BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20, 2003, h. 4).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. dan kecerdasan intelektualnya agar menjadi manusia yang terampil, cerdas,

BAB I PENDAHULUAN. mungkin agar proses kegiatan belajar mengajar berlangsung efektif. Seperti

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS dan PKn

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinamis serta perkembangan yang baik. Menurut Buchori 2001 dalam Trianto

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. yang dipermasalahkan di sini tingkat pendidikan Indonesia masih dianggap rendah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran baik berkenanaan dengan guru ataupun siswa.

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Berdasarkan UU No. 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. menunjang masa depan agar lebih baik. Pendidikan dalam hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku yang baik. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara ditentukan oleh Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa: kecerdasan peserta didik semata, tetapi juga untuk mengembangkan semua

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik (Trianto, 2009: 1). Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, tentu saja tidak terlepas dari proses belajar mengajar sebagai kegiatan utama di sekolah. Salah Salah satu faktor yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar mengajar yaitu pemilihan dan penerapan model-model pembelajaran. sekarang masih banyak siswa yang kurang termotivasi untuk belajar sehingga mempengaruhi hasil belajarnya. Hal ini terjadi dikarenakan metode yang digunakan guru dalam mengajar kurang mendorong siswa untuk belajar (Sitorus, 2011: 1). 1

Proses belajar mengajar merupakan suatu proses serangkai perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Guru harus berupaya membangkitkansemangat belajar siswa terhadap materi pelajaran. Sering kali siswa tidak tertarik mengikuti pelajaran salah satu penyebabnya adalah karena model pembelajaran yang diterapkan oleh guru kurang dapat membuat siswa aktif atau sering disebut metode konvensional, teknik konvesional atau ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Metode konvesional menimbulkan rasa bosan bahkan ada siswa yang mengantuk ketika kegiatan belajar berlangsung sehingga mengakibatkan aktivitas dan hasil belajar siswa menurun (Sitorus, 2011: 1). Peran pendidikan sangat penting dalam membentuk sumber daya manusia yang terampil, kreatif, dan inovatif. Pendidikan juga berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan berpikir individu secara emosional dan keterampilan untuk hidup menyesuaikan diri di tengah lingkungan dengan baik dan penuh tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Tentang Fungsi Pendidikan Naional Menyatakan: Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab 2

Dalam rangka mewujudkan tujuan mulia pendidikan diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas, Pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar yang terjadi disekolah. Sekolah sembagai lembaga pendidikan formal merupakan tempat peserta didik mengembangkan berbagai macam kemampuan diri secara individu maupun sosial untuk membekali keterampilan hidup menyesuaikan dengan lingkungannya nanti.(sitorus, 2011: 1) Kegiatan belajar mengajar yang terjadi di dalam kelas melibatkan interaksi dua unsur manusiawi yakni guru dan siswa, idealnya interaksi yang terjadi antara guru dan siswa berlangsung secara dua arah. Bukan hanya secara perpindahan atan mentrasferkan pengetahuan guru ke siswa. Siswa akan terus menerus bergantung pada guru jika yang dilakukan hanya transfer pengetahuan dan menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber mengajar, mereka tidak dapat mengetahui pengetahuan yang baru jika guru tidak hadir. (Trianto, 2009: 2). Sudah seharusnya siswa lebih berperan aktif dalam proses memperoleh dan membangun pengetahuannya secara mandiri dan guru berperan sebagai pembimbing sekaligus teman sharing siswa ketika mengalami kesulitan dalam belajar. Guru bukanlah individu yang serba tahu akan segala hal, bukan individu yang selalu benar dalam melakukan sesuatu, juga bukan satu-satunya sumber belajar yang dapat siswa jadikan rujukan dalam medapatkan pengetahuan. Dalam hal ini bukan bearti peran guru tidak lagi di butuhkan, peran guru sebagai pembimbing sangat penting dalam proses kegiatan belajar mengajar. 3

Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Nana Sudjana (2009: 3) Biologi merupakan Ilmu alam yang mempelajari kehidupan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran dan taksonominya. langkah awal bagi siswa untuk mengenal dan memahami konsep-konsep tentang alam dalam membangun kemampuan berpikirnya untuk dapat mereka realisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sumber :http://books.google.co.id/book?id=kikpcqaabaj&pg=pa182&dq=biologiada lah&hl=id&sa=x&redir_esc=y#v=onepage&q=biologi%20adalah&f=false Hakikat ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada dasarnya meliputi empat unsur utama yaitu, sikap, proses, produk, dan aplikasi. Rasa ingin tahu tentang fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang berkaitan dengan alam atau lingkungan sekitar merupakan wujud dari sikap, prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, eksperimen, evaluasi dan penarikan kesimpulan merupakan prosesnya produk IPA dapat berupa fakta, prinsip, teori dan. Penerapan metode ilmiah dan konsep dalam kehidupan sehari-hari merupakan bentuk aplikasi pembelajaran IPA itu sendiri. Keempat unsur ini merupakan hakikat IPA secara utuh yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Sumber :http://books.google.co.id Belajar biologi sebagai salah satu cabang IPA dirasa belum cukup jika dalam proses kegiatan belajar mengajarnya siswa hanya mencatat, menghafal dan meniru apa apa yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung. Siswa diharapakan 4

menemukan fakta, membangun konsep dan melatih sikap ilmiah. Untuk dapat mengatur penegtahuan siswa dengan baik. Maka tugas guru tidak hanya menyampaikan materi saja. Akan tetapi juga dapat merancang kegiatan pembelajaran yang efektif, menyenangkan dan bermakna. Materi atau konsep dalam biologi yang disampaikan melalui metode ceramah menyebabkan peran serta siswa dalam proses belajar mengajar minim, siswa bergantung terhadap penyampaian guru. Selain itu model pembelajaran konvesional menurut Roestiyah (2001: 136) mengemukakan bahwa teknik konvesional atau ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan. Menurut Gulo (2002: 136) mengemukakan bahwa ceramah merupakan satu-satunya metode konvesional dan masih digunakan dalam strategi belajar mengajar. Sumber : http://globallavebooksx.blogspot.co.id/2015/03/pengertian-pembelajarankonvesional.html diakses 22 juli 2016. Model pembelajaran konvesional melalui metode ceramah atau demonstrasi dengan kombinasi powerpoint belum dirasa membekali siswa dalam kemampuan pemecahan masalah. Kurang dikaitkannya konsep atau materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari juga menyebabkan siswa kesulitan untuk menerapkan konsep yang mereka dapat di dalam kelas ke kehidupan di luar kelas. Akibatnya, siswa kurang merasakan langsung manfaat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dirasa berpengaruh terhadap minat dan motivasi belajar siswa yang akan berdampak kurang baik terhadap hasil belajar mereka. 5

Peran guru dalam merancang kegiatan pembelajaran sangatlah penting, guru harus mampu merancang kegiatan pemeblajaran yang sesuai dengan materi dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dirancang hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, sehingga mereka dapat secara mandiri membangun dan memperoleh pengetahuan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 31 mei 2016 di SMA PGRI Rancaekek Kab. Bandung, diperoleh informasi bahwa selama proses belajar mengajar, khususnya mata pelajaran biologi diketahui bahwa jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan sangat sedikit. Hal itu menjadikan pembelajaran berlangsung satu arah atau didominasi oleh guru. Keefektifan siswa dalam kelas masih rendah, sebagian besar masih hanya berbicara pada saat guru mengajukan pertanyaan saja. Sedangkan model pembelajaran yang digunakan masih didominasi dengan model ceramah, meskipun sudah dipadukan dengan diskusi dan Tanya jawab. Hal ini menunjukan dengan peroleh hasil belajar siswa kelas X kelas IPA yang masih belum mencapai KKM yaitu ditentukan 75 dan menjadi indikasi bahwa pembelajran yang dilakukan selama ini belum efektif. Guru mengungkapkan siswa kesulitan memahami konsep virus dikarenakan konsep virus bersifat abstrak sehingga siswa harus memahami hal-hal yang tidak dapat dilihat secara langsung menggunakan mata normal melainkan harus menggunakan alat bantu seperti mikroskop, gambar-gambar yang mendukung pemahaman konsep. Tidak ada mikroskop dan labolaturium yang mendukung kegiatan praktikum mengakibatkan siswa kesulitan memahami konsep virus. Hal ini diperkuat oleh asumsi guru mengenai ketidak tercapaian siswa dalam memahami 6

konsep virus dikarenakan, karakteristik materi tersebut berisi banyak gambargambar dan istilah baru yang membutuhkan tingkat ketelitian dan kecermatan dalam mengamati dan memahami konsep virus. Permaslahan tersebut dapat diperbaiki dengan menggunakan sesuatu model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran seperti yang dimaksud adalah Model Pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Discovery learning. Problem based learning (PBL) Merupakan model pembelajaran yang menjadikan permasalahan- permasalahan praktis sebagai pijakan dalam proses belajar mengajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dalam hal ini, permasalahan menjadi stimulus sementara guru bertindak sebagai fasilator. Untuk dapat memecahkan masalah. Siswa dituntut untuk mencari informasi, memperkaya wawasan melalui upaya aktif dan mandiri.sumber : misemarum, 2013 Menurut Suyanto (2008 : 21), Problem Based Learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran atau metode mengajar yang fokus pada siswa dengan mengarahkan siswa menjadi pembelajar mandiri yang terlibat langsung secra aktif terlibat dalam pembelajaran kelompok. PBL membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam memberikan alasan dan berfikir ketika mereka mencari data atau informasi agar dapat memecahkan masalah. 7

sumber : http://misemarum084.blogspot.co.id/2012/03/problem-based-learningpbl.html diakses pada tanggal 27 mei 2016 Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam PBL tidak hanya melatih kemampuan pemecahan masalah, melainkan juga melatih kemampuan bekerja sama dalam kelompok dan kemampuan metakognitif siswa. Melalui proses pembelajaran berbasis masalah ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif,afektif dan psikomotor.sumber: http://riskaperwati.blogspot.co.id/2013/06/pembelajaranberbasis-masalah-html Kelemahan dan kelebihan PBL: Kelebihan dalam penerapan model pembelajaran PBL antara lain: a) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memecahkan masalah. b) Pengembangan keterampilan berpikir kritis. c) Peserta didik dilatih untuk mengembangkan cara-cara menemukan, mengungkapkan, menjelaskan. Kelemahan dalam penerapan model pembelajaran PBL antara lain: a) Membutuhkan waktu yang sangat lama. b) Perlu di tunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemeahaman dalam kegiatan belajar terutama membuat soal. Sumber: http://riskaperwati.blogspot.co.id/2013/06/pembelajaranberbasis-masalah-html Discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisaikan sendiri sebagai pendapat Bruner memakai model discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan 8

yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir ( Dalyono, 1996: 41). Metode discovery learning adalah memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya samapai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005: 43) Kelebihan Penerapan Discovery Learning: a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. b) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. c) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. d) Mendorong siswa berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. e) Dapat meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa. Sumber : htpp://eprints.ums.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/jurnalpendidikanbiologi_agung-j_k4308023.pdf. Diakses apada tanggal 26 februari 2016 Kelemahan Penerapan Discovery Learning: a) Metode ini tidak efisiensi untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. b) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikit yang akan di kemukakan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. c) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa. Langkah-langkah persiapan discovery learning: a) Menentukan tujuan pembelajaran melakukan identifikasi karakteristik siswa. b) Belajar dan 9

sebagainya, memilih materi pelajaran menentukan topik-topik yang harus di pelajari siswa secara induktif. c) Contoh-contoh generalisasi, mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh ilustrasi. d) Tugas sebagainya untuk dipelajari siswa mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks.e) Konkret ke abstrak atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Sumber : htpp://eprints.ums.ac.id/wp-content/uploads/2012/02/jurnalpendidikanbiologi_agung-j_k4308023.pdf. Diakses apada tanggal 26 februari 2016 Telah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Suprihatin, Wiwi Isnaeni, Wulan Christijanti dengan judul Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Discovery Learning yang membuktikan adanya pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kemudian oleh Ida Bgs Nym Semara Putera tentang Implementasi Problem Based Learning (Pbl) Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Intelligence Quotient (Iq) membuktikan bahwa penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar. Dari kedua model pembelajaran tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan membedakan hasil belajar dari kedua model pembelajaran tersebut, yaitu model pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Discovery Learning. 10

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini dapat di dentifikasis ebagai berikut : 1. Metode pembelajaran yang dilakukan di kelas X pada materi Virus adalah menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan guru menjadi satu satunya sumber informasi. Hal ini mengakibatkan nilai siswa berada dibawah KKM (kriteria ketntasan minimal) siswa tidak aktif dan tidak memiliki kesempatan dalam mengembangkan pola pikirnya. 2. Belajar siswa kurang optimum, hal ini dikarenakan siswa hanya mendengar materi pembelajaran yang diberikan guru tersebut, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. 3. Hasil belajar siswa rendah sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. C. Batasan masalah dan Rumusan Masalah 1. Batasan masalah Untuk memfokuskan masalah yang akan di bahas dan mengarahkan dalam pengumpulan data, perlu adanya pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah : a. Peneliti hanya meneliti siswa kelas X semester I tahun ajaran 2016/2017. b. Penggunaan Model pembelajaran Problem Based Learning dan Model Pembelajaran Discovery Learning sebagai suatu strategi pembelajaran. 11

c. Konsep yang menjadi instrumen penelitian terbatas pada materi pokok mengenai Virus. d. Hasil belajar diukur dengan menggunakan tes secara tertulis yaitu berupa pre-test (test awal) yang diberikan sebelum pembelajaran dan post-test (test akhir) yang diberikan setelah pembelajaran dilaksanakan. e. Adapun ranah kognitif, afektif, dan psikimotor siswa di ukur saat proses pembelajaran 2. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: a. Apakah Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada konsep Virus? b. Apakah Model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada konsep Virus? c. Apakah ada perbedaan hasil belajar menggunakan Model pembelajaran PBL dengan Model pembelajaran Discovery Learning Terhadap Siswa kelas X pada konsep Virus? D. Tujuan Penelitian Sesuai masalah yang dirumuskan, penelitian ini bertujuan untu mendapatkan informasi perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran PBL dan model pembelajaran Discovery Learning sebagai suatu strategi pembelajaran. 12

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran biologi baik secara teoritis maupun praktis 1. Manfaat Teoritis Dengan melakukan penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan dalam ilmu pengetahuan dan inovasi pembelajaran ataupun sebagai bahan referensi/pendukung penelitian selanjutnya. 2. Manfaat Praktis 1. Bagi siswa a. Meningkatkan kegiatan belajar, mengoptimalkan kemampuan berpikir, tanggung jawab, minat, berpikir kreatif dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. 2. Bagi sekolah a. Sebagai informasi dan pertimbangan mengenai penggunaan Model PBL dan Modelpembelajaran Discovery Learning. b. Sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran Biologi dan memberi alternatif kepada guru Biologi dalam menentukan pendekatan yang tepat digunakan dalam mengajar. 3. Bagi peneliti a. Untuk mengetahui efektifitas penggunaan Model pembelajaran PBL dan Model Discovery Learning sebagai pembelajaran Biologi. 13

b. Untuk mendapatkan gambaran tentang hasil belajar Biologi melalui penggunaan Model pembelajaran PBL dan Model Discovery Learning sebagai pembelajaran Biologi. F. Kerangka Berpikir Keberhasilan anak dalam kegiatan belajar pada manusia sekolah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan salah satu di antaranya adalah proses pembelajarannya. Dengan menggunakan model pembelajaran di kelas, diharapkan dapat membantu siswa agar dapat menguasai kompetensi yang disampaikan sehingga pencapaian hasil belajar yang siswa dapatkan lebih baik. Adapun alur pikir penelitian ini dapat digambarkan ke dalam bentuk bagan sebagai berikut: 14

Kualitas pembelajaran masih kurang optimal disebabkan oleh : Kondisi Awal (Pretest) a. Metode pembelajaran yang dilakukan di kelas X pada materi virus adalah menggunakan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah dan guru menjadi satu satunya sumber informasi. Hal ini mengakibatkan siswa tidak aktif dan tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan pola pikirnya. b. Belajar siswa kurang optimum, hal ini dikarenakan siswa hanya mendengar materi pembelajaran yang TINDAKAN Model Pembelajaran PBL Model Pembelajaran Discovery Learning KONSEP VIRUS KONDISI AKHIR (Post test) Hasil Akhir Menggunakan Model Pembelajaran PBL dengan Model Pembelajaran Discovery Learning Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran 15

G. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi Asumsi dalam penelitian ini yaitu : a. Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang menjadikan permasalahan- permasalahan praktis sebagai pijakan dalam proses belajar mengajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan. Dalam hal ini, permasalahan menjadi stimulus sementara guru bertindak sebagai fasilator. Untuk dapat memecahkan masalah. Siswa dituntut untuk mencari informasi, memperkaya wawasan melalui upaya aktif dan mandiri b. Discovery learning adalah teori belajar yang di definisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisaikan sendiri c. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi dan dapat dilihat dari hasil skor tes dan non tes yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. 2. Hipotesis a. Berdasarkan hipotesis diatas diduga dengan model pembelajaran Problem Based Leraning dapat meningkatkan hasil belajar siswa karena pada model ini peserta didik dapat memecahkan masalah dan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis b. Hipotesis diatas diduga dengan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 16

c. Berdasarkan Hipotesis diatas diduga dengan model pembelajaran yang berbeda yaitu pembelajaran Problem Based Learning dengan Model pembelajaran Discovery Learning memiliki nilai skor yang berbeda dan terdapat perbedaan hasil belajar menggunakan pembelajaran model PBL dengan model Pembelajaran Discovery Learning. Dengan menggunakan model pembelajaran model Discovery Learning lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran Problem Based Learning. H. Definisi Operasional Berdasarkan penjabaran di atas, maka berikut definisi operasional dari paparan di atas adalah 1. Problem Based Learning dalam penelitian ini yaitu Model pembelajaran yang menjadikan permasalahan- permasalahan praktis sebagai pijakan dalam proses belajar mengajar atau dengan kata lain peserta didik belajar melalui permasalahan-permasalahan. 2. Discovery Learning dalam penelitian ini yaitu Memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya samapai kepada suatu kesimpulan. 3. Hasil belajar dalam penelitian ini adalaha suatu nilai akhir yang dicapai oleh siswa setelah proses kegiatan belajar mengajar berlangsung didalam kelas maupun di luar kelas dengan bimbingan arahan seorang guru dan dikur dengan pretest dan posttest. 17

I. Struktur Organisasi Teoritis 1. Bagian awal skripsi 2. Bagian isi skripsi a. Bab 1 pendahuluan b. Bab 2 kajian teoritis c. Bab 3 metode penelitian d. Bab 4 hasil penelitian e. Bab 5 kesimpulan 3. Bagian akhir skripsi a. Daftar Pustaka b. Lampiran-lampiran c. CV 18