SIH Standar Industri Hijau

dokumen-dokumen yang mirip
SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau

SIH Standar Industri Hijau

STANDAR INDUSTRI HIJAU

LEMBAR PERTAMA UNTUK PERUSAHAAN

STANDAR INDUSTRI HIJAU

PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Produksi Karet Indonesia Berdasarkan Kepemilikan Lahan pada Tahun Produksi (Ton)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU DI INDONESIA

BAB III. METODE PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Pengawasan. Mutu. SIR

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Konferensi pers persiapan penyelenggaraan Tropical Landscape Summit Jakarta, 31 Maret 2015

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 53/M-DAG/PER/10/2009 TENTANG

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

BAB II PROSES BISNIS PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Monopoli dan Persaingan Usaha yang Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indo

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

Kriteria Proper terdiri dari dua bagian yaitu: a. kriteria penilaian ketaatan; dan b. kriteria penilaian lebih dari ketaatan (beyond compliance).

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pertanian yang dapat dikembangkan. Kinerja ekspor

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN DALAM PANGAN

PEDOMAN PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. bergerak. Beberapa keputusan bersifat strategis, bilamana keputusan tersebut

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Latar Belakang

APLIKASI PELAPORAN KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH B3 ONLINE (SIRAJA LIMBAH) (

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

2018, No profesi dan penyusunan okupasi atau jabatan nasional yang ditetapkan oleh Instansi Teknis; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaima

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditi pertanian

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

STRATEGI TEKNOLOGI PRODUKSI BERSIH MELALUI TATA KELOLA YANG APIK (GHK)

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU. Disampaikan pada : Workshop Efisiensi Energi di IKM Jakarta, 27 Maret 2012

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

STUDI IMPLEMENTASI PENERAPAN INDUSTRI HIJAU PADA GALANGAN KAPAL BAJA. Oleh: Gangsar Anugrah Tirta P

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

ASPEK PENILAIAN NILAI

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PENUNJUK UNDANG-UNDANG PERINDUSTRIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

LAMPIRAN 1 TABEL PENGAMATAN SWA PANTAU IPAL (diisi oleh operator IPAL) Hari dan tanggal. COD (mg/l)

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMANFAATAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 05 /PRT/M/2015 TENTANG

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

Magrobis Journal 18 ANALISIS USAHA PENGOLAHAN LATEKS KARET PADA PT. BUDIDUTA AGROMAKMUR KECAMATAN LOA KULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

Sistem manajemen lingkungan Panduan umum tentang prinsip, sistem dan teknik pendukung

Pendekatan Pengelolaan Lingkungan. Investigasi Kerusakan Lingkungan. PengelolaanLingkunganHidup:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR. Presiden Republik Indonesia,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 26 TAHUN 2008

pennasalahan-permasalahan yang diteliti.

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2. Rencana K3 yang disusun oleh perusahaan paling sedikit memuat : a. Tujuan dan Sasaran

Transkripsi:

SIH Standar Industri Hijau INDUSTRI PENGASAPAN KARET (RIBBED SMOKED SHEET RUBBER)

Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 2 1 Ruang Lingkup... 3 2 Acuan... 3 3 Definisi... 3 4 Simbol dan Singkatan Istilah... 5 5 Persyaratan Teknis... 5 6 Persyaratan Manajemen... 8 7 Bibliografi... 10 8 Diagram Alir Pengolahan Karet Konvensional... 11 1 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

Prakata Standar Industri Hijau (SIH) Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) dengan maksud menunjang pengembangan industri Karet Konvensional yang berdaya saing handal dan berkelanjutan. Standar ini disusun dan dirumuskan oleh Tim Teknis SIH Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) melalui proses telaahan yang melibatkan stake holder diantaranya wakil-wakil dari pihak produsen, asosiasi, dan instansi pemerintah, dan merupakan hasil konsensus bersama. 2 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

Industri Pengasapan Karet (Ribbed Smoked Sheet Rubber) 1 Ruang Lingkup Standar ini menguraikan definisi, persyaratan kriteria, batasan, metode verifikasi, serta persyaratan manajemen bagi industri Pengasapan Karet yang memproduksi RSS (Ribbed Smoked Sheet), Thin Pale Crepe (TPC), Thin Brown Crepe (TBC). Ruang lingkup standar industri hijau bagi industri Pengasapan Karet (RSS) mencakup aspekaspek: A. Aspek Persyaratan Teknis 1. Bahanbaku 2. Bahanpenolong 3. Energi 4. Air 5. produksi 6. Produk 7. Kemasan 8. Limbah 9. Emisi CO 2 B. Aspek Persyaratan Manajemen 2 Acuan 1. Kebijakan dan Organisasi 2. Perencanaan strategis 3. Pelaksanaan dan pemantauan 4. Tinjauan Manajemen SNI ISO 9001:2008 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan atau revisinya SNI ISO 19-14001-2005 Sistem Manajemen Lingkungan Persyaratan dan Panduan Penggunaan atau revisinya SNI ISO 50001:2012 Sistem Manajemen Energi SNI 06-0001-1987 Karet Konvensional 3 Definisi 3.1 Industri Hijau adalah industri yang dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektifitas pemakaian sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. 3 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

3.2 Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. 3.3 Standar Industri Hijau adalah standar untuk mewujudkan Industri Hijau yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian. 3.4 Perusahaan industri adalah setiap orang yang melakukan kegiatan di bidang usaha industri yang berkedudukan di Indonesia. 3.5 Bahan baku adalah bahan mentah, barang setengah jadi, atau barang jadi yang dapat diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang mempunyai nilaiekonomi yang lebih tinggi. Bahan baku di dalam standar ini adalah lateks segar. 3.6 Bahan penolong (auxiliaries) adalah bahan kimia yang berfungsi membantu dalam proses produksi karet olahan. 3.7 SDS (Safety Data Sheet) adalah lembar keselamatan yang berisi informasi mengenai sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya dan merupakan protokol keselamatan dan keamanan kerja, digunakan secara luas di dalam laboratorium, industri, serta pihak-pihak yang bekerja dengan bahan kimia. 3.8 OEE (Overall Equipment Effectiveness) adalah metode pengukuran terhadap kinerja yang berhubungan dengan ketersediaan (availability) proses, produktivitas dan kualitas yang berfungsi untuk mengetahui efektifitas penggunaan mesin, peralatan, waktu serta material dalam sebuah sistem operasi di industri. 3.9 Reduce (pengurangan) adalah upaya untuk menurunkan atau mengurangi timbulanlimbah pada sumbernya. 3.10 Reuse (penggunaan kembali) adalah upaya yang memungkinkan suatu limbah dapat digunakan kembali tanpa perlakuan fisika, kimia atau biologi. 3.11 Recycle (daur ulang) adalah upaya mendaur ulang limbah untuk memanfaatkan limbah dengan memprosesnya kembali ke proses semula melalui perlakuan fisika, kimia dan biologi. 3.12 Recovery (ambil ulang) adalah upaya mengambil bahan-bahan yang masihmempunyai nilai ekonomi tinggi dari suatu limbah, kemudian dikembalikan kedalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan fisika, kimia dan biologi. 3.13 Zat berbahaya adalah bahan kimia baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat racun, karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif dan iritasi. 3.14 Verifikasi adalah konfirmasi, melalui penyediaan bukti objektif, bahwa persyaratan yang ditentukan telah dipenuhi. 4 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

4 Simbol dan Singkatan Istilah BML CoA GRK IPAL IPLC kwh KPI SDS MJ OEE RSS : Baku Mutu Lingkungan : Certificate of Analysis : Gas Rumah Kaca : Instalasi Pengolahan Air Limbah : Izin Pembuangan Limbah Cair : kilowatt hour : Key Performance Indicator : Safety Data Sheets : Mega Joule : Overall Equipment Effectiveness : Ribbed Smoked Sheet 5 Persyaratan Teknis 1. Bahan Baku 1.1. Sumber bahan baku 1.1.1. Internal Menjalankan Praktek Terbaik (Best Practice) Pengelolaan bahan baku Periksa ketersediaan SOP/Acuan Pengelolaan bahan baku. 1.1.2. Eksternal 1.2. Spesifikasi bahan baku 1.3. Penanganan bahan baku 1.4. Perbandingan produk RSS terhadap pemakaian bahan baku (lateks segar) Mengidentifikasi cara penanganan pemasok terhadap bahan baku yang dipasok Menerapkan persyaratan teknis bahan baku untuk efisiensi material, dan kualitas produk Penanganan bahan baku dilakukan sesuai prosedur Minimum 24% Periksa catatan/record kualitas penanganan bahan baku dari pemasok Periksa persyaratan teknis yang digunakan dan implementasinya Periksa kesesuaian prosedur dan penerapannya di proses penyimpanan, pengangkutan dan pemakaian Periksa kebenaran perhitungan perbandingan produk RSS terhadap pemakaian bahan baku. 5 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

2. Bahan penolong 2.1. Kualitas Bahan Penolong 2.1.1. Kualitas Plastik kemasan produk Kualitas yang digunakan sesuai spesifikasi yang ditetapkan dalam prosedur mutu dan ketentuan yang diatur oleh standar yang berlaku Periksa persyaratan teknis yang digunakan dan prosedur yang mengatur 2.1.2. Kualitas Pallet/ packing untuk produk jadi 2.2. Pemakaian Bahan Tambahan Kualitas yang digunakan sesuai spesifikasi yang ditetapkan dalam prosedur mutu dan ketentuan yang diatur oleh standar yang berlaku Pemakaian bahan tambahan lainnya sesuai prosedur/ formula yang telah ditetapkan Periksa persyaratan teknis yang digunakan dan prosedur yang mengatur Periksa logbook pemakaian/laporan pemakaian bahan, 3. Energi 3.1 Sumber energi 3.2. Konsumsi energi 4. Air 4.1. Konsumsi Air 4.1.1. Sumber Air dan Izin pengunaan 4.1.2. Total Konsumsi Air Sumber energi yang digunakan terdata dengan baik a. Konsumsi energi listrik spesifik maksimum 25 kwh/ton produk b. Konsumsi energi panas spesifik 1000 Megajoule/ton produk Sumber air yang digunakan terdokumentasi dengan baik, dan penggunaanya sesuai dengan izin yang dimiliki Total konsumsi air untuk proses maksimum 25 m 3 /ton produk Periksa neraca energi, sumber energi dan bukti pendukungnya. Periksa neraca penggunaan energi, hasil perhitungan konsumsi energi, dan bukti pendukungnya sesuai dengan lampiran dokumen ini Periksa neraca penggunaan air, kapasitas dan izin yang dimiliki. Periksa kesesuaian hasil perhitungan pemakaian dan bukti pendukungnya sesuai dengan lampiran dokumen ini 6 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

5. Produksi 5.1. Kinerja Peralatan Produksi Kinerja peralatan produksi yang dinyatakan dalam OEE, minimum 85% Periksa hasil perhitungan kinerja peralatan dan laporan operasional yang disediakan oleh perusahaan sesuai dengan lampiran dokumen ini. 5.2. Tingkat kegagalan produksi Tingkat kegagalan produksi (reject rate) per tahun maksimum 0,5% Periksa laporan reject rate yang disediakan oleh perusahaan, lakukan observasi lapangan dan wawancara sesuai dengan lampiran dokumen ini 6 Produk Mutu Produk Mutu produk memenuhi standar SNI 06-0001-1987 atau revisinya Periksa mutu produk berdasarkan laporan hasil analisa dan bandingkan dengan standar yang diacu 7 Kemasan Mutu Kemasan Produk 8 Limbah 8.1. Pengelolaan Limbah 8.1.1 Pengelolaan limbah cair 8.1.2. Pengelolaan Limbah Gas Mutu kemasan produk memenuhi standar SNI 06-0001-1987atau revisinya Memiliki instalasi pengolahan air limbah dan memiliki IPLC a. Melakukan upaya pengendalian pencemaran udara, bau, dan pencemar lain yang tertuang dalam dokumen lingkungan hidup b. Memantau kualitas udara ambient dan emisi gas buang sebagaimana tertuang dalam dokumen lingkungan hidup, serta memastikan parameter yang dipantau memenuhi baku mutu Periksa mutu kemasan produk berdasarkan laporan pemakaian bahan kemasan dan spesifikasinya serta bandingkan dengan standar yang diacu Periksa keberadaan IPAL dan kondisinya (berfungsi/tidak), serta bukti kepemilikan IPLC Periksa implementasi program dan data hasil pemantauan lingkungan bandingkan dengan baku mutu tingkat kebauan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 7 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

8.1.3. Pengelolaan Limbah Padat 8.2. Buangan Limbah Mengacu pada rencana pengelolaan limbah padat yang tertuang dalam dokumen lingkungan yang telah disetujui Limbah cair yang dibuang memenuhi baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri karet. Periksa cara pengelolaan limbah padat dan ketentuan yang tertuang dalam dokumen lingkungan. Periksa mutu limbah sesuai hasil uji laboratorium terakreditasi dan dibandingkan dengan BML sesuai dengan peraturan yang berlaku. 9 Emisi GRK Tingkat Emisi CO 2 Tingkat emisi CO 2 maksimum 18,13 KgCO 2 /ton produk Periksa hasil perhitungan emisi CO 2, dan/atau laporan pengukuran atau pemantauan emisi GRK sesuai dengan lampiran dokumen ini. 6 Persyaratan Manajemen 1. Kebijakan dan Organisasi 1.1. Kebijakan Industri Hijau Perusahaan wajib memiliki kebijakan tertulis Penerapan Industri Hijau Periksa dokumen kebijakan penerapan industri hijau yang ditandatangani oleh pimpinan puncak 1.2. Organisasi Industri Hijau a. Keberadaan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri hijau di perusahaan Periksa dokumen penetapan organisasi dan tim pelaksana penerapan industri hijau yang ditandatangani oleh pimpinan puncak b. Program pelatihan/ peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) tentang industri hijau Periksa sertifikat/bukti pelatihan/peningkatan kapasitas SDM tentang industri hijau 8 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

1.3. Sosialisasi Kebijakan dan Organisasi Industri Hijau Terdapat kegiatan sosialisasi kebijakan dan organisasi industri hijau di perusahaan Periksa bukti kehadiran atau dokumentasi atau copy media sosialisasi tentang kebijakan dan organisasi industri hijau di perusahaan 2. Perencanaan Strategis 2.1. Tujuan dan Sarasan Industri Hijau Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Hijau Periksa dokumen tujuan dan sasaran penerapan Industri Hijau di perusahaan 2.2. Perencanaan Strategis dan Program Perusahaan memiliki Rencana strategis (Renstra) dan program untuk mencapai tujuan dan sasaran dari kebijakan penerapan Industri Hijau Periksa dokumen Renstra dan Program yang mencakup : - Efisiensi penggunaan bahan baku, - Efisiensi penggunaan energi; - Efisiensi penggunaan air; - Konservasi energi; - Konservasi air; - Pengurangan emisi GRK; - Pengurangan limbah (B3 dan Non B3) - Jadwal pelaksanaan, Penanggung jawab, dan alokasi dana Dokumen Renstra dan Program ditandatangani oleh pimpinan puncak 3. Pelaksanaan dan pemantauan 3.1. Pelaksanaan Program Program dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan dilaporkan secara berkala kepada manajemen serta mendapatkan persetujuan dari manajemen puncak Periksa bukti pelaksanaan program: - Dokumentasi pelaksanaan program Efisiensi penggunaan bahan baku, Efisiensi penggunaan energi; 9 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

Efisiensi penggunaan air; Konservasi energi; Konservasi air; Pengurangan emisi GRK; Pengurangan limbah (B3 dan Non B3) - Dokumentasi realisasi alokasi anggaran untuk pelaksanaan program yang telah direncanakan - Bukti persetujuan pelaksanaan program dari manajemen puncak 3.2. Pemantauan Program Pemantauan program dilaksanakan secara berkala dan hasilnya dilaporkan sebagai bahan tinjauan manajemen puncak dan masukan dalam melakukan perbaikan berkelanjutan Periksa laporan hasil pemantauan program dan bukti pendukung baik yang dilakukan secara internal maupun eksternal. Laporan yang dilakukan secara internal, divalidasi oleh manajemen puncak. 7 Bibliografi UU No.3 tahun 2014 tentang Perindustrian UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi. Kementerian Lingkungan Hidup, Metodologi Penghitungan Tingkat Emisi GRK Industri, dan Pengunaan Produk Kementerian Perindustrian, Petunjuk Teknis Perhitungan Emisi GRK Sektor Industri, 2012. 10 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )

8 Diagram Alir Pengolahan Karet Konvensional Penerimaan lateks disaring Pengambilan K3 untuk mengetahui jumlah lateks pengenceran pengambilan busa Penambahan asam semut (formic Acid) konsentrasi 2% pembekuan (fermentasi) kurang lebih 2-3 jam Pemasangan sekat Pengambilan busa ke-2 Pengadukan 7 kali sebanyak 2 kali pengocoran sampai penuh pencabutan sekat penggilingan dengan ketebalan 2.5 3 mm pengasapan H1: 40-45 o C H2: 45-50 o C H3: 50-55 o C H4: 55-60 o C Pengiriman VEEM Truk: alas, tutup, terpal, bak kering pengepakan, marking, 113 kg/ball pemulangan lembaran sheet kering. sortasi RSS 1,3, 4 dan cutting A 11 S I H I n d u s t r i P e n g a s a p a n K a r e t ( R S S )