PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. berupa masalah ataupun soal-soal untuk diselesaikan. sintesis dan evaluasi (Gokhale,1995:23). Menurut Halpen (dalam Achmad,

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

PEMBELAJARAN IPA BERMAKNA BAGI SISWA MELALUI PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME Oleh: Pratiwi Pujiastuti (PGSD FIP UNY)

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH SUATU UPAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN REPRESENTASI MATEMATIK SISWA

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving adalah model pembelajaran yang menyajikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL BELAJAR GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENGEMBANGKAN SIKAP ILMIAH MAHASISWA PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA (FISIKA) II

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEKITAR DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

E046. M. Agung Fatkhurrokhim 1, Budhi Utami 2 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi 2

BAB I PENDAHULUAN. yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. 2

PEMBELAJARAN KREATIF-PRODUKTIF UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF BAGI MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV SD NEGERI NO.

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

MODEL PEMBELAJARAN PBL ( PROBLEM BASED LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Belajar yang Melandasi Problem Based Learning

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. matematis sehingga dapat dimengerti secara pasti oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB II LANDASAN TEORI. esensial untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

PENERAPAN METODE PROBLEM SOLVING DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERMAIN

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving

BAB I PENDAHULUAN. manusia seutuhnya, adalah misi pendidikan yang menjadi tanggung jawab

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

I. PENDAHULUAN. Keterampilan proses sains sangat penting dimiliki oleh siswa untuk. menghadapi persaingan di era globalisasi yang menuntut persaingan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

ISMAIL Guru SMAN 3 Luwuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pernyataan yang telah dibuktikan kebenarannya (Tim PPG matematika:2006).

BAB I PENDAHULUAN. dengan memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BUDAYA LITERASI INFORMASI DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MENULIS KARYA ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eka Kartikawati,2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa hipotesis, melakukan observasi, penyusunan teori, pengujian hipotesis, dan

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

II. TINJAUAN PUSTAKA. Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran aktif. Kardi (2003: 3) Inkuiri merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN DALIL

I. PENDAHULUAN. Keseluruhan dalam proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 13BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. terhadap konsep pembelajaran. Guru sebagai tenaga pendidik profesional

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LABORATORIUM. Badan Kendali Mutu Akademik UMM METODE DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Elvina Khairiyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

Transkripsi:

PROBLEM SOLVING DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PGSD FIP UNY pratiwi@uny.ac.id A. Pendahuluan Berbicara tentang tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia memasuki era globalisasi maka perlu dipersiapkan kegiatan pendidikan yang mampu membekali peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup di masa depan, yaitu menyelenggarakan pendidikan yang tanggap terhadap tantangan era globalisasi. Untuk menghadapi tantangan tersebut, maka perlu melatih peserta didik agar mampu belajar secara mandiri dan berkembang kemampuan bernalar serta berpikirnya (Depdikbud, 2006). Berdasarkan pengamatan di lapangan ditemukan mahasiswa S-1 PGSD pada saat mengikuti pembelajaran dan diberi permasalahan mereka merasa kesulitan untuk memecahkan/menyelesaikan masalah tersebut. Umumnya yang dilakukan dosen dalam pembelajaran kurang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi). Soal ujian akhir semester bagi mahasiswa S-1 PGSD selalu menggunakan bentuk soal pilihan ganda. Soal yang disampaikan berupa soal ranah kognitif tingkat rendah (pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi), sedangkan soal-soal yang mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu soal untuk mengukur kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi porsinya sangat kurang. Dengan demikian bagi mahasiswa kurang berkembang kemampuan berpikirnya/ kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasinya rendah. Untuk melatih mahasiswa agar dapat mengembangkan wawasan/kemampuan berpikir analisis, sintesis dan evaluasi maka bagi dosen dalam melakukan pembelajaran diharapkan sering memberi permasalahanpermasalahan untuk dipecahkan mahasiswa atau menerapkan pembelajaran problem solving.

Ada 6 jenjang kemampuan berpikir ranah kognitif Bloom, berturut-turut dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis, dan evaluasi. Kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi (Munandar, 1999). Lebih lanjut ditegaskan bahwa kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi, merupakan kemampuan kognitif yang harus dikembangkan kepada semua mahasiswa dalam arti tidak hanya kepada mahasiswa yang berbakat saja Tujuan Pempelajaran dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi adalah membentuk manusia intelektual, mampu memecahkan permasalahan, mampu berpikir/bernalar (Atmadi dan Setyaningsih, 2000). Untuk itu perguruan tinggi khususnya Prodi PGSD yang menghasilkan lulusan calon guru SD dituntut untuk dapat mewujudkan tercapainya tujuan tersebut. Lebih lanjut dinyatakan oleh Fran Seda (2002) bahwa perguruan tinggi harus dapat mencetak manusia yang mampu berpikir kreatif. Sesuai dengan standar kompetensi guru SD/MI (2006) bahwa guru SD merupakan salah satu komponen kunci yang punya andil dalam peningkatan sumber daya manusia untuk menghadapi tantangan di era globalisasi, maka tuntutan kualifikasi guru harus ditingkatkan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Kompas (2001) bahwa Guru memegang peranan penting terhadap keberhasilan pendidikan, Oleh karena itu seharusnya mahasiswa PGSD sebagai calon guru SD dikembangkan kemampuan berpikir atau bernalarnya. Namun demikian yang biasa ditemui di kampus PGSD porsi pengembangan kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi masih kurang, dosen jarang melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, (kemampuan analisis dan sintesis), bahkan terabaikan. Pembelajaran dengan metode problem solving dapat digunakan untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi (kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi) dalam situasi berorientasi pada masalah. Fokus pembelajaran problem solving tidak pada apa yang sedang dilakukan mahasiswa melainkan

pada apa yang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan tersebut. Pada pembelajaran ini peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi pada pembelajaran ini guru melakukan scaffolding. Pembelajaran problem solving secara garis besar dilakukan dengan kegiatan guru menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna bagi mahasiswa. Pada pembelajaran problem solving dipilih masalah-masalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi mahasiswa. Pembelajaran problem solving dicirikan oleh mahasiswa bekerja sama satu sama lainnya dalam pelompok kecil. Metode problem solving utamanya dikembangkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual (Muslimin dan Muhamad Nur, 2000) Berdasarkan tantangan pendidikan di era globalisasi, tujuan pembelajaran dan kenyataan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan di perguruan tinggi khususnya Prodi PGSD kurang mengembangkan kemampuan kemampuan bernalar/berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi, maka perlu direncanakan dan diterapkan pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan daya nalar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu menggunakan metode problem solving. B. Pembelajaran (Belajar dan Mengajar). Mursel dan Nasution (1995) Mendefinisikan belajar adalah sebagai usaha mencari dan menemukan pengertian. Prinsip belajar dimulai dari suatu masalah dan berlangsung untuk memecahkan masalah tersebut. James (1995) menambahkan bahwa belajar merupakan proses penyelidikan dan penemuan. Lebih lanjut ditegaskan bahwa belajar adalah upaya memecahkan masalah dan setiap tugas merupakan masalah yang harus dipecahkan. Winkel (1999) menyatakan belajar adalah suatu aktivitas mental atau pikir yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, yang dapat menghasilkan perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan tersebut bersifat relatif konstan dan membekas.

Dari pengertian di atas dapat dinyatakan dalam belajar mahasiswa perlu melibatkan diri secara aktif dengan segala kemampuannya, pikirannya, dan perasaannya. Widjaya (1992) menambahkan bahwa peran mahasiswa dalam kegiatan belajar secara aktif dapat meningkatkan keterlibatan mental dalam proses belajarnya. Dalam pembelajaran Carin (1993) menghimbau agar lebih menekankan aktivitas siswa. Hal ini dapat tercapai apabila dalam pembelajaran dosen memberikan permasalahan untuk dipecahkan mahasiswa atau menggunakan metode problem solving. Menurut Conny Semiawan (1992) pada dasarnya pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam memecahkan masalah dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas. Soedjatmoko (1991) menambahkan bahwa pembelajaran yang menekankan siswa aktif merupakan syarat penting dalam menanamkan kemampuan berpikir dan hidup mandiri. Mursel dan Nasution (1995) menyatakan bahwa belajar adalah usaha mencari, menemukan, melihat seluk beluk sesuatu, dan akan memberi hasil yang autentik apabila melalui percobaan. Pembelajaran tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran problem solving. C. Metode Problem Solving Metode problem solving merupakan metode pembelajaran yang Penekanannya tidak pada apa yang sedang dilakukan mahasiswa melainkan pada apa yang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan tersebut. Pada pembelajaran ini peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, serta memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Ciri khusus problem solving: 1. Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk mahasiswa. Mahasiswa mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan berbagai macam solusi untuk situasi itu.

2. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Pembelajaran problem solving mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu, tetapi masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahan, mahasiswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. Contoh, masalah polusi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata dan pemerintah. 3. Penyelidikan autentik. Pembelajaran problem solving mengharuskan mahasiswa melakukan penyelidikan nyata untuk mencari penyelesaian nyata dalam masalah nyata. Mahasiswa harus menganalisa dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. 4. Menghasilkan produk /karya dan memamerkannya. Mahasiswa dituntut untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang siswa temukan. Produk dapat berupa transkrip debatseperti pada pelajaran Roots and Wings. Selain itu, produk juga dapat berupa laporan, model fisik, video atau program komputer. Mahasiswa merencanakan untuk mendemonstrasikan kepada teman-teman yang lain tentang apa yang mereka pelajari. Pembelajaran problem solving dicirikan oleh mahasiswa yang bekerja sama satu dengan lainnya, paling sederhana secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dan memperbanyak peluang untuk berbagi inkuiri dan dialog dan untuk mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir. Sintaks pembelajaran problem solving Tahap Tahap 1 Orientasi mahasiswa kepada masalah Tingkah laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi mahasiswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

Tahap 2 Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap 5 Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu mahasiswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong mahasiswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu mahasiswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model dan membantu mahasiswa untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu mahasiswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. D. Kemampuan Analisis dan Sintesis Ada 6 jenjang kemampuan berpikir ranah kognitif Bloom, berturut-turut dari yang terrendah sampai tertinggi, yaitu meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sitesis, dan evaluasi. Kemampuan pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi termasuk kemampuan berpikir tingkat rendah, sedangkan kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan analisis merupakan kemampuan untuk memisahkan bangun pengertian menjadi komponen-komponennya, untuk melihat hubungan dari bagian-bagian dan kesesuaiannya. Hal ini sering disebut awal dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan sintesis yaitu kemampuan untuk menggabungkan bagian-bagian menjadi keseluruhan yang baru. Tingkat ini berkenaan dengan kreativitas siswa, karena menuntut mahasiswa untuk menggabungkan unnsur-unsur informasi atau materi menjadi struktur yang sebelumnya tidak diketahui, Kemampuan evaluasi menyangkut benar salah. Yang didasarkan atas dalil, prinsip pengetahuan. (Munandar, 1999). Kemampuan analisis, sintesis dan evaluasi merupakan jenjang keempat, kelima dan keenam ranah kognitif. Dalam taksonomi Bloom dikenal 6 jenjang kognitif, dimana jenjang yang satu lebih tinggi dari jenjang yang lainnya. Jenjang yang lebih tinggi dapat dicapai jika jenjang yang lebih rendah sudah dikuasai.

Oleh karena itu hubungan setiap jenjang bersifat herarkis berdasarkan urutan dari yang terrendah ke yang tertinggi. Keenam jenjang tersebut adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi disebut kemampuan berpikir tingkat tinggi Analisis: kemampuan menguraikan materi ke dalam komponen atau faktor penyebab dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti. Analisis merupakan kemampuan berpikir yang lebih tinggi tingkatannya dari pada aspek kemampuan sebelumnya. Contoh: membedakan, mendeskriminasikan, bembuat diagram, memilih, memisahkan, membagi-bagikan, mengilustrasikan, mengklasifikasikan. Sintesis: Kemampuan memadukan konsep atau komponen sehingga membentuk suatu pola struktur atau bentuk baru. Aspek ini memerlukan tingkah laku yang kreatif. Contoh: Mengatagorikan, mengombinasikan, menyusun, mengarang, menciptakan, mendesain menjelaskan, mengubah, mengorganisasi, merencanakan, menyusun kembali, menyimpulkan, menceritakan, menuliskan. Evaluasi: kemampuan didahului dengan kasus yang harus ditelaah oleh mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan penilaian baik atau tidak didasarkan benar atau salah. Contoh: Mengambil kesimpulan, mengkritik, membandingkan, menerangkan, menafsir, dan sebagainya (Suharsimi Arikunto, 1997). E. Peran Metode Problem Solving Dalam Pengembangan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Prinsip belajar selalu dimulai dari suatu problem dan berusaha untuk dapat memecahkan problem tersebut (James, 1991). Mursel dan Nasution (1995) menambahkan bahwa belajar dimulai dengan suatu problem, kemudian problem tersebut dipecahkan dengan sungguh sungguh dengan menangkap dan memahami hubungan antar problem tersebut, lebih lanjut dikemukakan bahwa belajar adalah usaha mencari, menemukan, melihat seluk beluk sesuatu, dan akan memberi hasil yang autentik apabila melalui percobaan. Pembelajaran tersebut dapat dikembangkan melalui pembelajaran problem solving. Menurut Conny

Semiawan (1992) siswa yang tidak dibiasakan untuk menemukan sendiri suatu konsep, akibatnya pada diri siswa tidak dibiasakan untuk berpikir tingkat tinggi, pembelajaran tersebut tidak mengembangkan cara berpikir kreatif. Pembelajaran dengan metode problem solving dapat digunakan untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada masalah. Pada pembelajaran ini peran guru adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi pada pembelajaran ini dosen melakukan scaffolding. Pembelajaran ini tidak dapat berjalan tanpa guru mengembangkan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka (Muslimin dan Muhamad Nur, 2000). Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran problem solving secara garis besar dilakukan dengan kegiatan guru menyajikan kepada mahasiswa situasi masalah yang autentik dan bermakna bagi mahasiswa. Pada pembelajaran problem solving dipilih masalah-masalah yang secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi mahasiswa. Pembelajaran ini mengharuskan mahasiswa melakukan penyelidikan yang autentik untuk mencari penyelesaian secara nyata. Mereka harus menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen jika diperlukan, dan membuat inferensi. Pada pembelajaran ini diharapkan penghasilkan produk/karya nyata berupa laporan, model fisik, video atau yang lainnya. Pembelajaran problem solving dicirikan oleh mahasiswa bekerja sama satu sama lainnya dalam pelompok kecil. Pembelajaran problem solving utamanya dikembangkan untuk membantu mahasiswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual. Berpikir adalah kemampuan menganalisis, mengkritik, mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan secara seksama. Kelebihan metode problem solving menurut Saiful bahri dan Aswan Zain (1997) antara lain dengan diterapkan metode ini membiasakan mahasiswa memecahkan masalah secara terampil dan bermakna bagi mahasiswa, metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh,

dan dalam pembelajaran mahasiswa banyak melakukan proses mental. Corebima (2002) menambahkan bahwa problem solving menggunakan masalah riil sebagai konteks bagi mahasiswa untuk berpikir kritis.. Menurut Conny Semiawan (1992) pada dasarnya pembelajaran yang melibatkan mahasiswa aktif dalam memecahkan masalah dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas. Soedjatmoko (1991) menambahkan bahwa pembelajaran yang menekankan mahasiswa aktif merupakan syarat penting dalam menanamkan kemampuan berpikir dan hidup mandiri. F. Kesimpulan problem solving merupakan pembelajaran yang dapat digunakan untuk merangsang kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi dalam situasi berorientasi pada masalah. Pada pembelajaran ini dosen menyajikan masalah autentik dan bermakna bagi mahasiswa, mengajukan pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan/dialog. Pada pembelajaran problem solving dosen melakukan scaffolding. Pembelajaran problem solving fokus utama tidak pada apa yang dilakukan mahasiswa melainkan pada apa yang mereka pikirkan (kognisi). Pada saat mehasiswa melakukan kegiatan pembelajaran.. Peran dosen sebagai pembimbing dan fasilitator, sehingga mahasiswa belajar untuk berpikir untuk memecahkan permasalahan. Pada dasarnya pembelajaran yang melibatkan mahasiswa aktif dalam memecahkan masalah dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas mahasiswa. Penerapan metode problem solving dapat membiasakan mahasiswa memecahkan masalah secara terampil dan bermakna bagi mahasiswa, metode ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh. Dengan demikian kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan menggunakan metode problem solving

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 1997. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Atmadi dan Setyaningsih. 2000. Transformasi Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Sanata Darma. Corebima, A. D. 2002. Pendekatan Guided Discoveri dalam Pembelajaran Biologi di Indonesia. Makalah Disampaikan dalam Pelatihan Pendekatan Inkuiri-diskoveri dan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran Keanekaragaman Hayati, SMU, Palangkaraya 26-28 Juni. Depdiknas. 2006. Standar kompetensi guru SD/MI Lulusan S-1 PGSD. Yakarta: Depdiknas Djamariah, S dan Zain, A. 1997. Strategi Relajar Mengajar. Yakarta : Rineka Cipta. James, T. 1991. Strategis For Active Teaching. Boston London: Allyn and Bacon. Munandar, S. C. 1999. Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta : Gramedia. Semiawan, C.1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Mursel, J. dan Nasution. 1995. Mengajar dengan Sukses. Jakarta : Bumi Aksara. Muslimin, I dan Muhamad, N. 2000. Pengajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya : Unesa-University Press Semiawan, C.1992. Pendekatan Ketrampilan Proses. Jakarta : Gramedia. Soedjatmoko, dkk. 1991. Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta : Grasindo. Widjaya, C., Djadjuri, D. dan Rusyan, A. T. 1992. Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung : Remadja Rosdakarya.

.