STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI ANALISA BAJA RINGAN PADA BALOK RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

ANALISIS KEKUATAN BAJA CANAI DINGIN (COLD FORMED STEEL) SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK ELEMEN STRUKTUR BALOK RUMAH SEDERHANA YANG MERESPON GEMPA

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

BAB 4 STUDI KASUS. Sandi Nurjaman ( ) 4-1 Delta R Putra ( )

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. penggunaan bahan konstruksi dan sistem strukturnya. Pada perencanaan tersebut

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

BAB I PENDAHULUAN. adalah struktur portal beton bertulang dengan dinding bata. Pada umumnya

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

APLIKASI KOMPUTER DALAM KONSTRUKSI

ANALISIS PERBANDINGAN KUDA KUDA BAJA RINGAN DENGAN BETON BERTULANG MENGGUNAKAN PROGRAM SAP 2000 V.18

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, struktur sipil. yang mutlak harus dipenuhi seperti aspek ekonomi dan kemudahan

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

STUDI PERILAKU TEKUK TORSI LATERAL PADA BALOK BAJA BANGUNAN GEDUNG DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ABAQUS 6.7. Oleh : RACHMAWATY ASRI ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB IV ANALISIS STRUKTUR ATAS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagai daerah di Indonesia rawan terjadi bencana alam seperti gempa

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. di wilayah Sulawesi terutama bagian utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI ( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SUKOHARJO

PENGARUH BRACING PADA PORTAL STRUKTUR BAJA

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.3 Batasan Masalah 1.4 Maksud dan Tujuan 1.5 Manfaat

TINJAUAN BALOK DAN KOLOM TERHADAP TEKANAN STRUKTUR ASRAMA DUA LANTAI HAISAL¹, SYAHRONI. ST², ARIE SYAHRUDDIN S, ST³ ABSTRAK

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan sistem struktur penahan gempa ganda, sistem pemikul momen dan sistem

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

PERENCANAAN PEMBANGUNAN GEDUNG PARKIR UNISMA BEKASI DENGAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA

TONNY RIZKYA NUR S ( ) DOSEN PEMBIMBING :

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

DESAIN PERMODELAN DINDING BETON RINGAN PRECAST RUMAH TAHAN GEMPA BERBASIS KNOCKDOWN SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PENGARUH BEBAN DINAMIK GEMPA VERTIKAL PADA KEKUATAN KUDA-KUDA BAJA RINGAN STARTRUSS BENTANG 6 METER TIPE-C INTISARI

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1)

Pada saat gempa terjadi, titik tangkap gaya gempa terhadap bangunan berada pada pusat massanya, sedangkan perlawanan yang dilakukan oleh bangunan berp

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. 3.1 Diagram Alir Perancangan Struktur Atas Bangunan. Skematik struktur

ANALISIS STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT RENDAH DENGAN SOFTWARE ETABS V.9.6.0

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

LAMPIRAN 1 SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN STRUKTUR KUBAH GEODESIK BAJA SEBAGAI HUNIAN SEMI PERMANEN KORBAN BENCANA ALAM. Oleh : CHRISTIANTO CHANDRA KUSUMA NPM :

STUDI PERBANDINGAN PERILAKU RANGKA BERPENGAKU SENTRIS DAN RANGKA BERPENGAKU EKSENTRIS DENGAN KONFIGURASI V-TERBALIK AKIBAT BEBAN LATERAL GEMPA

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

Semarang, Nopember Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. dua dari banyak faktor yang dapat memancing orang dari luar daerah untuk datang

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN PROFIL BIASA DAN PROFIL KASTELA PADA PROYEK GEDUNG PGN DI SURABAYA.

RESPON DINAMIS STRUKTUR BANGUNAN BETON BERTULANG BERTINGKAT BANYAK DENGAN KOLOM BERBENTUK PIPIH

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT KEGIATAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI MALANG DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH (SRPMM)

PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

PERANCANGAN STRUKTUR TAHAN GEMPA

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

Transkripsi:

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP 3105 100 080 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2009

BAB I BAB II PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA BAB III METODOLOGI BAB IV PEMBEBANAN STRUKTUR BAB V KONTROL PROFIL KOLOM BAB VI PERENCANAAN SAMBUNGAN BAB VIIPELAKSANAAN PENGGUNAAN KOLOM BAJA RINGAN BAB VIIIKESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Indonesia terletak di daerah gempa. Dengan situasi demikian mendorong adanya kebutuhan masyarakat akan rumah yang ramah bencana khususnya gempa. Material baja ringan masih sangat jarang digunakan pada rumah sederhana tahan gempa. Terutama sebagai komponen struktur kolom. Baja ringan memiliki banyak keunggulan

PENDAHULUAN I.2 PERMASALAHAN Bagaimana respon yang dihasilkan baja ringan sebagai kolom saat dikenai beban mati,beban hidup,beban angin dan beban gempa. Apa saja yang perlu dilakukan agar kolom dari baja ringan aman digunakan pada rumah sederhana tahan gempa. Bagaimana mendapatkan sambungan yang kokoh pada kolom dengan elemen struktural yang lain Bagaimana pelaksanaan penggunaan kolom dari baja ringan di lapangan I.3 BATASAN MASALAH Penelitian hanya terbatas pada tahap uji numerikal. Tipe profil yang digunakan dalam pengujian hanyalah profil plain channels. Peraturan yang dipakai adalah BS 5950-5:1998, BS 5950-7:1992, SNI-1726-2002, SNI :03-1729-2002 serta PPIUG 1971. Analisa pembebanan struktur menggunakan program ETABS V9.6. Tidak meninjau sisi ekonomis.

PENDAHULUAN I.4 TUJUAN dan MANFAAT Mengetahui respon yang dihasilkan baja ringan saat dikenai beban-beban. Hal-hal yang perlu dilakukan agar kolom dari baja ringan aman digunakan pada rumah sederhana tahan gempa. Mengetahui sambungan yang sesuai dengan kebutuhan kolom Mengetahui pelaksanaan penggunaan kolom dari baja ringan dilapangan. Dapat memberikan manfaat dalam bidang teknik sipil, terutama dalam menambah pengetahuan tentang penggunaan baja ringan sebagai kolom pada rumah sederhana tahan gempa.

II.1. RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA II.1.1 RUMAH SEDERHANA Rumah sederhana bangunan rumah layak huni yang bagian huniannya berada langsung di atas permukaan tanah, berupa rumah tunggal, rumah kopel dan rumah deret. Harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah dan sedang. Luas lantai bangunan tidak lebih dari 70 m2, yang dibangun di atas tanah dengan luas kaveling 54 m2 sampai dengan 200 m2. II.1.2 GEDUNG TAHAN GEMPA Menurut SNI-1726-2002 bangunan tahan gempa harus dapat memenuhi beberapa persyaratan saat dikenai beban gempa, antara lain: menghindari terjadinya korban jiwa manusia membatasi kerusakan gedung mempertahankan setiap saat layanan vital dari fungsi gedung

II.1.4 RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA Rumah sederhana tahan gempa merupakan bangunan dengan konstruksi sederhana layak huni dengan luasan tidak lebih dari 70 m2. Dimana saat dikenai beban gempa besar bangunan tersebut tidak runtuh seketika, sehingga dapat menghindari adanya korban jiwa.

II.2 BAJA COLD FORMED (BAJA RINGAN) Menurut Wei wen yu (2000) baja ringan dapat di bagi menjadi 2 kelompok 1. Hot Rolled Shapes (baja canai panas), yaitu profil baja yang dibentuk dengan cara blok-blok baja yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik 2. Cold Formed Steel ( baja ringan ), yaitu profil baja yang dibentuk dari lembaran yang sudah jadi, menjadi profil baja dalam keadaan dingin II.3 KOLOM Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul beban dari balok. Kolom meneruskan beban-beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi.

III. METODOLOGI

Tampak depan Tampak samping Denah pembalokan

TIPE-TIPE PROFIL YANG DIGUNAKAN DALAM STUDI Tipe-tipe profil yang digunakan dalam studi merupakan produk dari perusahaan Bluescope Steel. Antara lain : 1. LC15230 (back to back) sebagai kolom 2. LC12730 (back to back) sebagai balok induk 3. LC10330 (back to back) sebagai balok anak 4. LC06425 sebagai kuda-kuda

IV. PEMBEBANAN STRUKTUR IV.1 PEMBEBANAN ATAP Beban Mati Berat seng (5 kg/m2 x 2,5 m) = 12,5 kg/m Berat profil gording = 2,15kg/m + Berat seng+gording (qd) = 14,65 kg/m Alat pengikat dll. (10 % qd) = 1,465kg/m + qd total =16,115kg/m Beban Hidup Beban hidup terbagi rata (air hujan) qa = 40-0.8α (sudut elevasi atap) qa = 40-0.8 (30) =16 kg/m 2 Berat air hujan (qah) = qa x 1 (jarak antar gording =1 m) = 16 x 1 = 16 kg/m

Beban Angin Beban angin (wa) = 40 kg/m2 (asumsi gedung berada dekat pantai) C = 0.02α 0.4 =0.2 Perhitungan angin tekan : Wa1 (angin tekan) = c x w Wa1 (angin tekan) = 0.2 x 40 = 8 kg/m (sesuai dengan jarak antar gording) Perhitungan angin hisap : C = -0.4 Wa2 (angin hisap) = c x w Wa2 (angin hisap) = -0.4 x 40 = -16 kg/m (sesuai dengan jarak antar gording)

IV.2 PEMBEBANAN DINDING Beban Angin Perhitungan angin tiup dinding C = 0.9 Wa1 (angin tiup) = c x w Wa1 (angin tiup) = 0.9 x 40 = 36 kg/m (sesuai dengan jarak antar gording) Perhitungan angin hisap dinding : C = -0.4 Wa2 (angin hisap) = c x w Wa2 (angin hisap) = -0.4 x 40 = -16 kg/m (sesuai dengan jarak antar gording) Beban Mati Dinding menggunakan gypsum board ( 30 % berat pas. batu bata) = 75 kg/m2

IV. 3 PEMBEBANAN PLAT LANTAI Beban Mati Beban mati terdiri dari berat sendiri plat kayu cemara dengan berat jenis 600 kg/m3 dan tebal 1.5 cm Beban Hidup ql = 125 kg/m2 (PPIUG tabel 3.1) IV.4. PEMBEBANAN GEMPA Analisa perhitungan beban gempa yang bekerja pada struktur diambil dari SNI 1726 2002 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung adalah menggunakan analisa pembebanan gempa Statik Ekivalen. Hal ini didasarkan pada pasal SNI 1726 : 2002 ps.4.2.1

Perhitungan Beban Geser Dasar Nominal arah X dan Evaluasi beban gempa arah x : T = Ct(hn) 3/4 Ct = 0.0853 untuk stell moment resisting frame Ct = 0.0731 untuk reinforced concrete momen resisting frame and eccentrically braced frame Ct = 0.0488 untuk gedung lainnya Perhitungan Pembatasan Waktu getar alami fundamental Arah X : Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami fundamental T1 dari struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada koefisien ς untuk Wilayah tempat struktur gedung berada dan jumlah tingkatnya n menurut persamaan : T1< ς n T1 : Waktu getar alami fundamental ς : koefisien yang membatasi waktu getar alamifundamental struktur gedung n : jumlah lantai bangunan

T1empiris = 0.085(hn)3/4 = 0.085(6,5)3/4 = 0.346 detik C1 = 0,95 (Gbr. 2 SNI 03 1726 2002) T1empiris < ς n ς = 0,15 (tabel 5.1 dari tabel 8 SNI 03 1726 2002) T1 = 0.15(2) = 0.3 detik T1 > T1empiris 0.3 detik < 0.346 detik...not OK Sehingga T diambil 0,346 detik, maka dari grafik Respon pektrum WG 6 untuk tanah lunak didapat C = 0,95

Perhitungan Beban Geser Dasar Nominal Cara Statik : C = adalah nilai faktor respon Gempa yang didapat dari spektrum Respon Gempa Rencana di SNI gambar 2 I = Faktor Keutamaan I didapat dari tabel 6.2 R = diambil dari Tabel 3 SNI 1726 sesuai sistem struktur yang akan dipakai Wt = Total beban Gravitasi (D+L) Perhitungan Berat Total Bangunan Dengan menggunakan program ETABS kita langsung dapat mengetahui berat total bangunan. Adapun didapat Berat total akibat beban mati Σƒd = 13400 kg Sedangkan berat total akibat beban mati adalah Σƒl = 8750 kg Wtotal = Σƒd + (0,3 x Σƒl) =7859,58 kg + ( 0,3 x 4407 kg) =9181.68 kg

Gaya Geser Gempa Statik Arah X : Disertai gaya gempa arah Y yaitu sebesar 30 % tegak lurus arah gaya gempa statik X. Gaya Geser Gempa Statik Arah Y : Disertai gaya gempa arah X yaitu sebesar 30 % tegak lurus arah gaya gempa statik Y.

VII.1 MATERIAL Bahan baja ringan fy tidak diijinkan > 84 % fu Bahan pengelasan haruslah memiliki kuat tarik minimun yang tidak kurang dari material dasar yang akan dilas VII.2 PROSES PENGERJAAN Dalam proses pengerjaan haruslah dipilih metode yang dapat meminimalisasi kerusakan yang dapat ditimbulkan selama pengerjaan. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain : Dalam memotong material haruslah menggunakan alat yang telah ditentukan dan tidak merusak material baja. Jika terdapat lobang ataupun hal-hal yang sekiranya dapat mempengaruhi kekuatan material yang akan digunakan, hendaknya di hilangkan terlebih dahulu dengan cara memotongnya. Dalam proses pembuatan lubang pada baja ringan hendaknya dengan cara di bor ataupun dengan cara ditekan dengan menggunakan alat yang telah disetujui.

Saat akan digunakan hendaknya material baja tersebut dapat dengan mudah dikenali dengan cara memberi tanda. Tapi perlu diingat pemberian tanda tersebut tidak boleh merusak material. Semua baut, mur ataupun paku keling yang digunakan haruslah terlindungi dari korosi. Dalam penggunaannya semua baut, mur ataupun paku keling haruslah terpasang sesuai dengan rekomendasi pabrik. Daerah yang akan dilas hendaknya terbebas dari cairan,minyak, cat atapun benda yang dapat mempengaruhi kualitas las. Pada saat pengerjaan elemen konstruksi sementara hendaknya mampu menahan beban yang ada. Dan pada saat dipindahkan tidak mempengaruhi kekuatan utama struktur. Selama proses pengerjaan material baja haruslah disimpan ditempat yang aman dan terlindungi dari hal-hal yang dapat merusak material baja.

VII.3 TOLERANSI Panjang dari profil baja yang digunakan tidak boleh menyimpang sebesar ± 3 mm dari yang telah ditentukan. Sudut dari elemen yang berdekatan tidak boleh menyimpang ± 1 o dari yang telah ditentukan. Kelurusan profil tidak boleh menyimpang sejauh ± 3 mm atau L/500 dari yang telah ditentukan. Posisi pada dasar kolom baja terhadap pondasi rigan tidak boleh menyimpang lebih dari 10 mm dari yang telah ditentukan Deviasi pada ujung-ujung kolom baja ringan terhadap kolom dibawahnya tidak boleh menyimpang lebih dari 5 mm atau L/600 dari yang telah ditentukan

VIII.1 KESIMPULAN Setelah dilakukan uji numerikal dapat diketahui bahwa material baja ringan dapat digunakan sebagai kolom pada rumah sederhana tahan gempa. Tidak menutup kemungkinan dapat digunakan juga untuk elemen struktur lainnya pada rumah sederhana tahan gempa. VIII.2 SARAN Apa yang disampaikan dalam Tugas Besar ini barulah sebatas uji numerikal saja. Oleh karena itu untuk lebih menjamin kehandalan dari material baja ringan perlu diadakan uji laboratorium sehingga didapat hasil yang lebih akurat. Selain itu penyusun berharap agar studi-studi penggunaan material baru, lebih ditingkatkan terutama penggunaan material baja ringan.

SEKIAN DAN TERIMA KASIH