I. PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

I. PENDAHULUAN. penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam novel Bidadari-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. Karya sastra yang berbentuk prosa telah dikenal di dalam dunia kesastraan. Karya

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

I. PENDAHULUAN. matapelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Meskipun demikian, tidak semua

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembelajaran sastra, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

I. PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti pernah mengalami konflik di dalam hidupnya. Konflik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran karya sastra di tengah-tengah masyarakat pembaca merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara sastra dengan bahasa bersifat dialektis (Wellek dan Warren,

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

CITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL RONGGENG KARYA DEWI LINGGASARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pradopo (1988:45-58) memberi batasan, bahwa karya sastra yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

NILAI MORAL TOKOH UTAMA DALAM NOVEL PADA SEBUAH KAPAL KARYA NH. DINI E-JURNAL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena yang terjadi saat ini adalah pengaruh kebudayaan asing mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman yang telah dialaminya sendiri atau pengalaman yang dialami oleh orang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

I. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Emansipasi adalah suatu gerakan yang di dalamnya memuat tentang

BAB I PENDAHULUAN. banyak diteliti dengan berbagai pendekatan. Hal tersebut dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

BAB I PENDAHULUAN. sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan kreativitas seseorang terhadap ide, pikiran, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

KAJIAN UNSUR BAWAH SADAR TOKOH UTAMA NOVEL SEBELAS PATRIOT KARYA ANDREA HIRATA DENGAN PSIKOANALISIS DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS X

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang dihasilkan para pengarang. juga perlu membacanya. Memberikan sebuah bacaan yang bernilai sastra

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

I. PENDAHULUAN. Prosa adalah karya sastra yang berbentuk cerita yang di antaranya adalah novel.

BAB I PENDAHULUAN. seni. Hal ini disebabkan seni dalam sastra berwujud bacaan atau teks sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI KARAKTER, DAN RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. materi yang harus diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. imaginasi, pengamatan, dan perenungannya dalam bentuk karya sastra. Karya-karya

TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA NOVEL ELANG DAN BIDADARI KARYA PUPUT SEKAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian dari penelitian mengenai citra perempuan dalam nove l Ibuk karya Iwan Setyawan dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. 1.1 Latar Belakang Masalah Kedudukan dan peran perempuan dalam masyarakat tidak terlepas dari sistem sosial budaya. Dengan demikian, perubahan sosial budaya akan mempengaruhi kedudukan perempuan. Kebudayaan tradisional Jawa seperti yang direfleksikan dalam kebudayaan di lingkungan masyarakat, kedudukan dan peran perempuan didasarkan atas keturunan, status sosial keluarga, dan status sosial orang tuanya. Wacana tentang perempuan dahulu berkisar pada penggambaran kecantikan fisik dan moral saja, kemudian setelah penggambaran fisik ini akan dikatakan bahwa tugas wanita adalah melahirkan anak, memasak, dan berdandan (manak, masak, macak). Oleh karena itu, wanita sering disebut dengan kanca wingking, yakni anggota keluarga yang "hanya" mengurusi urusan belakang, tidak boleh tampil di depan. Seberapa banyak uang yang didapat, tidak akan pernah dianggap sebagai pencari nafkah.

2 Di negara-negara kuno seperti Yunani, Romawi, Persia juga masyarakat Arab sebelum Islam, mereka dalam memandang perempuan seperti yang terdapat dalam sastra, budaya, dan peradaban sangat mendiskriditkan perempuan. Perempuan adalah asal segala bencana. Tiap dosa dan kejahatan pria pasti karena andil perempuan, laki-laki itu suci, wanitalah yang menyeretnya ke dosa. Hal ini akibat dan pengaruhnya masih dirasakan sampai sekarang. Pada masa Jahiliiyah (sebelum Islam), masyarakat Arab memandang perempuan sebagai makhluk yang berkedudukan sangat rendah, ia bahkan akan menjadi barang jaminan saat sang suami kalah judi (http://komahi.umy.ac.id/2011/05/feminisme-dan-kesetaraan-gender.html). Di Indonesia sendiri perempuan pada masa lampau hampir sama dengan keadaan di dunia pada saat itu. Dalam sejarah nusantara, di Jawa khususnya, pada zaman kerajaan-kerajaan sebelum kedatangan Islam, nasib wanita tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di zaman negara-negara kuno di atas. Jarang dan sangat sedikit yang mendapatkan kedudukan dan peran dengan semestinya. Budaya patriarki di zaman kerajaan yang kemudian masih diwariskan pada saat ini telah menjadikan perempuan sebagai warga kelas dua. Dewasa ini, banyak novel yang menampilkan tokoh perempuan dengan cara mengeksploitasi perempuan. Perempuan digambarkan sebagai "makhluk kedua" yang tugasnya sebagai pemuas nafsu. Sebut saja tokoh Srintil dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Srintil yang menjadi penari ronggeng karena tradisi turun-temurun dengan kerelaan diri dan penuh kesadaran selalu menjadi objek permainan laki-laki meskipun pada akhirnya ia bertobat. Dari tokoh yang diceritakan tersebut adalah gambaran tokoh seorang perempuan

3 yang ketika mereka lebih mementingkan kebebasan, prestise, kekuasaan, adat, dan sistem sosial daripada norma-norma agama, maka citra perempuan yang seharusnya mulia menjadi hina. Dalam kehidupan Kraton (priyayi) maupun masyarakat Jawa secara umum, peran dan kedudukan perempuan sangat tinggi. Hal ini bisa kita lihat dengan bukti sejarah, yaitu diangkatnya Tribuana Tungga Dewi sebagai Ratu (pemimpin tertinggi) dalam kerajaan Majapahit, Ratu Kalinyamat sebagai Bupati Jepara, R.A. Kartini yang kita kenal sebagai pelopor emansipasi wanita di Indonesia, dan Ratu Mesir kuno Cleopatra VII Philopator penguasa Mesir yang membawahi ratusan ribu prajurit laki-laki termasuk sekutunya Raja Julius Caesar dan Markus Antonius dari Romawi. Penelitian terhadap citra perempuan ini bukanlah yang pertama. Penelitian kali ini memiliki relevansi dengan beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sebelumnya. Penelitian yang dimaksud adalah penelitian yang dilakukan oleh Maya Tri Astuti (2011) yang berjudul Kedudukan Perempuan dalam Kumpulan Cerpen Disebabkan Oleh Cinta Karya Yus R. Ismail dan Kelayakannya Sebagai Bahan Ajar Sastra Indonesia di SMA yang hasilnya dapat disimpulkan berupa kedudukan perempuan sebagai pekerja, kedudukan perempuan sebagai ibu, kedudukan perempuan sebagai anak, dan perempuan sebagai anggota masyarakat. Penelitian serupa pula pernah dilakukan oleh Yudhi Purwanto dengan judul Citra Perempuan dalam Novel Berkisar Merah dan Belatik (Berkisar Merah 11) Karya Ahmad Tohari dan Implikasinya dalam Pengajaran Sastra di SMU, dengam hasil simpulan mendeskripsikan citra baik dan

4 citra tidak baik pada setiap tokoh perempuan yang terdapat dalam novel. Bertolak dari uraian di atas, kini citra perempuan lebih diperhatikan, begitu pula dengan peran dan kedudukan mereka, baik di dalam maupun di luar rumah. Seiring perubahan zaman, perempuan sekarang sudah banyak yang menduduki posisi penting dalam rumah tangga maupun di pemerintahan. Hal tersebut menandakan bahwa perempuan sekarang mampu sejajar dan bekerja sama baiknya dengan lakilaki jika diberi kesempatan Pada sebuah karya sastra, tokoh-tokoh perempuan banyak dibicarakan oleh pengarang atau penulis, baik itu citra, peran atau kedudukan, kodrat, maupun aktivitas-aktivitanya. Tokoh-tokoh perempuan dalam karya sastra merupakan salah satu unsur yang menarik dalam sebuah cerita. Demikian pula dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, dalam novel tersebut penulis atau pengarang mengikutsertakan tokoh perempuan, baik sebagai tokoh utama maupun tokoh pembantu (tokoh tambahan). Dalam kenyataannya di kehidupan ini, ada sisi baik (positif) dan ada sisi buruk (negatif). Begitu pula sosok tokoh perempuan dalam novel ini. Sisi baik (positif) yang ditampilkan dapat ditiru atau dicontoh, sedangkan sisi buruk (negatif) untuk dijauhi. Melalui novel Ibuk karya Iwan Setyawan ini, gambaran tentang citra perempuan bisa dinikmati, dipahami, dan direnungkan oleh pembaca. Karya sastra sebagai karya seni tentu memiliki nilai-nilai positif dan memberikan pengetahuan kepada pembaca. Karya sastra juga tidak hanya dinikmati oleh pencinta sastra dan masyarakat pada umumnya, tetapi telah menjadi kurikulum bahasa dan sastra Indonesia di sekolah-sekolah, dari pendidikan sekolah

5 menengah pertama sampai perguruan tinggi. Pembelajaran sastra juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk mengapresiasikan karya sastra selain siswa memeroleh pengalaman berekspresi. Pada silabus KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SMA, penulis menemukan Standar Kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/novel terjemahan, dan Kompetensi Dasar (KD) menganalisis unsurunsur intrinsik dan unsur ekstrinsik novel Indonesia/novel terjemahan pada kelas XI semester 1. Pada penelitian ini peneliti akan meneliti sebuah novel populer, yaitu novel karya Iwan Setyawan yang berjudul Ibuk. Alasan penulis memilih novel ini bukan hanya menarik dari segi isi, tetapi juga dari teknik penyampaiannya. Penggunaan bahasa, pemilihan kata sangat lugas dan mudah dipahami oleh masyarakat awam. Namun tidak meninggalkan nilai atau pesan agama di dalam karyanya. Novel yang ditulis mengajarkan manusia akan hakikat kehidupan dan isinya sangat menghibur. Hal itu sesuai fungsi karya sastra menurut Horace yaitu berguna dan menyenangkan (Rene Wellek dan Austin Warren, 1995:18). Penulis tertarik untuk menganalisis citra perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan pertimbangan pengarang novel ini merupakan penulis yang cukup produktif dengan banyaknya karya tulis yang sudah terbit. Iwan Setyawan lahir di Kota Batu pada tanggal 2 Desember 1974. Pencinta sastra, seni teater, dan yoga ini menulis buku pertamanya yang berjudul Melankoli Kota Batu yang berupa kumpulan fotografi dan narasi puitis yang didedikasikan untuk Kota Batu. Buku keduanya berjudul 9 Summers 10 Autumns, Dari Kota Apel ke The Big

6 Apple adalah novel pertama yang terinspirasi dari perjalanan hidupnya sebagai anak supir angkot yang berhasil menaklukkan New York City, novel ini menjadi National Best-Seller dan meraih penghargaan sebagai Buku Terbaik Jakarta Book Award 2011 dan Saniharto Award pada tahun yang sama. Novel ini pun memiliki versi bahasa asingnya dan sudah difilmkan pada akhir 2012. Selain pertimbangan di atas ada pertimbangan lain, yaitu novel tersebut banyak sekali mengulas kehidupan kaum wanita, menyoroti kaum wanita dari berbagai sudut pandang dan kehidupan sosial yang berbeda-beda, dan mengandung pesan moral. 1.2 Perumusan Masalah Masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah citra perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra Indonesia di sekolah menengah atas (SMA)?". 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan tokoh perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. 2. Mendeskripsikan citra tokoh Ngatinah sebagai ibu dan sebagai istri dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.

7 3. Mendeskripsikan kelayakan citra perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di sekolah menengah atas (SMA). 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memberikan gambaran mengenai citra perempuan yang ditampilkan melalui tokoh-tokoh perempuan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan terkait dengan alternatif bahan pembelajaran sastra di SMA. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah citra perempuan yang ditampilkan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan melalui tokoh-tokoh perempuan yang ada dan deskripsi tentang kelayakan novel Ibuk karya Iwan Setyawan sebagai bahan ajar sastra di sekolah menengah atas (SMA). Tokoh-tokoh tersebut adalah Ngatinah sebagai ibu dan istri, Mbok Pah adalah nenek Ngatinah, Mak Gini ibu Ngatinah, Mbak Gik kakak angkat dari Abdul Hasyim (suami) yang merupakan kakak ipar Ngatinah, Sriyati adik kandung Ngatinah, Isa, Nani, Rini, dan Mira yang merupakan anak-anak dari Ngatinah hasil pernikahan dengan Abdul Hasyim. Perbedaan tingkat intensitas kehadiran sembilan tokoh perempuan tersebut dengan tokoh-tokoh perempuan lainnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor utamanya ialah peranan dan hubungan

8 mereka dengan tokoh utama, Ngatinah. Berdasarkan penokohan itu, penulis memfokuskan penelitian pada tokoh utama, yaitu Ngatinah untuk dianalisis berdasarkan kedudukannya di dalam masyarakat. Berikut pengkategorian tokoh utama berdasarkan kedudukannya : sebagai ibu dan sebagai istri