menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR Pemetaan Sebaran dan Kondisi Ekosistem Lamun Di Perairan Bintan Timur Kepulauan Riau.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

Gambar 11. Pembagian Zona UTM Wilayah Indonesia (Sumber: kampungminers.blogspot.com)

Jatinangor, 10 Juli Matius Oliver Prawira

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

5. PEMBAHASAN 5.1 Koreksi Radiometrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

LAPORAN PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGINDERAAN JAUH DENGAN NILAI INDEKS FAKTOR UNTUK IDENTIFIKASI MANGROVE DI BATAM (Studi Kasus Gugusan Pulau Jandaberhias)

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTEK INDERAJA TERAPAN

Hasil klasifikasi citra ALOS PALSAR filterisasi Kuan. dengan ukuran kernel size 9x dengan ukuran kernel size 3x

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

STUDI TENTANG DINAMIKA MANGROVE KAWASAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PAMEKASAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN DATA PENGINDERAAN JAUH

2. TINJAUAN PUSTAKA. Lamun (seagrass) adalah tanaman air yang berbunga (Angiospermae) dan

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1A untuk Pembuatan Peta Dasar Lahan Pertanian (Studi Kasus: Kecamatan Socah, Kabupaten Bangkalan)

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PERUBAHAN LUASAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN DATA PENGINDERAAN JAUH DI PERAIRAN BAGIAN BARAT DAYA PULAU MOYO, SUMBAWA

ISSN Jalan Udayana, Singaraja-Bali address: Jl. Prof Dr Soemantri Brodjonogoro 1-Bandar Lampung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah

ix

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Terhadap Citra Satelit yang digunakan 4.2 Analisis Terhadap Peta Rupabumi yang digunakan

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA TUTUPAN LAHAN TERHADAP RENCANA INVESTASI DI KECAMATAN LABANG, KABUPATEN BANGKALAN PASCA SURAMADU DENGAN CITRA SPOT-5

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Indra Jaya Kusuma, Hepi Hapsari Handayani Program Studi Teknik Geomatika, FTSP, ITS-Sukolilo, Surabaya,

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

ANALISA DEGRADASI HUTAN MANGROVE PADA KAWASAN WISATA TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA

TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUIH NOPEMBER SURABAYA

KLASIFIKASI DARATAN DAN LAUTAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT ALOS Studi Kasus di Pesisir Timur Kota Surabaya

RSNI-3 Rancangan Standar Nasional Indonesia-3

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Kesehatan Mangrove Berdasarkan Nilai Normalized Difference Vegetation Index Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

BAB 4. METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Bagan Alir Uji Fitokimia. a. Uji Alkaloid

Rekayasa Teknologi Transplantasi Lamun pada Jenis Enhalus acoroides dan Thallassia hemprichii di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 3, September 2012: ISSN :

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only. 23 LAMPIRAN

Studi Perubahan Fisik Kawasan Pesisir Surabaya dan Madura Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu Menggunakan Citra Satelit

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

Aplikasi Penginderaan Jauh Untuk Monitoring Perubahan Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus : Wilayah Barat Kabupaten Pasuruan)

Pemetaan Pola Hidrologi Pantai Surabaya-Sidoarjo Pasca Pembangunan Jembatan Suramadu dan Peristiwa Lapindo Menggunakan Citra SPOT 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

V ASPEK EKOLOGIS EKOSISTEM LAMUN

PENENTUAN SEBARAN TERUMBU KARANG DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA LYZENGA DI PULAU MAITARA. Universitas Khairun. Ternate. Universitas Khairun.

Transkripsi:

Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan antara citra satelit ETM Febuari 2012 dengan citra satelit ETM Maret 2010. Citra Sebelum Diperbaiki Citra Sesudah Diperbaiki 2. Koreksi Radiometrik dan Geometrik Koreksi radiometrik merupakan tahap awal pengolahan data sebelum analisis dilakukan untuk suatu tujuan yang diinginkan. Proses radiometrik mencakup koreksi efek-efek yang berhubungan dengan sensor untuk meningkatan kontras setiap piksel dari citra seperti tutupan awan yang paling umum menjadi kendala setiap pengolahan citra, sehingga objek yang terekam mudah diinterpretasikan atau dianalisis untuk menghasilkan data atau informasi yang benar sesuai dengan keadaan lapangan. Koreksi geometrik dilakukan untuk melakukan pemulihan (restoration) citra agar koordinat citra sesuai dengan koordinat geografi yang sebenarnya. Sistem koordinat yang digunakan dalam koreksi geometrik ini adalah proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) zone 48 N, dengan datum WGS 84. Titik kontrol lapangan yang dipilih diutamakan merupakan titik-titik yang permanen seperti perpotongan jalan, sungai, muara sungai, pulau kecil dan titik-titik lain yang dianggap tidak berubah posisi dalam jangka waktu yang lama. Menurut Purwadhi (2010) RMS error secara umum nilainya kurang dari 0,5 pada setiap pixel (Image cell). Pada koreksi citra landsat dibuat 30 titik GCP dengan nilai rata-rata RMS error 0,1684 (Lampiran 2). Nilai RMS error 49

50 menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel. Gambar 9. Posisi Ground Control Point pada Citra 3. Pemotongan Citra (Cropping) dan Kombinasi Band Cropping dilakukan untuk memfokuskan area penelitian sehingga memudahkan analisis citra dan lebih efektif pada daerah penelitian yang dikaji. Cropping dapat mempercepat pengolahan data karena mengurangi kapasitas memori citra yang sangat besar sebelum dilakukan cropping. Dalam penelitian ini citra dicropping dan difokuskan pada perairan Bintan Timur dan di bagi menjadi 4 lokasi penelitian yang secara visual terdeteksi terdapat padang lamun. Dalam penampakan citra visual yang lebih tajam digunakan komposit citra RGB (Red-Green-Blue) dengan pilihan kanal (band) 4-2-1 pada citra satelit Landsat ETM. Pemilihan ketiga kanal band ini dilakukan karena komposit band 4-2-1 paling sesuai untuk melihat penampakan dari penutupan lahan. Komposit red menggunakan band 4 yang sesuai untuk mendeteksi lahan/tanah kering. Semakin tinggi nilai digitalnya maka kenampakan di citra akan berwarna semakin merah. Komposit green menggunakan band 2 yang sesuai untuk mendeteksi klorofil pada vegetasi. Klorofil yang tinggi di daratan akan memberikan nilai digital pantulan yang tinggi dan ditunjukkan dengan warna hijau tua. Daerah yang berair dideteksi dengan menggunakan band 1 pada komposit blue sehingga daerah perairan digambarkan dengan warna biru. Biru muda menunjukkan perairan dangkal dengan kandungan sedimentasi yang cukup tinggi dan biru tua menunjukkan perairan yang lebih dalam dan cenderung lebih jernih.

51 4. Klasifikasi Algoritma Lyzenga dan Masking Setelah menggabungkan tiga band citra RGB 4-2-1 pada citra Landsat ETM dilakukan masking. Masking dalam penelitian ini dilakukan secara manual dengan menggunakan file vektor. Dalam penggunaan algoritma Lyzenga untuk mengetahui kondisi lamun diawali dengan pembuatan training area yang berjumlah minimal 30 region. Hasil pemotongan citra dilakukan penajaman citra dengan mengkombinasikan band 1 untuk mendeteksi daerah perairan dan band 2 untuk mendeteksi klorofil vegetasi yang berdasarkan algoritma penurunan standard exponential attenuation model yang menghasilkan persamaan yang disebut transformasi Lyzenga. Hasil dari proses ini didapatkan nilai rasio koefisien band 1 dan band 2 (ki/kj) yaitu 1.837267 (Lampiran 3). Nilai-nilai koefisien tersebut diterapkan pada algoritma Lyzenga (Y) = (log(b1))+(nilai ki/kj*log(b2)). Hasil dari transformasi Lyzenga berupa tampilan citra baru yang menampakkan kelas dasar perairan dangkal. Banyaknya kelas terlihat pada histogram yang diwakili oleh puncak-puncak nilai piksel yang dominan (Lampiran 4). Setiap kelas habitat dasar perairan memiliki nilai spektral yang berbeda. Hasil algoritma lyzenga pada citra yang menunjukan perbedaan dasar perairan, daratan dan air (Lampiran 5).

52 Lampiran 2. Nilai Root Mean Square (RMS) titik koreksi geometrik citra Point -----ACTUAL----- ---PREDICTED--- Cell-X Cell-Y Cell-X Cell-Y RMS 1 3512995 4465911 3512836 4465686 0.2752 2 3813095 5030203 3812286 5030223 0.1089 3 3874063 5068257 3874907 5068341 0.2485 4 2887294 4788946 2887690 4788830 0.4132 5 2852771 4788946 2853213 4788336 0.0531 6 3763994 5190602 3763270 5190463 0.1372 7 5287544 5902731 5287349 5902225 0.2423 8 5281682 5932491 5281809 5932945 0.0712 9 3499044 5221985 3498747 5222861 0.1252 10 2877430 4808674 2876697 4808324 0.2125 11 3509480 5377061 3509887 5376614 0.104 12 2903883 4947217 2903673 4947268 0.0162 13 2976518 4929283 2976627 4929762 0.0912 14 3532289 5414666 3532170 5415145 0.2933 15 2973827 4891172 2974130 4890277 0.1452 16 3500049 5501736 3499816 5501687 0.2382 17 2978759 4908210 2979126 4908269 0.3722 18 3067534 5396473 3068047 5396074 0.3503 19 3222667 5545776 3222442 5545492 0.3628 20 883689 4686140 882929 4686713 0.0515 21 756807 4571323 757018 4570810 0.155 22 774859 4582155 775173 4582409 0.2039 23 3265261 5522013 3265915 5521992 0.3543 24 2951858 4661164 2952155 4660865 0.1212 25 2897606 4850372 2897681 4850305 0.1006 26 4321255 2884817 4321128 2884666 0.1975 27 2990417 4503790 2989638 4503417 0.2639 28 3246430 5455208 3246430 5456020 0.0122 29 2924508 4560283 2924677 4560407 0.2097 30 2896710 4619915 2896193 4620390 0.3024

53 Lampiran 3. Hasil Dari Nilai Ki/Kj Means Summary Report for Radiometrik,ers Class/Region Band1 Band2 Band3 Band4 Band5 ------ ----- ----- ----- ----- ----- 1 51 32.667 39.667 49 45 10 37 25 31 43 30 11 31.75 24 28.25 46.25 27.5 12 29.75 22.5 26.75 39.25 26 13 34.4 25.2 30 37.2 22.8 14 29.4 22.2 26.4 35 18 15 29.75 22.25 25.5 27 18.75 16 27.25 21.75 24.75 25.25 15.75 17 26.4 21 24.4 34.8 19.6 18 27.333 21.667 26 32.333 17 19 43 32 39 45 37 2 46.5 30 36 44.5 41.5 20 32.333 22.167 25.5 36.333 25.167 21 26 19 22.5 27 18 22 36 26.25 32.5 43 24.5 23 32.909 24.636 30.182 39.636 20.182 24 37.125 28 35.25 44 26.75 25 34.5 26.25 32.375 37.125 23.5 26 36.333 27.833 35.5 42.333 27.667 27 26.333 22.667 28.333 32 18.167 28 39.1 30.6 39.3 40.7 34.5 29 39.583 30.917 39.5 41.667 30.833 3 43 31 37 53 52 30 47.6 35.6 45.8 51 48.8 4 48.25 32.917 40 46.333 38.917 5 42.375 29.625 36 43.625 32.75 6 37 25.8 31.2 43 32.2 7 37.75 26.25 32.5 35.75 34 8 36.5 25 29.5 37.5 32.75 9 63.333 39.667 47.333 56.667 60.667 All 38.394 23.443 26.215 37.529 42.934 var 72.77487 23.45966 41.3527 55.86734 125.4388 covar 38.14072 A 0.64649 Ki/Kj 1.837267

54 Lampiran 4. Histogram hasil algoritma Lyzenga dari Setiap Band Band 1 Band 2 Band 3 Band 4 Band 5

55 Lampiran 5. Hasil Dari Klasifikasi Algoritma Lyzenga Perairan Bintan Timur Stasiun 2 Stasiun 4 Stasiun 1 Stasiun 3

56 Lampiran 6. Hasil Klasifikasi Unsupervised dan Warna Kelas Perairan Bintan Timur Stasiun 2 Stasiun 4 Stasiun 1 Stasiun 3 Edit Warna Pada Setiap Class

57 Lampiran 7. Penghitungan Persentase Jenis Lamun STASIUN 1 Koordinat 1 8'0.41" LU 104 35'47.93" BT Jumlah Jenis Jumlah Jenis Lamun 1 2 3 4 5 Transek 1 42 18 14 5 3 82 Transek 2 32 16 13 3 0 64 Transek 3 21 22 7 9 7 66 Rata-rata 31.67 18.67 11.33 5.67 3.33 70.7 No Jumlah Persentasi Rata-rata Jumlah Total % KET: Jenis Lamun 1 31.67 70.67 44.81 1 Enhalus acoroides 2 18.67 70.67 26.42 2 Thalasia hemprichi 3 11.33 70.67 16.04 3 Cymodecea rotundata 4 5.667 70.67 8.019 4 Syringodium isoetifolium 5 3.333 70.67 4.717 5 Halophila spinulosa STASIUN 2 Koordinat 1 4'56.27" LU Jumlah Jenis 104 38'20.78" BT Jenis Jumlah Lamun 1 2 3 4 5 Transek 1 24 9 2 0 0 35 Transek 2 19 5 5 0 0 29 Transek 3 15 8 2 0 0 25 Rata-rata 19.33 7.333 3 0 0 29.7 No Rata-rata Jumlah Jumlah Persentas Total i % KET: Jenis Lamun 1 19.33 29.67 65.17 1 Enhalus acoroides 2 7.333 29.67 24.72 2 Thalasia hemprichi 3 3 29.67 10.11 3 Cymodecea rotundata 4 0 29.67 0 4 Syringodium isoetifolium 5 0 29.67 0 5 Halophila spinulosa

58 STASIUN 3 Koordinat 1 3'2.94" LU Jumlah Jenis 104 39'11.43" BT Jenis Jumlah Lamun 1 2 3 4 5 Transek 1 36 13 5 0 0 54 Transek 2 25 11 9 0 0 45 Transek 3 21 8 3 0 0 32 Rata-rata 27.33 10.67 5.67 0 0 43.67 No Rata-rata Jumlah Jumlah Persentasi Total % KET: Jenis Lamun 1 27.33 43.67 62.6 1 Enhalus acoroides 2 10.67 43.67 24.43 2 Thalasia hemprichi 3 5.667 43.67 12.98 3 Cymodecea rotundata 4 0 43.67 0 4 Syringodium isoetifolium 5 0 43.67 0 5 Halophila spinulosa STASIUN 4 Koordinat 0 59'25.54" LU Jumlah Jenis 104 38'20.53" BT Jenis Jumlah Lamun 1 2 3 4 5 Transek 1 10 1 0 0 0 11 Transek 2 4 1 0 0 0 5 Transek 3 6 3 0 0 0 9 Rata-rata 6.667 1.667 0 0 0 8.333 No Rata-rata Jumlah Jumlah Persentasi Total % KET: Jenis Lamun 1 6.667 8.333 80 1 Enhalus acoroides 2 1.667 8.333 20 2 Thalasia hemprichi 3 0 8.333 0 3 Cymodecea rotundata 4 0 8.333 0 4 Syringodium isoetifolium 5 0 8.333 0 5 Halophila spinulosa

59 Lampiran 8. Penghitungan Biomassa Lamun STASIUN 1 Transek Berat kering (g) Luas frame (m 2 ) Biomassa (m 2 ) -1 1 25.45 0.04 636.25 2 27.37 0.04 684.25 3 34.43 0.04 860.75 Rata-rata 727.0833333 STASIUN 2 Transek Berat kering (g) Luas frame (m 2 ) Biomassa (m 2 ) -1 1 17.67 0.04 441.75 2 14.17 0.04 354.25 3 12.64 0.04 316 Rata-rata 370.6666667 STASIUN 3 Transek Berat kering (g) Luas frame (m 2 ) Biomassa (m 2 ) -1 1 22.13 0.04 553.25 2 15.64 0.04 391 3 19.72 0.04 493 Rata-rata 479.08333 STASIUN 4 Transek Berat kering (g) Luas frame (m 2 ) Biomassa (m 2 ) -1 1 9.34 0.04 233.5 2 7.62 0.04 190.5 3 6.71 0.04 167.75 Rata-rata 197.25

60 Lampiran 9. Presentase Penutupan Lamun STASIUN 1 Transek Nilai Tengah ( Mi ) Frekuensi Kemunculan ( fi ) Jumlah Sub- Transek ( f ) Persen Penutupan Lamun % ( c ) 1 75 21 25 63 2 75 23 25 69 3 75 22 25 66 Rata-Rata 75 22 25 66 Sisa Penutupan 75 34 STASIUN 2 Transek Nilai Tengah ( Mi ) Frekuensi Kemunculan ( fi ) Jumlah Sub- Transek ( f ) Persen Penutupan Lamun % ( c ) 1 75 20 25 60 2 37.5 11 25 16.5 3 37.5 10 25 15 Rata-Rata 50 13.66666667 25 30.5 Sisa Penutupan 69.5 STASIUN 3 Transek Nilai Tengah ( Mi ) Frekuensi Kemunculan ( fi ) Jumlah Sub- Transek ( f ) Persen Penutupan Lamun % ( c ) 1 37.5 12 25 18 2 75 18 25 54 3 75 15 25 45 Rata-Rata 62.5 15 25 39 Sisa Penutupan 61 STASIUN 4 Transek Nilai Tengah ( Mi ) Frekuensi Kemunculan ( fi ) Jumlah Sub- Transek ( f ) Persen Penutupan Lamun % ( c ) 1 18.75 5 25 3.75 2 9.3 3 25 1.116 3 18.75 6 25 4.5 Rata-Rata 15.6 4.666666667 25 3.122 Sisa Penutupan 96.878

61 Lampiran 10. Data Parameter Perairan Suhu ( C ) Salinitas ( ) Kecerahan (%) Arus (m/s) STASIUN 1 Kedalaman (m) DO (mg/l) Awal 29.5 34.7 100 0.15 0.65 7.2 7.8 Akhir 30.4 35.6 100 0.11 1.9 6.9 7.6 Utara 30.6 35.8 100 0.14 1.2 6.1 7.6 Selatan 31.7 34.2 100 0.13 1.13 6.2 7.7 Rata-rata 30.55 35.08 100 0.133 1.22 6.6 7.68 STASIUN 2 Suhu Salinitas Kecerahan Arus Kedalaman DO ph ( C ) ( ) (%) (m/s) (m) (mg/l) Awal 32.3 35.1 100 0.12 0.42 5.8 7.1 Akhir 31.7 34.2 100 0.13 2.22 4.9 7.4 Utara 33.4 33 100 0.11 1.45 5.4 7.1 Selatan 31.8 35 100 0.12 1.3 6.2 6.9 Rata-rata 32.3 34.33 100 0.12 1.348 5.575 7.13 STASIUN 3 Suhu Salinitas Kecerahan Arus Kedalaman DO ph ( C ) ( ) (%) (m/s) (m) (mg/l) Awal 35.1 33 100 0.09 0.54 5.4 7.8 Akhir 34.2 34.5 100 0.08 1.82 5.9 7.6 Utara 35.4 34.8 100 0.08 1.16 5.4 7.9 Selatan 35.2 34.4 100 0.09 0.95 6.1 7.8 Rata-rata 34.98 34.18 100 0.085 1.118 5.7 7.78 STASIUN 4 Suhu Salinitas Kecerahan Arus Kedalaman DO ph ( C ) ( ) (%) (m/s) (m) (mg/l) Awal 26.3 26 100 0.32 0.92 4.2 6.2 Akhir 29.9 24.6 50 0.31 3.2 4.3 6.3 Utara 27.7 25.4 100 0.3 1.7 4.5 6.4 Selatan 28.4 27 100 0.29 1.4 4.6 6.2 Rata-rata 28.08 25.75 87.5 0.305 1.805 4.4 6.28 ph Koordinat 1 8'0.41" LU 104 35'47.93" BT 1 8'17.41" LU 104 36'27.23" BT 1 8'32.45" LU 104 35'55.84" BT 1 7'36.55" LU 104 36'26.00" BT Koordinat 1 4'56.27" LU 104 38'20.78" BT 1 5'6.13" LU 104 38'36.37" BT 1 5'20.05" LU 104 38'24.34" BT 1 4'47.19" LU 104 38'42.43" BT Koordinat 1 3'2.94" LU 104 39'11.43" BT 1 3'10.33" LU 104 39'25.91" BT 1 3'17.63" LU 104 39'11.30" BT 1 2'57.10" LU 104 39'29.15" BT Koordinat 0 59'25.54" LU 104 38'20.53" BT 0 59'20.26" LU 104 38'36.44" BT 0 59'37.99" LU 104 38'40.22" BT 0 59'16.61" LU 104 38'27.16" BT

62 Lampiran 11. Penghitungan Kondisi Ekosistem Lamun Stasiun Parameter Nilai Jumlah jenis 3 1 Biomassa 3 Persen Penutupan 5 Jumlah jenis 3 2 Biomassa 3 Persen Penutupan 1 Jumlah jenis 3 3 Biomassa 3 Persen Penutupan 1 Jumlah jenis 1 4 Biomassa 1 Persen Penutupan 1 Total Nilai IKL (%) Kondisi Lamun 11 73.333333 Baik 7 46.666667 Sedang 7 46.666667 Sedang 3 20 Buruk

63 Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian Foto 1. Lokasi Stasiun 1 Foto 2. Lamun Di Stasiun 1 Foto 3. Lokasi Stasiun 2 Foto 4. Lamun Di Stasiun 2 Foto 1. Lokasi Stasiun 3 Foto 4. Lamun Di Stasiun 3 Foto 1. Lokasi Stasiun 4 Foto 4. Lamun Di Stasiun 4

64 RIWAYAT HIDUP Berry Akbar lahir di Bandar Lampung pada tanggal 7 Oktober 1990, anak dari Zulfahmi dan Desmi Sasra. Anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan penulis mulai dari Taman Kanak-kanak Al - Masyitah Batam yang diselesaikan tahun 1996, lulus dari SD Kartini II Batam yang diselesaikan tahun 2002, lulus dari SMP Negeri 4 Batam tahun 2005 dan lulus dari SMA Negeri 1 Batam tahun 2008. Pada tahun 2009 diterima di Program studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Selama kuliah, Untuk menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar Sarjana Kelautan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan penulis menyusun skripsi dengan judul Pemetaan Sebaran dan Kondisi Ekosistem Lamun di Perairan Bintan Timur Provinsi Kepulauan Riau di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. H. Otong Suhara Djunaedi, MS dan Syawaludin Alisyahbana Harahap, S.Pi.,M.Sc., ( Kontak penulis yang dapat dihubungi : 085668610112, email : Berryakbar@rocketmail.com )