TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

TINDAK TUTUR GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA. Lili Hasmi Dosen STKIP Abdi Pendidukan Payakumbuh

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK USIA EMPAT- -ENAM TAHUN DESA GENTING PULUR KECAMATAN JEMAJA TIMUR KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

TINDAK TUTUR DALAM PROSES BELAJAR-MENGAJAR PADA TAMAN KANAK-KANAK DHARMA WANITA KELURAHAN WAPUNTO KECAMATAN DURUKA KABUPATEN MUNA (KAJIAN PRAGMATIK)

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

ILOKUSI DAN PERLOKUSI DALAM TAYANGAN INDONESIA LAWAK KLUB

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat manusia tidak lagi sebagai individu, tetapi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

PEMAKAIAN BAHASA JAWA OLEH SANTRI PONDOK PESANTREN HADZIQIYYAH KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. dari kelompok bermain (0-4 tahun) dan Taman Kanak-kanak (4-6 tahun).

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

OLEH: DENIS WAHYUNI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

KESANTUNAN BERBAHASA GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR DI SMA NEGERI 2 LINTAU BUO

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA IKLAN PEMASARAN GEDUNG PERKANTORAN AGUNG PODOMORO CITY NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: FENDY ARIS PRAYITNO NIM A

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diuraikan mengenai: (1) latar belakang; (2)

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

PENYIMPANGAN KESANTUNAN TINDAK TUTUR SISWA DI LINGKUNGAN SMAN 5 KEDIRI TAHUN PELAJARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada Bab 5 ini akan disajikan simpulan dan saran berdasarkan hasil temuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat sehari-hari. Masyarakat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Manusia sebagai

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas dan sebagainya. mengingat jumlah bahasa atau variabel bahasa yang digunakan.

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kepentingan untuk menjalin hubungan interaksi sosial.

TINDAK TUTUR ILOKUSI ANTARA GURU DAN SISWA PADA ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat agar terjalin suatu kehidupan yang nyaman. komunitas selalu terlibat dalam pemakaian bahasa, baik dia bertindak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. kuantitatif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU TAMAN KANAK-KANAK DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR TK AISYIYAH 29 PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah menengah atas, pelajaran sains dianggap

BAB 5. KESIMPULAN dan SARAN. pemakaiannya. Bahasa juga kerap dijadikan media dalam mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. pembenaran atau penolakan hipotesis serta penemuan asas-asas yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM PEMENTASAN NASKAH DRAMA SEPASANG MERPATI TUA KARYA BAKDI SOEMANTO KAJIAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam

Artikel Publikasi KESANTUNAN DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI NONFORMAL DI KALANGAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI SWASTA SE-RAYON SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI DALAM NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE ARTIKEL E-JOURNAL ELFI SURIANI NIM

I. PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi karena tanpa adanya bahasa maka seseorang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan sesamanya. Bahasa juga merupakan ekspresi kebudayaan,

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB I PENDAHULUAN. semakin beragam dan kreatif. Keanekaragaman penggunaan bahasa di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia memerlukan alat komunikasi antar

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. misalnya di rumah, di jalan, di sekolah, maupundi tempat lainnya.

2016 ANALISIS PERCAKAPAN PADA INTERAKSI FRONT OFFICE DENGAN PASIEN DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI REKAM MEDIK RSGM

Transkripsi:

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat terjadi di mana saja baik di pasar, di kampus, di kantin, di supermarket, di lingkungan tempat tinggal kita, dan sebagainya. Tulisan ini membahas tentang peristiwa tutur khususnya tindak tutur dan kesantunan di Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Peristiwa tutur atau tindak tutur tidak dapat dilepaskan dari makna dan konteks. Kajian yang berhubungan dengan makna dan konteks adalah kajian pragmatik. Dalam menciptakan tindak tutur yang harmonis dibutuhkan prinsip kesantunan dalam bertutur. Kata kunci : tindak tutur, kesantunan, kajian pragmatik A. PENDAHULUAN Setiap proses komunikasi terjadilah peristiwa tutur dan tindak tutur dalam satu situasi tutur. Yang dimaksud dengan peristiwa tutur adalah berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu penutur dan mitra tutur, dengan satu pokok tuturan, di dalam waktu, tempat, dan situasi tertentu. Seperti yang terjadi dalam keadaan sehari-hari; proses tawar menawar di pasar, rapat di gedung dewan, di kantin sekolah, percakapan di supermarket, di lingkungan tempat tinggal, dan sebagainya. Tindak tutur berkaitan dengan makna atau maksud tertentu, kadang tidak seperti apa yang dibicarakan. Maksud atau makna yang terikat dengan konteks penggunaannya dikaji dalam ilmu pragmatik. Sehubungan dengan makna dan maksud penutur, Subroto menegaskan bahwa pragmatik dan semantik adalah aspek yang berbeda atau bagian yang berbeda dari studi yang sama, yaitu soal meaning. Baik pragmatik maupun semantik sama-sama mengkaji arti namun dari sudut pandang yang berbeda. Semantik mengkaji arti lingual yang tidak terikat konteks, sedangkan pragmatik mengkaji arti yang disebut the speaker s meaning atau arti menurut tafsiran penutur yang disebut maksud. Arti menurut tafsiran penutur atau maksud sangat bergantung konteks, Edi Subroto, (2011: 8). Oleh sebab itu, konteks sangat penting dalam memahami maksud sebuah tuturan karena maksud tersebut bergantung pada konteks dimana dan bagaimana suatu tuturan dituturkan. Tindak tutur menurut Searle (dalam Rahardi, 2005 : 36) ada lima jenis tindak tutur yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif. Kelima macam bentuk tuturan, yaitu (1) asertif (assertives), yakni bentuk tuturan yang mengikat penuturnya kepada kebenaran proposisi atas apa yang diungkapkannya, misalnya: menyatakan, membual, mengeluh, mengklaim, menyebutkan. (2) Direktif (directives), yakni bentuk tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk membuat pengaruh agar si mitra tutur melakukan tindakan, misalnya memesan, memerintah, memohon, menasihati, dan rekomendasi. (3) Ekspresif (expressives) adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan atau menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan, misalnya berterima kasih, memberi selamat, memuji, dan belasungkawa. (4) Komisif (Commissives), yakni bentuk tutur yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran, 110

misalnya berjanji, bersumpah, dan menawarkan sesuatu. Dan (5) Deklarasi (declarations), yakni bentuk tutur yang menghubungkan isi tuturan dengan kenyataannya, misalnya berpasrah, memecat, membabtis, memberi nama, mengangkat, mengucilkan, dan menghukum. Dalam dunia perdagangan, penjual juga harus mampu melayani pembeli dengan kata-kata sesantun mungkin. Hal tersebut dimaksudkan, dengan bahasa dan perilaku santun yang ditunjukkan penjual tersebut pembeli akan merasa lebih nyaman dan dihargai dengan pelayanan yang diberikan. Oleh sebab itu, seorang penjual dituntut untuk mampu mempertimbangkan kata-kata yang santun agar perasaan tersinggung pembeli atau mitra tutur. Pada dimensi inilah dibutuhkan prinsip-prinsip kesantunan agar dapat menjaga hubungan baik antara penutur dan mitra tutur. Leech (1993:206 207) mengelompokkan prinsip kesantunan menjadi enam maksim, yaitu (1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim pemufakatan, dan (6) maksim simpati. Berpijak dari teori-teori di atas dalam tulisan ini membahas tentang tindak tutur dan kesantunan yang digunakan oleh pedagang dan pembeli di Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. Ketertarikan penulis dalam meneliti tindak tutur di kantin tersebut karena dalam peristiwa tutur tersebut partisipan beragam dari mahasiswa, dosen, staf, dan juga pasien dari Fakultas Kedokteran Gigi. Harapan penulis dapat mendeskripsikan masing-masing tindak tutur khususnya tindak tutur direktif dan kesantunan dalam situasi dan peristiwa tutur yang berbeda. B. METODE Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Mahsun (2005:233), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan. Metode deskriptif menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (Ibnu, dkk, 2003:8). Metode deskriptif dipilih karena metode ini dapat memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai individu, keadaan bahasa, gejala atau kelompok tertentu. Data penelitian ini adalah tuturan tiga orang penutur di kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dalam proses jual beli pada pukul 09.05 WIB, hari Jumat, 13 Desember 2013. Data yang diteliti adalah tindak tutur dan kesantunan berbahasa dalam peristiwa tutur tersebut. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik rekam dan teknik catat. Data diperoleh secara langsung dengan merekam dialog atau tuturan penjual dan pengunjung dalam kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri saat proses jual beli berlangsung. Setelah data terkumpul, dilakukan penganalisisan data. Tujuan adalah suatu hasil yang diharapkan setelah dilakukan penelitian karena dengan tujuan ini penelitian akan terarah menuju suatu sasaran yang diharapkan. Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah mendeskripsikan tindak tutur yang ada di Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dan mendeskripsikan situasi tindak tutur dan kesantunan dengan berbagai partisipan yang berbeda di Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. C. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) deskripsi jenis tindak tutur di kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri dan (2) kesantunan berbahasa antara penjual dan pembeli dalam peristiwa tutur jual beli di kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri. 111

1. Deskripsi jenis tindak tutur yang ada di di Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Deskripsi jenis tindak tutur yang ada di kantin IIK Bhakti Wiyata Kediri merupakan penggambaran bagaimana jenis-jenis tindak tutur yang terjadi di dalam kantin tersebut. Jenisjenis tindak tutur.(seperti dijelaskan dalam bab sebelumnya) Data pertama Konteks tuturan : Tuturan ini terjadi di kantin no 2 pada terjadi antara penjual (Ibu kantin) dengan pembeli (Dosen IIK Bhakti Wiyata Kediri) dalam situasi santai. Pembeli : Makan, Bu. (data 1) Ibu Kantin : Makan pakai apa, Pak? ( Data 2) Pembel i : Pakai sayur bayam dan ayam goreng. (data 3) Ibu Kantin : Ayamnya dada atau paha? (data 4) Ibu Kantin : Paha. (data 5) Ibu Kantin : Paha atas atau bawah? (data 6) Pembeli : Paha bawah di Meja 6 (data 7) Ibu Kantin : Iya Pak, minumnya? (data 8) Pembeli : es teh. (data 9) Ibu Kantin : Iya ditunggu, Pak. Monggo pinarak rumiyen. (data 10) Data (1) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (2) (tindak tutur direktif bertanya) Data (3) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (4) (tindak tutur direktif bertanya) Data (5) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (6) (tindak tutur direktif bertanya) Data (7) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (8) (tindak tutur direktif bertanya) Data (9) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (10) (tindak tutur asertif memberi tahu) Analisis Data 1 Bahasa yang digunakan penutur di sini termasuk ragam bahasa nonformal. Nada suara yang digunakan dalam menyampaikan pemesanan makanan dengan menggunakan nada suara yang santai serta tuturan-tuturan yang penuh makna lugas. Pada akhir pembicaraan, mitra tutur menyisipi dengan bahasa tidak formal (berasal dari bahasa daerah). Itu terjadi ketika mitra tutur mengakhiri pembicaraan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa mitra tutur lebih menghormati penutur karena bahasa yang dipakai adalah bahasa Jawa Krama. Data pertama di atas menampilkan tindak tutur asertif dan direktif, tuturan tersebut dua arah tanpa ada partisipan lain yang terlibat di dalamnya. Data Kedua Konteks tuturan : Tuturan ini terjadi di kantin no 2 pada terjadi antara penjual (Ibu kantin) dengan pembeli (mahasiswa IIK Bhakti Wiyata Kediri) dalam situasi santai. Ibu Kantin : Waduh lama ga ke sini Ibu sampai kangen. (data 11) Gimana pesan apa ini? (data 12) Pembel i : Biasa Bu nasgor. (data 13) 112

Ibu Kantin : Nasgor pake ceplok, pedes kan? (data 14) Pembeli : Iya Bu, mantaf masih ingat selalu. (data 15) Ibu Kantin : Pasti Nak (data 16), terus ma es milo kan? (data 17) Pembeli : Benul Bu, seratus untuk Ibu. (data 18) Ibu Kantin : Iyalah, selalu ingat. (data 19) (jawab Ibu kantin dan pembeli sambil tertawa) Pembeli : Bayar sekalian Bu. ( pembeli mengeluarkan uang) (data 20) Ibu Kantin : Siap, ditunggu Nak. (data 21) Data (11) (tindak tutur asertif membual) Data (12) (tindak tutur direktif bertanya) Data (13) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (14) (tindak tutur direktif bertanya) Data (15) (tindak tutur ekspresif memuji) Data (16) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (17) (tindak tutur direktif bertanya) Data (18) (tindak tutur ekspresif memuji) Data (19) (tindak tutur asertif menyatakan) Data (20) (tindak tutur asertif memberi tahu) Data (21) (tindak tutur asertif memberi tahu) Analisis Data 2 Bahasa yang digunakan penutur di sini termasuk ragam bahasa nonformal. Nada suara yang digunakan dalam menyampaikan pemesanan makanan dengan menggunakan nada suara yang santai serta tuturan bermakna lugas dan penuh keakraban. Hal itu terjadi ketika mitra tutur menggunakan bahasa bahasa yang akrab pembicaraan tersebut. Misalnya mitra tutur menggunakan kata kangen, benul, mantaf, dan juga siap yang digunakan penutur menunjukan keakraban antara penutur dan mitra tutur. Selain itu, keakraban juga ditunjukkan dengan mengertinya mitra tutur akan kegemaran penutur. Jadi, suasana lebih santai dan akrab. Data kedua ini terdapat situasi tutur yang lebih akrab sehingga ditemukan tiga jenis tindak tutur asertif, direktif, dan ekspresif. Dalam tindak tutur ekspresif ini menunjukkan kedekatan atau keakraban antara penutur dan mitra tutur dalam suatu peristiwa tutur. 2.2 Kesantunan Berbahasa antara Penjual dan Pembeli dalam Peristiwa Tutur Jual Beli di kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri adalah sebuah kantin yang berjajar penjual dengan berbagai macam dagangannya. Penelitian ini memfokuskan pada kantin nomor 2 karena kantin tersebut yang paling banyak dikunjungi. Para pengunjung kantin ini tidak hanya mahasiswa, tetapi juga para dosen dan karyawan, serta para pasien Fakultas Kedokteran Gigi. Data yang telah dianalisis di atas menggambarkan situasi yang berbeda, terdapat keunikan tersendiri. Keunikan yang tergambar dari tuturan analisis di atas adalah antara penutur dan mitra tutur yang berbeda statusnya dalam lingkungan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri mempunyai tindak tutur dan kesantunan tersendiri. Pada data pertama menunjukkan petutur lebih santun dalam bertutur dengan mitra tutur. Hal itu disebabkan penutur adalah seorang dosen di lingkungan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri walaupun suasana tergolong santai. Tuturan tersebut menggunakan norma tertentu dan pilihan katanya juga lebih santun. Ini menggunakan maksim penghargaan, penjual bertanya kepada pembeli dan ditanggapi dengan 113

sangat baik bahkan disertai dengan penghargaan kepada pembeli. Kesantunan dengan maksim Penghargaan itu dapat dilihat akhir tuturan antara penutur dan mitra tutur beralih kode menjadi bahasa Jawa Krama. Pada data kedua penutur dan mitra tutur terlihat akrab. Hal ini ditandai dengan menggunakan diksi-diksi keakraban dalam tuturan tersebut. Ini dapat ditunjukkan dengan tindak tutur ekspresif, misalnya penggunaan kata kangen ini menunjukkan suatu keakraban antara kedua penutur tersebut. Karena kata kangen itu tidak mungkin diucapakan pada waktu mitra tutur berbicara dengan dosen (seperti data pertama). Selain itu, antara mitra tutur dan penutur hubungan sudah terjalin lama karena ditandai dengan mengertinya kebiasaan penutur dalam pesanan atau komposisi pesanan. Dalam tuturan tersebut terbentuklah keakraban antara keduanya. Semua itu dapat tergambar dengan jelas melalui tuturan di atas. Pada tuturan tersebut menggunakan maksim penghargaan ini ditandai dengan adanya tanggapan yang sangat baik bahkan disertai dengan pujian kepada pembeli atau mitra tutur. Mitra tutur adalah seorang yang sering makan di kantin tersebut, atau biasanya dikatakan seorang pelanggan jika dalam dunia perdagangan. Dari data pertama dan kedua tergambar norma yang berbeda-beda dalam tuturan tersebut. Data pertama penutur dan mitra tutur berkomunikasi dalam situasi santai, tetapi mitra tutur lebih santun dalam berbahasa, ditunjukkan dengan diksi-diksi yang digunakan mitra tutur untuk bertanya kepada penutur. Antara penutur dan mitra tutur terkesan kurang akrab tergambar dalam dialog tersebut, juga penggunaan bahasa Jawa Krama mununjukkan bahwa mitra tutur lebih menghormati penutur. Salah satu alasan yang bisa diterima karena status sosialnya penutur lebih tinggi. Data kedua penutur dan mitra tutur berkomunikasi dalam situasi santai, tetapi mitra tutur lebih akrab dengan penutur. Dalam berbahasa diksi yang digunakan menunjukkan keakraban pada keduanya. Mitra tutur adalah orang yang sudah lama kenal penutur ditunjukkan dari dialog-dialog di atas. Juga mitra tutur lebih paham dengan kegemaran penutur, tanpa diminta mitra tutur sudah tahu apa yang menjadi kegemarannya dalam hal makanan yang dipesannya. Jadi, antara data pertama dan kedua mempunyai norma dan keunikan tersendiri. Juga tuturan dapat berubah tergantung pada status sosial penutur dan mitra tutur itu sendiri. C. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Tuturan di Kantin Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri mempunyai keunikan tersendiri. Jenis tuturan yang ada dalam tuturan itu berbeda-beda tergantung siapa yang terlibat dalam tuturan tersebut. Dalam tuturan di kantin tersebut jika mitra tutur adalah dosen atau karyawan atau pasien atau mahasiswa terjadi perbedaan tindak tutur yang mendasar. Jika mita tutur (dosen atau karyawan), penutur akan menggunakan bahasa atau diksi yang tepat sehingga dalam tuturan tercipta sebuah kesantunan, misalnya ditambah dengan campur kode bahasa Jawa Krama. Bahasa Jawa Krama ini digunakan untuk menunjukkan kesantunan pada mitra tutur yang dihormati. Konteks berbeda jika penutur mahasiswa, mitra tutur lebih akrab. Ini tergambar dari diksi-diksi yang digunakan dalam tuturan tersebut. Baik penutur maupun mitra tutur menggunakan diksi yang menunjukkan keakraban antara keduanya. Tuturan antara mahasiswa dan Ibu kantin juga menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut sudah menjadi langganan di kantin tersebut. Tergambar jelas dalam tuturan bahwa tindak tutur dan kesantunan antara mitra tutur dan penutur mempunyai hubungan keakraban yang sudah lama terjalin. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tindak tutur ekspresif dari data kedua. Tuturan akan berbeda beda dalam suatu penggunaan bahasa tergantung pada situasi dan kondisi antara penutur dan mitra tutur. Setelah melakukan penelitian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa Tindak tuturan dan kesantunan yang terbentuk dalam Kantin Institut Ilmu 114

Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri berbeda-beda sesuai dengan siapa partisipan yang terlibat dalam tuturan tersebut. 2 Saran Beberapa saran dari penulis untuk penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan tindak tutur dan kesantunan di antaranya: Penulis berharap ada penelitian lain mengembangkan penelitian tindak tutur dan kesantunan dengan pendekatan Pragmatik dalam ruang lingkup yang lebih besar Penulis berharap ada penelitian tindak tutur menggunakan pendekatan lain selain dengan pendekatan Pragmatik. Dalam penulis ini penulis menyadari bahwa masih banyak keterbatasan penulis dalam menguraikan permasalahan yang ada karena terkait referensi atau buku-buku penunjang yang terbatas dan juga keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Rineka Cipta. Ibnu, Suhadi dkk. 2003. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik (Terjemahan oleh M. D. D Oka). Jakarta: UI Press. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Subroto, Edi D. 2011. Pengantar Studi Semantik dan Pragmatik. Surakarta: Sebelas Cakralwala Media Sumarsono. 2013. Sosiolinguistik. Yogjakarta : Pustaka Pelajar. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.1990.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. 115