Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.16 No.3 Tahun 2016

dokumen-dokumen yang mirip
MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

Tinjauan Yuridis terhadap Pelaksanaan Prapenuntutan Dihubungkan dengan Asas Kepastian Hukum dan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya Ringan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB II PENGERTIAN, KEWENANGAN DAN TUGAS PENYIDIKAN, JENIS, MENURUT HUKUM ACARA PIDANA ISLAM tentang Hukum Acara Pidana.

1. HUKUM ACARA PIDANA ADALAH hukum yang mempertahankan bagaimana hukum pidana materil dijalankan KUHAP = UU No 8 tahun 1981 tentang hukum acara

KEMUNGKINAN PENYIDIKAN DELIK ADUAN TANPA PENGADUAN 1. Oleh: Wempi Jh. Kumendong 2 Abstrack

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB II PENAHANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TERHADAP TERSANGKA ANAK DIBAWAH UMUR. penyelidikan yang merupakan tahapan permulaan mencari ada atau tidaknya

PERLUNYA NOTARIS MEMAHAMI PENYIDIK & PENYIDIKAN. Dr. Widhi Handoko, SH., Sp.N. Disampaikan pada Konferda INI Kota Surakarta, Tanggal, 10 Juni 2014

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dapat lagi diserahkan kepada peraturan kekuatan-kekuatan bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyelidikan merupakan bagian yang tidak dapat di pisahkan dari. penyidikan, KUHAP dengan tegas membedakan istilah Penyidik dan

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

NILAI KEADILAN DALAM PENGHENTIAN PENYIDIKAN Oleh Wayan Rideng 1

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

Fungsi Dan Wewenang Polri Dalam Kaitannya Dengan Perlindungan Hak Asasi Manusia. Oleh : Iman Hidayat, SH.MH. Abstrak

Lex Privatum Vol. V/No. 8/Okt/2017

Pemeriksaan Sebelum Persidangan

Bagian Kedua Penyidikan

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

PENGEMBALIAN BERKAS PERKARA TINDAK PIDANA DARI KEJAKSAAN KEPADA KEPOLISIAN 1 Oleh : Ridwan Afandi 2

I. PENDAHULUAN. mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

Fungsi Pra Penuntutan Terhadap Keberhasilan Pelaksanaan Penuntutan Perkara Pidana Oleh Penuntut Umum. Cakra Nur Budi Hartanto *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyelidikan dan Penyidikan. Pengertian penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. yang demokratis, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

KEDUDUKAN PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. negara harus berlandaskan hukum. Dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G Nomor : 5 Tahun : 1986 Seri : D.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENCABUTANKETERANGAN TERDAKWA DALAM BERITA ACARA PEMERIKSAAAN (BAP) DAN TERDAKWA

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

BAB I PENDAHULUAN. pidana adalah kebenaran materil, yang menjadi tujuan dari hukum acara pidana itu

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, mengakibatkan kejahatan pada saat ini cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

BAB II KEWENANGAN JAKSA DALAM SISTEM PERADILAN DI INDONESIA. diatur secara eksplisit atau implisit dalam Undang-undang Dasar 1945, yang pasti

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

LEMBARAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 120 TAHUN 1987 SERI : D

BLOCK BOOK HUKUM ACARA PIDANA Kode Mata Kuliah : WUI 5342

SURAT TUNTUTAN (REQUISITOIR) DALAM PROSES PERKARA PIDANA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perlu dikemukakan terlebih dahulu identitas responden. : Anggota Pembinaan dan Disiplin Bid Propam Polda Lampung

BAB II PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

KAJIAN TERHADAP PENYITAAN SEBAGAI PEMAKSAAN YANG DIHALALKAN OLEH HUKUM

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

jahat tersebut tentunya berusaha untuk menghindar dari hukuman pidana, yaitu dengan cara

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

Pelaksanaan Penyidik Diluar Wilayah Hukum Penyidik

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

KONSEP DISKRESI KEPOLISIAN DALAM PROSES PIDANA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 3 TAHUN 1986 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. penganiayaan adalah: perlakuan yang sewenang-wenang. Pengertian. pidana adalah menyangkut tubuh manusia. Meskipun pengertian

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 1988 SERI D NOMOR 2

PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II UJUNG PANDANG

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menjawab permasalahan dalam skripsi ini penulis telah melakukan

2. Terdakwa, menurut pasal 1 ayat 5 KUHAP adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili dipersidangan pengadilan.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 31 TAHUN 1997 TENTANG PERADILAN MILITER

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB II PENGATURAN ALAT BUKTI DALAM KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA

Transkripsi:

PERTIMBANGAN YURIDIS PENYIDIK DALAM MENGHENTIKAN PENYIDIKAN PERKARA PELANGGARAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI WILAYAH HUKUM POLRESTA JAMBI Islah 1 Abstract A high accident rate makes investigators do not process all the events, but nothing stopped the investigation of course no juridical considerations in this regard besides humanitarian consideration also the interests of justice for the people of Indonesia Keyword : high accident, juridical consideration PENDAHULUAN Sarana dan prasarana jalan raya bagi kehidupan masyarakat memiliki anti yang cukup penting, di camping dapat berfungsi menghubungkan antar kota yang satu dengan kota yang lainnya, antar kabupaten, antar kecamatan dan antar kelurahan/ desa yang satu dengan yang lainnya, maka jalan raya memberikan pula dampak yang positif dalam menggerakan roda perekonomian daerah. Dengan semakin meningkatnya frekuensi penggunaan jalan raya bagi mobilitas angkutan orang ataupun penumpang dan bagi pejalan kaki, baik untuk kepentingan umum, pribadi maupun tujuan komersil. Menuntut perlu adanya penataan dalam satu ketentuan sistem yang dilakukan dengan mengintegrasikan unsurunsur yang terdiri dari jaringan transportasi jalan, kenderaan beserta pengemudinya, perangkat peraturan perundang- undangan yang mendukung, prosedur dan metoda pengawasan yang cukup efektip, sehingga terwujud suatu totalitas yang utuh, tertib, teratur, suiergis dan terarah kepada bidang sasaran yang diharapkan pemerintah dan masyarakat, demi tercapainya keselamatan dan keamanan dalam berlalu lintas di jalan raya. Namun demikian tidak dapat dipungkiri penggunaan transportasi 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas jalan walaupun belum menunjukkan tingkat yang mengkhawatirkan dan mencemaskan, kecelakaan lalu lintas di jalan raya seringkali tidak dapat dihindari, baik korbannya meninggal maupun korbannya mengalami lukaluka berat dan ringan, selain korbannya menderita kerugian materil maupun moril. Dengan adanya kecelakaan lalu lintas di jalan raya, baik kecelakaan lalu lintas jalan yang korbannya meninggal maupun korbannya mengalami luka- luka berat dan luka ringan serta menderita kerugian materil maupun moril, maka terhadap terjadinya pelanggaran kecelakaan lalu lintas perlu dilakukan penyidikan oleh penyidik kepolisian setempat. Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang dugaan kuat terjadinya suatu pelanggaran kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang korbanya menderita luka- luka berat dan bahkan ada yang meninggal dunia, penyidik wajib melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan_ Tujuannya adalah untuk mencari, menemukan dan mengumpulkan bukti, yang dengan bukti dapat membuat terang suatu tindak pidana, guna menentukan tersangkanya. Dalam melakukan penyidikan, untuk mengumpulkan bukti-bukti yang diperlukan penyidik diberi kewenangan melakukan tindakan tertentu, sehingga dapat Batanghari 71

menyelesaikan penyidikan itu dan siap untuk menyerahkan berita acara kepada penuntut umum. Sudah barang tentu kewenangan itu disesuaikan secara kasuistis, termasuk untuk melakukan tindakan di tempat kejadian perkara dan sudah menemukan dugaan kuat tersangka serta saksi-saksi yang diperlukan, maka penyidik berhak untuk memanggil tersangka dan saksi, sampai dengan tindakan lain yang diperlukan bersifat memaksa, seperti melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, penyitaan dan pemeriksaan surat. Suatu hal yang cukup penting diperhatikan dalam melakukan penyidikan adalah tugas kepolisian selaku penyidik membuat Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Dalam penyusunan dan pembuatan Berita Acara Pemeriksaan harus diperhatikan mekanisme yang dikehendaki dalam ketentuan pasal8 ayat (1) KUHAP, yaitu Berita Acara Pemeriksaan harus memenuhi syarat formal yang berisikan tentang identitas tersangka, yaitu nama, tempat dan tanggal lahir, umur, pekerjaan, alamat dan lainnya. Di samping dalam berita acara pemeriksaan memuat syarat formal, dalam berita acara pemeriksaan yang dibuat kepolisian memuat pula syarat materil, yaitu mengenai urutan kejadian ataupun peristiwa pelanggaran lalu lintas yang dilakukan tersangka, kemudian pasal- pasal yang disangkakan kepada tersangka, mengenai waktu dan tempat kejadian itu dilakukan tersangka. Dalam melakukan penyidikan suatu perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas yang dilakukan kepolisian dituntut sikap kehatihatian dan tidak ceroboh. Hal ini penting untuk meminimalkan terjadinya kesalahan- kesalahan sekecil apapun, sebab akan berdampak negatip dikhawatirkan akan dapat membebaskan tersangka dari segala tuntutan hukum ataupun tersangka dapat dihentikan penuntutannya oleh penuntut umum. Dalam praktek di wilayah Kota Jambi, walaupun sebagian besar kepolisian selaku penyidik sudah dapat melakukan penyidikan dalam lintas secara baik dan benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara yuridis, sehingga dapat menghukum tersangka sesuai dengan perbuatan yang disangkakan dan dilakukannya, untuk menegakan keadilan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Namun demikian di dalam kenyataannya tidak tertutup kemungkinan masih ditemui permasalahan yang dihadapi kepolisian selaku penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap tersangka, tidak selamanya perkara pelanggaran lalu lintas di jalan raya yang dilakukan proses pemeriksaan di tingkat penyidikan dapat diteruskan dan dilimpahkan penuntut umum ke sidang pengadilan setempat. Adakalanya juga karena lemahnya alat bukti pendukung yang ada dalam suatu perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan, penyidik dapat saja melakukan penghentian penyidikan (SP3) dalam suatu perkara pelanggaran lalu lintas terhadap tersangka yang bersangkutan. Dari pemaparan yang telah diuraikan secara jelas di atas, sehingga penulis merasa tertarik untuk membahas masalah ini dengan menuangkan ke dalam bentuk penulisan Karya Ilmiah, dengan judul "Pertimbangan Yuridis Penyidik Dalam Menghentikan Penyidikan Perkara Pelanggaran Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah 72

Hukum Polresta Jambi". PERUMUSAN MASALAH Sesuai dengan judul di atas penulis membatasi tulisan dengan rumusan masalah, Apakah yang menjadi pertimbangan yuridis penyidik dalam menghentikan penyidikan perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas di wilayah hukum Polresta Jambi? Pengertian Penyidikan Sebagai gambaran untuk mengetahui batasan pengertian penyidikan, ada baiknya penulis kutip beberapa pendapat ahli/sarjana sebagai landasan berpijak yang dapat dijadikan bahan analisis, antara lain pendapat yang dikemukakan oleh R. Soesilo : Penyidikan adalah suatu kegiatan penyidik melakukan penyelidikan menurut cara yang ditentukan peraturan perundang-undangan, untuk mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut dapat membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Sedangkan menurut Dr. Andi Hamzah, SH dan Irdan Dahlan, "Penyidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tugas penyidik, karena ia merupakan salah satu metode dari penyidikan, untuk mengumpulkan fakta dan bukti-bukti berkaitan dengan kegiatan yang terjadi untuk menentukan tersangkanya". Sementara itu, M. Yahya Harahap, SH : Penyidikan ialah serangkaian kegiatan penyelidikan, yang berarti serangkaian tindakan mencari dan menemukan sesuatu keadaan atau peristiwa yang berhubungan dengan kejahatan dan atau pelanggaran atau yang diduga sebagai perbuatan tindak pidana 3 Di dalam ketentuan pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP) disebutkan : Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Dari batasan definisi yang dipaparkan di atas, sehingga dapatlah diketahui secara jelas, lengkap dan sistematis unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian penyidikan, adalah : 1. Serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang ditentukan undang-undang, 2. Untuk mencari, menemukan dan mengumpulkan fakta dan buktibukti dari sesuatu keadaan ataupun peristiwa yang berhubungan dengan kejahatan ataupun pelanggaran ataupun yang diduga sebagai perbuatan tindak pidana, 3. Untuk membuat terang terjadinya guna menentukan tersangkanya. Kewenangan Melakukan Penyidikan Sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Kitab Undangundang Hukum Acara Pidana (KUHAP), disebutkan penyidik terdiri dari : 1. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia, 2. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang". Pejabat Kepolisian negara Republik Indonesia yang dapat ditunjuk dan diangkat sebagai penyidik, haruslah memenuhi persyaratan kepangkatan sebagaimana yang digariskan dalam 73

ketentuan pasal 2 dan 3 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983, tentang Kepangkatan Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu : 1. Pejabat penyidik penuh ; a. Sekurang-kurangnya berpangkat pembantu letnan dua polisi, b. Berpangkat bintara di bawah pembantu letna dua polisi, apabila dalam suatu sektor kepolisian tidak ada pejabat penyidik yang berpangkat pembantu letnan dua polisi, c. Ditunjuk dan diangkat oleh kepala kepolisian negara Republik Indonesia. 2. Penyidik pembantu ; a. Sekurang-kurangnya berpangkat sersan dua polisi, b. Pegawai negeri sipil dalam lingkup kepolisian negara dengan syarat sekurangkurangnya berpangkat pengatur muda (golongan II/a), c. Diangkat oleh kepala kepolisian negara Republik Indonesia atas usul komandan/ pimpinan kesatuan masingmasing. Khusus mengenai pengangkatan pegawai negeri sipil di lingkungan kepolisian negara Republik Indonesia menjadi pejabat penyidik pembantu, pegawai negeri sipil yang bersangkutan harus memiliki keahlian khusus dalam bidang tertentu, tanpa memiliki keahlian khusus tersebut, tidak ada alasan untuk mengangkat, seperti ahli dalam bidang kimia, patologi dan lainnya. Kenyataan ini ditegaskan M. Yahya Harahap, SH adalah : Penyidik pembantu bukan mesti dari Polri, tetapi bisa diangkat dari pegawai negeri sipil di lingkungan Polri sesuai dengan keahlian khusus yang dimilikinya. Apabila yang demikian tidak diangkat, hal ini mungkin dapat menajdi penghambat dalam pelaksanaan penyidikan, mengingat di kalangan Polri sendiri sangat langkah mereka yang memiliki keahlian khusus tersebut, itulah motivasi diangkatnya penyidik pembantu dari pegawai negeri sipil di lingkungan Polri. Selain penyidik pejabat kepolisian negara Republik Indonesia, dapat juga diangkat sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat (1) KUHAP, adalah pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang khusus, seperti di dalam ketentuan pasal 36 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982, tentang Undang-undang Wajib Daftar Perusahaan pasal 31 Undang-undang Nomor 1985, tentang Undang-undang Perikanan, pasal 59 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999, tentang Undang-undang Perlindungan Konsumen, pasal 77 Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999, tentang Undang-undang Kehutanan dan lainnya. Penyidik pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang pasal 6 ayat (1) KUHAP dan di berbagai peraturan perundang-undangan tersebut, dalam pelaksanaan tugasnya berada di bawah koordinasi dan pengawasan penyidik Polri. Selain itu, untuk kepentingan penyidikan, penyidik Polri memberikan petunjuk kepada penyidik pegawai negeri sipil tertentu dan memberikan bantuan penyidikan yang diperlukan (pasa1207 ayat (1) KUHAP). Demikian pula penyidik pegawai negeri sipil tertentu, harus melapor kepada penyidik Polri tentang dugaan kuat adanya suatu tindak pidana ataupun pelanggaran 74

yang disidik, dan setelah selesai melakukan penyidikan, hasil penyidikan diserahkan kepada penyidik Polri. Penyidik Polrilah yang berhak menindak lanjuti dan meneruskan berkas perkaranya untuk dilimpahkan kepada penuntut umum (pasal 107 ayat (3) KUHAP). Pertimbangan Yuridis Penyidik Dalam Menghentikan Penyidikan Perkara Pelanggaran Kecelakaan Lalu Lintas Tidak semua jenis perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang masuk dan diperiksa serta diproses penyidik diajukan dan dilimpahkan kasusnya pada penuntut umum Kejaksaan Negeri Jambi, untuk diajukan dan dilimpahkan proses penyelesaiannya pada pengadilan negeri setempat. Adakalanya kasus kecelakaan lalu lintas tersebut dihentikan penyidikannya yang dilakukan oleh Kepolisian Resort Kota Jambi dengan berbagai dalih dan alasan dalam prakteknya. Adapun dasar pertimbangan yuridis penyidik menghentikan penyidikan pelanggaran kecelakaan lalu lintas yang tidak diteruskan pelimpahan kasusnya kepada penuntut umum Kejaksaan Negeri Jambi, menurut Kompol Pria Budi, SIK,MH, disebabkan yaitu : Perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas yang diproses dan diperiksa oleh penyidik Kepolisian Resort Kota Jambi yang diterima, dilaporkan dan diadukan adakalanya tidak terdapat cukup bukti yang sah dan meyakinkan,terkadang setelah dilaporkan perkaranya tersangkanya melarikan diri dan belum tertangkap yang memakan waktu yang kian cukup lama dan persoalan lainnya yang kesemuanya dapat menyebabkan penyidik untuk melakukan penghentian penyidikan dengan mengeluarkan surat SP3. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui secara jelas bahwa dasar pertimbangan yuridis penyidik untuk menghentikan penyidikan lintas dengan mengeluarkan surat SP3 dalam praktek dalam suatu perkara, dapat disebabkan karena perkara yang diproses dan diperiksa oleh penyidik Kepolisian Resort Kota Jambi yang diterima, dilaporkan dan diadukan adakalanya tidak terdapat cukup bukti yang sah dan meyakinkan. Artinya, dalam proses pemeriksaan hanya ada satu alat bukti saja padahal yang dikehendaki oleh Undang-undang, minimal dilengkapi dengan 2 (dua) alat bukti yang sah dan meyakinkan. Kenyataan ini, ditegaskan oleh Malawarman, yang menyatakan : "Saya dibebaskan dan dihentikan penyidikan, lantaran saya tidak terdapat cukup bukti yang sah dan meyakinkan telah melakukan pelanggaran kecelakaan lalu lintas terhadap Rush, yang melaporkan kasusnya pada penyidik Polresta Jambi". Permasalahan lainnya dihentikannya penyidikan disebabkan terkadang setelah dilaporkan perkara kecelakaan lalu lintas tersangkanya melarikan diri dan belum tertangkap, lama kelamaan kasus pidana tersebut dapat dihentikan penyidikannya oleh penyidik Polresta Jambi. Sedangkan pertimbangan yuridis penyidik lainnya dalam menghentikan penyidikan perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas, menurut Briptu Ikos Febriadi : Tersangka yang diproses dan diperiksa penyidik untuk dilimpahkan berkas perkaranya 75

pada penuntut umum telah meninggal dunia, sehingga dapat mengakibatkan dihentikannya penyidikan terhadap perkara yang bersangkutan untuk diteruskan dan dilimpahkan pada penuntut umum. Apabila ditelaah dari pendapat di atas, menunjukkan bahwa dasar pertimbangan yuridis penyidik dalam menghentikan penyidikan perkara pelanggaran kecelakaan lalu lintas, disebabkan tersangka yang dilakukan proses pemeriksaan nya oleh penyidik meninggal dunia, sehingga dengan meninggalnya tersangka dapat menyebabkan kasusnya dapat dihentikan penyidikannya oleh penyidik Kepolisian Resort Kota Jambi. Sedangkan permasalahan lain dihentikannya penyidikan dalam lintas, dapat disebabkan, menurut Aipda Darmansyah, dapat disebabkan : Perbuatan yang sama pernah diputus oleh hakim pengadilan setempat, sehingga kasusnya tidak dapat diteruskan untuk diperiksa dan diproses penyidik dilimpahkan pada penuntut umum atau terkenal dengan sebutkan 'nebis in idem'. Permasalahan lain dihentikan penyidikan dapat disebabkan karena perkara yang ditanggani sudah lewat waktu (kadaluarsa) untuk kasus- kasus tertentu, sehingga demi Undang- undang kasusnya tidak dapat diproses dan diperiksa penyidik. Jambi, disebabkan berbagai faktor, baik karena ketidak lengkapan alat bukti yang disangkakan dan diajukan, tersangkanya melarikan diri, penyidikan sudah kadaluarsa (lewat waktu), perkaranya sudah pernah diputus (nebis in idem) maupun tersangkanya meninggal dunia. DAFTAR PUSTAKA A. Buku : R. Soesilo. 1991. KUHP serta komentar-komentarnya. Politea, Bogor. Andi Hamzah dan Irdan Dahlan. 1987. Surat Dakwaan. Alumni, Bandung. M. Yahya Harahap. 2007. Hukum Acara Perdata: Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pemutusan Pengadilan. Sinar Grafika, Jakarta. B. Peraturan Perundang-undangan : Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan. Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan. Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Kepangkatan Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia. SIMPULAN Pertimbangan yuridis penyidik dalam menghentikan penyidikan lintas di wilayah hukum Polresta 76