PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RESIKO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012

BAB V PENUTUP. Penelitian ini memiliki tujuan untuk meneliti pengaruh struktur

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan

BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB I PENDAHULUAN. depan dan mendapatkan pengembalian dalam jangka waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besarnya, meningkatkan nilai perusahaan, serta memakmurkan pemilik perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

Andini, Ayu Harintyas. (2011). Risk Management Disclosure: Bukti empiris perbankan Indonesia. Skripsi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. memahami corporate governance. Jensen dan Meckling (1976) dalam Muh.

III.METODE PENELITIAN. go public yang melakukan pengungkapan informasi dalam annual report-nya dan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan kegiatan bisnisnya.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Perusahaan yang pada awalnya dikelola langsung oleh pemiliknya,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Landasan teori dalam penelitian ini adalah teori keagenan (Agency Theory), dan

ABSTRAK. Kata kunci: ukuran perusahaan, dewan komisaris, leverage, profitabilitas, pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

Akademi Akuntansi Keuangan dan Perbankan Indonesia Jurnal Ilmiah Revenue ISSN : Vol. 2 No. 2, Januari 2016

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di era sekarang ini, keadaan ekonomi selalu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas perusahaan menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada pada

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Era perdagangan bebas telah dimulai. Berlakunya ACFTA (Asean

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Teori agensi mengistilahkan pemilik sebagai principal, sedangkan manajer

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. perusahaan. Kinerja keuangan merupakan suatu hasil pelaporan yang menunjukkan kondisi serta

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. hubungan antara suatu variabel dengan variabel lainnya (Ulum dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Free cash flow adalah bentuk lain ukuran arus kas. Pengertian free cash

BAB III METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel. dalam penelitian ini adalah good corporate governance yang terdiri dari

Nurlaila

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengambilan keputusan pendanaan yang aman dan menguntungkan.

III. METODOLOGI PENELITIAN. dengan pengujian hipotesis untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan dengan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Pengklasifikasian Utang. Utang Menurut Djarwanto (2004) merupakan kewajiban perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang melakukan penawaran melalui publik ( go public) di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. antara variabel-variabel melalui analisis data dalam pengujian hipotesis.

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dapat diperoleh dari laporan keuangan. Laporan keuangan adalah

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Periode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keputusan oleh para investor dan kreditor (Haruman, 2008). Brigham dan Borolla (2011) dalam Bernandhi (2013).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tagihan, cicilan hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembahasan kali ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. beserta persamaan dan perbedaan, antara lain :

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP RISK MANAGEMENT DISCLOSURE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Good Corporate Governance. kreditor, pemerintah, karyawan, dan pihak pihak yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang bekerja untuk mencapai tujuan. Tujuan utama perusahaan adalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB I. Pendahuluan. dengan perkembangan perusahaan. Pendirian perusahaan-perusahaan ini tentunya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dana memegang peranan yang sangat penting, sebab tanpa adanya dana yang

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI tahun ) SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. oleh Wibowo dan Rossieta, (2009:31), yang mengacu pada pemenuhan tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan permasalahan yang ada pada penelitian ini. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu instrumen hutang yang ditawarkan penerbit (issuer) atau yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data

BAB I PENDAHULUAN UKDW. macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. 2003) mengenai manipulasi laporan keuangan, serta sering terjadinya mogok kerja

Albert, Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas...

Ely Puji Setianingsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian tentang Pengaruh Investment Opportunity Set, Komisaris

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan keragaman data untuk penelitian yang akurat. Pemilihan sampel

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB III OBJEK / DESAIN PENELITIAN. 10 besar CGPI dan juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ada tiga kriteria yang

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

PENGARUH PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP AGENCY COST PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

BAB III METODE PENELITIAN. Bursa Efek Indonesia melalui internet ( Perusahaan yang. Efek Indonesia periode tahun

BAB III METODELOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. yang mengacu pada indikator GRI (Global Reporting

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditampilkan secara sendiri-sendiri. Penelitian ini menggunakan alat bantu yakni

Transkripsi:

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN MANAJEMEN RESIKO Candra Dwi Saputro Candra_ashfaq_solution@yahoo.co.id Bambang Suryono Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is conducted to find out the influence of ownership structures, leverage, and company size to the risk management disclosure.the samples are manufacturing companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange in the years of 2010 2012. The research samples are 9 manufacturing companies which are the rating winners of The Indonesia Most Trusted Company Corporate Governance Perception Index (IMTC CGPI). The data analysis is carried out by using SPSS version 20.0 which is preceded by classic assumption tests which consist of normality test, multicolinearity test, heteroscedasticity test and autocorrelation test. The hypothesis test is performed by using F test and t test.the result of this analysis states that simultaneously the ownership structures, leverage, and company size have no influence to the risk management disclosure. Partially, variables of ownership structures, leverage, and company size also state that these variables have no influence to the risk management disclosure. Keywords: Risk Management Disclosure, Ownership Structures, Leverage, and Company Size. ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur go public tahun 2010-2012. Sampel penelitian sebanyak 9 perusahaan manufaktur peraih peringkat The Indonesia Most Trusted Company Corporate Governance Perception Index (IMTC CGPI). Analisis data menggunakan SPSS versi 20.0 yang didahului dengan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi. Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t. Hasil dari analisis ini menyebutkan bahwa secara simultan struktur kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi risk management disclosure. Secara parsial variable juga menyebutkan bahwa struktur kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan tidak mempengaruhi risk management disclosure. Kata-kata kunci: risk management disclosure, struktur kepemilikan, leverage, dan ukuran perusahaan PENDAHULUAN Bapepam dan LK telah menerbitkan satu peraturan yaitu Peraturan Nomor X.K.6 lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik. Penerbitan peraturan ini mencabut Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-134/BL/2006 tanggal 7 Desember 2006 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten dan Perusahaan Publik dan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-40/BL/2007

tanggal 30 Maret 2007 tentang Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat di Bursa Efek di Indonesia dan di Bursa Efek di Negara Lain. Sehingga penyampaian laporan keuangan menjadi wajib bagi perusahaan yang go public. Informasi yang diungkapkan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan, karena informasi tersebut menjadi dasar pengambilan keputusan bagi pengguna informasi tersebut khususnya pihak investor. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena risiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Dengan demikian, maka diperlukan pengungkapan (disclosure) yang memadai(sudamarji, 2007 dalam Fathimiyah dkk, 2011). Pengungkapan (disclosure) memberikanimplikasi bahwa keterbukaan merupakanbasis kepercayaan publik terhadapmanajemen di dalam sistem korporasi.banyak peneliti yang mengungkapkanbahwa salah satu faktor yang memperburukkondisi Indonesia pada saat krisis tahun1997 adalah lemahnya corporategovernance. Hal ini ditandai dengan kurangtransparannya pengelolaan perusahaan. Manajemen risiko dimulai dari adanya kesadaran manajemen menyadari bahwa risiko itu pasti ada di dalam suatu perusahaan. Informasi mengenai manajemen risiko sangat berguna bagi para pemangku kepentingan, khususnya bagi para investor. Informasi ini berguna bagi investor untuk melakukan analisis risiko agar pengembalian yang diharapkan dapat terpenuhi. Manajemen risiko mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk goodcorporate governance. Risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko yang berkaitan di masa mendatang. Risk management disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor, dan stakeholders. Berdasarkan pengertian diatas, risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko di masa mendatang. Risk management disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor dan stakeholder(amran et al., 2009). Disclosure memberikan implikasi bahwa keterbukaan merupakan basis kepercayaan publik terhadap manajemen di dalam sistem korporasi. Sebagai dasar pengambilan keputusan investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya, maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan, dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena risiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat risiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Oorschot (2009), beberapa tahun lalu pengungkapan risiko masih bersifat sukarela, khususnya yang berkaitan dengan instrumen finansial. Di Indonesia, pengungkapan risiko oleh perusahaan manufaktur merupakan salah satu pengungkapan wajib (mandatory disclosure) yang secara ekplisit diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia 50 (PSAK 50) revisi 2010, tujuan dari pengungkapan adalah menyediakan informasi guna meningkatkan pemahaman mengenai signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas entitas serta membantu penilaian jumlah waktu dan tingkat kepastian arus kas masa mendatang. Selain itu, terdapat pula pada peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) tahun 2009 tentang penerapan manajemen risiko dengan tujuan agar dapat mengantisipasi dan menangani risiko secara efektif dan efisien. 2

Pentingnya pelaporan terhadap risiko telah dimulai awal tahun 1998 dan fokus dalam risk disclosure meningkat sejak munculnya introduction International Financial Reporting Standard 7 (IFRS 7), 1 Januari 2007(Kruk, 2009). Di tahun 2007 dunia dilanda krisis keuangan internasional yang disebut krisis kredit dan saat itu ketertarikan terhadap pengungkapan risiko pun semakin meningkat(oorschot, 2009). Struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan publik (Hapsoro, 2007)yang merupakan mekanisme pengawasan dari corporate governance, dimana mekanisme ini dapat mengontrol perusahaan manufaktur lebih optimal, sehingga dapat menurunkan konflik kepentingan (conflict of interest) yang disebabkan oleh masalah keagenan antara pemilik dan manajer. Selain itu, dapat mengurangi asimetri informasi yang menyebabkan kerugian bagi stakeholder, terutama investor. Laporan keuangan dan pengungkapannya penting dan berarti bagi manajemen sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tata kelola dan kinerja perusahaan kepada stakeholder(healy dan Palepu, 2001). Kepemilikan manajemen adalah pihak manajerial dalam suatu perusahaan yang secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihakpihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan(fathimiyah et al, 2011). Manajemen sangat berperan dalam menjalankan kelangsungan usaha suatu perusahaan. Dimana, manajemen tidak hanya berperan sebagai pengelola perusahaan saja melainkan juga berperan sebagai pemegang saham. Manajemen akan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan usaha yang telah dilakukannya dengan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Prosentase kepemilikan saham manajerial suatu perusahaan yang semakin tinggi menyebabkan semakin besar pula tanggung jawab manajemen dalam mengambil suatu keputusan sehingga risk management disclosure pun menjadi semakin tinggi(dampsey dan Laber, 1993). Kepemilikan institusi domestik adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi, seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan intitusi lainnya(wahidahwati, 2002). Peningkatan kepemilikan institusi domestik menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen menghindari perilaku yang merugikan principal. Semakin besar prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi akan menyebabkan usaha monitoring semakin efektif, karena dapat mengendalikan perilaku oprtunistik yang dilakukan manajemen. Dengan tingkat kepemillikan yang tinggi akan mengurangi agency cost pada perusahaan serta penggunaan hutang oleh manajemen. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajemen menggunakan hutang padatingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan financial risk (Crutchley, 1999). Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Pertumbuhan yang pesat dari kepemilikan asing akan membuat perusahaan asing mengalami tekanan dari masyarakat sekitar(ramadhan, 2010 dalam Rakchmawati 2011). Kepemilikan publik adalah kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat umum atau atau oleh pihak luar(istiqomah, 2010). Adanya perbedaan dalam proporsi saham yang dimiliki oleh investor luar dapat mempengaruhi kelengkapan pengungkapan (Disclosure) oleh perusahaan. Hal ini karena, semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin luas. Mekanisme pengawasan dari corporate governance yang terdiri dari strukturkepemilikan yang meliputi kepemilikanmanajemen, kepemilikan institusi 3

domestik,kepemilikan institusi asing, kepemilikanpublik (Hapsoro, 2007), leverage dan ukuranperusahaan, dimana mekanisme ini dapatmengontrol perusahaan lebih optimal,sehingga dapat menurunkan konflikkepentingan (conflict of interest) yangdisebabkan oleh masalah keagenan antarapemilik dan manajer. Kepemilikanmanajemen adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen. Kedudukan manajer dengan pemegang saham dapat disejajarkan dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen. (Hapsoro, 2007), mengungkapkan bahwa Kepemilikan institusi domestik merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, asset management dan kepemilikan institusi lain). Kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia (Fathimiyah dkk, 2011). Kepemilikan publik adalah proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki oleh masyarakat umum (bukan institusi signifikan). Kepemilikan publik memiliki arti penting dalam memonitor manajemen serta mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal dalam perusahaan. Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order teory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan. Maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diartikan besar kecilnya sumber daya yang dimiliki perusahaan tersebut, baik itu sumber daya modal ataupun sumber daya manusia yang dimilikinya. Besar (ukuran) perusahan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar(sudarmadji dan Ardi Murdoko, 2007). Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin banyak informasi yang akan diungkapkannya. Serta semakin detail pula hal-hal yang akan diungkapkan karena perusahaan besar dianggap mampu untuk menyediakan informasi tersebut. Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012, karena maraknya pengungkapan manajemen risk maupun Good Corporate Governance di perusahaan-perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia, memuat penelitian terhadap perusahaan menjadi relevan untuk dilakukan. Sementara itu penelitian tentang struktur kepemilikan terhadap risk management disclosure belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji struktur kepemilikan dan risk management disclosure dalam annual reports yang mengacu pada perusahaanmanufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan metode disclosure index study yang hasilnya berupa score.score dari pengukuran risk management disclosure kemudian diuji terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya yaitu : Kepemilikan Manajemen, Kepemilikan Institusi Domestik, Kepemilikan Institusi Asing, Kepemilikan Publik, adapun analisis tambahannya yaitu leverage dan ukuran perusahaan (Size). TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Teori Keagenan (Agency Theory) Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Suranta (2003) menyatakan bahwa 4

hubungan keagenan adalah sebuah kontrak dimana satu atau lebih (principal) menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen. Pemegang saham menilai kinerja manajer berdasarkan kemampuannya dalam menghasilkan laba perusahaan. Sebaliknya, manajer berusaha memenuhi tuntutan pemegang saham untuk menghasilkan laba yang maksimal agar mendapatkan kompensasi atau insentif yang diinginkan. Namun, manajer seringkali melakukan manipulasi saat melaporkan kondisi perusahaan kepada pemegang saham agar tujuannya mendapatkan kompensasi tercapai. Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan dari pada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Teori Signal Menurut Nuswandari (2009) teori signal menjelaskan alasan perusahaan menyajikan informasi untuk pasar modal. Teori signal menunjukkan adanya asimetri informasi antara manajemen perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Teori signal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya perusahaan memberikan sinyalsinyal pada pengguna laporan keuangan. Teori Signal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena terdapat asimetri informasi antara perusahaan dengan pihak eksternal. Perusahaan atau manajer memiliki pengetahuan lebih banyak mengenai kondisi perusahaan dibandingkan pihak eksternal(nuswandari,2009). Corporate Governance Corporate governance merupakan struktur yang oleh stakeholder,pemegang saham, komisaris, dan manajer menyusun tujuan perusahaan dan sarana untuk mencapai tujuan tersebut dan mengawasi kinerja Organization for Economics Co-operation and Development (OECD). Hal ini senada dikemukakan oleh Calbury Committee dalam Fathimiyah et al, 2011 A set of rules that define a relationship between shareholders, manager, creditor the government, employees and other internal and external stakeholder in respect to their and responshibilities. Setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas corporate governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua jajaran perusahaan, asas coporate governance yaitu transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kesetaraan dan kewajarandiperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan pemangku kepentingan. Perusahaan harus membuat pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance berdasarkan pedoman Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). Pengungkapan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisah dari laporan tahunan perusahaan. Pernyataan tentang pelaksanaan corporate governance disertai dengan uraian tentang aspek-aspek penting yang telah dilaksanakan. Uraian tersebut dapat sekaligus digunakan untuk memenuhi ketentuan pelaporan dari otoritas terkait. Dalam hal belum seluruh aspek Pedoman Corporate Governance yang dikeluarkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dapat dilaksanakan, perusahaan harus mengungkapan aspek-aspek yang belum dilaksanakan tersebut beserta alasannya. Penjelasan tentang aspek yang belum dilaksanakan dimasukkan dalam uraian tentang informasi penting. 5

Informasi penting yang perlu diungkapkan dalam laporan tahunan meliputi tetapi tidak terbatas pada : 1. Struktur dan pola kerja Dewan Komisaris 2. Struktur dan pola kerja Direksi 3. Informasi penting lainnya antara lain : a. Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan b. Kondisi keuangan perusahaan c. Pemegang saham pengendali d. Kebijakan dan jumlah remunerasi Dewan Komisaris dan Direksi e. Transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa f. Risiko-risiko yang mungkin terjadi dan berpengaruh pada operasi perusahaan di masa yang akan datang. Kepemilikan Manajemen Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (direktur dan komisaris)(diyah dan Erman, 2009). Dengan adanya kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Kepemilikan Institusi Domestik Kepemilikan institusi domestik merupakan kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, Bank, dan perusahaan institusi lainnya). Kepemilikan institusi merupakan pemegang saham terbesar sehingga merupakan sarana untuk memonitor manajemen(fathimiyah et al, 2011). Kepemilikan Institusi Asing Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Kepemilikan Publik Kepemilikan publik adalah kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat umum atau atau oleh pihak luar. Wijayanti (2009), kepemilikan perusahaan oleh pihak luar mempunyai kekuatan besar dalam perusahaan, karena dapat mempengaruhi perusahaan melalui media masa baik berupa kritikan maupun komentar yang semuanya dianggap sebagai suara publik atau masyarakat. Suatu struktur kepemilikan yang memiliki proporsi besar untuk kepemilikan publik dapat menekan manajemen agar menyajikan informasi secara tepat waktu karena ketepatan waktu pelaporan keuangan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan ekonomi(istiqomah, 2010). Leverage Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (Weston dan Copeland,1992). Keputusan manajemen untuk berusaha menjaga agar rasio leverage tidak bertambah tinggi mengacu pada teori pecking order teory menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing dan apabila pendanaan dari luar (eksternal financing) diperlukan. Maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu obligasi kemudian diikuti sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila belum mencukupi, perusahaan akan menerbitkan saham. Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak 6

akan diusahakan. Maka dapat disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan (Weston dan Copeland, 1992). Ukuran Perusahaan Besar (ukuran) perusahan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar (Sudarmadji, 2007). Semakin besar perusahaan maka semakin banyak informasi yang akan diungkapkannya. Serta semakin detail pula hal-hal yang akan diungkapkan karena perusahaan besar dianggap mampu untuk menyediakan informasi tersebut. Risk Management Disclosure Risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko yang berkaitan di masa mendatang. Risk management disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor, dan stakeholders(amran et al., 2009). Berdasarkan pengertian diatas, risk management disclosure dapat diartikan sebagai pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko di masa mendatang. Risk management disclosure berpotensi memiliki manfaat untuk para analis, investor dan stakeholder. Perumusan Hipotesis Pengaruh Kepemilikan Manajemen Terhadap Risk Management Disclosure. Kepemilikan manajemen adalah pihak manajerial dalam suatu perusahaan yang secara aktif berperan dalam mengambil keputusan untuk menjalankan perusahaan. Pihakpihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi perusahaan (Wahidahwati, 2002). Manajemen sangat berperan dalam menjalankan kelangsungan usaha suatu perusahaan. Dimana, manajemen tidak hanya berperan sebagai pengelola perusahaan saja melainkan juga berperan sebagai pemegang saham. Manajemen akan bertanggung jawab atas seluruh kegiatanusaha yang telah dilakukannya dengan melakukan pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan. Prosentase kepemilikan saham manajerial suatu perusahaan yang semakin tinggi menyebabkan semakin besar pula tanggung jawab manajemen dalam mengambil suatu keputusan sehingga risikopun menjadi semakin tinggi (Dampsey dan Laber, 1993). H 1 : Kepemilikan Manajemen berpengaruhterhadap Risk Management Disclosure. Pengaruh Kepemilikan Institusi Domestik Terhadap Risk Management Disclosure Kepemilikan institusi domestik adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk institusi, seperti bank, perusahaan asuransi, dana pensiun dan intitusi lainnya (Wahidahwati, 2002). Peningkatan kepemilikan institusi domestik menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen menghindari perilaku yang merugikan principal. Semakin besar prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi akan menyebabkan usaha monitoring semakin efektif, karena dapat mengendalikan perilaku oprtunistik yang dilakukan manajemen. Dengan tingkat kepemillikan yang tinggi akan mengurangi agency cost pada perusahaan serta penggunaan hutang oleh manajemen. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajemen menggunakan hutang pada tingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan financial risk (Crutchley, 1999). H 2 : Kepemilikan Insititusi Domestik berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 7

Pengaruh Kepemilikan Institusi Asing Terhadap Risk Management Disclosure Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 2007 pada pasal 1 angka 6 kepemilikan asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia. Pertumbuhan yang pesat dari kepemilikan asing akan membuat perusahaan asing mengalami tekanan dari masyarakat sekitar (Ramadhan, 2010 dalam Rakchmawati 2011). Sehingga, jika semakin tinggi kepemilikan asing maka tingkat risikonya pun semakin besar. H 3 : Kepemilikan Institusi Asing berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. Pengaruh Kepemilikan Publik Terhadap Risk Management Disclosure Kepemilikan perusahaan oleh pihak luarmemiliki kekuatan yang besar dalammemengaruhi perusahaan melalui mediamassa berupa kritikan atau komentar yangsemuanya dianggap sebagai suaramasyarakat. Adanya konsentrasikepemilikan publik menimbulkan pengaruhpihak luar sehingga mengubah pengelolaanperusahaan yang pada awalnya berjalansesuai keinginan manajemen menjadimemiliki keterbatasan (Puspitasari,2009).Semakin besar porsi saham yang dimilikipublik, maka akan semakin besar tekananyang diterima perusahaan untukmenyediakan informasi lebih banyak dalamlaporan tahunannya yang di dalamnyaterdapat pula pengungkapan tentangmanajemen risiko. H 4 : Kepemilikan Publik berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. Pengaruh Leverage Terhadap Risk Management Disclosure Salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. (Weston dan Copeland,1992). Pada intinya apabila perusahaan masih bisa mengusahakan sumber pendanaan internal maka sumber pendanaan eksternal tidak akan diusahakan. Maka dapat disimpulkan rasio leverage yang tinggi menyebabkan turunnya nilai perusahaan (Weston dan Copeland, 1992). H 5 : Leverage berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Risk Management Disclosure Perusahaan yang besar dapat menyediakanlaporan untuk keperluan internal, dimanainformasi tersebut sekaligus sebagai bahanuntuk keperluan informasi kepada pihakeksternal, sehingga tidak perlumengeluarkan biaya tambahan. Semakinbesar perusahaan maka semakin banyakinformasi yang akan diungkapkannya.semakin detail pula hal-hal yang akandiungkapkan seperti informasi tentangmanajemen risiko perusahaan, karenaperusahaan besar dianggap mampu untukmenyediakan informasi tersebut H 6 : Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Risk Management Disclosure. 8 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan kausalitas (Kausal Komparatif). Kausalitas merupakan penelitian yang untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu variabel Struktur Kepemilikan, Leverage dan Ukuran Perusahaan sebagai variabel independen dan variabel Risk Management Disclosure sebagai variabel dependen.

Objek penelitian perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia yang menerbitkan annual reports pada tahun 2010-2012. Penelitian ini dibatasi pada perusahaansektor manufaktur yang terdaftar di BursaEfek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Independen a. Kepemilikan manajemen Kepemilikan sahamoleh manajemenperusahaanyangdiukur dengan persentase jumlah sahamyang dimiliki oleh manajemen. (Demsetz dan Lehn, 1985). Jumlah saham yang dimiliki manajerial KM = ------------------------------------------------------- x 100% Total saham beredar b. Kepemilikan institusi domestik Kepemilikan saham perusahaan yang mayoritas dimiliki oleh institusi atau lembaga (perusahaan asuransi, Bank, dan perusahaan institusi lainnya). (Anggraini, 2011). Jumlah saham yang dimiliki institusi domestik KID = -------------------------------------------------------------- x 100% Total saham beredar c. Kepemilikan institusi asing Perseorangan warga negara asing, badan usaha asing,danpemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Republik Indonesia (Ramadhan 2010 dalam Rakchmawati 2011). Jumlah saham yang dimiliki institusi asing KIA = ------------------------------------------------------------ x 100% Totalsaham beredar 9 d. Kepemilikan publik Kepemilikan saham perusahaan oleh masyarakat umum atau oleh pihak luar (Istiqomah, 2010). Jumlah saham yang dimiliki publik KP = ---------------------------------------------------- x 100% Total saham beredar e. Leverage Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana asset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. (Weston dan Copeland,1992). Total ekuitas L = ------------------------ x 100% Total hutang

f. Ukuran perusahaan Besar (ukuran) perusahan dapat dinyatakan dalam total aktiva, penjualan, dan kapitalisasi pasar (Sudarmadji dan Ardi Murdoko, 2007). UP = Log (AT + AL) Variabel Dependen Risk Manageent Disclosure Pengungkapan atas risiko-risiko yang telah dikelola perusahaan atau pengungkapan atas bagaimana perusahaan dalam mengendalikan risiko yang berkaitan di masa mendatang (Amran et al., 2009). 1 n DSCORE BY = ΣSCORE MAX BY i =1 i BY 10 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Statistik deskriptif masing-masing variabel penelitian yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, leverage, ukuran perusahaan dan risk management disclosure. Tingkat kepatuhan risk management disclosure sebesar 0,5570 atau 5,57 % yang mengindikasikan bahwa risk management disclosure hampir sepenuhnya dipatuhi oleh perusahaan manufaktur yang go public. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinearitas. Hasil perhitungan nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance < 0,10. Hasil hitungan Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF > 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi. b. Uji Autokorelasi. Nilai Durbin-Watson (DW hitung), sebesar 2,043 atau 2. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan DW hitung berada diantara -2 dan 2, yakni -2 2 2 maka ini berarti tidak terjadi autokorelasi. Sehingga kesimpulannya adalah uji autokorelasi terpenuhi. c. Uji Heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola grafik scatterplot. Dari hasil output dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas terpenuhi. d. Uji Normalitas. Nilai Shapiro-Wil Test signifikan dengan nilai > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data residual terdistribusi normal.

Uji Hipotesis Pengujian Hipotesis. Persamaan regresi digunakan untuk menjawab hipotesis 1,2,3,4,5 dan 6, serta untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh terhadap risk management disclosure. Pengolahan data kepemilikan manajemen (X1) melalui uji t didapat dari hasil thitung sebesar -0,947 < ttabel 1,669. Sementara untuk uji signifikan konstanta dan variabel independen, dalam tabel diatas diperoleh nilai sig. sebesar 0,355 > α (0,05), maka H0 diterima dan menolak H1 artinya tidak ada pengaruh antara kepemilikan manajemen terhadap risk management disclosure. Hasil regresi kepemilikan manajemen (-1,335) menunjukkan bahwa kepemilikan manajemen berpengaruh negatif yang berarti bahwa nilai risk management disclosure menurun, sehingga dapat disimpulkan kepemilikan saham oleh pihak manajemen di perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia masih sangat rendah. Sehingga penerapan kepemilikan manajemen untuk membantu kepentingan antara manajer dan pemilik saham agar dapat memotivasi para manajer dalam melakukan kegiatan bisnis perusahaan manufaktur yang ada di Indonesia belum sepenuhnya berjalan efektif (Permanasari, 2010). Pengolahan data kepemilikan institusi domestik (X2) melalui uji t didapat dari hasil thitung sebesar 4.118 > ttabel 1,669. Sementara untuk uji signifikan konstanta dan variabel independen, dalam tabel 4.8 diperoleh nilai sig. sebesar 0,000 < α (0,05), maka H1 artinya tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusi domestik terhadap risk management disclosure. Hasil regresi kepemilikan institusi domestik (4.717) menunjukkan bahwa kepemilikan institusi domestik berpengaruh positif yang berarti bahwa nilai risk management disclosure meningkat, sehingga dapat disimpulkan bahwa Peningkatan kepemilikan institusi domestik menyebabkan kinerja manajemen diawasi secara optimal sehingga manajemen menghindari perilaku yang merugikan principal. Semakin besar prosentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi akan menyebabkan usaha monitoring semakin efektif, karena dapat mengendalikan perilaku oprtunistik yang dilakukan manajemen. Dengan tingkat kepemillikan yang tinggi akan mengurangi agency cost pada perusahaan serta penggunaan hutang oleh manajemen. Adanya kontrol ini akan menyebabkan manajemen menggunakan hutang pada tingkat yang rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan financial risk (Crutchley, 1999 dalam Hanafi dan Ismayanti, 2003). Pengolahan data kepemilikan institusi asing (X3) melalui uji t didapat dari hasil thitung sebesar 1,033 < ttabel 1,669. Sementara untuk uji signifikan konstanta dan variabel independen, dalam tabel diatas diperoleh nilai sig. sebesar 0,314 > 0,05, maka H3 ditolak artinya tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusi asing terhadap risk management disclosure. Hasil regresi kepemilikan institusi asing (1,225) menunjukkan bahwa kepemilikan institusi asing berpengaruh positif yang berarti bahwa nilai risk management disclosure meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh institusi asing di perusahaan manufaktur di Indonesia sudah sangat tinggi atau sangat banyak atau mungkin kepemilikan saham oleh institusi asing di perusahaan manufaktur di Indonesia cenderung menuntut informasi mengenai risk management disclosure dalam laporan tahunan perusahaan. Sehingga semakin tingginya kepemilikan asing, maka semakin tinggi pula risk management disclosure. Pengolahan data kepemilikan publik (X4) melalui uji t didapat dari hasil thitung sebesar 0,112 < ttabel 1,669. Sementara untuk uji signifikan konstanta dan variabel 11

independen, dalam tabel diatas diperoleh nilai sig. sebesar 0,912 > 0,05, maka H4 ditolak artinya tidak ada pengaruh antara kepemilikan publik terhadap risk management disclosure. Hasil regresi kepemilikan publik (0,059) yang terdapat pada tabel 2 menunjukkan bahwa kepemilikan publik berpengaruh positif yang berarti bahwa nilai risk management disclosure meningkat, sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin banyak pihak yang membutuhkan informasi tentang perusahaan, semakin banyak pula detail-detail butir yang dituntut untuk dibuka dan dengan demikian pengungkapan perusahaan akan semakin luas. Di lain pihak, ada dorongan bagi manajemen untuk selektif dalam melakukan pengungkapan informasi karena pengungkapan informasi mengandung biaya. Manajemen hanya akan mengungkapan informasi jika manfaat yang diperoleh dari pengungkapan melebihi biaya pengungkapan informasi tersebut (Marwata, 2001). Berdasarkan hasil pengolahan data pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap risk manajemen disclosure pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (2010-2012). Hasil ini dapat dibuktikan dengan hasil regresi yaitu sebesar -0,021 dengan signifikansi sebesar 0,031 < 0,05. Hasil pengujian ini dapat diinterpretasikan bahwa setiap penurunan leverage perusahaan sebesar 1 kali akan menurunkan risk manajemen disclosure sebesar 0,021 pada perusahaan manufaktur. Perusahaan yang menggunakan komposisi hutang terlalu tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu membiayai asetnya dari hasil operasi perusahaan. Selain itu perusahaan dengan leverage tinggi juga memiliki risiko untuk diambil alih oleh kreditur ketika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya. Dengan berbagai risiko yang ditimbulkan atas penggunaan hutang oleh perusahaan, berdampak pada meningkatnya tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh investor. Jika dikaitkan dengan konsep investasi, maka tingkat keuntungan yang tinggi akan disertai dengan risiko yang tinggi pula. Dengan demikian dari persamaan regresi yang terbentuk menunjukkan bahwa leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap risk management disclosure. Ini berarti semakin tinggi leverage yang dimiliki oleh perusahaan maka akan semakin besar pula risk management disclosure. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang ada yang menyatakan bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat leverage yang terlalu tinggi, maka akan dapat mengalami kebangkrutan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi penggunaan leverage oleh perusahaan, maka akan semakin tinggi risiko perusahaan untuk tidak mampu membayar hutang (Indra, 2006). Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula detail-detail informasi yang akan disajikan. Perusahaan besar dituntut untuk melakukan hal tersebut karena mereka dianggap mampu untuk menunjukkan informasi yang lebih detail. Hipotesis pertama menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap risk management disclosure. Dalam memberikan informasi perusahaan terhadap pihak luar, manajemen akan memperhitungkan seberapa biaya yang akan dibutuhkan dan seberapa besar pula manfaat yang akan mereka dapatkan dari biaya yang telah mereka keluarkan. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan dengan tingkat pengungkapan laporan tahunan. Perbedaan hasil ini dapat terjadi dikarenakan belum banyak perusahaan yang mematuhi peraturan Bapepam Nomor : SE02/PM/2002. Sedikit sekali perusahaan yang menganggap risk management disclosure itu penting, hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang melaporkan laporan tahunannya dengan menyertakan informasi tentang manajemen risiko. 12

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan Penelitian ini menguji apakah terdapat pengaruh kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan publik, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2010-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi variabel kepemilikan manajemen, kepemilikan institusi domestik, kepemilikan institusi asing, kepemilikan public, leverage, dan ukuran perusahaan terhadap risk management disclosure. Dari 27 sampel perusahaan manufaktur diketahui bahwa tingkat kepatuhan risk managemen disclosure sudah sepenuhnya dipatuhi oleh perusahaan manufaktur sebesar sebesar 0,5570 atau 5,57 %. Penelitian ini telah memenuhi semua uji asumsi klasik, meliputi pengujian normalitas, pengujian multikolieritas, pengujian autokorelasi, dan pengujian heteroskedasitas. Keterbatasan Keterbatasan dalam penelitian ini adalah data yang dipergunakan hanya pada perusahaan manufaktur saja dan juga hanya menggunakan periode tiga tahun yaitu 2010-2012 sehingga hasil dari penelitian tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh perusahaan sektor manufaktur maupun seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Andini, A. H. 2011. Risk Management Disclosure : Bukti Empiris Perbankan Indonesia. Skripsi. Surakarta : Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Anggraini, R. D. 2011. Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Dalam Annual Report. eprints.undip.ac.id/26641/1/full_text_(r).pdf. Diunduh pada 5 Maret 2014. Azlan A., A. M. Rosli,dan B. C. H. M. Hassan. 2009. Risk reporting An exploratory study on risk managementdisclosure in Malaysian annual reports. Vol. 24 No. 1, pp 39-57. Crutchley, C. E., M. R.H. Jensen, J. S. Jahera, dan J. E. Raymond. 1999. Agency problems and the simultaneity of financial decision making The role of institutional ownership. International Review of Financial Analysis. Volume 8, pp 177 197. Dampsey, S. J., G. Laber,dan M. S. Rozeff. 1993. Dividend Policies in Practise : Is There and Industry Effect. Volume 32 No. 4. Demsetz, H. dan L. Kenneth. 1985.The Structure of Corporate Ownership: Causes and Consequences. Volume 93, pp 1155 77. Dewi, K. 2009. Pengaruh LuasPengungkapan Laporan KeuanganTahunan Pada PerusahaanManufaktur Di Bursa Efek IndonesiaTerhadap Pengambilan KeputusanOleh Investor.Skripsi. UniversitasGunadarma. Diyah, P. dan W. Erman. 2009. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura, Vol. 12. No.1,h. 71-86. Djakman C. D. dan M. Novita. 2008. Pengaruh Struktur Tahunan Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI, Pontianak. Fathimiyah, V., R. Zulfikar, dan F. Fitriyani. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Risk Management Disclosure (Studi Survei Industri Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek 13

Indonesia Tahun 2008 2010). Skripsi. Serang : Ekonomi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Gozali, I. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbitan Universitas Diponogoro. Hapsoro, D. 2007. Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Transparansi : Studi Empiris Di Pasar Modal. Vol. 18 No. 2, hal 65-85. Healy, P. dan Palepu. 2001. A review of the empirical disclosure literature. Journal of Accounting & Economics 31, 405 440. Indra, A. Z. 2006. Factor-faktor Fundamental Keuangan yang Mempengaruhi Risiko Saham. Jurnal Bisnis dan Manajemen Volume 2 No. 3 Mei 2006. Istiqomah, D. F. 2010. Analisis Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas, dan Kepemilikan Publik Terhadap Keterlambatan Publikasi Laporan Keuangan. Skripsi. Surakarta : Ekonomi Universitas Sebelas Maret. Kruk, J., A. Frino, dan A. Lepone. 2009. Liquidity and Transaction Costs In The European Carbon Futures Market. Journal of Derivatives & Hedge Funds (2010) 16, 100-115. Lins, K. V. dan F. E. Warnock. 2004. Corporate Governance and the Shareholder Base. International Finance Discussion Papers, Number 816. Marwata. 2001. Kinerja Keuangan, Harga Saham, dan Pemecahan Saham, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol VI No.3, Hal 264-275. Nuswandari, C. 2009. Pengungkapan Pelaporan Keuangan Dalam Perspektif Signalling Theory.. Kajian Akuntansi., Vol. 1, No. 1, Hal: 48-57. Oorschot, L.V. 2009. Risk Reporting: An Analysis of the German Banking Industry. Permanasari, I. W. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan. Skripsi Fakultas Ekonomi, Univesitas Diponegoro, Semarang. Puspitasari. 2009. Hubungan Ukuran Perusahaan Dan Porsi Kepemilikan Saham Publik Dengan Tingkat Pengungkapan Laporan Tahunan Perusahaan. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Rakhmawati, D. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan,Tipe Industri, UkuranPerusahaan, Perusahaan BUMN dan Non BUMN Terhadap Luas Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (CSR DISCLOSURE) pada Perusahaan di BEI Tahun 2009. Skripi. Semarang : Universitas Diponegoro. Sudarmadji dan A. Murdoko. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan. Vol 2, ISSN : 1858-2559. Suranta, E. dan P. P. Merdistuti. 2003 Analisis Hubungan Struktur Kepemilikan Manajerial, Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model Persamaan Linear Simultan. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 1, h. 54-68. Wahidahwati, Januari 2002, Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan: Sebuah Perspektif Theory Agency, JurnalRiset Akuntansi Indonesia, Vol. 5, No. 1, Ikatan Akuntan Indonesia- Kompartemen Akuntan Pendidik, Yogyakarta. Weston, F.J., dan Copeland. 1992. Manajemen Keuangan. Terjemahan oleh Jaka Wasana dankibrandoko. 1995. Jakarta: Binarupa Aksara. Wijayanti, D. 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap laporan Pengungkapan Sukarela di Indonesia. Skripsi Program Sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. 14