PRINSIP DISKUSI, DISKUSI KELOMPOK, DISKUSI KELAS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bahwa: ada pengaruh diskusi kelompok kecil (buzz group discussion)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2 Jenis-jenis Forum Ilmiah. b. Seminar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Diskusi Kelompok sebagai Bentuk Bimbingan Kelompok. yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama

TEKNIK & ETIKA DISKUSI ILMIAH.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

KETERAMPILAN GURU MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL DI SD NEGERI GAROT ACEH BESAR. Zulfanidar, Alfiati Syafrina, M. Yamin,

Journal of Science Education And Practice p-issn X Volume 1 Nomor 1 Tahun 2017 e-issn

Pengertian Komentar. Unsur-Unsur Diskusi. Materi. Manusia, sebagai pelaksana. Terdiri dari moderator, notulis, peserta dan pemakalah/penyaji

PERAN METODE DISKUSI DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER MAHASISWA PGSD FKIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI GORONTALO. Maspa Mardjun, Tuti Wantu, Meiske Puluhulawa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata kunci: bimbingan kelompok, buzz group, komunikasi interpersonal.

Meningkatkan Hasil Belajar Penjumlahan Dan Pengurangan Bilangan Bulat Melalui Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SDN Baleura

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. pembelajaran tim pendengar. Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti

Keterampilan Dasar Memimpin dan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

Penulisan Karya Ilmiah 1

P 9 PENERAPAN STRATEGI INQUIRY BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 45 PALEMBANG

Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016 ISSN :

dan menentukan jalannya pengajaran. Pembelajaran tidak lagi satu arah, tetapi

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MURID DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI IMPROVING STUDENT LEARNING OUTCOMES USING DISCUSSION

Lutfi Nur Zakyah 1, Herawati Susilo 2, Triastono Imam Prasetyo 3 Universitas Negeri Malang

Oleh: P E Teja Purnamadewi Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMANTAPAN KARIR SISWA KELAS X TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN SMKN

PENERAPAN METODE MOVING GROUPS UNTUK MENINGKATKAN AKTIFITAS BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS VIII-H SMPN 1 BOYOLANGU. Oleh : Agus Sunaryo

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Menggunakan Metode Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 1

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

Metode Diskusi Panel Pengertian Metode Diskusi Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode diskusi untuk mengatasi kegagalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Degeng (dalam Riyanto, 2010: 5), Belajar merupakan pengaitan

NASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. terkumpul kemudian diolah dengan han hasil penelitan analisis uji

BAB II KAJIAN TEORI. pandang yang berbeda. Pokok-pokok pembicaraan merupakan bagian penting

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Metode Diskusi Pada Mata Pelajaran IPA Terpadu Bagi Siswa Kelas VIII-B SMP Negeri 2 Galang

STUDENT CENTER LEARNING. OLEH : LISA TRINA ARLYM, SST., M.Keb

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

Cara Melaksanakan. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

BAB V PENUTUP. 1. Hasil belajar siswa di kelas yang menggunakan model kooperatif tipe bamboo

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA (STUDI KASUS di SMP NEGERI 4 PALU) Irsan 1 Abdul Munir 2 Munifah 3

LEMMA VOL II NO. 2, MAR 2016

TEKNIK DAN ETIKA DISKUSI ILMIAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. 1. Hasil belajar siswa yang belajar dikelas eksperimen dengan menggunakan

MATA KULIAH SEMINAR I SMT VI PRODI DKV

BAB V PEMBAHASAN. yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair And Share (tps)

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN STRATEGI QUESTION STUDENT HAVE DISERTAI PEMBERIAN MODUL PADA PERKULIAHAN KALKULUS VEKTOR

ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DI KELAS V SD

METODE THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2005 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI MEDAN ESTATE

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Gayus Simarmata FKIP Universitas HKBP Nomensen Pematangsiantar

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TUGAS PADA SISWA KELAS V SDN 5 TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI PADA SISWA KELAS V SDN 72 KOTA TIMUR KOTA GORONTALO

KHAIRUL ANWAR* DAN RIZKY CHAIRU RAMADHAN** *Ketua Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED ** Mahasiswa Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

BAB VI PENUTUP. semester 1 di MTsN 1 Model Palangka Raya di peroleh nilai rata-rata 3,12

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PGSD OLEH : ERIKA DIANTY ASNAWATI

Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Melalui Metode Diskusi Pada Bidang Studi PKn Di Kelas V SD Inpres 2 Tada

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE THINK PAIR SHARE PADA MATERI TURUNAN

Ira Budayani Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 30 Pekanbaru ABSTRAK ABSTRACT

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

ABSTRAK. Kata Kunci: guided inquiry, hasil belajar, kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN PENGGUNAAN DAN PEMELIHARAAN ALAT-ALAT UKUR DI SMK NEGERI 4 PURWOREJO

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN TINDAK LANJUT. model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan minat belajar IPS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi

SILABUS MATA KULIAH. Pokok & Sub Pokok Bahasan Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Efektif 1. Pengertian strategi. pembelajaran

Disusun Oleh: SRI NINGSIH NIM :

Furry Aprianingsih, Elsje Theodore Maasawet, Herliani Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Mulawarman Samarinda

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

EVA BETTY SIMANJUNTAK DAN JUNIKO ESRA TARIGAN Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP UNIMED

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya teknik informatika akan mempermudah aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perbedaan Hasil Belajar Siswa Antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Diskusi Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di SMA Negeri 1 Arosbaya.

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

BAB V PENUTUP. berada pada kategori cukup baik. Hal ini dapat diketahui dari kategorisasi

PENERAPAN METODE THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SD TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran sangat tergantung pada cara pendidik. Metode adalah cara yang digunakan

Transkripsi:

PRINSIP DISKUSI, DISKUSI KELOMPOK, DISKUSI KELAS MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Media Pembelajaran yang dibina oleh Bapak Drs. Triastono Imam Prasetyo, M.Pd Oleh : Kelompok 5/ Offering : B-BB Devy Widyatama Putri 130341603395 Novi Wulandari 130341614786 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI September 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu pembelajaran pasti membutuhkan metode tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilakukan. Dalam kegiatan pembelajaran pastinya tidak terlepas dari interaksi antar siswa dengan siswa maupun siswa dengan pendidik. Dalam suatu interaksi pastinya dibutuhkan suatu komunikasi yang baik dalam pembelajaran.. Banyak cara yang dilakukan dalam kegiatan meningkatkan kemampuan berkomunikasi yang efektif dan lugas bagi peserta didik salah satunya dengan berdiskusi. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pernyataan pernyataan probematis pemunculan ide ide dan pengujian ide- ide ataupun pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. (Sagala, 2013). Diskusi kelompok terdiri dari diskusi kelompok kecil dan diskusi kelas. Dalam diskusi kelompok, siswa dapat mengemukakan pendapatnya, mengemukaan pengetahuannya dan saling melengkapi satu sama lain antar siswa dalam kelompok yang bersangkutan. peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar dibantu untuk berbicara dalam kelompok kecil, menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain, dan mungkin akan menyenangkan, dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat, dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi (Sudjana, 2005). Untuk lebih mendalami materi dan prinsi diskusi kelompok maupun kelas, penulis membuat makalah ini. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pengertian diskusi? 2. Apakah tujuan diskusi? 3. Apakah jenis jenis diskusi? 4. Bagaimana tahapan diskusi kelompok kecil? 5. Bagaimana kelebihan dan kekurangan diskusi? C. Tujuan

Tujuan dari Rumusan masalah adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui pengertian diskusi? 2. Untuk mengetahui tujuan diskusi? 3. Untuk mengetahui jenis jenis diskusi? 4. Untuk mengetahui tahapan diskusi kelompok kecil? 5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diskusi? BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Diskusi Kata diskusi berasal dari bahasa latin Discutio atau discusum yang berarti bertukar pikiran. Dalam bahasa inggris digunakan kata discussion yang berarti perundingan atau pembicaraan (Sulistyo, 2012 ). Diskusi adalah percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu masalah (Subroto, 1997). Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan

pertukaran pendapat yang dijalin dengan pernyataan pernyataan probematis pemunculan ide ide dan pengujian ide- ide ataupun pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. (Sagala, 2013). B. Prinsip-Prinsip Diskusi Prinsip Diskusi Menurut Sutisna (2013) yaitu 1. harus ada pemimpin dan anggota diskusi 2. topik harus jelas dan menarik 3. peserta diskusi dapat menerima dan memberi 4. suasana diskusi tanpa tekanan C. Tujuan Diskusi yaitu: Tujuan diskusi menurut Pinheiro & Connors K, Bernstein B, (Andi, 2012) a. Membina kerjasama. b. Meningkatkan partisipasi di antara semua anggota kelompok. c. Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari peserta didik. d. Berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah. e. Mendorong refleksi kelompok. Tujuan diskusi menurut Callahan & Clark (1982: 187) dalam Andi (2013) yaitu: a. Menyediakan kesempatan bagi seluruh siswa untuk berpartisipasi dalam sebuah kelompok. b. Membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan mendengarkan dan juga berbicara. c. Membantu melatih berpikir ketika berinteraksi dengan yang lain. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari diskusi yaitu berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah, membina kerjasama dan berpartisipasi dalam sebuah kelompok, membantu melatih berpikir ketika berinteraksi dengan orang lain. D. Pengertian Diskusi Kelompok Menurut Tohirin (2007: 291) diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Moh. Uzer Usman (2008: 94) menyatakan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok

orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Menurut Dewa Ketut Sukardi (2008: 220) diskusi kelompok adalah suatu pertemuan dua orang atau lebih, yang ditunjukkan untuk saling tukar pengalaman dan pendapat, dan biasanya menghasilkan suatu keputusan bersama. Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan teknik diskusi kelompok adalah suatu bentuk kegiatan yang bercirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau pertanyaan, dimana anggota - anggota atau peserta diskusi itu secara jujur berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta mempertimbangkan pendapat-pendapat yang di kemukakan dalam diskusi. E. Jenis-jenis Diskusi Kelompok Menurut Roestiyah (1991: 8) jenis-jenis diskusi ada beberapa macam yaitu: a. Whole-group, suatu diskusi dimana anggota kelompok yang melaksanakan tidak lebih dari 15 (lima belas) orang b. Buzz-group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok yang lebih kecil jika diperlukan kelompok kecil ini diminta melaporkan apa hasil diskusi itu pada kelompok besar. c. Panel, pada panel dimana satu kelompok kecil (antara 3 sampai 6 orang) mendiskusikan suatu subyek tertentu mereka duduk dalam susunan semi lingkaran dihadapakan pada satu kelompok besar peserta lainnya. d. Symposium, teknik ini menyerupai panel, hanya sifatnya lebih formal. Dalam teknik ini peranan moderator tidaklah seaktif seperti pada panel. Moderator lebih banyak mengkordinir pembicaraan saja. Teknik symposium kadang-kadang mengalami kesulitan disebabkan oleh pertama, sukar menemukan penyanggah yang mampu mempersiapkan bahan bahasan itu secara ringkas dan komprehensif. Kedua, fungsi atau peranan moderator dalam symposium tidak sama aktifnya seperti dalam panel, sehingga jalannya symposium sering tampak kurang lancar. Ketiga, sukar sekali mengendalikan sambutan-sambutan, sehingga kerap kali memperpanjang waktu yang sudah ditentukan. Namun demikian teknik symposium memiliki keunggulan pula dalam penggunaannya. Teknik ini

membahas hal-hal yang aktual, dan memberi kesempatan pada pendengarnya untuk berpartisipasi aktif. e. Caologium, adalah cara berdiskusi yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang narasumber, yang berpendapat, menjawab pertanyaanpertanyaan, tetapi tidak dalam bentuk pidato. Dalam bentuk wawancara dengan narasumber tentang pendapatnya mengenai suatu masalah, kemudian mengundang pertanyaan-pertanyaan tambahan dari para pendengar. f. Informal-Debate, dalam diskusi ini dilaksanakan dengan membagi kelompok menjadi dua tim yang sama kuat dan jumlahnya agar seimbang. Kedua tim ini mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan dengan tidak menggunakan banyak peraturan, sehingga jalannya perdebatan lebih bebas. g. Fish Bowl, dalam diskusi ini terdiri dari seorang moderator dan satu atau tiga narasumber pendapat, mereka duduk dalam susunan semi lingkaran berderet dengan tiga kursi kosong menghadap kelompok. Kemudian moderator memberikan pengantar singkat dan diikuti dengan meminta kepada peserta dengan sukarela dari kelompok besar, untuk menduduki kursi yang kosong yang ada didepan mereka. Menurut Wina Sanjaya (2006: 157) macam-macam jenis diskusi kelompok antara lain : a. Diskusi Kelas, dusebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini pertama, guru membagi tugas sebagai pelaksanaan diskusi, siapa yang akan menjadi moderator dan penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi. b. Diskusi Kelompok Kecil, dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi kedalam submasalah yang

harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya. c. Simposium, adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya. F. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil c(buzz Group Discussion) Teknik kelompok buzz digunakan dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah yang di dalamnya mengandung bagian-bagian khusus dalam masalah itu. Kegiatan belajar biasanya dilakukan melalui diskusi dalam kelompok-kelompok kecil (sub-groups) dengan jumlah anggota masing-masing kelompok sekitar 3-4 orang. Kelompok-kelompok kecil itu melakukan kegiatan diskusi dalam waktu singkat tentang bagian-bagian khusus dari masalah yang dihadapi oleh kelompok besar. (Sudjana, 2005). Satu cara yang secara sukses digunakan dengan berkala adalah metode buzz group, yang dikembangkan pertama kali oleh J. Donald Philip sebagai Philips 66. Contohnya jika sebuah kelompok yang terdiri dari 40 orang atau lebih sedang mendiskusikan permasalahan yang kompleks, akan ada sebagian orang-orang yang berpartisipasi. Agar orang-orang dapat mengemukakan idenya dan dapat telibat dalam diskusi kelompok dapat dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 6 atau 8 anggota. Yang dihadapi adalah pertanyaan khusus yang terbatas kemudian anggota dari tiap kelompok membentuk lingkaran dan mendiskusikan permasalahan dalam waktu yang telah ditentukan biasanya 6-10 menit. Pada akhir sesi pendek ini, juru bicara yang ditunjuk oleh tiap-tiap kelompok melaporkan hasil diskusi kepada seluruh kelompok (Halbert E. Gulley, 1960: 42). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian diskusi kelompok kecil (buzz group discusion) adalah sebuah kelompok besar yang berkumpul dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil sekitar 4 sampai 6 orang, untuk mendiskusikan masalah tertentu dalam waktu yang singkat, misalnya 5

menit atau tidak lebih dari 15 menit. Sesi buzz kemudian harus ditindaklanjuti dengan diskusi kelas utuh untuk menyimpulkan hasil temuan. Seorang pemimpin yang telah ditunjuk oleh masing-masing kelompok buzz melaporkan temuannya ke kelompok besar. Lalu sebuah daftar dapat dibuat dengan menggabungkan ideide yang berguna dari setiap kelompok. G. Langkah-Langkah Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Berikut ini beberapa pendapat mengenai langkah-langkah diskusi kelompok kecil (buzz group discussion). Sudjana (2005: 123) menyatakan bahwa langkahlangkah diskusi kelompok adalah sebagai berikut: a. Pendidik, mungkin bersama peserta didik, memilih dan menentukan masalah dan bagian-bagian masalah yang akan dibahas dan perlu dipecahkan dalam kegiatan belajar. b. Pendidik menunjuk beberapa peserta didik untuk membentuk kelompok kecil. Jumlah kelompok yang akan dibentuk dan banyaknya peserta dalam setiap kelompok kecil disesuaikan dengan jumlah bagian masalah yang akan dibahas c. Pendidik membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing kelompok kecil. Satu kelompok membahas satu bagian masalah. Selanjutnya, pendidik menjelaskan tentang tugas kelompok yang harus dilakukan, waktu pembahasan (biasanya 5-15 menit), pemilihan pelapor, dan lain sebagainya. d. Kelompok-kelompok kecil berdiskusi untuk membahas bagian masalah yang telah ditentukan. Para peserta didik dalam kelompok kecil itu memperjelas bagian masalah, serta memberikan saran-saran untuk pemecahannya. e. Apabila waktu yang ditentukan telah selesai, pendidik mengundang kelompok-kelompok kecil untuk berkumpul kembali dalam kelompok besar, kemudian mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya kepada kelompok besar. f. Pendidik, atau seorang peserta didik yang ditunjuk, mencatat pokokpokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu.

g. Pendidik dapat menugaskan salah seorang atau beberapa orang peserta didik untuk merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu. h. Pendidik bersama peserta didik dapat mengajukan kemungkinan kegiatan lanjutan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil diskusi dan selanjutnya melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu. Menurut Callahan & Clark (1982: 188) petunjuk atau langkah-langkah untuk melaksanakan diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebagai berikut: a. Bentuk kelompok dengan cara berhitung, kartu bergambar, atau dengan hanya menunjuk para siswa. b. Pilih seorang pemimpin dan juru tulis untuk setiap kelompok. c. Jelaskan apa yang akan mereka lakukan, pastikan mereka mengerti d. Biarkanlah mereka berdiskusi selama 5-10 menit, lebih baik jika diskusi berlangsung dalam jangka waktu yang lebih singkat. e. Lanjutkan dengan pelaporan perwakilan dari tiap kelompok dan lainlain. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam diskusi kelompok kecil (buzz group discussion), yaitu pembentukan kelompok, pelaksanaan diskusi, pelaporan hasil diskusi kepada kelompok besar dan terakhir adalah pencatatan hasil diskusi yang telah dilaksanakan. H. Keuntungan dan Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil (Buzz Group Discussion) Menurut Sudjana (2005: 124) menyatakan bahwa keuntungan dari diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebagai berikut: a. Peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar dibantu untuk berbicara dalam kelompok kecil. b. Menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain, dan mungkin akan menyenangkan. c. Dapat menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat. d. Dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi. Halbert E. Gulley (1960: 42) menyatakan bahwa keuntungan dari diskusi kelompok kecil (buzz group discussion) adalah sebagai berikut:

a. Dari seluruh anggota kelompok biasanya lebih membuat semangat setelah sesi buzz. b. Menstimulasi pikiran dan mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi dalam diskusi dengan membuat suatu pernyataan. Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa keuntungan dari diskui kelompok kecil (buzz group discussion) yaitu membantu peserta didik untuk bisa menyampaikan gagasan atau pendapat di dalam kelompok, menumbuhkan suasana akrab dan menyenangkan, mendorong tiap anggota untuk berpartisipasi dalam diskusi, dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik lebih bervariasi. Adapun kelemahan dalam diskusi buzz group yaitu : 1. Kemungkinan terjadi kelompok yang terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa 2. Dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negatif 3. Perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal 4. Kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah 5. Laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dengan baik 6. Adanya sifat saling menggantungkan antar anggota kelompok (Slameto, 2001).

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari kajian teori tersebut adalah sebagai berikut. 1. Diskusi adalah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pernyataan pernyataan probematis pemunculan ide ide dan pengujian ide- ide ataupun pendapat yang dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran. 2. Prinsip Diskusi yaitu harus ada pemimpin dan anggota diskusi, topik harus jelas dan menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi suasana diskusi tanpa tekanan 3. Tujuan diskusi adalah membina kerjasama, meningkatkan partisipasi di antara semua anggota kelompok, mengaktifkan pengetahuan sebelumnya dari peserta didik, berfungsi sebagai metode untuk pemecahan masalah, dan mendorong refleksi kelompok. 4. Jenis jenis diskusi yaitu Buzz-group, Panel, Symposium, Caologium, Informal-Debate, Fish Bowl, Diskusi Kelas 5. Langkah-langkah diskusi kelompok Buzz adalah menentukan masalah, membentuk kelompok kecil, membagikan bagian-bagian masalah kepada masing-masing kelompok kecil, pembahasan (biasanya 5-15 menit), kelompok kecil berdiskusi, berkumpul dalam kelompok besar, kemudian mempersilahkan para pelapor dari masing-masing kelompok kecil secara bergiliran untuk menyampaikan laporannya kepada kelompok besar, mencatat pokok-pokok laporan yang telah disampaikan. Selanjutnya para peserta didik diminta untuk menambah, mengurangi, atau mengomentari laporan itu.,merangkum hasil pembahasan akhir laporan itu, evaluasi terhadap proses dan hasil diskusi itu. 6. Keuntungan Diskusi kelompok Buzz yaitu peserta didik yang kurang biasa menyampaikan pendapat dalam kelompok belajar dibantu untuk berbicara dalam kelompok kecil, menumbuhkan suasana yang akrab, penuh perhatian terhadap pendapat orang lain, dan mungkin akan menyenangkan, dapat

menghimpun berbagai pendapat tentang bagian-bagian masalah dalam waktu singkat, dapat digunakan bersama teknik lain sehingga penggunaan teknik ini bervariasi sedangkan kelemahannya yaitu kemungkinan terjadi kelompok yang terdiri dari orang yang tidak tahu apa-apa, dapat memboroskan waktu, terutama bila terjadi hal-hal yang bersifat negatif, perlu belajar apabila ingin memperoleh hasil yang maksimal, kemungkinan mendapatkan pemimpin yang lemah, laporan hasil diskusi kemungkinan tidak tersusun dengan baik, adanya sifat saling menggantungkan antar anggota kelompok B. Saran ` Dalam suatu pembelajaran seharusnya guru melakukan metode diskusi kelompok dan kelas untuk memecahkan suatu permasalahan. Karena dengan begitu, siswa akan aktif dalam pembelajaran dan akan saling melengkapi satu sama lain DAFTAR RUJUKAN Andi E. 2012 Diskusi Kelompok (Online) eprints.uny.ac.id/8618/3/bab%202%20- %2007104244037.pdf diakses 14 September 2015 Callahan, Joseph F. & Clark, Leonard H. (1982). Teaching in the Middle and Secondary Schools. New York: Macmilland Publishing Co. Inc.

Dewa Ketut Sukardi. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati. (1993). Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Roestiyah NK. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam SKS. Jakarta : Bumi Aksara Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta Subroto, suryo. 1997. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta Sudjana. (2005). Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Sutisna, Nia. 2013. Metode Pembelajaran. (Online) http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_biasa/1957013119 86031-NIA_SUTISNA/metode_mengajarx.pdf diakses 14 Septe4mber 2015 Sulistyi, Bambang.2012. Teknik dan Etika Diskusi Ilmiah (Online) http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/bambang%20sulistyo, %20S.Pd.,%20M.Eng./BS-20100426%20-%20Makalah%20Teknik%20& %20Etika%20Diskusi%20Ilmiah.pdf diakses 13 September 2015 Tohirin.2007. Bimbingan Konseling di Sekolah dan Masdrasah (Berbasis) Integral. Jakarta: Raja Grafindo Persada Wina Sanjaya. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidkan. Jakarta: Kencana Prenada Media.