resapan paling kritis dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Malang. Air hujan yang teresap ke dalam tanah di Kecamatan Klojen hanya sebesar

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI PENERAPAN SUMUR RESAPAN DANGKAL PADA SISTEM TATA AIR DI KOMPLEK PERUMAHAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP BESARNYA DEBIT(Q) PADA SUATU KAWASAN (STUDI KASUS PASAR FLAMBOYAN)

Dampak Pembangunan Mall Olimpic Garden (MOG) Terhadap Lalu Lintas Kota Malang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kawasan perkotaan yang terjadi seiring dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

BAB III LANDASAN TEORI

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkiraan Koefisien Pengaliran Pada Bagian Hulu DAS Sekayam Berdasarkan Data Debit Aliran

BAB I PENDAHULUAN. dan juga benda-benda bersejarah yang tidak ternilai harganya sehingga harus

PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN DAN KERUSAKAN HUTAN TERHADAP KOEFISIEN PENGALIRAN DAN HIDROGRAF SATUAN

Dana Rezky Arisandhy (1), Westi Susi Aysa (2), Ihsan (3) Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

aintis Volume 13 Nomor 2, Oktober 2013,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PILIHAN TEKNOLOGI SALURAN SIMPANG BESI TUA PANGLIMA KAOM PADA SISTEM DRAINASE WILAYAH IV KOTA LHOKSEUMAWE

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

KAPASITAS INFILTRASI TANAH TIMBUNAN DENGAN TUTUPAN PAVING BLOK (UJI MODEL LABORATORIUM) <satu spasi> Abd. Rakhim Nanda 1*, Nurnawaty 2** 1,2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tinjauan Kinerja Inlet Jalan Untuk Mengurangi Genangan Akibat Limpasan Hujan (Studi Kasus : Model inlet bulat di bahu jalan)

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENGENDALIAN OVERLAND FLOW SEBAGAI SALAH SATU KOMPONEN PENGELOLAAN DAS. Oleh: Suryana*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERUBAHAN AREAL KEDAP AIR TERHADAP AIR PERMUKAAN. Achmad Rusdiansyah ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. termasuk kebutuhan akan sumberdaya lahan. Kebutuhan lahan di kawasan

BAB V LAHAN DAN HUTAN

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

PENDAHULUAN. Air di dunia 97,2% berupa lautan dan 2,8% terdiri dari lembaran es dan

BAB I PENDAHULUAN. cahaya matahari secara tetap setiap tahunnya hanya memiliki dua tipe musim

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

STUDI PERBANDINGAN ANTARA HIDROGRAF SCS (SOIL CONSERVATION SERVICE) DAN METODE RASIONAL PADA DAS TIKALA

ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saluran drainase adalah salah satu bangunan pelengkap pada ruas jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

MODEL PENANGGULANGAN BANJIR. Oleh: Dede Sugandi*)

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

STUDI PENGARUH PERUBAHAN TATA GUNA LAHAN TERHADAP INFRASTRUKTUR JARINGAN DRAINASE KOTA RANTEPAO

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KETIKA MELIHAT BANJIR DI KOTA BALIKPAPAN

Analisis Dampak Kawasan Resapan Terhadap Kebutuhan Air Bagi Masyarakat Di Kota Surakarta Oleh : Bhian Rangga JR K Prodi Geografi FKIP UNS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB IV ANALISA TAPAK

Surface Runoff Flow Kuliah -3

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

TUGAS AKHIR PENERAPAN SISTEM DRAINASI BERKELANJUTAN DENGAN KOLAM DETENSI DALAM UPAYA MENGURANGI LIMPASAN DI KAWASAN KAMPUS UMY INTISARI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENERAPAN IPTEKS ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DELI. Nurmala Berutu W.Lumbantoruan Anik Juli Dwi Astuti Rohani

Rt Xt ...(2) ...(3) Untuk durasi 0 t 1jam

I. PENDAHULUAN. angin bertiup dari arah Utara Barat Laut dan membawa banyak uap air dan

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Hidrologi

STUDI PENGENDALIAN BANJIR DENGAN MENGGUNAKAN POMPA PADA DAERAH PENGALIRAN KALI KANDANGAN KOTAMADYA SURABAYA TUGAS AKHIR

Transkripsi:

PKMI-1-11-1 DAMPAK PEMBANGUNAN MAL OLYMPIC GARDEN TERHADAP RESAPAN DAN LIMPASAN Chairul Maulidi, Anjarwati S, Asia Ameliya S Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK Kecamatan Klojen yang merupakan pusat Kota Malang memiliki kondisi resapan paling kritis dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Malang. Air hujan yang teresap ke dalam tanah di Kecamatan Klojen hanya sebesar 1,61% dari curah hujan seluruhnya, sedangkan 98,39% lainnya menjadi limpasan. Hal ini disebabkan sedikitnya luasan lahan resapan dan luasnya penutupan permukaan tanah oleh lapisan kedap air. Luas area resapan Kecamatan Klojen akan semakin berkurang dengan adanya rencana pembangunan Mal Olympic Garden (MOG) seluas 8,408 hektar. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pembangunan MOG akan menimbulkan volume limpasan sebesar 148.818,05 m 3 tiap tahunnya. Salah satu alternatif solusi untuk mengurangi dampak negatif terhadap resapan dan limpasan ialah dengan pembangunan kolam resapan. Kata kunci: Resapan, limpasan, mal olympic garden. PENDAHULUAN Latar Belakang Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Propinsi Jawa Timur setelah Surabaya memiliki luas wilayah sebesar 110,06 km². Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir Kota Malang telah mengalami perkembangan cukup pesat. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan tata guna lahan di Kota Malang. Sebagai konsekuensi dari pembangunan perkotaan adalah meluasnya area terbangun. Padatnya bangunan menyebabkan semakin luasnya penutupan tanah yang mengakibatkan ketidak-seimbangan lingkungan, misalnya proses-proses yang melibatkan pergerakan air seperti limpasan permukaan, erosi dan resapan air kedalam lapisab kedap air. Kecamatan Klojen yang merupakan pusat Kota Malang memiliki kondisi resapan yang paling kritis dibandingkan dengan kecamatan lainnya di Kota Malang. Di samping itu, Kecamatan Klojen juga merupakan kecamatan dengan luas lahan terbangun terbesar. Pada tahun 2002 kawasan terbangun telah mencapai 91,56% dari total luas kecamatan. (RDTRK Kecamatan Klojen 2003-2008). Berdasarkan prosentase tersebut, lahan yang dapat dimanfaatkan baik sebagai cadangan perkembangan kota maupun sebagai fungsi lindung adalah sebesar 8,44%. Air hujan yang teresap ke dalam tanah di Kecamatan Klojen hanya sebesar 1,61% dari curah hujan seluruhnya, sedangkan 98,39% lainnya menjadi limpasan (Azizah, 2001). Besarnya limpasan permukaan Kecamatan Klojen dirasakan dampaknya pada Minggu sore tanggal 29 Januari 2006, banjir melanda 146 rumah yang terletak di Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen.. Penyebab terjadinya banjir dikarenakan sistem drainase Kecamatan Klojen tidak mampu menampung limpasan permukaan dari daerah sekitarnya (Malang Post, 30 Januari 2006). Luas area resapan Kecamatan Klojen akan semakin berkurang dengan adanya rencana pembangunan Mal Olympic Garden (MOG). Pembangunan yang akan dilaksanakan di atas lahan seluas 8,408 hektar ini, terdiri atas mal, hipermarket, hotel, wisma atlet, gedung perkantoran serta kolam renang. Dengan

PKMI-1-11-2 adanya MOG maka luasan permukaan tanah yang tertutup lapisan tidak tembus air akan bertambah sehingga dapat diperkirakan akan semakin menurunkan resapan air hujan serta meningkatkan limpasan air permukaan yang melebihi daya tampung saluran drainase utama dan memperparah permasalahan banjir di Kecamatan Klojen. Penulisan ini disusun untuk mengetahui seberapa besar penurunan volume resapan dan peningkatan volume limpasan dan perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan Mal Olympic Garden. Hasil perhitunganan dan analisa dampak selanjutnya dipergunakan dalam penyusunan saran untuk minimalisir dampak negatif resapan dan limpasan dari pembangunan MOG. Ruang Lingkup Penulisan Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka pembahasan dibatasi dalam ruang lingkup konsep hidrologi pada aspek resapan dan aspek limpasan. Sedangkan lokasi studi adalah lokasi rencana Pembangunan MOG, yaitu kawasan Stadion Gajayana dan wilayah sekitarnya yang berada dalam satu area daerah aliran sungai (DAS). Menurut batas administratif, mencakup Kelurahan Kauman dan Kelurahan Bareng, Kecamatan Klojen, Kota Malang METODE PENDEKATAN Pendekatan Masalah Penulisan menggunakan pendekatan konsep hidrologi aspek resapan dan limpasan. Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan teresap ke dalam tanah dengan gaya gerak gravitasi dan kapiler dalam suatu aliran resapan. Pertama-tama air akan meresap ke dalam tanah untuk meningkatkan kelembaban tanah, selanjutnya akan turun menjadi air tanah. Namun, bila permukaan tanah telah mencapai titik puncak kelembabannya dan hujan terus berlangsung. Maka air hujan tidak lagi dapat teresap melainkan mengalir di atas permukaan tanah ke alur sungai terdekat Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengukuran volume resapan dan limpasan yang terjadi di lokasi studi sebelum pembangunan. Volume resapan setelah pembangunan MOG diperoleh dari rumus yang sama tetapi menggunakan variabel luas daerah tangkapan yang diperoleh dari pengukuran site plan. Selanjutnya, penghitungan peningkatan volume limpasan setelah pembangunan MOG diperoleh dengan menambahkan selisih volume resapan sebelum dengan volume resapan setelah pembangunan ke angka volume limpasan sebelum pembangunan MOG. Asumsi yang digunakan dalam melakukan pengukuran volume resapan dan limpasan adalah sebagi berikut : 1. Pada saat terjadi hujan, air yang diuapkan melalui proses eveporasi dan transpirasi dianggap nol, karena saat itu udara dalam keadaan jenuh uap air (tekanan uap air telah maksimum). 2. Sisa air yang tertinggal di kawasan terbuka (tergenang) dimasukkan sebagai bagian air yang teresapkan ke dalam tanah. Alat dan Bahan Dua buah silinder infiltrometer mempergunakan kaleng plastik yang dipotong menjadi silinder. Silinder pertama berdiamter kurang lebih 20 cm dan silinder kedua berdiamter kurang lebih 35 cm. Peralatan lainnya adalah penggaris besi, galon, gayung, dan gelas berskala.

PKMI-1-11-3 Peta hasil foto udara dipergunakan untuk menentukan batasan DAS lokasi studi dan untuk analisa lokasi yang akan terkena dampak dari peningkatan limpasan. Tahapan Penulisan Penulisan dilakukan melalui tiga tahapan yaitu, tahap pengumpulan data, pengolahan data dan analisa sintesis. Pengumpulan Data Survei primer dilakukan untuk memperoleh angka laju resapan tanah di lokasi rencana pembangunan MOG. Pengukuran laju resapan dilakukan dengan menggunakan infiltrometer. Infiltrometer adalah sebuah tabung pendek yang bergaris tengah lebar, atau perbatas kedap lainnya yang mengelilingi suatu luasan tanah. Kedua cincin digunakan secara sepusat seperti pada gambar 1. Cincin digenangi air hingga kedalaman 5 mm di atas permukaan tanah dan diisi kembali terus-menerus untuk mempertahankan kedalaman tadi, dan pemasukan air ke tabung yang tengah diukur. Tabung yang diluar berfungsi untuk meniadakan pengaruh resapan ke arah samping oleh tanah yang lebih kering. 35 cm Gambar 1. Model Infiltrometer (Ersin, 1990) 20 cm Kedalaman Survei sekunder berupa pengumpulan teori-teori ruang 5 t m e m rbuka hijau, resapan, limpasan permuka3a-10 n, cm dan penanggulangan limpasan permu kaan, serta gambaran umum mengenai karakteristik fisi A k ir y d a a ng s M ar eres K ap ecamatan Klojen dan peta hasil foto udara. Sumber dan jenis data yang diperlukan dapat dilihat pada tabel berikut; Tabel 1. Sumber dan Jenis Data No Sumber Data Jenis Data 1 Buku Teori tentang ruang terbuka hijau Teori tentang resapan dan limpasan permukaan Teori tentang penanggulangan resapan 2 Jurnal, thesis, skripsi Penelitian terdahulu mengenai limpasan permukaan Kota Klojen Teknik penghitungan resapan dan limpasan Teknik penanggulangan limpasan permukaan 3 RDTRK Karakteristik fisik dasar Kecamatan Klojen 4 Bakosurtanal Peta topografi lokasi studi Pengolahan Data Pengolahan data terdiri atas peghitungan koefisien resapan (C), volume resapan (I), dan volume limpasan (R) sebelum dan setelah pembangunan MOG.. 1. Penghitungan koefisien resapan (C) Untuk penghitungan koefisien memerlukan data curah hujan dan data laju resapan hasil pengukuran lapangan dan mempergunakan rumus berikut; C = (I x 365 x A) / (P x A) I : laju resapan (baseflow) (mm/hari)

PKMI-1-11-4 A: luas daerah tangkapan air (m 2 ) P: curah hujan tahunan (mm/tahun) 2. Penghitungan volume resapan (I) Selanjutnya angka koefisien resapan hasil perhitungan (C) dipergunakan untuk mendapatkan angka volume air hujan yang teresap. Ia = CH( A) / 1000 Ia : imbuhan alami/ air hujan yang teresap (m 3 /tahun) C : angka koefisien resap H : curah hujan tahunan (mm/tahun) A: luas kawasan terbuka (m 2 ) 3. Penghitungan volume limpasan (R) Penghitungan volume limpasan mempergunakan rumus yang dikemukan oleh Linsley (1982); Ro = P I Ro : limpasan permukaan (mm) P : curah hujan (mm) I : resapan (mm) Analisa Sintesis Volume resapan dan limpasan hasil pengolahan data dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisa dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan MOG. Analisa dampak berupa angka yang menunjukkan seberapa besar penurunan volume resapan dan peningkatan volume limpasan yang akan terjadi setelah pembangunan MOG. Selanjutnya, analisa dilakukan untuk menentukan solusi alternatif yang dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan. HASIL Pembangunan Mal Olympic Garden Pembangunan Mal Olympic Garden dilaksanakan oleh PT. Mustika Taman Olympic di atas lahan ruang terbuka hijau kawasan Stadion Gajayana seluas 8,408 hektar. Pembangunan meliputi fasilitas olah raga lainnya seperti kolam renang, lapangan tenis indoor dan outdoor, lapangan sepak bola luar, mal, hotel bintang empat dan taman. Site rencana pembangunan MOG menunjukkan bahwa pembangunan MOG akan memperkecil luasan ruang terbuka hijau yang semula 8,408 hektar menjadi 1,6 hektar. Kondisi Umum Lokasi Studi Lokasi studi terbagi menjadi dua lokasi yang memiliki karakteristik fisik yang berbeda, yaitu lokasi pembangunan MOG yang terletak di Kelurahan Kauman dan Kelurahan Bareng. Kawasan Stadion Gajayana yang merupakan lokasi rencana pembangunan Mal Olympic Garden terletak di Kelurahan Kauman Kecamatan Klojen. Kelurahan ini terletak pada ketinggian 413 500 di atas permukaan laut dengan kemiringan 0 15 %. Sedangkan Kelurahan Bareng yang berada di sebelah selatan Kawasan Stadion Gajayana merupakan dataran paling rendah di Kecamatan Klojen dengan kemiringan hingga 40 %. Kelurahan Kauman dan Kelurahan Bareng berada dalam satu area DAS dengan saluran drainase utamanya adalah Sungai Kasin. Saluran drainase sekunder dari lokasi studi seluruhnya mengalir ke Sungai Kasin. Sungai yang

PKMI-1-11-5 berfungsi sebagai saluran pembuangan dari tengah Kota Malang ini mengalir dari arah utara ke selatan. Temperatur rata-rata di Kecamatan Klojen berkisar pada suhu 24,4 o C dengan curah hujan setahun 1.989 mm dan curah hujan rata-rata 82 mm. Pada bulan Desember sampai Mei pada siang hari temperatur rata-rata Kecamatan Klojen berkisar antara 20 25 o C. Bulan Juni sampai agustus pada siang hari berkisar antara 20 28 o C. Bulan September sampai dengan November pada siang hari berkisar antara 20 25 o C. Kecamatan Klojen sebagai pusat bagian wilayah Kota Malang memiliki intensitas kegiatan yang padat. Pelayanan fasilitas yang terdapat di Kecamatan Klojen menduduki hirarkhi tertinggi di Kota Malang dengan skala baik lokal maupun regional. Berdasarkan Evaluasi RTRW Kota Malang tahun 2001 2010, pemanfaatan lahan di Kecamatan Klojen diarahkan pada ; - pusat perdagangan regional - pusat pemerintahan Kota Malang - pusat pendidikan skala nasional - pusat pelayanan kesehatan skala regional - perumahan Penggunaan lahan Kelurahan Kauman didominasi oleh sarana perdagangan dan jasa. Sedangkan Kelurahan Bareng merupakan daerah permukiman penduduk menengah ke bawah. Penghitungan Resapan dan Limpasan Penghitungan mempergunakan data dasar berupa data curah hujan, angka laju resapan, dan luasan daerah tangkapan. Lokasi studi memiliki curah hujan rata-rata sebesar 1.989 mm/tahun dan memiliki angka laju resapan tanah sebesar 3 mm/hari. Sebelum pembangunan MOG daerah tangkapan lokasi studi seluas 8,408 hektar, sedangkan setelah pembangunan MOG daerah tangkapan hanya sebesar 1,607 hektar. Tabel 2. Data Volume Resapan dan Limpasan Variabel Sebelum Setelah pembangunan pembangunan Sumber Luas daerah tangkapan 84.080 16.075,5 Data sekunder (m 2 ) Volume resapan 96.327,43 18.417,12 Perhitungan rumus (m 3 /tahun) Volume limpasan 70.907,74 148.818,05 Perhitungan rumus (m 3 /tahun) Sumber: hasil perhitungan PEMBAHASAN Dampak Pembangunan MOG Terhadap Resapan Pembangunan MOG mengharuskan perubahan fungsi guna lahan Kawasan Stadion Gajayana sebagai ruang terbuka hijau menajadi lahan terbangun. Lahan ruang terbuka hijau seluas 8,408 hektar berkurang menjadi 1,607 hektar karena tertutupi oleh berbagai fasilitas olah raga, gedung, mall dan hotel serta bahan pengeras lainnya seperti aspal dan paving block. Berkurangnya lahan yang mampu meresapkan air, akan mengakibatkan semakin parahnya kondisi lahan resapan Kecamatan Klojen yang kritis, yang mana pada tahun 2001 nilai resapan

PKMI-1-11-6 Kecamatan Klojen hanya sekitar 1,61% dari seluruh curah hujan yang jatuh (Azizah, 2001). Berkurangnya nilai resapan berakibat pada penurunan kuantitas ketersediaan air tanah Kecamatan Klojen. Sebelum pembangunan MOG, lokasi studi mampu meresapkan air ke dalam tanah sebesar 96.327,43 m 3 /tahun. Sedangkan setelah adanya pembangunan MOG, lokasi studi hanya mampu meresapkan air kedalam tanah sebesar 18.417,12 m 3 /tahun. Dampak Pembangunan MOG Terhadap Limpasan Pembangunan MOG di kawasan Stadion Gajayana akan mengakibatkan peningkatan limpasan seiring dengan penurunan resapan Kecamatan Klojen. Air hujan yang semula dapat diresapkan akan berubah menjadi limpasan karena tertutupnya permukaan tanah oleh lapisan kedap air. Peningkatan volume air limpasan yang akan terjadi di Kecamatan Klojen akibat perubahan guna Lahan ruang terbuka hijau Kawasan Stadion Gajayana menjadi Mal Olympic Garden diperkirakan sebesar 148.818,05 m 3 tiap tahunnya. Air limpasan dari kawasan Stadion Gajayana akan mengalir di permukaan tanah ke lokasi yang lebih rendah. Hasil permodelan aliran permukaan terhadap garis ketinggian (kontur) menunjukkan limpasan akan mengalir ke Kelurahan Bareng (lihat gambar 2). Permodelan ini diperkuat oleh keadaan eksisting bahwa saluran drainase dari Kawasan Stadion Gajayana mengalir ke Sungai Kasin melalui Kelurahan Bareng. Peningkatan volume limpasan yang mengalir ke Kelurahan Bareng, akan membebani sistem drainase kelurahan yang didominasi oleh guna lahan sebagai permukiman kelas menengah ke bawah ini. Lokasi MOG Kel. Kauman Permukiman Kontur Aliran limpasan Sungai Kasin Saluran drainase dari wil ayah Taman Gayam, APP, Simpang Ijen, Jalan Kawi (lokasi studi) Kel. Bareng dan Jl. Raya Langsep mengalir ke saluran di Kelurahan Bare ng khusunya RW08/RT14. ondisi k ini menjadikan RT 14 sebagai salah satu lokasi titik merupakan lokasi rawangbaamnjbirakr o2ṭaamliraalnanlgi.mppaadsaantadniglgaolk2a9si JSatnuudairi 2006 yang lalu RT 14 telah mengalami banjir genangan setelah hujan deras selama 2 jam (Malang Post, 30 Januari 2006). Rampungnya pembangunan MOG yang diperkirakan akan mengakibatkan peningkatan volume limpasan yang tentu akan semakin memperparah permasalahan banjir di Kelurahan Bareng. Kolam Resapan Sebagai Alternatif Solusi Sebagaimana hasil perhitungan sebelumnya, dengan terselesaikannya pembangunan Mal Olympic Garden, dapat diperkirakan limpasan Kecamatan Klojen akan meningkat hingga 148.818,05 m 3 /tahun. Limpasan akan mengalir ke kawasan permukiman penduduk menengah ke bawah yang terletak di Kelurahan Bareng. Limpasan tersebut tentu akan merugikan masyarakat Kelurahan Bareng karena memperbesar ancaman terjadinya banjir di kawasan tersebut.. Selain itu,

PKMI-1-11-7 Kecamatan klojen akan kehilangan pengisian cadangan air tanah sebanyak 148.818,05 m 3 tiap tahunnya sehingga menggangu kelestarian air tanah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk meminimalisir dampak peningkatan limpasan dan penurunan resapan yang diakibatkan oleh pembangunan MOG. Satu cara yang dapat meminimalisir dua dampak negatif tersebut adalah dengan memasukkan air hujan ke dalam tanah dengan menggunakan sumur resapan. Sumur resapan ditujukan untuk dapat menampung air hujan sebanyak 148.818,05 m 3 dalam waktu yang lebih lama sehingga lebih banyak waktu untuk meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi limpasan. Pembangunan MOG sangat perlu untuk disertai oleh penyediaan sumur resapan. Mal Olympic Garden yang direncanakan bernuansa taman kota sangat cocok mempergunakan metode sumur resapan kolektif berupa kolam resapan. Yaitu satu atau dua sumur resapan yang berbentuk kolam taman berkapasitas 148.818,05 m 3 untuk menampung aliran air hujan dari seluruh kawasan MOG. Supaya air mengalir dengan lancar, kolam resapan sebaiknya diletakkan pada lahan yang paling rendah diantara kawasan yang dilayani. Gambar 3. Model Kolam Resapan KESIMPULAN 1. Pembangunan Mal Olympic Garden diperkirakan dapat menurunkan resapan dari 96.327,43 m 3 menjadi 18.417,12 m 3 tiap tahunnya dan meningkatkan volume limpasan Kecamatan Klojen dari 70.907,74 m 3 menjadi 148.818,05 m 3 tiap tahunnya. 2. Penurunan resapan mengakibatkan penurunan kuantitas air tanah. Sedangkan peningkatan limpasan akan memperparah masalah banjir di Kelurahan Bareng. 3. Kolam resapan diperlukan untuk menampung air hujan supaya dapat meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi limpasan permukaan. DAFTAR PUSTAKA Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gajah Mada University Press, Yogyakarta Azizah, S. 2001. Akibat Perkembangan Kota, Thesis, tidak diterbitkan Linsley, R.K. 1996. Hidrologi untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta Malang Post. Ratusan Rumah Terendam. Senin 30 Januari 2006 Seyhan, Ersin. 1990. Dasar-dasar Hidrologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Soemarto, CD. 1999. Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta Sosrodarsono, S. 1985. Hidrologi Untuk Pengairan, PT Pradnya Paramita, Jakarta Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan, Andi, Yogyakarta

Wilson, E.M. 1993. Hidrologi Teknik, ITB, Bandung PKMI-1-11-8

PKMI-1-11-8