BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. ini akan dicapai apabila semua terlibat secara aktif baik fisik, mental, maupun

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia Indonesia, yaitu manusia yang mampu berfikir tinggi dan kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi peserta didik di masa yang akan datang. Dalam Undang-undang. tentang pengertian pendidikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. mampu memecahkan masalah di sekitar lingkungannya. menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. belajar dan kegiatan belajar agar siswa aktif mengembangkan potensi dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi (Sapriya 2011:11).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan prestasi manusia melalui pembelajaran disekolah. yang bermanfaat untuk menjalankan kehidupan yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Berdasarkan pendapat diatas, menegaskan bahwa pendidikan sangat penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan guru dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB I PENDAHULUAN. suatu Sistem Pendidikan Nasional. Dan sebagai pedoman yuridisnya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) akhir-akhir ini telah menjadi trend untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemajuan, pendidikan di madrasah-madrasah juga telah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU No.20 Tahun 2003 Pasal 1). Sekolah adalah sarana atau lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran dan pelatihan untuk membantu siswa mengembangkan potensinya baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Sekolah merupakan faktor penentu perkembangan kepribadian siswa baik dalam cara berpikir, bersikap, maupun cara berperilaku terutama sekolah dasar, karena pembentukan awal terjadi ditingkat dasar, ditingkat menengah itu hanya melanjutkan pembentukan. Oleh karena itu sebagai sarana yang pertama kali didahului siswa dalam jenjang pendidikan maka dari itu sekolah terutama sekolah dasar memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam menciptakan generasi penerus bangsa. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan 1

2 Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. IPS merupakan konsep pembelajaran sosial dan mempunyai hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupana manusia. Pembelajaran IPS sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan teknologi, karena IPS sebagai program pendidikan yang didapat dari berbagai sumber dan pengalaman hidup sebagai makhluk sosial yang mempunyai kecenderungan kuat untuk hidup bersama dalam kelompok dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sapriya (2008: 9) IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikian. Kenyataan yang terjadi, mata pelajaran IPS tidak begitu diminati dan kurang disukai siswa. Bahkan siswa beranggapan mata pelajaran IPS sulit untuk dipelajari. Akibatnya rata-rata kerjasama dan hasil belajar siswa cenderung lebih rendah dibanding mata pelajaran lainnya. Pengamatan yang dilakukan pada kegiatan observasi yang dilakukan di SD Negeri Cintaasih Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung pada pelaksanaan pembelajaran IPS di kelas V SDN Cintaasih ditemukan beberapa kekurangan diantaranya, pembelajaran berpusat pada guru (teaching oriented), model pembelajaran yang digunakan tidak relevan dengan materi ajar, pembelajaran kurang melibatkan siswa secara aktif, pemanfaatan media dalam pembelajaran masih kurang.

3 Beberapa penyebab itulah yang mengakibatkan pembelajaran tidak e- fektif dan pembelajaran tidak menyenangkan. Sikap-sikap yang kurang muncul dan hasil belajar yang rendah membuat siswanya yang akan menjadi rugi kelaknya. Menurut Clistrap dalam Roestiyah (2008: 15) menyatakan bahwa Kerjasama merupakan suatu kegiatan dalam berkelompok untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas secara bersama-sama, dalam kerjasama ini biasanya terjadi interaksi antar anggota kelompok dan mempunyai tujuan yang sama untuk dapat dicapai bersama-sama. Sedangkan Nasution (2000: 146) Kerjasama adalah salah satu dari asas pengajaran, lawan dari kerjasama adalah persaingan. Kurangnya kerjasama siswa antar siswa, siswa dengan guru, dan siswa dalam kelompok pada saat proses pembelajaran. Terutama dalam berdiskusi pada pembelajaran IPS kondisi ini menimbulkan diskusi berjalan kurang efektif. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti dikelas V SDN Cintaasih 01 melalui observasi terhadap siswa dan guru pada saat diskusi berlangsung a- da beberapa indikasi kurangnya kerjasama antar siswa, di antaranya 1) ada beberapa siswa tidak mampu menerima pendapat teman sekelompoknya dalam memecahkan masalah. 2) pada saat proses pembelajaran berlangsung terutama saat diskusi sedang berjalan tidak semua siswa yang bergabung dalam kelompok ikut serta menyelesaikan tugas yang diberikan guru. 3) saat diskusi sedang berlangsung, siswa yang dianggap pandai harus bekerja ekstra melebihi siswa yang lainnya dalam suatu kelompoknya.

4 Berdasarkan lima kelompok, ada empat kelompok yang kurang dapat bekerjasama dengan kelompoknya. Kondisi di atas menggambarkan proses diskusi masih terbatas. Hal ini tentunya menjadi penghambat dalam suatu pembelajaran, maka perlu adanya sistem pembelajaran yang baik di dalam kelas untuk meningkatkan kerjasama. Menurut Hamalik (2006: 30) Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar mengalami perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam proses belajar mengajar, keberhasilan guru dalam pengajaran ditentukan oleh prestasi atau hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar yang baik diperoleh melaui proses pembelajaran yang dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang di dalamnya terdapat halhal yang tidak dapat dipisahkan yang kaitannya dengan hasil belajar. Hasil belajar diperoleh melaui penilaian. Penilaian sendiri adalah kegiatan mengambil suatu keputusan terhadap suatu objek dengan ukuran yang ditetapkan. Penilaian hasil belajar dapat menggunakan tes maupun non tes. Rendahnya hasil belajar IPS siswa dibanding mata pelajaran lain karena hingga kini proses pembelajaran masih menggunakan paradigma absolutisme yaitu proses dimulai dari merancang kegiatan pembelajaran, mengajar, belajar, dan melakukan evaluasi yang mengalir secara linier. Guru lebih banyak berfungsi sebagai instruktur yang sangat aktif dan siswa sebagai penerima pengetahuan yang pasif. Siswa yang belajar tinggal datang ke sekolah duduk mendengarkan, mencatat, dan mengulang kembali di rumah serta menghafal untuk

5 menghadapi ulangan. Pembelajaran seperti ini membuat siswa pasif karena siswa berada pada rutinitas yang membosankan sehingga pembelajaran kurang menarik. Pada umumnya pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan, hukum, kemudian biasa dihafalkan bukan berlatih berpikir memecahkan masalah dan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Berdasarkan hasil observasi, data di SDN Cintaasih 1 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung pada umumnya siswa sekolah dasar berada pada jenjang usia enam sampai tiga belas tahun, dan siswa kelas 5 umumnya berada pada 10 atau 11 tahun, pada jenjang seperti ini anak pada umumnya masih sulit untuk diajak mengingat dan mengenal hal-hal yang sifatnya sejarah atau terjadi pada masa lalu, baik itu dalam pembelajaran di sekolah maupun dalam kesehariannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di SDN Cintaasih 1 Untuk meningkatkan kerjasama dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada materi IPS sangat dibutuhkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam kegiatan pembelajaran. Namun kondisi nyata di SDN Cintaasih kerjasama dan hasil belajar siswa sangat rendah. Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuh-

6 nya untuk merumuskan suatu konsep. Untuk itu sudah menjadi tugas guru dalam mengelola proses belajar mengajar adalah memilih model pembelajaran yang sesuai, agar pembelajaran lebih menarik dan bermakna. Hal ini disebabkan adanya tuntutan pada dunia pendidikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi hanya sekedar menstransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Guru harus mengubah paradigma tersebut dengan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Terkait dengan belum meningkatnya kerjasama dan hasil belajar siswa, Maka dari itu untuk mengatasi permasalahan di atas, peneliti harus merancang sebuah pembelajaran yang mengaktifkan siswa, memberikan pengalaman belajar secara langsung. Setelah mengkaji beberapa alternatif pemecahan masalah, peneliti memilih untuk menerapkan model role playing. Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk terjun langsung atau ikut merasakan menjadi tokoh tersebut, anak dianggap akan lebih cepat memahami ketika ia mengalaminya sendiri. Siswa akan mempraktekan langsung kebudayaan yang ada di Indonesia. Melalui role playing siswa mencoba mengeksplorasi hubungan, perasaan, sikap, nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusiknan. Role playing merupakan model pembelajaran yang menyenangkan karena role playing melibatkan unsur bermain dan memberi keleluasaan siswa untuk bergerak aktif. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik SD yang menurut Sumantri dan Syaodih (2009: 63) Bahwa karakteristik yang menonjol dari anak SD adalah senang bermain, ber-

7 gerak, bekerja dalam kelompok dan merasakan atau melakukan/memeragakan sesuatu secara langsung. Berdasarkan fakta di SDN Cintaasih 01 didapatkan data bahwa jumlah siswa kelas V yaitu 30 siswa, terdiri dari 14 orang siswa perempuan dan 16 o- rang siswa laki-laki. Hasil pembelajaran IPS siswa kelas V SDN Cintaasih 01 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung pada pokok bahasan keanekaragaman budaya di Indonesia menunjukan hasil yang kurang memuaskan, dari 30 siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran hanya 5 orang siswa yang mendapat nilai di atas KKM, 8 orang siswa yang mencapai nilai KKM, dan 17 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM dengan rata-rata 60. Sedangkan KKM yang diharapkan di kelas V SDN Cintaasih 01 untuk pelajaran IPS adalah 75. Hal ini terjadi karena pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna bagi siswa sehingga siswa mudah lupa materi yang telah disampaikan oleh guru. Hal yang harus dilakukan salah satunya dengan menggunakan model yang cocok dengan karakteristik siswa, materi ajar khususnya pada pelajaran IPS pokok bahasan keanekaragaman budaya di Indonesia. Permasalahan seperti ini akan terus terjadi jika tidak segera diatasi. Menurut peneliti, keadaan ini dapat diatasi dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang dapat menciptakan suasana menyenangkan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat menghilangkan rasa jenuh dan bosan ketika pembelajaran berlangsung, selain itu juga penggunaan model pembelajaran yang sesuai akan membantu mengaktifkan siswa sehingga siswa berani mengung-

8 kapkan pendapatnya. Maka peneliti ingin menerapkan model role playing dengan tujuan melibatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka peneliti mengadakan penelitian yang berjudul Meningkatkan Kerjasama dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keanekaragaman Budaya di Indonesia dengan Menggunakan Model Cooperative Learning Type Role Playing pada Pembelajaran IPS. (Penelitian Tindakan Kelas V SDN Cintaasih 1 Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung). B. Identifikasi Masalah Adapun permasalahan yang diidentifikasi berkaitan dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas adalah sebagai berikut. 1. Kegiatan pembelajaran menggunakan metode ceramah, mengakibatkan siswa kurang mengerti dan merasa jenuh. 2. Hasil pembelajaran IPS dibawah KKM 60, sedangkan KKM di SDN Cintaasih 01 pada pembelajaran IPS 75. 3. Kurangya kerjasama antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan kelompok dalam pembelajaran di kelas. C. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS pada materi Keanekaragaman Budaya di Indonesia dengan menggunakan model role playing pada siswa

9 kelas V SDN Cintaasih 01 untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar? 2. Apakah model role playing dapat meningkatkan pemahaman konsep keanekaragaman budaya di Indonesia dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Cintaasih 01? 3. Apakah sikap kerjasama pada siswa dapat meningkat dengan menggunakan model role playing dalam pembelajaran IPS pada kelas V SDN Cintaasih 01? 4. Apakah model role laying pada pembelajaran IPS kelas V SDN Cintaasih 01 dengan materi keanekaragaman budaya di Indonesia meningkatkan hasil belajar siswa? D. Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, agar permasalahan yang dikaji terarah, maka penulis berusaha membatasi masalahmasalah tersebut sebagai berikut. 1. Pemahaman konsep belajar IPS pokok bahasan Keanekaragaman Budaya di Indonesia yang pembelajarannya menggunakan metode role playing. 2. Pembelajaran role playing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung.

10 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran IPS materi Keanekaragaman Budaya di Indonesia dengan menggunakan model role playing pada siswa kelas V SDN Cintaasih 01. 2. Untuk mengetahui penerapan metode bermain peran pada pembelajaran IPS tentang Keanekaragaman Budaya di Indonesia pada siswa SDN Cintaasih 1. 3. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa tentang Keanekaragaman Budaya di Indonesia pada pembelajaran IPS siswa SDN Cintaasih 1. 4. Untuk mengetahui kerja sama dan hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan model role playing dalam pembelajaran IPS materi Keanekaragaman Budaya di Indonesia pada kelas V SDN Cintaasih 1. 5. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dapat meningkat dengan menggunakan model role playing dalam pembelajaran IPS materi Keanekaragaman Budaya di Indonesia pada kelas V SDN Cintaasih 1. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dan diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis.

11 1. Manfaat Teoritis a. Memperkaya keilmuan penulis terutama dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas V SDN Cintaasih 1 dan dapat dijadikan bahan referensi bagi peneliti selanjutnya. b. Memberi sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam penerapan model pembelajaran bermain peran (role playing) bagi siswa sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan bermakna serta mempermudah siswa dalam memahami materi yang diberikan. 2) Memberikan suasana belajar untuk lebih aktif dan kreatif. b. Bagi Guru 1) Memberikan informasi serta gambaran tentang penerapan model role playing dalam proses pembelajaran. 2) Meningkatkan profesionalisme guru sehingga pembelajaran yang di laksanakan lebih bermakna bagi guru. c. Bagi sekolah 1) Dapat menciptakan paduan model pembelajaran role playing sebagai bahan pertimbangan demi kemajuan proses pembelajaran dengan meningkatkan kualitas dan mutu sekolah.

12 2) Memberikan sumbangan yang berati pada sekolah dalam rangka peningkatan keterampilan dan memberikan solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 3) Dapat memotivasi guru-guru agar dalam pembelajaran lebih kreatif. d. Bagi peneliti 1) Dapat memberikan gambaran dan pemahaman yang lebih jelas dalam proses pembelajaran IPS agar sikap kritis siswa tubuh dan berkembang. 2) Menambah wawasan dalam kenyataan dunia pendidikan di lapangan. 3) Memiliki acuan dari rencana pelaksanaa pembelajaran yang digunakan. G. Definisi Operasional Dalam mengantisipasi kesalahan makna pada tiap istilah dalam penelitian ini, maka perlu didefinisikan secara operasional istilah-istilah tersebut, diantaranya: 1. Hasil Belajar Menurut buku Pembelajaran Terpadu (2006:98) Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan Apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan siswa. Hasil belajar ini menreflekasikan keluasan, kedalaman dan komplekasitas (secara bergradasi) dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan

13 antara kompetensi dan hasil belajar terletak pada batasan dan patokanpatokan kinerja siswa yang dapat diukur. 2. Kerjasama Menurut Pamudji kerja sama adalah pekerjaan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan melakukan interaksi antar individu yang melakukan kerjasama sehingga tercapai tujuan yang dinamis, ada tiga unsur yang terkandung dalam kerjasama yaitu orang yang melakukan kerjasama, adanya interaksi, serta adanya tujuan yang sama. 3. Model Bermain Peran (Role Playing) Model role playing adalah model pembelajaran dengan suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Dengan terlibat langsung atau merasakan langsung apa yang terjadi pada masa lalu diharapkan siswa dapat memahami secara baik apa yang terjadi. Data yang akan diambil dari kegiatan role playing adalah proses pelaksanaannya, maka data yang diambil menggunakan lembar. 4. Pembelajaran IPS Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial, disingkat IPS, merupakan nama mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program studi di perguruan tinggi yang identik dengan istilah Social Studies da-

14 lam kurikulum persekolahan di Negara lain, khususnya di Negara-negara Barat seperti Australia dan Amerika Serikat. Nama IPS yang lebih dikenal social studies di Negara lain itu merupakan istilah hasil kesepakatan para ahli atau pakar kita di Indonesia dalam Seminar Nasional tentang Civic Education tahun 1972 di Tawangmangu, Solo. IPS sebagai mata pelajaran di persekolahan, pertama kali digunakan dalam Kurikulum 1975.