KARAKTERISTIK SIFAT-SIFAT PRODUKTIVITAS AYAM KAMPUNG BETINA FASE PRODUKSI PADA POPULASI DASAR SELEKSI

dokumen-dokumen yang mirip
II. SEJARAH PEMBENTUKAN AYAM KUB-1

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

Beberapa Kriteria Analisis Penduga Bobot Tetas dan Bobot Hidup Umur 12 Minggu dalam Seleksi Ayam Kampung

PERSILANGAN AYAM PELUNG JANTAN X KAMPUNG BETINA HASIL SELEKSI GENERASI KEDUA (G2)

PROGRAM PEMBIBITAN ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN: SELEKSI PADA POPULASI BIBIT INDUK ITIK ALABIO

PERSILANGAN PADA AYAM LOKAL (KUB, SENTUL, GAOK) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI DAGING UNGGAS NASIONAL

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

PENGARUH PEMBERIAN BUI PHASEOLUS LUNATUS DALAM RANSUM TERHADAP KONSUMSI PAKAN DAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN AY AM KAMPUNG

Performans Produksi Telur Itik Talang Benih pada Fase Produksi Kedua Melalui Force Moulting

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

SELEKSI GENERASI KELIMA (G5) UNTUK PRODUKSI TELUR TINGGI DAN STABIL DENGAN CIRI FENOTIPIK KHAS PRODUKSI

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGEMUKAN AYAM KAMPUNG (LOKAL) DI TINGKAT PETANI STUDI KASUS KELOMPOK PETERNAK AYAM KAMPUNG "BAROKAH" DI CIAMIS

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK SIFAT-SIFAT PRODUKSI TELUR ITIK ALABIO

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BALI DENGAN POLA SELEKSI PRODUKSI

PRODUKSI TELUR ITIK MA DI BPTU PELAIHARI KALIMANTAN SELATAN

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI ANTARA SELEKSI BOBOT BADAN FASE STARTER TERHADAP PRODUKSI AYAM RAS PETELUR TIPE MEDIUM

Peta Potensi Genetik Sapi Madura Murni di Empat Kabupaten di Madura. Nurgiartiningsih, V. M. A Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PERSILANGAN TIMBAL BALIK ANTARA ITIK ALABIO DAN MOJOSARI : PERIODE AWAL BERTELUR

BOBOT BADAN BERBAGAI JENIS AYAM SENTUL DI GABUNGAN KELOMPOK TANI TERNAK CIUNG WANARA KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

PERFORMA PRODUKSI ITIK BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

Respon Kinerja Perteluran Ayam Kampung Unggul Balitnak (KUB) terhadap Perlakuan Protein Ransum pada Masa Pertumbuhan

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

PRODUKTIVITAS ITIK ALABIO DAN MOJOSARI SELAMA 40 MINGGU DARI UMUR MINGGU

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK

PERBANDINGAN DUA METODE PENDUGAAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH BERDASARKAN CATATAN SEBULAN SEKALI

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

PENGARUH TINGKAT PROTEIN RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, PERSENTASE KARKAS DAN LEMAK ABDOMINAL PUYUH JANTAN

Karakteristik Morfologi Rusa Timor (Rusa timorensis) di Balai Penelitian Ternak Ciawi

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

Pengaruh Perbedaan Kandungan Protein Dalam Ransum Terhadap Pertumbuhan Anak Merpati

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda terhadap tingkah laku burung puyuh petelur, dilaksanakan pada bulan

PERTUMBUHAN STARTER DAN GROWER ITIK HASIL PERSILANGAN RESIPROKAL ALABIO DAN PEKING

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

Lokakarya Fungsional Non Peneiti 1997 Sistem Perkandangan 1. Dari umur sehari sampai dengan umur 2 mingggu digunakan kandang triplek + kawat ukuran 1

KOMPARASI ESTIMASI PENINGKATAN MUTU GENETIK SAPI BALI BERDASARKAN SELEKSI DIMENSI TUBUHNYA WARMADEWI, D.A DAN IGN BIDURA

Dulatip Natawihardja Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

PENAMPILAN ANAK ITIK YANG DIPELIHARA BERDASARKAN KELOMPOK BOBOT TETAS KECIL, BESAR DAN CAMPURAN SKRIPSI KOMARUDIN

Hamdan * Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Medan 20155

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG DAUN KATUK (Sauropus androgynus (L.) Merr.) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL SKRIPSI LILI SURYANINGSIH

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

Hubungan Antara Umur dan Bobot Badan...Firdha Cryptana Morga

UKURAN DAN BENTUK SERTA PENDUGAAN BOBOT BADAN BERDASARKAN UKURAN TUBUH DOMBA SILANGAN LOKAL GARUT JANTAN DI KABUPATEN TASIKMALAYA

Muhamad Fatah Wiyatna Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

ABSTRAK. Kata kunci: Morfologi, korelasi, performans reproduksi, itik Tegal, seleksi ABSTRACT

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

MATERI DAN METODE. Materi

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

KARAKTERISTIK UKURAN KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang 2. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung ABSTRAK

INTERAKSI ANTARA BANGSA ITIK DAN KUALITAS RANSUM PADA PRODUKSI DAN KUALITAS TELUR ITIK LOKAL

Karakteristik Eksterior Telur Tetas Itik... Sajidan Abdur R

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KACANG BETINA SEBAGAI SUMBER BIBIT DI KECAMATAN LEMAHSUGIH KABUPATEN MAJALENGKA

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. puyuh turunan hasil persilangan warna bulu coklat dengan hitam. Jumlah telur

E. Kurnianto, I. Sumeidiana, dan R. Yuniara Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

SUBTITUSI DEDAK HALUS PADA PAKAN JANGKRIK KALUNG (Gryllus bimaculatus)

A. Kesesuaian inovasi/karakteristik lokasi

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN TEPUNG IKAN RUCAH NILA (Oreochromis niloticus) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BURAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi dan Karakteristik Telur Ayam Merawang dengan Sistem Pemeliharaan Secara Intensif di Kebun Percobaan Petaling Kepulauan Bangka Belitung

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

Transkripsi:

KARAKTERISTIK SIFAT-SIFAT PRODUKTIVITAS AYAM KAMPUNG BETINA FASE PRODUKSI PADA POPULASI DASAR SELEKSI (Characteristic of Productivity Traits of Hen of Kampung Chicken at Base Selection Population) TIKE SARTIKA dan BENNY GUNAWAN Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 162 ABSTRACT The aim of the research was to study the characteristic productivity traits of hen of Kampung chicken at base selection population, which determine the fixed selection criteria at selection program to get sustainable genetic gain. The total of 333 hens of Kampung chicken (pullet) ± 5 months old from,,, Bogor 1 and Bogor 2: 1, 84, 52, 56 and 41 hens each, were used as material of the research. They were housed in wires individual cages completed with feed and water trough. Ration with 17.26% protein content and water were given ad libitum. The measurement of productivity were: the age of first lay (UPB), hen body weight at first lay (BI), the first egg weight (BTP), average of egg weight (BT), and egg production during 6 months (PT). Data were analyzed by simple linier model and multivariable analysis using Principle component analysis (PCA). Productivity of Kampung chicken at base selection population showed that the flock produced higher productivity compared to the other flocks. It showed UPB more quickly, BI, BTP, BT were higher than those of the other flocks, except PT during 6 month was not significantly different compared to the others. The result of the grouping based on principal component score, showed that the hen of Kampung chicken from had highest productivity with a value of 33%, while other Hen from,, and had lower score, namely: 1.32, 6.41, 4.17 and 8.13%, respectively. The coefficient of variance from that parameter was 9.58 17.47%, except for egg production was the highest (47.46%). It is recommended that, the selection of Kampung chicken based on egg production trait needed to be done, although, the heritability was low. Hopefully, the selection response has a positive value. Key Words: Kampung Chicken, Productivity, PCA ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan karakteristik sifat-sifat produktivitas ayam Kampung pada populasi dasar seleksi, yang merupakan langkah awal untuk menentukan kriteria seleksi yang tepat dalam pelaksanaan program seleksi/perbaikan mutu yang berkelanjutan. Sebanyak 333 ekor ayam Kampung betina dara (pullet) umur ± 5 bulan yang didatangkan dari,,, Bogor 1 dan Bogor 2 masingmasing sebanyak 1, 84, 52, 56 dan 41ekor, digunakan sebagai materi penelitian. Ayam-ayam tersebut dikandangkan dengan menggunakan kandang individu yang terbuat dari kawat, dan dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Pemberian pakan dengan kandungan protein 17,26% dan air minum dilakukan secara ad-libitum. Produktivitas ayam Kampung yang diukur adalah umur pertama bertelur (UPB), bobot induk saat bertelur (BI), bobot telur pertama (BTP), rataan bobot telur (BT) dan produksi telur selama enam bulan (PT). Analisis data menggunakan model statistik linier sederhana dan analisis Multivariabel yaitu dengan Principal Component Analysis (PCA) atau Analisis Komponen Utama (AKU). Produktivitas ayam Kampung pada populasi dasar seleksi diperoleh bahwa secara umum ayam yang berasal dari mempunyai produktivitas lebih tinggi dari ayam Kampung lainnya. Dalam hal ini umur pertama bertelur (UPB) lebih cepat, bobot induk (BI), bobot telur pertama (BTP) dan rataan bobot telurnya (BT) lebih besar, dan hanya produksi telur (PT) selama 6 bulan tidak berbeda dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hasil pengelompokan berdasarkan skor komponen utama menunjukkan bahwa ayam Kampung yang berasal dari memiliki produktivitas tinggi dengan skor 33%, sedangkan kelompok lainnya seperti ayam dari,, dan hanya sebesar 1,32, 6,41, 4,1% dan 8,13%. Dari peubah produktivitas tersebut diperoleh nilai koefisien keragaman berkisar 9,58 17,47% kecuali untuk sifat produksi telur selama 6 bulan cukup tinggi yaitu sebesar 47,46%. Untuk itu seleksi berdasarkan sifat produksi telur 576

walaupun nilai heritabilitasnya rendah perlu dilakukan dan diharapkan mempunyai respons seleksi yang positif. Kata Kunci: Ayam Kampung, Produktivitas, PCA PENDAHULUAN Indonesia banyak memiliki ternak unggas lokal yang berpotensi tinggi untuk dikembangkan. Salah satunya adalah ayam Lokal atau ayam Kampung. Populasi ayam Kampung pada tahun 26 mencapai 298,4 juta ekor, sebagian besar (7%) dipelihara secara tradisional dan hanya 3% yang dipelihara dengan mengikuti program intensifikasi ayam buras/intab (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 26). Kontribusi ayam Kampung dalam menyumbangkan daging dan telur di Indonesia tidaklah sedikit. Sumbangan ayam Kampung terhadap produksi daging sebesar 322,8 ribu ton atau 16% terhadap produksi daging secara nasional, sedangkan terhadap daging unggas kontribusi ayam Kampung sebanyak 31%. Begitu pula produksi telurnya sebanyak 181,1 ribu ton atau 15,97% terhadap produksi telur secara keseluruhan (DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN, 1998). Hal ini mengindikasikan bahwa ayam Kampung memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia. Oleh karena itu, dalam menyongsong era millenium baru, dimana persaingan pasar akan terbuka, pengembangan ayam Kampung menjadi alternatif untuk lebih diperhatikan keberadaannya. Bila dilihat potensi pasarnya, ayam Kampung mempunyai potensi pasar yang cukup besar. Daging ayam Kampung mempunyai rasa dan tekstur yang khas sehingga disukai oleh sebagian besar masyarakat Indonesia bahkan dapat dikatakan telah mempunyai segmen pasar tersendiri. Pada masakan tertentu seperti ayam goreng Ny. Suharti, Mbok Berek dan ayam bakar Taliwang hanya cocok menggunakan ayam Kampung dan masakan tersebut disukai turis mancanegara, sehingga ayam Kampung dapat dikatakan telah go International (DIWYANTO, 1998). Permasalahan pada ayam Kampung salah satunya adalah mempunyai produktivitas rendah. Oleh karena itu untuk dapat menyediakan daging ayam Kampung yang berkesinambungan dalam jumlah yang memadai diperlukan upaya peningkatan produktivitas ayam Kampung tersebut terutama dalam penyediaan bibit melalui seleksi. Kemampuan ayam Kampung dalam menghasilkan telur per ekor induk selama periode tertentu sangat bervariasi, karena ayam Kampung memiliki keragaman fenotipe maupun genotipe pada setiap individu cukup tinggi (MANSJOER, 1989; SULANDARI et al., 26). Dengan memanfaatkan keragaman tersebut, usaha seleksi untuk memperbaiki produktivitas ayam Kampung diharapkan mempunyai respons seleksi yang positif. Untuk itu diperlukan kriteria seleksi yang tepat dengan mempelajari kinerja ayam Kampung betina fase produksi pada populasi dasar seleksi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan karakteristik sifat-sifat produktivitas ayam Kampung berasal dari beberapa daerah di Jawa Barat, yang merupakan langkah awal dalam menentukan kriteria seleksi yang tepat untuk pelaksanaan program seleksi/perbaikan mutu yang berkelanjutan. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada awal dimulainya seleksi ayam Kampung di Balitnak, akan tetapi data masih representatif untuk dikemukakan sebagai dasar penentuan kriteria seleksi. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayam Kampung betina dara (pullet) umur ± 5 bulan sebanyak 333 ekor, masing-masing dari sebanyak 1 ekor, sebanyak 84 ekor, sebanyak 52 ekor, Bogor 1 (Cigudeg) sebanyak 56 ekor, dan Bogor 2 (Ciawi) sebanyak 41 ekor. Ayam-ayam tersebut dikandangkan dengan menggunakan rangkaian kandang individu yang terbuat dari kawat, dengan ukuran panjang x lebar x tinggi adalah 45 x 24 x 42 cm 3 dan dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum. Pakan yang diberikan selama percobaan berlangsung merupakan pakan jadi layer yang dicampur dengan dedak gandum (pollard), 577

jagung, kacang hijau, gabah, mineral wonder dan starbio, dengan kandungan protein 17,26%, Energi Kasar 16,1 MJ. Pemberian pakan dilakukan secara ad-libitum. Pengukuran produktivitas ayam Kampung dilakukan terhadap umur pertama bertelur (UPB), bobot induk saat bertelur (BI), bobot telur pertama (BTP), rataan bobot telur (BT) dan produksi telur selama enam bulan (PT). Analisis data menggunakan model statistik linier sederhana sebagai berikut: Y ij = µ + α i + β ij (STEEL DAN TORRIE, 198) dimana: Y ij = respon pengamatan µ = rataan umum αi = pengaruh asal lokasi ke i βij = ragam dari perlakuan ke i, ulangan ke j Koefisien keragaman baik di dalam kelompok maupun antar lokasi dapat dihitung berdasarkan perbandingan nilai standar deviasi terhadap rataan dari masing-masing lokasi, dihitung dalam persen. Dalam rangka melihat keterkaitan berbagai karakter produktivitas maka dilakukan pula analisis Multivariabel yaitu dengan Principal Component Analysis (PCA) atau Analisis Komponen Utama (AKU) (BENGEN, 1998). Kemudian dengan menggunakan nilai skor komponen utama, pengelompokan ayam Kampung berdasarkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan: a) Produktivitas tinggi, apabila memiliki skor komponen utama pertama (SK-1) lebih besar daripada rata-rata SK-1 ditambah satu simpangan baku (γ h1 > γ 1 = Sy 1 ). b) Produktivitas sedang, apabila memiliki skor komponen utama pertama (SK-1) yang berada dalam interval: rata-rata SK-1 dikurang satu simpangan baku dan rata-rata SK-1 ditambah satu simpangan baku γ 1 S y1 γ h1 γ 1 + S y1) ). c) Produktivitas rendah, apabila memiliki skor komponen utama pertama (SK- 1) lebih kecil daripada rata-rata SK-1 dikurang satu simpangan baku ((γ h1 <. γ 1 S y1 ). HASIL DAN PEMBAHASAN Umur pertama bertelur (UPB), bobot induk saat bertelur (BI), bobot telur pertama (BTP), rataan bobot telur (BT) dan produksi telur selama enam bulan (PT) ayam Kampung pada populasi dasar seleksi tertera pada Tabel 1. Berdasarkan asal ayam Kampung tersebut rataan UPB secara statistik nyata berbeda (P <,5). Ayam Kampung yang berasal dari nyata paling cepat bertelur (P <,5) yaitu pada umur 166,9 hari, dan secara statistik berbeda nyata dengan kelompok lainnya kecuali dengan kelompok tidak berbeda nyata. Rataan UPB ayam Kampung kelompok, dan tidak berbeda nyata, namun demikian, UPBnya dicapai paling lama yaitu sebesar 183,14 hari. Bila dilihat nilai koefisien keragaman UPB dari setiap kelompok asal ternak ternyata cukup rendah yaitu berkisar 6,1 12,18%. Hal tersebut menandakan bahwa UPB bukan merupakan kriteria utama untuk dilakukannya seleksi. Tabel 1. Rataan produktivitas ayam Kampung betina pada populasi dasar seleksi Asal ayam Jumlah sampel Rataan karakter produktivitas Kelompok UPB (hari) BI (gram) BTP (gram) BT (gram) PT (butir) Bogor -1 Bogor -2 1 84 52 56 41 166,9 a 172,96 ab 18,77 c 183,14 c 179,95 bc 1659,5 c 1453,8 b 143, ab 1367,2 a 1355,7 a 4,31 c 29,91 a 29,17 a 31,66 ab 33,51 b 44,46 c 38, a 38,9 a 41,59 b 38,8 a 53,94 a 55,15 a 52,19 a 53,91 a 49,66 a Total sampel 333 174,93 1485,2 33,65 4,74 53,44 Koefisien keragaman (%) 9,58 14,66 17,47 1,53 47,46 Huruf (superscript) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P <,5) UPB = umur pertama bertelur; BTP = bobot telur pertama; BI = bobot induk saat bertelur; BT = rataan bobot telur; PT = produksi telur selama 6 bulan 578

Bobot induk (BI) ayam Kampung yang berasal dari nyata lebih besar (P <,5) dibandingkan dengan BI saat bertelur dari kelompok lainnya, sedangkan BI terkecil diperoleh pada kelompok Bogor, baik maupun. Selain itu kelompok asal Bogor tersebut tidak berbeda nyata dengan kelompok asal. Koefisien keragaman BI saat bertelur juga rendah sebesar 14,66%. Besarnya BTP akan menentukan berat telur yang dihasilkan selanjutnya. Rataan BTP pada populasi dasar sebesar 33,65 g dengan koefisien keragaman sebesar 17,47%. Berdasarkan analisis statistik menunjukkan bahwa BTP pada kelompok nyata (P <,5) lebih besar dari kelompok lainnya dan BTP terkecil yaitu diperoleh ayam Kampung yang berasal dari kelompok dan. Selain itu BTP ayam Kampung pada kelompok dan tidak berbeda nyata dengan kelompok Bogor. Total rataan bobot telur yang dihasilkan pada populasi dasar sebesar 4,74 g dengan koefisien keragaman sebesar 1,53%. Analisis statistik menunjukkan bahwa rataan bobot telur yang dihasilkan oleh ayam Kampung yang berasal dari nyata (P <,5) lebih tinggi dibandingkan dengan rataan BT yang dihasilkan oleh kelompok lainnya. Rataan BT ayam Kampung yang berasal dari, dan Bogor2 tidak berbeda nyata, sedangkan rataan BT pada Bogor1 berbeda nyata (P <,5) dengan kelompok lainnya. Rataan produksi telur selama enam bulan (PT) dari beberapa lokasi tersebut tidak berbeda nyata. Besarnya rataan produksi telur pada total populasi sebesar 53,44 butir/ekor/6 bulan atau sebesar 29,4%. Koefisien keragaman untuk produksi telur cukup tinggi yaitu pada total populasi diperoleh sebesar 47,46%. Secara umum Produktivitas ayam Kampung pada populasi dasar seleksi diperoleh bahwa ayam yang berasal dari mempunyai produktivitas lebih tinggi dari ayam Kampung lainnya. Dalam hal ini umur pertama bertelur (UPB) lebih cepat, bobot induk (BI), bobot telur pertama (BTP) dan rataan bobot telurnya (BT) lebih besar, dan hanya produksi telur (PT) selama 6 bulan tidak berbeda dibandingkan dengan kelompok lainnya. Dari peubah produktivitas tersebut diperoleh nilai koefisien keragaman berkisar 9,58 17,47% kecuali untuk sifat produksi telur selama 6 bulan cukup tinggi yaitu sebesar 47,46%. Variasi produksi telur tersebut yang terendah adalah 6 butir/ekor/6 bulan dan yang tertinggi 124 butir/ekor/6 bulan. Oleh karena itu seleksi berdasarkan sifat produksi telur akan efektif, walaupun sifat produksi telur tersebut mempunyai nilai heritabilitas yang rendah. Berdasarkan FAIRFULL dan GOWE (199) bahwa heritabilitas untuk produksi telur hanya sebesar,21. Akan tetapi SUWINDRA et al., (1993) membuktikan bahwa seleksi terhadap ayam Kampung Bali dengan kriteria seleksi produksi telur >1 butir/ekor/6 bulan selama 3 generasi menghasilkan respons seleksi pada generasi ketiga cukup baik yaitu meningkat 11,53% dari rataan produksi telur tetuanya, yaitu dari 88,46 menjadi sebesar 98,66 butir/ekor/6 bulan. Dalam rangka melihat keterkaitan berbagai karakter produktivitas terhadap performans ayam Kampung yang berasal dari berbagai kelompok maka dilakukan Analisis Komponen Utama (AKU). Secara umum informasi yang diberikan dari hasil Analisis Komponen Utama, diantaranya matriks korelasi antar semua peubah (Tabel 2). Hasil analisis korelasi terhadap karakter-karakter produktivitas ayam Kampung betina umur satu tahun ditunjukkan dengan adanya variasi keeratan korelasi antar karakter produktivitas, dengan nilai korelasi berkisar,9,697. Hubungan yang paling tinggi keeratannya diperlihatkan oleh bobot telur pertama (BTP) dengan rataan bobot telur selama enam bulan (BT) dengan nilai korelasi sebesar,697, sedangkan hubungan yang paling rendah keeratannya (dapat dikatakan tidak mempunyai hubungan) adalah antara BTP dengan produksi telur selama enam bulan (PT) dengan nilai korelasi sebesar,9. Tabel 2. Nilai Korelasi (Pearson) antara semua peubah PT BTP BT UPB BTP,9 BT,141,697 UPB -,212 -,11 -,15 BI,116,446,46 -,215 UPB = Umur pertama bertelur; BTP = Bobot telur pertama; BI = Bobot induk saat bertelur; BT = Rataan bobot telur; PT = Produksi telur selama 6 bulan 579

Karakter yang mempunyai korelasi negatif yaitu antara UPB dengan PT, UPB dengan bobot induk (BI), UPB dengan BTP dan UPB dengan BT. Dengan kata lain bila UPB lambat, produksi telurnya berkurang, bobot induk (BI) lebih kecil sehingga mendapatkan BTP dan rataan BT lebih kecil. Berdasarkan hasil analisis AKU diketahui bahwa sifat produksi telur (PT) berbeda kelompok dengan bobot induk (BI), bobot telur pertama (BTP) dan rataan bobot telur (BT) (Gambar 1) dan berkorelasi negatif dengan umur pertama bertelur (UPB). Hal yang sama diperoleh FAIRFULL dan GOWE (199). Hubungan antara UPB dengan bobot induk (BI), UPB dengan bobot telur pertama (BTP) dan UPB dengan rataan bobot telur (BT) juga berkorelasi negatif. Dengan kata lain apabila UPB lambat, produksi telurnya berkurang, bobot induknya lebih kecil sehingga menghasilkan BTP dan rataan BT yang kecil. PARKHURST dan MOUNTNEY (1987) mengemukakan bahwa UPB yang lebih cepat, produksi telurnya lebih banyak tetapi umur produksinya lebih pendek. UPB yang ideal untuk ayam Kampung adalah umur 22-23 minggu, ayam yang terlalu cepat atau terlalu lambat bertelur memiliki masa produksi yang pendek (SUDARYANI dan SANTOSA, 1995). Demikian pula untuk bobot induk, karena bobot induk yang terlalu besar tidak baik digunakan sebagai ayam petelur, biasanya alat reproduksinya seringkali tertutupi lemak abdomen sehingga produksi telurnya rendah. Sebaliknya bobot induk yang terlalu kecil akan lambat untuk mencapai dewasa kelamin dan akhirnya menurunkan produksi telur (LEESON et al., 1991). Pada penelitian ini rataan bobot induk ayam Kampung adalah 1,497 kg, sedangkan MANSJOER (1985) mendapatkan bahwa bobot dewasa ayam Kampung betina 1,4 1,6 kg. Dari karakter sifat-sifat produksi, diketahui bahwa ayam Kampung yang berasal dari mempunyai performans yang lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. -1 PT UPB +2-2 BI BT BTP BT = Bobot telur BTP = Bobot telur pertama BI = Bobot induk PT = Produksi telur UPB = Umur pertama bertelur Gambar 1. Lingkaran korelasi karakter produktivitas pada sumbu 1 dan sumbu 2 Untuk mengetahui ragam (akar ciri) dari individu populasi ayam Kampung berdasarkan kemiripan produktivitas, hasil analisis AKU memperlihatkan bahwa sebagian besar informasi keragaman karakter produktivitas terpusat pada sumbu utama 1, 2, dan 3. Kualitas informasi yang disajikan oleh ketiga sumbu utama tersebut ditentukan oleh besarnya ragam (akar ciri) masing-masing sebesar 2,14, 1,179 dan,829. Hasil tersebut menjelaskan kontribusi komponen 1, 2 dan 3 masingmasing sebesar 42,8, 23,6 dan 16,6% terhadap ragam total. Ragam kumulatif yang dapat +1 Tabel 3. Analisis Komponen Utama (AKU)/Principal Component Analysis(PCA) Matriks korelasi dari analisis ragam Akar ciri/eigen value 2,14 1,1795,8297,5743,2765 Proporsi,28,236,166,115,55 Kumulatif,428,664,83,945 1, Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PT,165,655 -,719,18,164 BTP,577 -,245,51 -,398,668 BT,583 -,22 -,234 -,237 -,78 UPB -,191 -,678 -,618,316,152 BI,514,63,29,828,57 UPB = Umur pertama bertelur; BTP = Bobot telur pertama; BI = Bobot induk saat bertelur; BT = Rataan bobot telur; PT= Produksi telur selama 6 bulan 58

dijelaskan sebesar 83% (Tabel 3). Berdasarkan hasil analisis korelasi antar peubah, maka diketahui bahwa karakter bobot telur pertama (BTP), rataan bobot telur selama enam bulan (BT) dan bobot induk (BI) berkorelasi sangat besar terhadap pembentukan komponen utama pertama (PC1), yaitu mempunyai nilai pembobot sebesar,577 (BTP),,583 (BT) dan,514 (BI). Pada pembentukan komponen utama kedua (PC2) yang paling berperan adalah peubah produksi telur (PT) dan UPB dengan nilai pembobot masing-masing sebesar,655 (PT) dan,678 (UPB). Hal ini sejalan dengan Gambar 1. Lingkaran korelasi karakter produktivitas yang menjelaskan hal tersebut. Komponen utama pertama (PC1) dalam pengkajian ukuran produktivitas ayam Kampung dapat dinyatakan dalam persamaan: Y1 =,165 PT +,577 BTP +,583 BT,191 UPB +,514 BI Hasil pengelompokan berdasarkan nilai skor komponen utama (Tabel 4), sebagian besar ayam Kampung pada populasi dasar seleksi termasuk kategori produktivitas sedang, yaitu pada kelompok,,, dan masing-masing sebesar 59,; 78,97; 74,36; 73,81 dan 76,42%. Ayam Kampung yang mempunyai produktivitas tinggi hanya sebagian kecil saja dan produktivitas tinggi terbesar diperoleh pada ayam Kampung yang berasal dari yaitu sebesar 33,33%, sedangkan pada kelompok,, dan diperoleh masing-masing sebesar 1,32, 6,41, 4,17 dan 8,13%. Ayam Kampung yang mempunyai produktivitas rendah terbesar yaitu diperoleh pada kelompok ayam yang berasal dari Bogor1 yaitu sebesar 22,2%, kemudian sebesar 19,23%, sebesar 15,45%, sebesar 1,71% dan terendah diperoleh pada kelompok ayam yang berasal dari yaitu sebesar 7,67%. Tabel 4. Pengelompokan produktivitas ayam Kampung pada populasi dasar seleksi berdasarkan nilai skor komponen utama pertama (PC1), kedua (PC2) dan ketiga (PC3) Asal ayam PC1 59, PC2 13, 19,5 15,38 1,72 9,76 PC3 28, 9,53 23,7 28,57 21,95 Total (PC1+PC2+PC3) Produktivitas (%) Tinggi Sedang Rendah 33,33 1,32 6,41 4,17 8,13 4, 8,95 75, 85,71 87,8 73, 77,38 75, 66,7 78,5 64, 78,57 73,8 69,64 63,41 59, 78,97 74,36 73,81 76,42 1, 19,5 25, 14,29 12,2 14, 3,57 9,62 23,21 12,19 8, 11,9 3,85 1,79 14,64 7,67 1,71 19,23 22,2 15,45 581

KESIMPULAN Kinerja ayam Kampung pada populasi dasar seleksi yang didasarkan pada performan produktivitas, yang paling beragam adalah sifat produksi telur (47,46%). Untuk itu seleksi berdasarkan sifat produksi telur walaupun nilai heritabilitasnya rendah perlu dilakukan dan diharapkan mempunyai respons seleksi yang positip. Berdasarkan hasil analisis AKU, diketahui bahwa karakter bobot telur pertama (BTP), rataan bobot telur selama enam bulan (BT) dan bobot induk (BI) berkorelasi sangat besar terhadap pembentukan komponen utama pertama (PC1), yaitu mempunyai nilai pembobot sebesar,577 (BTP),,583 (BT) dan,514 (BI). Pengelompokan sifat produktivitas, diperoleh bahwa ayam Kampung, dari mempunyai performans yang paling baik dibandingkan dengan kelompok lainnya. DAFTAR PUSTAKA BENGEN, D.G. 1998. Sinopsis Analisis Statistik Multivariabel/Multidimensi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN. 26. Buku Statistik Peternakan, Ditjennak, Departemen Pertanian, Jakarta. DIWYANTO, K. 1998. Pemanfaatan plasma nutfah ayam kampung dalam menghadapi krisis moneter. Warta Plasma Nutfah Indonesia. 6: 6 7. FAIRFULL R.W. and R.S. GOWE. 199. Genetics of egg production in chickens, chapter 29. In: Poultry Breeding and Genetics. Developments in Animal and Sciences, 22. CRAWFORD, R.D. 199. Elsevier Science Publishers B.V, Netherlands. pp. 75 759. LEESON, S., L.J. CASTON and O.J. SUMMERS, 1991. Significance of physiological age of Leghorn pullets in terms of subsequent reproductive characteristics and economic analysis. Poult. Sci. 7: 37 43. MANSJOER, S.S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam Kampung serta persilangannya dengan ayam Rhode Island Red. Disertasi. Program Pascasarjana IPB. Bogor. MANSJOER, S.S. 1989. Pengembangan ayam Kampung di Indonesia. Prosiding Seminar Peran Unggas Kampung di Indonesia, Lustrum V, Fakultas Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang. PARKHURST, C.R. and G.J. MOUNTNEY. 1987. Poultry Meat and Egg Production, An AVI Book, Published by Van Nostrand Reinhold, New York, USA. STEEL, R.G.D. dan J.H. TORRIE. 198. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi kedua. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. SUDARYANI, T. dan H. SANTOSA. 1995. Pembibitan Ayam Buras. Penebar Swadaya, Jakarta. SULANDARI, S., M.S.A, ZEIN, T. SARTIKA and S. PARYANTI. 26. Molecular Characterization of Indonesian local chicken based on HVI, D- loop mitochondria analysis. Research report of the project competitive research, Indonesian Research Centre (LIPI), Indonesia. SUWINDRA, I.N., K. ASTININGSIH dan I.K.A. WIYANA. 1993. Seleksi dan pembibitan ayam Kampung di daerah Bali. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan, Universitas Udayana. 582