ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL

dokumen-dokumen yang mirip
IV. METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ABSTRAK...

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI ALOKATIF PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBIKAYU

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV. METODE PENELITIAN

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS USAHATANI UBI KAYU (Manihot esculenta) ABSTRAK

ANALISIS USAHATANI KOPI DI DESA PIRIAN TAPIKO KECAMATAN TUTAR KAB.POLEWALI MANDAR. Rahmaniah HM.,SP, M.Si

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DENGAN POLA INTENSIF DAN NON INTENSIF DI DESA BUKIT HARAPAN KECAMATAN MERSAM

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

KERAGAAN PRODUKTIFITAS BEBERAPA KLON UNGGUL KARET RAKYAT DI PROPINSI BENGKULU. Some variability Productivity Superior Rubber Clone People in Bengkulu

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA AGROEKOSISTEM LAHAN TADAH HUJAN

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI KARET (Hevea brasilineensis) KLON UNGGUL DAN KLON LOKAL DI KECAMATAN BIREM BAYEUN KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI SAWI

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Abdul Kholik Hidayah 1 dan Bill Deng 2 1 ) Fakultas Pertanian Untag 1945 Samarinda 2 ) Dinas Pertanian Kabupaten Kutai Barat ABSTRACT

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

Analisis Usahatani Kakao Pola Swadaya Di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

Volume 9 No. 1 April 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS KELAYAKAN USAHA GULA AREN STUDI KASUS: DESA MANCANG, KEC. SELESAI, KAB. LANGKAT ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

KARYA ILMIAH BUDIDAYA KARET

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KEPITING (Scilla serrata) ABSTRAK

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

ANALISIS EFISIENSI DAN PENDAPATAN USAHA PEMBIBITAN KARET PADA PTPN III KEBUN RAMBUTAN TEBING TINGGI, SUMATERA UTARA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. METODE PENELITIAN. Usaha perkebunan rakyat adalah usaha tanaman perkebunan yang

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lahan HKm Desa Margosari Kecamatan Pagelaran

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

BAB III METODE PENELITIAN. bahwa Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki

ANALISIS PENDAPATAN PETANI KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

OPTIMALISASI USAHA PENGGEMUKAN SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KOPI

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

Transkripsi:

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TANAMAN KARET KLON PB 260 DENGAN PETANI TANAMAN KARET LOKAL Oleh: Yusri Muhammad Yusuf *) dan Zulkifli **) Abstrak Analisis usaha dalam kegiatan usaha diperlukan untuk kepentingan pengelolaan yang menyangkut dana dan hasil yang diperoleh. Melalui analisis usahatani dapat dilihat kelayakan usaha. Di Nagari Muaro Bodi usahatani tanaman karet lokal seluas 599 Ha, sedangkan usahatani tanaman karet PB 260 seluas 132 Ha. Petani karet lebih banyak berusahatani tanaman karet lokal karena input atau biaya sarana produksi, biaya alat serta biaya tenaga kerja lebih kecil dibandingkan dengan input atau biaya usahatani tanaman karet PB 260. Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan cara wawancara dan data sekunder diperoleh dengan metode pencatatan. Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui analisis perbedaan rata-rata pendapatan antara petani sampel tanaman karet PB 260 dengan petani sampel tanaman karet lokal yaitu Yi = (Xi. Hxi) Bt, analisis untuk mengetahui suatu usaha layak atau tidak digunakan analisis Output Input Ratio (O/I ratio), untuk menganalisis pertambahan output dari setiap pertambahan input dalam usahatani tanaman karet digunakan analisis Benefit Cost Ratio (B/C ratio). Hasil analisis rata-rata pendapatan petani tanaman karet PB 260 Rp. 34.598.672,4 dan petani karet lokal Rp. 19.632.767,6 per hektar per tahun. Output input ratio usahatani tanaman karet PB 260 sebesar 7,2 sedangkan usahatani tanaman karet lokal 9,5 benefit cost ratio 5,6. Kata kunci : Tanaman karet, klon PB 260, karet lokal PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tahun 2008 luas perkebunan karet rakyat di Kabupaten Sijunjung mencapai 37, 376 ha (Anonim, 2008). Ini merupakan potensi areal lahan perkebunan karet yang cukup besar di Kkabupaten Sijunjung, meskipun pengelolaannya masih *) Dosen STPP Medan **) Alumni STPP Medan Tahun 2010 91

dilakukan oleh rakyat yang belum sepenuhnya menerapkan teknik dan manajemen usaha yang efisien. Nagari Muaro Bodi memiliki potensi cukup besar dalam pengembangan bidang pertanian terutama sub sektor perkebunan karet yang luasnya mencapai 1036 ha. Sebagian besar perkebunan tanaman karet menggunakan bibit lokal atau sapuan seluas 599 ha yang produktivitasnya masih rendah yaitu hanya sekitar 549 kg per hektar per tahun di samping kualitas hasil olahan karet juga tergolong rendah tetapi inputnya lebih kecil atau non biaya. Petani di Nagari Muaro Bodi mengetahui tanaman karet klon PB 260 yang telah terbukti merupakan klon unggul tetapi hanya sebagian kecil yang membudidayakannya seluas 132 ha. Hal ini disebabkan tingginya input seperti biaya sarana produksi serta biaya tenaga kerja untuk pemeliharaan dan menderes. B. Rumusan Permasalahan Produksi tanaman karet PB 260 lebih tinggi dibandingkan produksi tanaman karet lokal, akan tetapi dari segi pendapatan petani tanaman karet PB 260 belum tentu lebih tinggi dari pendapatan petani tanaman karet lokal begitu juga sebaliknya karena input yang harus dikeluarkan oleh petani tanaman karet PB 260 lebih tinggi dibandingkan dengan petani tanaman karet lokal. Petani belum tahu perbedaan pendapatan usahatani karet PB 260 dan karet lokal C. Tujuan 1. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan rata-rata pendapatan antara petani tanaman karet PB 260 dengan petani tanaman karet lokal. 2. Untuk melihat O/I ratio usahatani tanaman karet klon PB 260 dan usahatani tanaman karet lokal. 3. Untuk melihat B/C ratio atau perbandingan antara pertambahan output dan pertambahan input antara tanaman karet PB 260 dengan tanaman karet lokal. D. Manfaat Sebagai bahan informasi dalam membimbing dan membina lebih lanjut petani karet dengan mengembangkan klon PB 260. 92

METODA PELAKSANAAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan pengkajian dimulai dari bulan Januari sampai dengan Juni 2010 di Nagari Muaro Bodi Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan adalah alat-alat tulis berupa kertas, pensil/pulpen, rol penggaris, kertas koran, penjepit kertas, tip ex, calculator dan kuisioner. C. Metode Analisis Adapun langkah kerja untuk menganalisis pengkajian perbedaan pendapatan petani antara lain: 1) pengumpulan data, 2) klarifikasi data, 3) mengolah data dan 4) menganalisis data. Analisis kwantitatif digunakan untuk analisis ekonomi mencakup rata-rata pendapatan petani, O/I ratio dan B/C ratio selama satu tahun pada tanaman karet PB 260 dan tanaman karet lokal yang berumur rata-rata 14 tahun a. Penerimaan adalah nilai produk yang dihasilkan dari suatu usaha secara umum semakin besar produksi yang dihasilkan akan semakin besar pula penerimaan, sebaliknya produksi yang rendah akan memberikan penerimaan yang rendah pula. Tingginya penerimaan tidak menjamin tingginya pendapatan (Teken dan Asnawi 1997). Menurut Umar (2003), jumlah penerimaan yang diterima dari suatu proses produksi dapat ditentukan dengan mengalikan jumlah hasil dengan harga jual. Besar kecil penerimaan dipengaruhi oleh antara modal, peralatan, tenaga kerja serta perbandingan antara sumber daya yang dipakai dengan produksi yang dihasilkan. b. Pendapatan Soekartawi (1995) menjelaskan bahwa pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan dengan biaya. Pada dasarnya pendapatan seseorang tergantung apada waktu dan tingkat upah perjam kerja yang diterima. Selain itu tingkat pendapatan yang diterima juga dipengaruhi oleh pendidikan dan sumber non tenaga kerja yang dikuasai seperti modal, tanah dan teknologi. Pendapatan dari usahatani adalah penerimaan dikurangi semua biaya yang 93

dibayarkan tunai dalam proses produksi. Menurut Umar (2003)pendapatan uashatani adalah selisih antara semua penerimaan dengan semua biaya, selanjutnya dikatakan dalam menentukan pendapatan usahatani ada beberapa ukuran dalam menentukannya. Hadisaputro (1973), secara sistematis dapat dirumuskan: Yi = (Xi. Hxi) Bt Dimana : Yi = pendapatan (Rp/ha) Xi = Jumlah produksi lumps bak (kg/ha/tahun) Hxi = harga jual Bt = input (Rp/ha/tahun) c. Output Input ratio (O/I ratio) Menurut Soekartawi (1995), O/I ratio merupakan perbandingan antara rata-rata output dengan rata-rata input dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: output O/I ratio = input Kriterianya apabila O/I ratio > 1 maka usahatani tersebut mendapat keuntungan sedangkan jika O/I < 1 maka uasahatani mengalami kerugian dan jika O/I ratio = 1 maka usahatani pulang modal. d. Benefit Cost ratio (B/C ratio) Menurut Soekartawi (1995), pertambahan output B/C ratio = pertambahan input Sesuai ketentuan apabila B/C ratio > 1 maka teknologi usahatani yang mau dikembangkan layak untuk diusahakan karena setiap penambahan input satu rupiah mamberi tambahan output lebih dari satu rupiah. Jika B/C ratio < dari 1 maka teknologi usahatani tersebut tidak layak untuk dikembangkan, kerena dengan penambahan input satu rupiah, penambahan output lebih kecil dari satu rupiah atau apabila B/C ratio sama dengan 1 maka teknologi tersebut sia-sia untuk dikembangkan. D. Pelaksanaan Pelaksanaan dilakukan dengan : 1. Identifikasi potensi wilayah 94

Pengambilan data untuk identifikasi wilayah menggunakan Pengkajian Perdesaan Wilayah Secara Singkat (PPWS) yang dimodifikasi dengan cara: a) mengumpulkan data sekunder yang telah tersedia di kantor BPP Muaro Bodi, Kantor Wali Nagari dan kantor camat IV Nagari sehingga didapat data potensi wilayah antara lain agroklimat wilayah, batas-batas wilayah, kependudukan, kelembagaan, tata guna lahan, jenis usaha masyarakat, fasilitas kependudukan, fasilitas sarana dan prasarana, programprogram pembangunan, teknologi trend komoditi yang diusahakan, trend harga komoditi dan sebagainya; b) wawancara semi terstruktur yang bersikap percakapan denga kepala BPP, PPL, kepala Nagari, tokoh masyarakat dan petani tanaman karet dengan menggunakan kuisioner ataupun pencatatan dan c) observasi langsung kepada petani tanaman karet lokal dan petani tanaman karet PB 260. 2. Metode pengambilan sampel Untuk mendapatkan sampel digunakan teknik juggeming sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan penilaian terhadap karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Menurut Soeharto (1989) populasi yang lebih dari 100 orang yang tingkat homogenitasnya tinggi dapat digunakan sampel sebesar 15%. Diketahui populasi petani tanaman karet PB 260 sebanyak 110 orang dan populasi petani tanaman karet lokal sebanyak 227 orang di Nagari Muaro Bodi. Jadi sampel petani tanaman karet PB 260 diambil 15% dari 110 orang sehingga jumlah sampel keseluruhan 17 orang sedangkan sampel petani tanaman karet lokal diambil 15% dari 227 sehingga jumlah sampel petani tanaman karet lokal adalah 34 orang. 3. Metode pengumpulan data Pengumpulan data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yang terkait seperti kantor camat, kantor BPP, kantor wali nagari dan literatur yang relevan. Pengumpulan data primer dengan melibatkan petani sampel tanaman karet PB 260 dan petani sampel tanaman karet lokal sehingga data yang diperoleh betul-betul akurat dari hasil penyebaran kuisioner, wawancara langsung dan observasi ke lapangan. 95

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel usahatani tanaman karet PB 260 dan usahatani tanaman karet lokal di Nagari Muaro Bodi tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tanaman Karet PB 260 dan Usahatani Tanaman Karet Lokal di Nagari Muaro Bodi Tahun 2010 No Uraian Usaha Tanaman Karet PB 260 Usaha Tanaman Karet Lokal Rata-rata Range Rata-rata Range 1 Umur (th) 45,41 35-56 46,85 35-58 2 Luas Lahan (Ha) 1,05 0,5-2 0,9 0,5-1,75 3 Pendidikan SLTP SD-DIII SD SD-SLTA 4 Jumlah Tanggungan 3,59 2-6 3,85 2-7 (org) 5 Pengalaman Bertani (tahun) 15,80 5-24 16,95 8-24 Sumber: Data diolah Tahun 2010 Pada tabel 1 dapat diketahui bahwa umur petani sampel tanaman karet PB 260 berkisar 35-56 tahun dengan rata-rata 45,41 tahun, sedangkan umur petani sampel tanaman karet lokal 38-59 tahun dengan rata-rata 46,85 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel berada pada usia produktif. Luas lahan petani sampel tanaman karet PB 260 berkisar antara 0,5-2 ha dengan ratar-rata 1,05 ha, sedangkan luas lahan petani sampel tanaman karet lokal berkisar antara 0,5-1,75 ha dengan rata-rata 0,95 ha. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki lahan yang tidak terlalu luas untuk lahan usahataninya. Tingkat pendidikan petani sampel tanaman karet berkisar antara SD DIII dengan rata-rata SLTP, sedangkan petani sampel tanaman karet lokal berkisar antara SD SLTA dengan rata-rata SD. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar petani telah lulus sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan petani sampel relatif masih rendah, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pola pikir petani dalam mengusahakan usahataninya. Menurut Mosher (1981) pendidikan dinilai sebagai sarana meningkatkan pengetahuan tentang teknologi pertanian yang baru karena pendidikan merupakan sarana 96

belajar di mana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju praktek pertanian yang modern. Jumlah tanggungan keluarga petani sampel tanaman karet PB 260 berkisar antara 2-6 orang dengan rata-rata sebesar 3,59 orang sedangkan jumlah tanggungan petani sampel tanaman karet lokal berkisar antara 2-7 orang dengan rata-rata 3,85 orang. Hal ini menunjukkan jumlah tanggungan keluarga petani sampel tidak terlalu banyak, ini akan berpengaruh terhadap pola produksi dan konsumsi petani serta mengakibatkan perbedaan produksi dan pendapatan. Pengalaman bertani petani sampel tanaman karet PB 260 berkisar antara 5-24 tahun dengan rata-rata 15,18 tahun, petani sampel tanaman karet lokal berkisar 8-24 tahun dengan rata-rata 16,29 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel telah menggeluti usahatani tanaman karet cukup lama, yang berarti bahwa petani sampel telah mahir berusahatani tanaman karet. Pengalaman berusahatani yang dimiliki oleh petani juga akan mendukung keberhasilan dalam berusahatani. B. Aspek Ekonomi Usahatani Tanaman Karet PB 260 dan Usahatani Tanaman Karet Lokal Dalam menjalankan usahataninya petani sampel tanaman karet PB 260 dan petani sampel tanaman karet lokal harus mengeluarkan sejumlah rata-rata biaya produksi (input) agar dapat diperoleh hasil dari usahatani tersebut. Rata-rata biaya variabel petani sampel tanaman karet PB 260 sebesar Rp. 3.897.311,9 (73,87%), rata-rata biaya tetap sebesar Rp. 1227,1523 (22,13%) dari rata-rata total biaya (input) produksi sebesar RP. 5.544.024,2 sedangkan rata-rata biaya variabel petani sampel tanaman karet lokal sebesar Rp. 1.696.612,4 (73,28%), rata-rata biaya tetap (fixed cost) sebesar Rp. 618.527 (26,72%) dari rata-rata total biaya (input) produksi tanaman karet lokal sebesar Rp. 2.315.139,4 (tabel 2). 97

No Tabel 2. Rata-rata Biaya Produksi (input) Perhektar Usahatani Tanaman Karet PB 260 dan Tanaman Karet Lokal pada Umur 14 Tahun di Nagari Muaro Bodi Tahun 2010 Biaya Produksi Usahatani Tanaman Karet PB 260 Usahatani Tanaman Karet Lokal 1 Biaya Variabel a. Sarana Produksi 1) Pupuk 728.255,7 0 2) Herbisida 79.775,3 0 3) Mangkok Tempurung 66.598,3 56.767,4 b. Biaya Tenaga Kerja 3.022.682,6 1.639.845 Sub Total 3.897.311,9 1.696.612,4 2. Biaya Tetap a. Biaya Penyusutan 402.846,5 230.089,1 Peralatan b. PBB 16.731,5 18.459,6 c. Bunga Modal (16%) 807.592,3 369.978,3 Sub Total 1.227.152,3 618.527 Total Biaya Produksi (Input) 5.544.024,2 2.315.139,4 Tabel 2, menunjukkan bahwa usahatani petani sampel tanaman karet PB 260 rata-rata biaya produksi (input) per hektar per tahun lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata biaya produksi (input) usahatani petani sampel tanaman karet lokal. Perbedaan ini disebabkan petani sampel tanaman karet lokal tida melakukan pemupukan dan penyiangan sehingga tidak mengeluarkan biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja pemupukan dan biaya tenaga kerja penyiangan. Petani sampel hanya membersihkan sebatas tempat jalan yang sering dilewati waktu menderes dan panen sehingga biaya yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan biaya tenaga kerja penyiangan pada tanaman karet PB 260. C. Penerimaan (Output) Usahatani Tanaman Karet Rata-rata penerimaan yang diperoleh petani sampel tanaman karet PB 260 dan petani sampel tanaman karet lokal pada umur tanaman 14 tahun dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 dapat diketahui petani sampel tanaman karet PB 260 rata-rata produksi lumpsnya sebesar 4014,27 kg/ha/th dengan range 2220 8.880 kg/ha/th, rata-rata harga Rp. 10.000,- 98

dengan range Rp. 9.000 Rp. 12.000/kg sedangkan rata-rata penerimaan (output) sebesar Rp. 40.142.696,6/ha/th dengan range Rp. 19.200.000,- Rp. 86.400.000,-/ha/th. Tabel 3. Rata-rata Penerimaan (output) Usahatani Tanaman Karet PB 260 dan Usahatani Tanaman Karet Lokal pada Umur Tanaman 14 Tahun di Nagari Muaro Bodi Tahun 2010 No Keterangan 1. Penjualan Lateks Tanaman Karet PB 260 2. Penjualan Lateks Tanaman Karet Lokal Rata-rata Produksi Lumps Bak (kg/ha/thn) Rata-rata Harga/Kg (Rp) Rata-rata Penerimaan (Rp/ha/thn) 4.014,27 10.000,- 40.142.696,6,- 2.194,79 10.000,- 21.947.907,0,-. Usahatani petani sampel tanaman karet lokal rata-rata produksi lumps bak sebesar 2.194,79 kg/ha/th dengan range 1200 4200 kg/ha/th, rata-rata harga lump bak sebesar Rp. 10.000,- dengan range Rp. 9.000,- Rp. 12.000,-/kg, sedangkan rata-rata penerimaan (output) sebesar Rp. 21.947.907,-/ha/th dengan range Rp. 10.200.000,- - Rp. 42.000.000,-/ha/th. Hal di atas menunjukkan rata-rata penerimaan (output) per hektar per umur 14 tahun petani sampel tanaman karet PB 260 lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata penerimaan (output) petani sampel tanaman karet lokal. Rata-rata produksi tanaman karet lokal lebih rendah hanya 2.194,79 kg/ha pada tanaman karet umur 14 tahun dalam bentuk lumps bak dan diperkirakan kadar karet keringnya 717,77 kg/ha/th pada tanaman karet 14 tahun (estimasi 35%). Rendahnya rata-rata produktifitas dipengaruhi oleh suatu kombinasi dari banyak faktor antara lain bibit, jenis teknologi yang digunakan, ketersediaan modal, pemeliharaan masih sederhana dan tingkat pendidikan atau pengetahuan petani. Menurut Didit dan Agus (2005), klon-klon karet unggul yang dihasilkan sampai saat ini mampu mencapai potensi produksi dengan rata-rata produksi setelah umur 10 tahun produksi rata-ratanya adalah 1.600 1.800kg/ha/th 99

D. Perbedaan Pendapatan Petani Karet PB 260 dengan Petani Tanaman Karet Lokal Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan pengeluaran (total input produksi) yang diukur dalam per hektar per tahun. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Soekartawi (1995) yang menyatakan bahwa pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dengan semua biaya. Maka besar kecilnya pendapatan petani tanaman karet tergantung pada besarnya biaya yang dikeluarkan dan besarnya penerimaan yang dipenuhi. Rata-rata pendapatan, output input ratio dan benefit cost ratio petani tanaman karet PB 260 dan tanaman karet lokal di Nagari Muaro Bodi disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Pendapatan Petani Output Input Ratio dan Benefit Cost Ratio Petani Tanaman Karet PB 260 dan Petani Tanaman Karet Lokal di Nagari Muaro Bodi Tahun 2010 No Uraian Tanaman Karet Lokal Tanaman Karet PB 260 1 Biaya (Input)/Ha/Thn 2.315.139,4 5.554.024,2 2 Hasil (Output)/Ha/Thn 21.947.917 40.142.696,6 3 Pendapatan 19.632.767,6 34.598.672,4 (Rp)/Ha/Thn 4 Output Input Ratio 9,5 7,2 5 B/C Ratio 5,6 Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-rata pendapatan petani sampel tanaman karet PB 260 lebih tinggi yaitu sebesar Rp. 34.598.672,4 dibandingkan pendapatan petani karet lokal Rp. 19.632.767,6 per hektar per tahun output input ratio tanaman karet lokal 9,5 artinya setiap kita menanam modal satu rupiah akan menghasilkan 9,5 rupiah. Output input ratio tanaman karet PB 260 7,2 artinya setiap petani menanam modal satu rupiah menghasilkan 7,2 rupiah. Benefit cost ratio antara tanaman karet lokal dan PB 260 5,6 artinya setiap penambahan modal satu rupiah tambahan hasil 5,6 rupiah. Dengan demikian tanaman karet klon PB 260 cocok menggantikan tanaman karet lokal untuk diusahakan petani. 100

KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengkajian pada usahatani tanaman karet lokal dan usahatani tanaman karet PB 260 di Nagari Muaro Bodi maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Rata-rata pendapatan petani sampel tanaman karet PB 260 sebesar Rp. 34.598.672,4,- per hektar per tahun, sedangkan rata-rata pendapatan petani sampel tanaman karet lokal sebesar Rp. 19.632.767,6,- per hektar per tahun. 2. Output input ratio (O/I ratio) tanaman karet klon PB 260 sebesar 7,2 dan output input ratio (O/I ratio) tanaman karet lokal 9,5. 3. Benefit cost ratio (B/C ratio) usahatani tanaman karet lokal dan tanaman karet PB 260 sebesar 5,6. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2008. Statistik Perkebunan Kabupaten Sijunjung. Dinas Perkebunan Kabupaten Sijunjung., 2009. Prospek dan Pengembangan Kayu Karet. Pusat Penelitian Karet. Tanjung Morawa. Didit dan Agus, 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT. Agromedia Pustaka. Solo. Mosher, A.T, 1981. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta. Soeharto, 1959. Metode Penelitian. Http://Digilib.Petra.Ac.Id/Ads- Cgi/Viewer.Pl/ Jivakpe/Pdf.Februari 20 th. 2010. Soekartawi, 1995. Ilmu Usahatani. Indonesia University Press, Jakarta. Taken I.B dan S. Asnawi, 1997. Teori Ekonomi Mikro. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Bogor. Umar, H., 2003. Study Kelayakan Bisnis Edisi 2. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 101