BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa data yang tersedia menurut World Health Organization (2010),

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO usia tahun adalah usia pertengahan, usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat yang setinggi tingginya (Depkes, 2009). Adanya kemajuan ilmu

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. epidemi global dan harus segera ditangani. Saat ini prevalensi obesitas di

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. secara rasional mudah menyebabkan kelebihan masukan yang akan. menimbulkan berat badan meningkat (Sismoyo, 2006).

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Penurunan tersebut

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB 1 : PENDAHULUAN. mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel (sinovial) sendi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dari 90 mmhg (World Health Organization, 2013). Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA LANJUT USIA TENTANG DIET HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG.

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dan 2011 yang memenuhi kriteria inklusi, dismenorea adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. makronutrien maupun mikronutrien yang dibutuhkan tubuh dan bila tidak

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS

BAB V PEMBAHASAN. Jumlah pekerja pelintingan rokok di PT. Djitoe Indonesia Tobako

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan semakin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan nyeri. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring dengan semakin banyaknya proporsi warga lansia di Indonesia, dimana yang sering di alami pada usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah nyeri sendi. Dampak keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh nyeri sendi tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari hari tetapi juga dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Kisworo, 2008). World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit pada sendi. Dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Dari studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 provinsi tahun 2012, diketahui 1

2 bahwa penyakit terbanyak yang diderita oleh lansia adalah penyakit sendi yaitu sebanyak 52,3%, setelah itu hipertensi 38,8%, anemia 30,7%, dan katarak 23%. Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala prevalensi nasional penyakit sendi di Indonesia adalah 30,3%. Sedangan prevalensi penyakit sendi di Jawa Timur sebesar 30,9% (RISKESDAS Nasional, 2012). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan tahun 2014 jumlah lansia yang mengalami nyeri sendi sebanyak 23,3 %. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Agustus 2015 didapatkan hampir 50% dari total lansia di UPT PSLU Kabupaten Magetan pernah mengalami nyeri sendi (Data Poliklinik Kesehatan UPT PSLU Magetan, 2015). Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan nyeri sendi, dimana faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya nyeri pada sendi semakin meningkat dengan bertambahnya umur, dimana nyeri sendi pada lansia lebih sering menyerang wanita dibanding pria. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan antara umur dengan menopause yang menyebabkan hormon estrogen tidak berfungsi lagi, sementara salah satu fungsi hormon ini adalah untuk mempertahankan massa tulang. Selain itu para pekerja yang biasa dengan beban berat akan mempunyai risiko terserang gangguan sendi lebih besar dibandingkan dengan pekerja yang tidak mengangkat beban berat. Gangguan sendi ini biasanya mengenai sendi penopang berat badan misalnya pada panggul, lutut, vertebra, tetapi dapat juga mengenai bahu, sendi-sendi jari tangan, dan pergelangan kaki. Penderita dengan gangguan nyeri sendi biasanya mengeluh nyeri pada waktu melakukan aktivitas atau jika ada

3 pembebanan pada sendi yang terkena, selain itu aktivitas fisik (terutama berlutut, jongkok, mengangkat, atau mendaki) juga dapat menyebabkan gangguan sendi sehingga mengakibatkan nyeri pada sendi. Penderita nyeri sendi dengan obesitas lebih sering mengeluhkan nyeri pada sendi lutut dibandingkan dengan penderita yang tidak obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa berat badan berlebih mempengaruhi derajat nyeri pada penderita gangguan sendi. Obesitas merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan sendi terutama lutut, yang mana peningkatan berat badan akan melipatgandakan beban sendi lutut saat berjalan. Penelitian Amin (2006) membuktikan bahwa kebiasaan merokok dapat meningkatkan risiko penyakit Osteoarthrirtis yang dapat menimbulkan nyeri pada sendi. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya kandungan racun dalam darah dan kematian jaringan akibat kekurangan oksigen, yang memungkinkan terjadinya kerusakan tulang rawan. Berbagai cara bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko terserang gangguan-gangguan persendian seperti tidak memaksakan diri melakukan aktivitas yang berbahaya atau di luar kemampuan, mengenakan alas kaki yang nyaman, menghilangkan kebiasaan merokok yang dapat meningkatkan kandungan racun dalam darah yang memicu terjadinya gangguan pada sendi dan penyakit lain, serta melakukan latihan olahraga seperti senam lansia, yang mana senam lansia merupakan suatu aktivitas olahraga bagi lansia yang akan membantu tubuh tetap lentur dan juga memperkuat otot-otot dan ligamen yang menstabilkan sendi.

4 Latihan senam rentang gerak dapat memacu semua organ tubuh tetap diaktifkan sehingga dapat menghambat kemunduran fisik akibat proses menua. Lansia yang melakukan olahraga (aktifitas fisik) baik secara sendiri maupun bersama terutama pada pagi hari dapat menjaga kebugaran dan kesehatan fisik maupun kejiwaan lansia (Tamher dkk, 2009). Untuk mencegah keadaan yang memperburuk dari nyeri sendi tersebut maka diperlukan pembatasan aktivitas seperti berlutut, jongkok, mengangkat beban yang berat, serta harus memperhatikan status gizi pada lansia untuk mencegah obesitas. Selain itu dengan pengawasan gizi yang baik maka nutrisi yang dibutuhkan oleh lansia akan terpenuhi dengan baik yang selanjutnya akan berpengaruh pada peningkatan status gizi lansia. Status gizi yang baik dan kondisi tubuh yang sehat akan meningkatkan fungsi metabolisme tubuh yang berefek pada meningkatnya imunitas lansia sehingga dapat terhindari dari berbagai paparan penyakit. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor yang Menyebabkan Nyeri Sendi pada Lansia di UPT PSLU Kabupaten Magetan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah faktor yang menyebabkan nyeri sendi pada lansia di UPT PSLU Kabupaten Magetan?

5 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan nyeri sendi pada lansia di UPT PSLU Kabupaten Magetan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi faktor jenis kelamin sebagai penyebab nyeri sendi pada lansia 2. Mengidentifikasi faktor riwayat trauma sebagai penyebab nyeri sendi pada lansia 3. Mengidentifikasi faktor riwayat pekerjaan sebagai penyebab nyeri sendi pada lansia 4. Mengidentifikasi faktor kebiasaan merokok sebagai penyebab nyeri sendi pada lansia 5. Mengidentifikasi faktor obesitas sebagai penyebab nyeri sendi pada lansia 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Lahan Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu kontribusi bagi UPT PSLU Kabupaten Magetan dan Poliklinik setempat yang bisa dipakai sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan bagi lansia.

6 1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sabagai masukan data untuk melakukan upaya-upaya dalam peningkatan pemberian pengetahuan kepada mahasiswa - mahasiswi dalam bidang kesehatan khususnya tentang nyeri sendi pada lansia. 1.4.3 Bagi Peneliti Dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan teori-teori yang didapat dalam bentuk penelitian. 1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan nyeri sendi pada lansia. 1.5 Keaslian Penelitian Menurut penelusuran peneliti, penelitian sejenis tentang nyeri sendi pada lansia pernah dilakukan seperti : 1. Pepin Nahariani, Puput Lismawati, Heri Wibowo (2012) dengan judul Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. Desain penelitian adalah analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian ini didapatkan 11 responden (35,48%) mengalami intensitas nyeri berat, 21 responden (67,74%) aktivitas fisik

7 aktif, dan dari uji statistik didapatkan hasil signifikansi 0,039, dimana 0,039 lebih kecil dari 0,05 sehingga H1 diterima yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisik dengan intensitas nyeri sendi pada lansia di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto. Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat penelitian. Penelitian di atas dilakukan di Panti Werdha Mojopahit Kabupaten Mojokerto sedangkan penelitian ini dilakukan di UPT PSLU Kabupaten Magetan. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. 2. Uyun Nadliroh, Metia Ariyanti, Ida Untari (2014) dengan judul Gambaran Nyeri Sendi Rematik Pada Lansia Di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab nyeri sendi rematik pada lansia di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta. Metode penelitian ini deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini ada 90 lansia. Pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, dengan jumlah responden 20 lansia. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian ini didapatkan penyebab nyeri sendi rematik pada lansia di Panti Wreda Dharma Bakti Surakarta sebagian besar responden (50%) berusia 80 tahun keatas, sebagian besar responden (70%) memiliki status gizi ideal, sebagian besar responden memiliki riwayat pekerjaan beresiko rematik (45%) yaitu sebagai pedagang, memiliki riwayat cidera (65%) dan memiliki riwayat keturunan (70%).

8 Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat penelitian. Penelitian di atas dilakukan di Panti Werda Dharma Bhakti Surakarta sedangkan penelitian ini dilakukan di UPT PSLU Kabupaten Magetan. Perbedaan yang lain terletak pada obyek yang diteliti. Pada penelitian di atas subyek yang diteliti adalah lansia yang menderita nyeri sendi dengan didiagnosa rematik. Sedangkan pada penelitian ini subyek yang diteliti adalah hanya lansia yang pernah menderita nyeri sendi. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. 3. Eka Febri Anita (2011) dengan judul Kebiasaan Olahraga Dalam Hubungnnya dengan Nyeri Sendi pada Lansia di Karang Werdha Flamboyan Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan olahraga dalam hubungnnya dengan nyeri sendi pada lansia di Karang Werda Flamboyan Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah survey analitik. Dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan case control. Teknik sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan purposive sampling. Berdasarkan hasil penelitian pada kasus didapatkan responden yang melakukan olahraga secara rutin terdapat 18 orang mengalami nyeri sendi, dan 10 orang tidak mengalami nyeri sendi sedangkan yang melakukan olahraga secara tidak rutin 8 orang mengalami nyeri sendi. Pada kontrol, yang tidak mengalami nyeri sendi sebanyak 18 orang melakukan olahraga secara rutin dan 7 orang tidak

9 melakukan olahraga secara rutin. Hasil nilai uji beda Spearman yaitu (p=0,002) dan (r = -0,492). Dengan demikian H0 ditolak, terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel kebiasaan olahraga dengan nyeri sendi pada lansia, dimana hubungan dua variabel tersebut mempunyai kekuatan korelasi sedang, dan arah korelasi negatif yang berarti semakin besar nilai satu variabel semakin kecil nilai variabel laninya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara dua variabel yaitu semakin rutin seseorang melakukan kebiasaan olahraga maka resiko mengalami nyeri sendi akan semakin jarang, dimana nyeri sendi tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti karakteristik responden. Perbedaan penelitian ini terletak pada tempat penelitian. Penelitian di atas dilakukan di Karang Werda Flamboyan Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember, sedangkan penelitian ini dilakukan di UPT PSLU Kabupaten Magetan. Persamaan penelitian diatas dengan penelitian ini terletak pada teknik sampling. Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan purposive sampling.