BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHUL PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa, dan negara. Pasal 4 menjelaskan pula bahwa. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dan masa kini. Sebagai implikasinya terkandung makna link and match yang

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan sangat berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

2015 PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR MENGHIAS KAIN PADA PESERTA DIDIK PROGRAM KERUMAHTANGGAAN KELAS VII DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Peran pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bagus, dibutuhkan proses pendidikan yang bagus pula. Setiap usaha

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia telah digariskan dalam undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

2016 HUBUNGAN LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN LAMA MENGAJAR GURU SEJARAH DENGAN HASIL BELAJAR SEJARAH PADA SISWA SMA

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupan sebuah bangsa. Seperti halnya kesehatan, pendidikan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa menjadi apa yang dia inginkan serta dengan pendidikan pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan mengemban misi yang besar dan mulia untuk

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

2015 IMPLEMENTASI MODEL WORD SQUARE DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan pola kehidupan bangsa yang lebih baik. berorientasi pada masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha pokok dalam peningkatan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. penerus yang akan melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. keprofesionalan yang harus dipersiapkan oleh lembaga kependidikan. Adanya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia tengah menghadapi suatu masa dimana terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH (STUDI KASUS DI SD NEGERI SRONDOL 02 SEMARANG) RINGKASAN TESIS. Oleh: UTIK SETYARTI Q

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang pesat sekarang ini, akan membawa berbagai dampak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga negara yang handal profesional dan berdaya saing tinggi. Disamping itu diyakini pula oleh berbagai bangsa bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and character building, yang sangat menentukan perjalanan dan regenerasi suatu bangsa. Indonesia sebagai salah satu developing country telah menunjukan perhatian yang cukup besar terhadap pendidikan, yang secara yuridis tercermin dalam Pasal 31 UUD 1945 yang berbunyi Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran (Pasal 1); pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu system pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang (Pasal 2). Dissamping itu, pendidikan juga tercermin dalam Rencana Strategis Depdiknas (2004-2009) yang merupakan landasan operasional dalam menjabarkan pendidikan ke dalam kebijakan pendidikan nasional dan program-program kegiatan yang merupakan refleksi dan derived dari tujuan Pendidikan Nasional. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu tujuan Pembangunan di bidang pendidikan dan merupakan bagian integral dalam rangka upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa : Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Neneng Rika Listiani, 2013 Pengaruh Pemanfaatan SaranaPembelajaran Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru IPA Di SMPN gugus 03 Kabupaten Bandung Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1

2 Pendidikan formal adalah pendidikan yang diberikan di sekolah. Sekolah sebagai bentuk organisasi diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan, dengan memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber daya, di samping yang ada di luar dirinya, seperti uang, material, dan waktu (Jahja 2004:59). Agar kerja sama itu berjalan dengan baik, maka perlu ada aturan. Maka dengan mengikuti aturan maka segala proses akan berjalan sebagaimana mestinya. Keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu siswa, kurikulum, tenaga kependidikan, dana, prasarana dan sarana, dan faktor lingkungan lainnya. Apabila faktor tersebut bermutu, dan proses belajar bermutu pada gilirannya akan menghasilkan lulusan yang bermutu pula. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Studi yang dilakukan Heyneman & Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa di antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Peranan guru makin penting lagi di tengah keterbatasan sarana dan prasarana sebagaimana dialami oleh negara-negara sedang berkembang. Lengkapnya hasil studi itu adalah : di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18% dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik 19% (Dedi Supriadi, 1999: 178). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nana Sudjana (2002: 42) menunjukkan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kinerja mengajar guru, dengan rincian: kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43%, penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan 32,38% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumbangan 8,60%. Harus diakui bahwa guru merupakan faktor utama dalam proses pendidikan. Meskipun fasilitas pendidikannya lengkap dan canggih, namun bila tidak

3 ditunjang oleh keberadaan guru yang berkualitas, maka mustahil akan menimbulkan proses belajar dan pembelajaran yang maksimal. Pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu indikator baik atau tidaknya proses pembelajaran di suatu sekolah. Kurangnya pemanfaatan sarana prasarana cenderung akan berdampak pada rendahnya kualitas pembelajaran. Pada aspek lain kinerja mengajar guru bisa menjadi salah satu indikator untuk melihat sajauh mana efektifitas pembelajaran yang berlangsung pada suatu sekolah. Guru yang belum mampu menunjukkan kinerjanya yang baik cenderung akan berdampak pada menurunnya pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudarwan Danim (2002 : 76) bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Engkoswara, dalam Menuju Indonesia Modern (1999:25), guru adalah seorang tenaga pendidik yang bekerja menyampaikan ilmu pengetahuan (kognitif), mengemukakan sikap kepribadian (afektif), serta memberikan bekal keterampilan (psikomotor) kepada peserta didik, dalam ruang lingkup organisasi pendidikan di tingkat sekolah. Guru juga sebagai ujung tombak Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di kelas atau sebagai orang yang mengemban atau mengembangkan berbagai bentuk pemikiran, yang terkandung dalam kurikulum pendidikan serta berbagai aturan atau pedoman yang berkaitan dengan KBM di sekolah. Dengan demikian diperlukan komprehensivitas diri dari para guru antara lain, pemikiran, kemampuan, disiplin, dan motivasi kerja, serta kreativitas kerja yang diperlukan agar mencapai hasil yang maksimal menuju tercapainya tujuan pendidikan. Prasarana dan sarana diibaratkan sebagi motor penggerak yang dapat berjalan dengan kecepatan sesuai dengan keinginan oleh penggeraknya. Begitu pula dengan pendidikan, sarana dan prasarana sangat penting karena dibutuhkan. Sarana dan prasarana pendidikan dapat berguna untuk menunjang penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam suatu lembaga dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Prasarana dan sarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolak ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan terus menerus seiring

4 dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup canggih. Manajemen prasarana dan sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya tidak salah arah. Bagi guru, pemahaman tentang pengelolaan prasarana dan sarana akan membantu memperluas wawasan tentang bagaimana ia dapat berperan dalam merencanakan, menggunakan, dan mengevaluasi prasarana dan sarana yang ada sehingga prasarana dan sarana tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai tujuan pendidikan. Manajemen ditambah administrasi prasarana dan sarana memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan. Dengan diberlakukan otonomi daerah berarti pemerintah memberikan kesempatan kepada sekolah untuk berinisiatif dan berkarya sesuai dengan kemampuan lembaga pendidikan/sekolah masing-masing termasuk dalam pengembangan prasarana dan sarana. Oleh karena itu perlu adanya manajemen prasarana dan sarana pendidikan. Pada aspek lain kinerja mengajar guru bisa menjadi salah satu indikator untuk melihat sajuah mana efektifitas pembelajaran yang berlangsung pada suatu sekolah. Guru yang belum mampu menunjukkan kinerjanya yang baik cenderung akan berdampak pada menurunnya pembelajaran. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudarwan Danim (2002 : 76) bahwa salah satu ciri krisis pendidikan di Indonesia adalah guru belum mampu menunjukkan kinerja (work performance) yang memadai. Syah (1999:229) menyatakan bahwa Guru yang berkualitas adalah guru yang berkompetensi dan berkinerja baik, yang berkemampuan untuk melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Tanggung jawab guru mendidik siswanya menyangkut berbagai aspek yaitu menyangkut tujuan, pelaksanaan, penilaian dan termasuk umpan balik dari penyelenggaraan tugas tersebut. Proses pembelajaran sangat terkait dengan berbagai komponen yang sangat kompleks. Antara komponen yang satu dengan komponen yang lainnya

5 memiliki hubungan yang bersifat sistemik, maksudnya masing-masing komponen memiliki peranan sendiri-sendiri tetapi memiliki hubungan yang saling terkait. Suwardi (2007 :2) menyatakan bahwa : komponen dalam proses pembelajaran perlu dikelola secara baik. Tujuannya agar komponen-komponen tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu proses pembelajaran yang baik dapat tercapai apabila sarana sarana dan prasarana sebagai sumber informasi pembelajran dan guru sebagai pelaksana pendidikan dan desainer pembelajaran dapat dimanfaatkan dan diberdayakan dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Paradigma metodologi pendidikan saat ini disadari atau tidak telah mengalami suatu pergeseran dari behaviourisme ke konstruktivisme yang menuntut guru dilapangan harus mempunyai syarat dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, dan demokratis yang menghargai setiap pendapat sehingga pada akhirnya substansi pembelajaran benar-benar dihayati. Sejalan dengan pendapat diatas, pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah: Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyongkonyong. Pembelajaran bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi Pembelajaran itu dan membentuk makna melalui pengalaman nyata (Depdiknas, 2003:11) Kita yakin pada saat ini banyak guru yang telah melaksanakan teori konstruktivisme dalam pembelajaran di kelas tetapi volumenya masih terbatas, karena kenyataan dilapangan kita masih banyak menjumpai guru yang dalam mengajar masih terkesan hanya melaksanakan kewajiban. Ia tidak memerlukan strategi, metode dalam mengajar, baginya yang penting bagaimana sebuah

6 peristiwa pembelajaran dapat berlangsung. Di sisi lain. menurut Hartono Kasmadi (1993:24) bahwa pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dimana pengajar masih memegang peran yang sangat dominan, pengajar banyak ceramah (telling method) dan kurang membantu pengembangan aktivitas murid. Selain dari pemanfaatan sarana prasarana, diduga pula kinerja mengajar guru menjadi faktor penentu keberhasilan dalam meraih mutu pembelajaran. Menurut Farida (2002:34) dalam Jurnal IAIN Sumatera Utara menyebutkan bahwa keberhasilan proses pembelajaran diduga dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: sikap dan kemampuan / kompetensi staf pengajar dalam merancang pembelajaran, mengelola pembelajaran di kelas, melaksanakan evaluasi, integritas pribadi, disiplin dalam melaksanakan tugas, tekun bekerja, terbuka dan berwibawa. Menurut Syafru Mangkuprawira dan Aida Vitalaya yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Maisah (2010:129-130), kinerja merupakan konstruksi multi dimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru: 1. Faktor personal/individual : meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitment yang dimiliki setiap individu guru. 2. Faktor kepemimpinan, meliputi : aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan semangat, arahan dan dukungan kerja pada guru. 3. Faktor Team, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim dan keeratan anggota tim. 4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah 5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan eksternal dan internal.

7 Kepala sekolah adalah seorang fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran. Kepemimpinan kepala sekolah akan sangat menentukan dalam proses peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya karena kepala sekolah merupakan unsur yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masalah pendidikan di sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah dituntut untuk mampu melakukan pengelolaan segala sumber daya yang ada, dan memanfaatkannya untuk belajar siswa, Kepala sekolah yang berkompeten harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, performence, dan etika kerja sesuai dengan tugas dan tanggung jawab sebagai kepala sekolah (Depdiknas, 2006:32). Menurut Davis, G.A & Thomas, M.A ( Wahyudin 2009: 63) berpendapat bahwa kepala sekolah yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1) Mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin sekolah 2) Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah 3) Mempunyai ketrampilan sosial 4) Profesional dan kompeten dalam bidang tugasnya. Pelaksanakan tugas pokok manajerial kepala sekolah di satuan pendidikan sebagai suatu sistem organisasi, dimaksudkan untuk mencapai tujuan, yaitu untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di satuan pendidikan yang dipimpinnya. Karena upaya peningkatan mutu pendidikan erat kaitannya dengan kemampuan manajerial kepala sekolah (Agustina, 2009 : 176). Dengan demikian, keberhasilan peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab kepala sekolah (Sudrajad, 2004 : 9). Oleh karena itu, dibutuhkan adanya pelaksanan tugas kepala sekolah di bidang manajerial secara profesional. Ini akan menentukan pelaksanaan fungsi kepala sekolah dengan baik. Dalam pradigma baru manajemen pendidikan, sedikitnya kepala sekolah harus mampu berfungsi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator, motivator (EMASLIM) (Mulyasa, 2004 : 98).

8 Rendahnya mutu pendidikan secara umum disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya masih rendahnya efektivitas proses belajar mengajar, terutama disebabkan kurangnya sarana dan prasarana belajar, kurangnya jumlah dan rendahnya mutu guru, serta lemahnya sistem pengelolaan sekolah. Fenomena yang terjadi di lapangan, secara kasat mata penulis melihat dan merasakan bahwa ruang kreativitas dan inovasi dalam pengelolaan sekolah yang menggunakan strategi manajemen belum terbuka di sekolah-sekolah yang sesuai dengan prinsip otonomi sekolah selama ini, karena kepala sekolah sebagai pemimpin masih belum optimal dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 sangat jelas mensyaratkan bahwa seorang kepala sekolah harus memenuhi syarat kualifikasi dan kompetensi, namun demikian kompetensi yang dimiliki oleh seorang Kepala Sekolah dalam memenej masih belum optimal, apalagi bagi seorang Kepala Sekolah di sekolah swasta yang pengangkatannya atas dasar pertimbangan dan keputusan pihak yayasan. Selain harus mengelola satuan pendidikan juga mereka harus memberikan loyalitas yang tinggi terhadap yayasan, oleh karena itu kinerjanya dalam penyelenggaraan pendidikan masih jauh dari apa yang diharapkan oleh masyarakat. Begitu juga dengan melihat kenyataan tentang keadaan sarana prasarana di lapangan, khususnya di sekolah menengah pertama se-kabupaten Bandung, yang menunjukkan bahwa 21,40 % sekolahnya dalam kondisi rusak. Demikian juga dengan melihat prosentase fasilitas sekolah dimana dari 295 sekolah SMP, baru 58,64 % sekolah yang memiliki perpustakaan, 72,20 % sekolah yang memiliki laboratorium, 11,86 % sekolah yang memiliki ruang keterampilan, 13,56 % sekolah yang memiliki ruang serba guna, 49,83 % sekolah yang memiliki ruang komputer, dan belum ada satu pun sekolah yang memiliki ruang praktek dan ruang bengkel. Tentunya kenyataan ini akan berdampak pada mutu pendidikan pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari pencapaian nilai UN siswa di sekolah-sekolah menengah tingkat pertama khususnya di kabupaten Bandung yang dirata-ratakan dari tiap Gugus dengan tabel sebagai berikut :

9 Tabel 1.1 Nilai rata-rata UN SMP Kabupaten Bandung Tahun 2012/2013 No Nama Gugus SMP Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika IPA 1. Gugus 01 7,06 6,11 5,85 6,08 2. Gugus 02 6,92 5,97 5,74 6,07 3. Gugus 03 7,04 6,09 5,74 6,06 4. Gugus 04 7,34 6,48 6,37 6,57 5. Gugus 05 7,14 6,1 5,86 6,08 6. Gugus 06 6,9 4,2 5,8 6,06 7. Gugus 07 6,76 5,95 5,72 6,05 8. Gugus 08 6,97 6,07 5,83 6,12 Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemanfaatan Sarana Pembelajaran dan Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam pembelajaran Terhadap Kinerja Mengajar Guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung. B. Identifikasi Masalah Pada setiap penelitian umumnya berangkat dari adanya suatu masalah yang memerlukan pembahasan atau pemecahannya. Menurut Nasution(1993 : 11) masalah merupakan perumusan beberapa pertanyaan yang dilemparkan untuk dipecahkan atau suatu proporsi yang memerlukan suatu penyelesaian yang dirumuskan secara jelas, singkat,termasuk konsep-konsep yang digunakan. Berdasarkan latar belakang seperti di atas, dan mengacu juga pada konsep yang dikemukakan oleh Syafru Mangkuprawira dan Aida Vitalaya yang dikutip

10 oleh Martinis Yamin dan Maisah (2010:129-130), kinerja merupakan konstruksi multi dimensi yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru tersebut adalah : 1. Faktor personal /individual : meliputi unsur pengetahuan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitment yang dimiliki setiap individu guru. 2. Faktor kepemimpinan, meliputi : aspek kualitas manajer dan team leader dalam memberikan dorongan semangat, arahan dan dukungan kerja pada guru. 3. Faktor Team, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim dan keeratan anggota tim. 4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja yang diberikan oleh pimpinan sekolah, proses organisasi sekolah dan kultur kerja dalam organisasi sekolah 5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan eksternal dan internal. Secara skematis, kinerja digambarkan sebagai berikut : Gambar 1.1 Skema faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja guru Maka, penelitian ini difokuskan pada bagaimana pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran

11 terhadap kinerja mengajar guru IPA di lingkungan SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung hubungannya dengan peningkatan kualitas pendidikan. C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini disesuaikan dengan judul penelitian yang dilakukan sehingga tidak terjadi distorsi dalam menganalisa lebih lanjut, mengingat terbatasnya ruang dan waktu serta biaya penelitian, maka dalam penelitian ini penulis lakukan pada sekolah-sekolah SMP di lingkungan Gugus 03 Kabupaten Bandung dan hanya dibatasi atau dipilih faktor pemanfaatan sarana pembelajaran, kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran dan kinerja mengajar guru IPA. Dengan pembatasan penelitian ini, sehingga lebih jelas ruang lingkup penelitiannya baik fokus maupun lokus dan diharapkan dapat lebih mempertajam dalam hal analisis hail penelitian karena sudah ditetapkan sasaran dan tujuan serta kegunaan penelitian ini. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, perumusan masalah penelitian ini dapat difokuskan pada bagaimana pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? Perumusan masalah yang lebih rinci dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana gambaran pemanfaatan sarana pembelajaran pada di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? b. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? c. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung?

12 d. Bagaimana pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? e. Bagaimana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalalam pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? f. Bagaimana pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memperoleh gambaran empiris mengenai hal-hal sebagai berikut : a. Mengetahui gambaran pemanfaatan sarana pembelajaran di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? b. Mengatahui gambaran kepemimpinan kepala sekolah dalam pengajaran di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? c. Mengetahui gambaran kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? d. Menganalisis seberapa besar pengaruh pemanfataan sarana pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung e. Menganalisis sebarapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dalam pengajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung?

13 f. Menganalisis seberapa besar pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA di SMP se-gugus 03 Kabupaten Bandung? E. Manfaat Penelitian Bila tujuan penelitian diatas dapat dicapai, setidaknya penelitian ini akan memberikan manfaat praktis dan teoritik. 1. Secara praktis bagi kepala sekolah, hasil Secara praktis bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini berguna sebagai bahan informasi untuk dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru, dimana hasil penelitiannya diharapkan dapat berguna, baik secara segi teoritis maupun segi praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang bagaimana kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran. Sedangkan bagi para pengambil keputusan, merupakan bahan masukan dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan peningkatan kinerja mengajar guru yang berakar dari pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran. 2. Kegunaan teoretis dari hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi ilmu administrasi pendidikan. Temuan-temuan ini dapat dijadikan bahan pengembangan teoretik, atau dijadikan bahan kajian untuk mengkaji berbagai teori yang selama ini telah terakumulasi, sehingga dapat melahirkan kembali temuan ilmiah yang lebih produktif. F. Asumsi Dasar Asumsi yang mendasari penelitian tentang pengaruh pemanfaatan sarana pembelajaran dan kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran terhadap kinerja mengajar guru IPA ini adalah bahwa : - Peningkatan mutu pembelajaran di sekolah dapat diwujudkan apabila kinerja mengajar guru-gurunya baik.

14 - Kinerja mengajar guru akan bagus bila didukung oleh pemanfaatan sarana pembelajaran yang optimal dan didukung pula oleh kepemimpinan kepala sekolah dalam pembelajaran yang mendukung dan memfasilitasi guru dalam proses belajar mengajar. G. Struktur Organisasi Tesis Penulisan tesis ini disusun dengan sistematika bab per bab yang dirinci dalam sub bab, sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, pada bab ini peneliti menjelaskan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tesis. BAB II Kajian Pustaka, pada bab ini peneliti menjelaskan landasan teoritis dan kerangka pemikiran sebagai kerangka dasar yang terkait dengan masalah-masalah penelitian. BAB III Metode Penelitian, pada bab ini diuraikan tentang metodologi penelitian yang terdiri dari dimensi penelitian, informan, serta teknis pengolahan informasi yang disampaikan informan. BAB IV Hasil Penelitian, bab ini menguraikan tentang analisis hasil penelitian, pembahasan dan upaya penanggulangan masalah dalam penelitian. BAB V Kesimpulan dan rekomendasi, pada bab ini penulis menyajikan kesimpulan hasil penelitian dan memberikan rekomendasi yang dianjurkan.