BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. Skripsi : 091/S/PPB/2013 pertengahan dan akhir masa anak-anak.

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. penuh dengan kenangan yang tidak mungkin akan terlupakan. Menurut. dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami perkembangan semua

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN PENGELOLAAN EMOSI DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS X UPTD SMAN 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENGANTAR. segala bentuk dan prakteknya telah berupaya dikembangkan, namun. cacat dan kekurangan dari sistem tersebut semakin terlihat nyata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode kehidupan penuh dengan dinamika, dimana

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI PERMAINAN DALAM MENGEMBANGKAN SELF-CONTROL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hana Nailul Muna, 2016

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang memasuki sekolah menengah pertama pada umumnya berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aisha Nadya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku agresi, terutama di kota-kota besar khususnya Jakarta. Fenomena agresi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan tempat individu berada. Remaja menurut Monks (2002) merupakan

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa, dimana individu berjuang untuk tumbuh menjadi sesuatu,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB III METODE PENELITIAN. Bandung Tahun Ajaran sebanyak 145 siswa yang terbagi ke dalam empat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA URUTAN KELAHIRAN DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. tantangan dan tekanan dalam kehidupan dipengaruhi oleh persepsi, konsep

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. sumber informasi yang sangat penting bagi masyarakat. Di antara berbagai media

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN INTENSI PERILAKU ONANI PADA REMAJA LAKI-LAKI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Hai ini tentunya diakibatkan oleh beragam faktor pemicu. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber terjadinya beragam jenis perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat kita sekarang. Berdasarkan hasil pemantauan dan penyelidikan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), tindak kekerasan yang terjadi dalam satu dekade terakhir menunjukkan angka di luar batas kewajaran. Artinya, kondisi yang tengah terjadi saat ini sangat mengkhawatrikan dan dapat membahayakan generasi muda yang akan datang (www.news.detik.com, 2011). Hal ini ditegaskan oleh Ketua Komnas PA yaitu Arist Merdeka Sirait, bahwa pada sepanjang tahun 2011 ini, kasus tawuran cukup banyak mendapat sorotan dan menjadi topik hangat di tengah-tengah masyarakat. Maraknya peristiwa kekerasan antar sesama anak sekolah merupakan fenomena sosial yang berkembang di tengah-tengah masyarakat remaja. Sementara itu, sepanjang tahun 2011, Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat ditemukan 339 kasus tawuran. Kasus tawuran antar pelajar di Jabodetabek meningkat jika dibanding 128 kasus yang terjadi pada tahun 2010. KomNas Perlindungan Anak mencatat, dari 339 kasus kekerasan antar sesama pelajar SMP dan SMA ditemukan 82

2 diantaranya meninggal dunia, selebihnya luka berat dan ringan (www.komnaspa.wordpress.com, 2011). Pemerhati sosial lain yaitu Saad (2003), mengemukakan bahwa pada dekade 1990-an, masalah yang marak diberitakan adalah perilaku agresif remaja yang banyak ditunjukkan dengan beragam cara. Dari mulai perebutan hak dari sebuah gank (gap), perilaku intimidasi, hingga mengarah ke dalam hal yang lebih ekstrim yaitu penganiayaan bahkan pembunuhan (www.lintasberita.com, 2010). Siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) merupakan individu yang sedang berada pada masa remaja. Dalam kehidupannya, remaja menampilkan beragam perilaku untuk mencapai tujuannya. Perilaku agresif tidak jarang turut mereka tampilkan dalam kehidupan kesehariannya, seperti misalnya melanggar tata tertib sekolah, melawan orang tua dan guru, mengganggu teman, menaruh dendam dan bermusuhan dengan teman. Bahkan belakangan ini, perilaku agresif remaja terutama siswa SMA sedang menjadi sorotan, yaitu perkelahian massal (tawuran) antar pelajar yang terjadi di beberapa kota di Indonesia (Media Pikiran Rakyat, 2000 dalam Julianti, 2001). Ma ruf (2007) menyatakan bahwa perilaku agresif siswa di sekolah sudah menjadi masalah yang universal, dan akhir-akhir ini cenderung semakin meningkat. Berita tentang terlibatnya para siswa dalam berbagai bentuk kerusuhan, tawuran, perkelahian, dan tindak kekerasan lainnya semakin sering terdengar. Perilaku agresif siswa di sekolah sangat beragam dan kompleks. Persoalan perilaku agresif siswa semakin kompleks manakala perilaku agresif

3 akhir-akhir ini juga dipertontonkan oleh guru, ada guru yang memukul siswanya, bahkan ada yang sampai membunuh siswanya (www.liputan6-online.com, 2010). Masa remaja merupakan masa yang sangat singkat namun sangat unik. Hal ini dikarenakan bahwa dari mulai titik inilah perkembangan individu menuju kematangan dan kemerdekaan jiwa telah dimulai. Banyak remaja yang berhasil menemukan apa yang dicari dari kehidupan remajanya, tetapi lebih banyak lagi remaja yang mengalami the worst time dikarenakan belum bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosialemosional dengan batasan yang ditandai dengan perubahan besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan baru termasuk mengekspresikan perasaan seksual (Santrock, 1996: 26). Selain perubahan yang terjadi dalam diri remaja, terdapat pula perubahan dalam lingkungan seperti sikap orang tua atau anggota keluarga lain, guru, teman sebaya, maupun masyarakat pada umumnya. Kondisi ini merupakan reaksi terhadap pertumbuhan remaja. Remaja dituntut untuk mampu menampilkan tingkah laku yang dianggap pantas atau sesuai bagi orang-orang seusianya (Agustiani, 2006 : 28). Hurlock (1990 : 208) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap masalah. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan seorang remaja dalam pengalamannya memecahkan suatu masalah. Remaja

4 merasa sudah mandiri sehingga sering menolak bantuan dari pihak lain termasuk orang tua dan gurunya. Masa remaja merupakan masa yang sangat rentan terhadap beragam pengaruh dalam melaksanakan tugas perkembangannya. Remaja dihadapkan kepada sejumlah persoalan yang harus dijawab dan tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila remaja gagal dalam menjawab beragam persoalan dalam perkembangannya dan tidak dapat memenuhi tugas perkembangannya, maka hal tersebut akan memunculkan persoalan yang berkepanjangan (Suherman dkk, 2008: 14). Havighurst (Suherman dkk, 2008: 16), mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja antara lain sebagai berikut: a) Menerima kenyataan fisik serta menggunakannya secara efektif, b) Mencapai hubungan sosial yang lebih matang dengan teman sebaya laki-laki dan perempuan, c) Mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, d) Mencapai kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, e) Mencapai keterjaminan dan kebebasan ekonomi, f) Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan, g) Mempersiapkan diri untuk kehidupan perkawinan dan keluarga, h) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat dan warga negara,

5 i) Adanya keinginan dan kemauan untuk mencapai tanggung jawab sosial, dan j) Memperoleh suatu kesatuan sistem norma yang dapat dijadikan pandangan hidup dan pedoman dalam tindakannya. Berbicara mengenai perilaku kekerasan yang dilakukan oleh banyak remaja menggiring kita untuk berpikir lebih jeli mengenai bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Jawaban dari semua itu dapat kita lihat dari maraknya pemberitaan di media massa dan media cetak serta elektronik seperti perilaku intimidasi, mendominasi (menguasai), merusak, menyakiti, juvenil delinquency (kenakalan remaja), sampai pada tindak kriminalitas. Menurut Berkowitz (2003), perilaku agresif remaja disebabkan oleh beragam faktor penyebab, diantaranya yaitu masa kecil yang kurang menyenangkan, tayangan televisi yang banyak mengandung unsur kekerasan, stress akibat masalah keluarga dan kondisi ekonomi yang sangat kurang (miskin). Sebelum mengarah kepada penanganan yang bersifat kuratif dan menyeluruh, ada baiknya kita luruskan persepsi masing-masing guna menilai duduk permasalahan dari satu sisi yang sama demi tercapainya tujuan yang lebih baik. Perkembangan remaja yang dalam masanya sangat rentan dengan pengaruh dari lingkungan, membutuhkan bantuan yang sangat berarti agar pencapaiannya menjadi optimal dan sesuai dengan apa yang diharapkan (ideal). Demi mewujudkannya, tentu perlu adanya suatu upaya yang dapat memfasilitasi dan meng-cover segala kebutuhan dalam masa perkembangannya itu.

6 Pengaruh yang memiliki andil terbesar yaitu lingkungan yang berada di luar diri remaja yaitu keluarga, sekolah, teman sebaya, arus informasi, perkembangan IPTEK, dan sebagainya. Dari beragam potensi lingkungan yang menjadi penyebab timbulnya perilaku agresif remaja, diperlukan adanya perhatian yang sangat serius agar perkembangan remaja lebih dapat dikendalikan (Saad, 2003). Sehubungan dengan perilaku agresif siswa di sekolah, Ma ruf (2007) menyatakan bahwa jika perilaku agresif yang terjadi di lingkungan sekolah tidak segera ditangani, di samping dapat menggangu proses pembelajaran, juga akan menyebabkan siswa cenderung untuk beradaptasi pada kebiasaan buruk tersebut. Semakin sering siswa dihadapkan pada perilaku agresif, siswa akan semakin terbiasa dengan situasi buruk tersebut, kemampuan siswa untuk beradaptasi dengan perilaku agresif akan semakin tinggi, dan akan berkembang pada persepsi siswa bahwa perbuatan agresif merupakan perbuatan biasa-biasa saja, apalagi jika keadaan ini diperkuat dengan perilaku sejumlah guru yang cenderung agresif pula ketika menghadapi murid-muridnya. Situasi demikian akan membentuk siswa untuk meniru dan berperilaku agresif pula, sehingga perilaku agresif siswa di sekolah dianggap biasa dan akan semakin meluas (www.hidayahilayya.blogspot.com, 2010). Dalam konteks mikro di sekolah, tentunya dibutuhkan suatu upaya yang sangat riil yang harus dilakukan agar dapat memfasilitasi perkembangan siswa (remaja)nya, khususnya dalam hal reduksivitas pada hal-hal yang bersifat negatif, warga sekolah tepatnya yaitu bidang bimbingan dan konseling harus melakukan

7 upaya yang sifatnya preventif dan kuratif guna mereduksi akan sifat-sifat siswanya yang mengarah kepada perilaku agresif. Bentuk dari bimbingan yang tepat untuk mengurangi perilaku agresif siswa yaitu suatu bimbingan yang bersifat pribadi, yang mana bimbingan ini diperuntukkan bagi setiap siswa di sekolah. Bimbingan pribadi dirasakan sangatlah efektif, karena bimbingan ini bersifat human building, artinya pembentukan manusia sesuai dengan norma, agama dan kepribadian yang baik dan benar. Terlebih bagi usia remaja yang pastinya sangat membutuhkan dasar bagi perkembangan pribadinya. Bimbingan pribadi diarahkan untuk memantapkan kepribadian dan mengembangkan kemampuan individu dalam menangani masalah-masalah dirinya. Bimbingan ini merupakan layanan yang mengarah kepada pencapaian pribadi yang seimbang dengan memperhatikan keunikan karakteristik pribadi serta ragam permasalahan yang dialami oleh individu (Nurikhsan, 2002: 21). Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian yang diambil yaitu Program Bimbingan Pribadi Berdasarkan Profil Perilaku Agesif Siswa Sekolah Menengah Atas (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011 2012). B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan fenomena yang dijelaskan dalam latar belakang penelitian, maka yang menjadi rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah, Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi hipotetik berdasarkan profil

8 perilaku agresif siswa kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012?. Permasalahan tersebut dijabarkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1) Seperti apa profil perilaku agresif siswa kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? 2) Seperti apa rancangan program bimbingan pribadi hipotetik berdasarkan profil perilaku agresif siswa kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan permasalahan yang telah diajukan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk merumuskan program bimbingan pribadi berdasarkan profil perilaku agresif siswa kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011 2012. Adapun tujuan secara khusus, yaitu: 1) Mendeskripsikan profil perilaku agresif siswa kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. 2) Merancang program bimbingan pribadi hipotetik berdasarkan profil perilaku agresif siswa kelas XI SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012. D. Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang memungkinkan dilakukan

9 pencatatan dan analisa data hasil penelitian dengan menggunakan perhitunganperhitungan statistik. Pendekatan secara kuantitatif ini pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah (Sugiyono, 2008: 16) dan digunakan untuk menganalisa data mengenai perilaku agresif berdasarkan perhitungan secara statistik yang diperoleh melalui penyebaran instrumen perilaku agresif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu studi yang bermaksud memperoleh jawaban tentang permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian (Arikunto, 2002: 136). Dalam penelitian ini metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan perilaku agresif siswa SMA PGRI I Bandung Tahun Ajaran 2011-2012 sebagai landasan penyusunan program bimbingan pribadi. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat yaitu diantaranya sebagai berikut: 1) Bagi guru pembimbing di SMA PGRI I Bandung, rancangan program bimbingan pribadi dapat dijadikan tambahan alternatif bantuan dan informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan bimbingan pribadi siswa sehingga dapat mengoptimalkan peran bimbingan dan konseling dalam membantu siswa mengurangi permasalahan yang terjadi. 2) Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru dalam intervensi terhadap

10 permasalahan agresif siswa dengan pendekatan teori-teori tentang agresif dalam melaksanakan treatment-nya, sehingga mampu dimanfaatkan secara maksimal baik itu dari pihak jurusan maupun mahasiswa Psikologi Pendidikan dan Bimbingan secara umum. 3) Bagi peneliti selanjutnya, sebagai rujukan literatur dan pengembangan penelitian selanjutnya dari lingkup penelitian yang sama, sesuai dengan fenomena yang berkembang pada siswa SMA dan fokus penelitian yang lebih luas. F. Struktur Organisasi Skripsi Penulisan skripsi ini terdiri atas lima bab yaitu, Bab I berisi tentang Pendahuluan, Bab II berisi deskripsi kajian teoritis variabel yang diteliti, Bab III berisi tentang metode penelitian, Bab IV berisi deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, dan Bab V berisi kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi. Secara lebih rinci struktur penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut. Bab I yaitu PENDAHULUAN yang mendeskripsikan Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II yaitu PERILAKU AGRESIF dan BIMBINGAN PRIBADI yang mendeskripsikan konsep masing-masing variabel dalam penelitian ini. Bab II ini menjelaskan tentang kajian secara teoritis atau kajian pustaka mengenai perilaku agresif siswa dan bimbingan pribadi serta memuat hasil penelitian terdahulu yang relevan.

11 Bab III yaitu METODE PENELITIAN yang mendeskripsikan Lokasi dan Populasi Penelitian, Pendekatan dan Metode Penelitian, Pengembangan Instrumen Pengumpul Data, Prosedur dan Teknik Pengolahan Data, serta Prosedur dan Tahap Penelitian. Bab IV yaitu DESKRIPSI dan PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN yang mendeskripsikan temuan hasil penelitian yang meliputi profil perilaku agresif siswa dan gambaran umum rumusan program bimbingan pribadi yang disusun berdasarkan profil perilaku agresif siswa yang layak dilaksanakan berdasarkan pertimbangan pakar dan praktisi. Bab V yaitu KESIMPULAN dan REKOMENDASI yang mendeskripsikan kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi kepada pihak-pihak terkait sebagai masukan untuk perbaikan selanjutnya.