berkala siswa perlu diajak untuk mengunjungi obyek-obyek terkait. Misalnya kunjungan dapat dilakukan terhadap tempat-tempat yang ada di dekat tempat tinggal siswa, seperti kebun binatang, Taman Hutan Raya, dan tempat lainnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran materi terkait, guru bisa saja secara langsung melaksanakan kegiatan pembelajaran di luar kelas, yaitu di tempat sekitar sekolah yang dapat memancing pertanyaan siswa terhadap keberadaan satwa liar di alam. 3. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang relevan. Kegiatan dimaksud, misalnya adalah lomba mengarang tentang keberadaan satwa liar di alam dan cara melestarikannya; lomba menggambar satwa liar, serta mengadakan pemutaran film tentang satwa liar baik itu film produksi Indonesia, maupun film produksi luar negeri. 4. Melakukan Penilaian yang komprehensip dan utuh. Untuk menanamkan dan memelihara kepedulian siswa terhadap satwa liar, maka yang juga harus diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran pendidikan IPA pada materi terkait adalah system penilaian. 4

Sistem penilaian yang digunakan tidak boleh hanya bersifat kognitp semata-mata, tetapi juga tidak boleh dilupakan penilaian yang bersifat afektip dan psikomotor. Artinya, penilaian juga dilakukan terhadap sikap yang ditunjukkan oleh siswa terhadap satwa liar, dan kalau memungkinkan juga dilakukan penilaian terhadap perfoman / untuk kerja siswa dalam memelihara satwa liar. D. PENUTUP Demikianlah tulisan singkat dan sederhana ini dibuat, dengan harapan dapat dijadikan sebagai titik tolak untuk membuat tulisan berikutnya yang bersifat lebih operasional dan konkrit. Terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dasar pada materi-materi terkait, yang diharapkan dapat menanamkan kepedulian terhadap satwa liar di lingkungan sekitar mereka. DAFTAR PUSTAKA Connor, J.V. (1990). Naïve Conceptions and The School Science curriculum, dalam Rowe, M.B. (eds) 1990. What Research Says to The Science Teacher : The Process of Knowing, Washington National Science Teacher Association. Depdikbud, (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar, Landasan, Program, dan Pengembangan. Jakarta : Depdikbud. Depdikbud, (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Jakarta : Depdikbud. Sukarno. (1973). Dasar Dasar Pendidikan Science. Jakarta : Bhatara Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pengelolaan Kawasan Konservasi Dalam Era Otonomi Daerah. Dirjen PerlindunganHutan dan Konservasi Alam : Direktur Konservasi Kawasan. *) H. Dede Margo Irianto adalah dosen UPI Kampus Cibiru 5