KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sub sektor memiliki peran penting dalam pembangunana nasional. Atas

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI E.5 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2007

GUBERNUR MALUKU UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BUPATI KULON PROGO INSTRUKSI BUPATI KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

PERMASALAHAN DALAM PELAKSANAAN PENGENDALIAN FLU BURUNG DI JAWA BARAT. oleh : Ir. Koesmajadi TP Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

KEBIJAKAN UMUM PENGENDALIAN FLU BURUNG DI INDONESIA DIREKTUR PANGAN DAN PERTANIAN BOGOR, 25 FEBRUARI 2009

Perkembangan Kasus AI pada Itik dan Unggas serta Tindakan Pengendaliannya

PIDATO PENGANTAR MENTERI PERTANIAN PADA RAPAT KERJA DENGAN KOMISI IV DPR-RI TANGGAL 1 FEBRUARI 2007

II. TINJAUAN PUSTAKA. Industri Peternakan unggas dibagi menjadi 4 sektor yaitu sektor 1 merupakan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

LAPORAN PENELITIAN: Bahasa Indonesia

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 2

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.320/12/2015 TENTANG PEMBERANTASAN PENYAKIT HEWAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

DAFTAR ISI. PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan Penelitian... 2 Manfaat Penelitian... 2 Hipotesis... 2

KAJIAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA DI LAPANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN, MEMUTUSKAN :

BAB I PENDAHULUAN. dapat menular kepada manusia dan menyebabkan kematian (Zoonosis) (KOMNAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM

CUPLIKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PETERNAKAN NOMOR : 21055/Kpts/KU.510/F/04/2008 TENTANG

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN FLU BURUNG DI DESA KIPING KECAMATAN SAMBUNGMACAN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS WALIKOTA SURABAYA,

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGENDALIAN PEMELIHARAAN DAN PEREDARAN UNGGAS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 50/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMELIHARAAN UNGGAS DI PEMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit flu burung atau flu unggas (bird flu, avian influenza) adalah

FLU BURUNG. HA (Hemagglutinin) NA (Neoraminidase) Virus Flu Burung. Virus A1. 9 Sub type NA 15 Sub type HA. 3 Jenis Bakteri 1 Jenis Parasit

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

Tinjauan Mengenai Flu Burung

INDONESIA NOMOR 229/Kpts/PK.230/4/2016 TENTANG PEMBUKAAN PEMASUKAN UNGGAS DARI NEGARA JERMAN KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2007

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RUMUSAN ROUNDTABLE DISCUSSION: ARAH PENELITIAN MENDUKUNG RENCANA BEBAS PENYAKIT AVIAN INFLUENZA PADA UNGGAS TAHUN Bogor, Kamis, 5 Desember 2013

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

Yusmichad Yusdja, Nyak Ilham dan Edi Basuno PSE-KP BOGOR PENDAHULUAN. Latar Belakang dan Pemasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas mengenai implementasi pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

2017, No Menteri Petanian tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tah

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

Perkembangan Kasus Avian Influenza (AI) pada Unggas Kondisi s/d 31 Mei 2014

2 adanya standar alat dan mesin peternakan dan kesehatan hewan yang harus ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Pada prinsipnya, setiap orang yang beru

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN TENTANG KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER DAN KESEJAHTERAAN HEWAN

Waktu Vaksinasi Avian Influenza (AI) yang Tepat untuk Menghasilkan Respon Imunologis Protektif pada Ayam Ras Pedaging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

EPIDEMIOLOGY STUDY OF AVIAN INFLUENZA VIRUS IN DAY OLD CHICK (DOC) ABSTRACT

KEMENHAN. Satuan Kesehatan. Pengendalian. Zoonosis. Pelibatan.

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

Kajian Vaksin Avian Influesa (AI) pada Ayam Buras dengan Sistem Kandang Kurung di Gunung Kidul Yogyakarta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN LALU LINTAS TERNAK DAN PEREDARAN BAHAN ASAL HEWAN DI KABUPATEN BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Deteksi Virus Avian Influenza pada Lingkungan dan Unggas yang Datang di Tempat Penampungan Ayam (TPnA) di DKI Jakarta

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Usaha pembibitan ayam merupakan usaha untuk menghasilkan ayam broiler

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN BABI TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/Permentan/PK.230/12/2016 TENTANG PENYEDIAAN, PEREDARAN, DAN PENGAWASAN AYAM RAS

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

Situasi AI dan Refocus Rencana Kerja Strategis Nasional Pengendalian AI pada Unggas Tahun 2009

Transkripsi:

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH DALAM PENANGGULANGAN PENYAKIT FLU BURUNG (AVIAN INFLUENZA) PADA AYAM RAS F. F. MUNIER Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jl. Raya Lasoso 62 Biromaru, Sulawesi Tengah, 94364 ABSTRAK Usaha ternak ayam ras di Indonesia pada akhir-akhir ini mengalami kelesuan, kondisi ini juga sama terjadi di propinsi Sulawesi Tengah. Permasalahan ini disebabkan oleh adanya serangan wabah penyakit flu burung (Avian Influenza atau AI ) pada ayam ras yang menyebar dibeberapa kawasan Indonesia. Tipe virus influenza A dengan sub tipe H5N1 yang merupakan jenis virus Highly Pathogenic Avian Influenza yaitu penyakit unggas sangat fatal dan menular. Meskipun propinsi Sulawesi Tengah berstatus terancam, numun harus dilakukan langkah-langkah kebijakan oleh Pemerintah Daerah propinsi Sulawesi Tengah guna mengatasi masalah penyakit AI ini. Langkah awal dengan melakukan pertemuan koordinasi secara intensif setiap bulan antara instansi terkait, Kepolisian dan Pengurus Asosiasi Pengusaha Perunggasan (APP). Penempatan posko untuk mengawasi arus ayam ras yang keluar masuk ke propinsi Sulawesi Tengah. Pengetatan masuknya DOC dan produk unggas lainnya dari luar ke propinsi Sulawesi Tengah. Pemusnahan terhadap DOC yang tertular virus AI. Vaksinasi, sanitasi dan penyemprotan desinpektan pada kandang dan peralatan. Langkah terakhir, pemerintah daerah akan melakukan studi pada beberapa pimbibitan DOC di propinsi Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Langkah-langkah kebijakan pemerintah ini diharapkan dapat menanggulangi penyakit AI di propinsi Sulawesi Tengah. Kata kunci: Kebijakan pemerintah daerah, penanggulangan, flu burung, ayam ras PENDAHULUAN Usaha ternak ayam ras di Indonesia pada akhir-akhir ini mengalami kelesuan, kondisi ini juga sama terjadi di Propinsi Sulawesi Tengah. Hal ini disebabkan oleh adanya serangan wabah penyakit flu burung (Avian Influenza atau AI ) pada ayam ras baik pedaging maupun petelur yang menyebar dibeberapa kawasan Indonesia. Beberapa kawasan di Indonesia yang terinfeksi penyakit AI pada peternakan ayam ras sejak awal Agustus 2003 hingga sekarang yaitu Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Kalimantan dengan tingkat kematian yang sangat tinggi (INDRIANI et al., 2004). Hasil isolasi dan karakterisasi secara lengkap oleh Balai Penelitian Veteriner yaitu tipe virus influenza A dengan sub tipe H5N1 (WIYONO et al., 2004; DAMAYANTI et al., 2004; DHARMAYANTI et al., 2004) yang termasuk Highly Pathogenic Avian Influenza yaitu penyakit unggas sangat fatal dan menular (CIDRAP, 2004). Hasil isolasi dan karakterisasi Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan pada bulan Juli yang lalu melaporkan bahwa peternakan ayam ras yang ada di Sulawesi Selatan juga sudah terinfeksi virus AI hanya jenis virusnya kurang patogenik (Low Pathogenic Avian Influenza). Hasil monitoring Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan propinsi di lapangan bahwa peternakan ayam ras yang ada di Sulawesi Tengah masih dalam status terancam. Kekhawatiran masyarakat sebagai konsumen daging yang berasal dari ayam potong atau telur ayam ras karena jenis penyakit ini dapat menular kemanusia (zoonosis). Hal ini cukup beralasan karena pada tahun 1997 di Hongkong terjadi enam orang meninggal akibat serangan virus influenza yang sangat patogen sub tipe H5N1 (SUAREZ et al., 1998). Kasus serangan virus AI pada manusia yang teranyar di Indonesia terjadi di Propinsi Banten yaitu di Kabupaten Tengerang yang mengakibat tiga orang meninggal. Berkaitan dengan permasalahan diatas, tingkat konsumsi daging ayam ras (potong) di Propinsi Sulawesi Tengah selama tiga tahun terakhir terjadi penurunan yang cukup draktis yaitu tahun 2002 sebesar 747,09 ton, tahun 2003 424,99 ton dan tahun 2004 389,14 ton 80

(DISTANBUNNAK PROPINSI SULTENG, 2004), dengan rataan penurunan 178,98 ton/tahun atau 50,00%/tahun. Meskipun Propinsi Sulawesi Tengah status serangan penyakit AI pada ayam adalah terancam, numun harus dilakukan langkahlangkah kebijakan oleh Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah guna mengatasi masalah penyakit AI ini. Makalah ini bertujuan membahas beberapa kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah dalam penanggulangan penyakit flu burung (Avian Influenza atau AI ) pada ayam ras. LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN PEMERINTAH Koordinasi Sejak mewabahnya kasus penyakit AI pada ternak ayam ras di Indonesia, Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah melakukan koordinasi secara intensif setiap bulan dengan pertemuan yang dihadiri oleh Dinas Pertanian, Tengah, Balai Proteksi Pertanian, Perkebunan dan, Dinas Pertanian dan Perkebunan Kota Palu, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Donggala, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Propinsi Sulawesi Tengah, Balai Karantina Hewan Propinsi Sulawesi Tengah, Kepolisian Daerah Propinsi Sulawesi Tengah dan Pengurus Asosiasi Pengusaha Perunggasan (APP) Propinsi Sulawesi Tengah. Beberapa hasil kesepakatan ini disampaikan pada instansi terkait di kota dan kabupaten dan disosialisasikan kepada peternak ayam ras di daerah. Beberapa hasil kesepakatan dari pertemuan tersebut yaitu: Penunjukkan satu pengusaha perunggasan sebagai agen pemasok DOC (Day Old Chick) dan pakan dari luar untuk didistribusikan kepada peternak di daerah. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengawasan dari petugas arus masuknya DOC dan pakan dari luar. DOC yang masuk tanpa dokumen resmi dari instansi berwenang akan ditolak. Biosekuriti lalu lintas DOC yang berasal dari pembibitan (breeding farm) yang ada di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan harus ditolak karena pembibitan tersebut sudah terinfeksi virus AI. Penolakan ini bersifat sementara sampai dengan waktu yang ditentukan. Apabila didapatkan DOC dari luar melalui darat, laut dan udara yang telah masuk ke Propinsi Sulawesi Tengah tanpa dokumen resmi maka DOC tersebut akan disita berdasarkan prosedur yang berlaku untuk dimusnahkan (stamping-out). Ayam ras potong (finisher) yang akan dikirim ke Propinsi Gorontalo harus disertai surat keterangan dari Dinas Pertanian, Perkebunan dan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah yang menyatakan bahwa ayam tersebut bebas penyakit AI. Ayam ras potong yang akan dikirim ke Kabupaten di wilayah Propinsi Sulawesi Tengah harus ada surat keterangan dari dinas yang membidangi peternakan kabupaten atau kota asal ayam. Hasil kesepakatan dari pertemuan koordinasi ini juga disosialisasikan ke Kepala Dinas yang membidangi peternakan Kabupaten dan Kota se Sulawesi Tengah melalui Surat Edaran No. 524/1090/E.BPT tanggal 17 Maret 2005 tentang Kewaspadaan terhadap Wabah Flu Burung di Sulawesi Tengah. Penempatan Posko Penempatan posko bertujuan untuk mengawasi arus ayam ras yang keluar masuk ke Propinsi Sulawesi Tengah dan menerima pelaporan dari masyarakat apabila ada yang mengetahui masuknya DOC secara ilegal. Posko berpusat di Dinas Pertanian, Perkebunan dan yang bekerja selama 24 jam. Posko propinsi ini bertugas memonitoring keluar masuknya DOC, pakan dan vaksin di wilayah Propinsi Sulawasi Tengah. Disamping itu, posko propinsi juga menerima laporan dari masyarakat apabila ada peternak yang dicurigai memasukkan DOC ke wilayah Propinsi Sulawesi Tengah tanpa dokumen resmi dari Dinas yang membidangi Peternakan daerah asal yang menyatakan bebas penyakit AI. Petugas dari dinas Dinas Sulawesi Tengah dan Kepolisian Daerah Propinsi Sulawesi Tengah turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan, apabila DOC atau produk unggas lainnya yang masuk ke wilayah Propinsi Sulawesi Tengah tanpa dilengkapi dokumen resmi maka petugas akan 81

menyita DOC tersebut berdasarkan prosedur yang berlaku. Penempatan posko di kabupaten, Dinas Sulawesi Tengah bekerja sama dengan dinas yang membidangi peternakan kabupaten yang diprioritas pada kabupaten yang berbatasan dengan propinsi lain. Posko ini selalu berkoordinasi dengan posko propinsi untuk mengawasi kegiatan keluar masuknya DOC dan produk unggas lainnya di daerah perbatasan. Posko di kabupaten didirikan tiga unit yaitu posko I di perbatasan Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat bertempat di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, posko II di perbatasan Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan bertempat di Kecamatan Pamona Selatan, Kabupaten Poso dan posko III di perbatasan Propinsi Sulawesi Tengah dan Gorontalo bertempat di Kecamatan Mautong, Kabupaten Parigi-Moutong. Posko I dan II mengawasi DOC dan produk unggas lainnya dari Propinsi Sulawesi Selatan dan posko III mengawasi DOC dan produk unggas lainnya dari Propinsi Sulawesi Utara. Apabila ditemukan DOC atau produk unggas lainnya tanpa dokumen resmi dari Dinas Pertanian dan Peternakan daerah asal yang menyatakan bebas penyakit AI maka dapat ditolak masuk ke wilayah Sulawesi Tengah. Fungsi posko ini sesuai dengan kebijakan yang dianjurkan oleh Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan bahwa lalu lintas unggas, produk unggas tertular dan limbah peternakan harus dicegah masuk ke daerah yang belum tertular (NAIPOSPOS, 2004). Pengetatan arus masuknya DOC dan produk unggas lainnya lewat darat, laut dan udara Pengawasan masuknya DOC dan produk unggas lainnya (pakan, vaksin, peralatan, dll) dari luar Propinsi Sulawesi Tengah diperketat. Beberapa persyaratan teknis dari Dinas Sulawesi Tengah agar DOC bisa masuk ke wilayah Propinsi Sulawesi Tengah yaitu: Memiliki surat keterangan dari perusahaan pembibitan bahwa DOC yang masuk berasal dari telur yang ditetaskan oleh pembibitan tersebut dan bebas penyakit AI. Memiliki surat keterangan dari Dinas yang membidangi Peternakan daerah asal bahwa DOC bebas penyakit AI. Memiliki surat keterangan dari Balai Karantina Hewan daerah asal bahwa DOC bebas penyakit AI. Ketiga persyaratan harus dipenuhi, apabila tidak dipenuhi, petugas Balai Karantina Hewan Laut atau Udara Propinsi Sulawesi Tengah berhak untuk menolak masuknya DOC tersebut. Kebijakan Dinas Pertanian, Tengah bahwa DOC yang diizinkan masuk ke wilayah Propinsi Sulawesi Tengah berasal dari perusahahan pembibitan yang berada di Propinsi Kalimantan Timur dan Sulawesi Utara karena kedua propinsi ini hingga sekarang belum terinfeksi virus AI. Khusus DOC yang berasal dari pembibitan yang ada di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan ditolak karena pembibitan tersebut sudah terinfeksi virus AI. Penolakan ini berlaku sejak 17 Maret 2005 dan penolakan ini bersifat sementara sampai dengan waktu yang ditentukan. Tindakan pemusnahan (Stamping-out) DOC Kebijakan Dinas Pertanian, Perkebunan dan dalam melakukan penanggulangan wabah AI dengan melakukan tindakan pemusnahan terhadap DOC yang tertular virus AI. Pemusnahan ini mangacu pada pedoman pencegahan, pengendalian dan pemberantasan penyakit hewan menular flu burung (AI) pada unggas dari Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan No. 17/Kpts/PD.640/F/02.04 tanggal 4 Pebruari 2004. Berdasarkan pedoman ini Dinas Pertanian, Perkebunan dan malakukan penyitaan 6000 ekor DOC (jenis broiler dan layer) pada salah peternakan ayam di wilayah Kota Palu pada tanggal 1 April 2005. DOC yang disita ini berasal dari pembibitan di Kabupaten Maros, Propinsi Sulawesi Selatan yang telah terinfeksi virus AI. DOC dimusnahkan berdasarkan prosedur yang berlaku yakni dengan cara dibakar dan dikuburkan. 82

Penanggulangan dengan vaksinasi, sanitasi dan penyemprotan desinpektan pada kandang dan peralatan Pedoman yang dalam melakukan penanggulangan penyakit AI pada unggas dengan lima prinsip dasar; Mencegah kontak antara hewan peka dengan virus AI dengan menghentikan penyebaran infeksi melalui karantina/isolasi lokasi peternakan tertular, Menghentikan produksi virus AI oleh unggas tertular dengan menghilangkan virus AI dengan penyemprotan desinfektan pada kandang, peralatan kandang dan peralatan pendukung lainnya, Meningkatkan resistensi hewan dengan vaksinasi, Menghilangkan sumber penularan virus AI dengan tindakan pemusnahan terbatas (depopulasi) pada unggas yang sakit dan unggas sehat berpotensi tertular serta pemusnahan menyeluruh (stamping-out) di daerah bebas/terancam, Meningkatkan kesadaran masyarakat (public awereness) melalui pendidikan kepada peternak dan sosialisasi pada masyarakat luas (DIRJEN PETERNAKAN, 2004). Dinas Pertanian, Perkebunan dan menghimbau kepada peternak ayam ras melalui APP untuk melakukan vaksinasi pada ayam ras (anak dan dewasa) secara mandiri. Vaksin disiapkan oleh salah satu Poultry Shop yang ada di Kota Palu untuk mengadakan vaksin tersebut. Ada tiga jenis vaksin AI yang direkomendasikan yaitu: Vaksin Afluvet produksi Pusvetma Vaksin Vaksiflu AI produksi PT. Vaksindo Satwa Nusantara Vaksin Medivac AI produksi PT. Medion Para peternak ayam ras juga dianjurkan oleh Dinas Pertanian, Perkebunan dan untuk melakukan sanitasi kandang dan penyemprotan kandang, peralatan kandang dan peralatan pendukung lainnya dengan menggunakan desinfektan. Tahun Anggaran 2005 ini melalui Anggaran Belanja Tambahan (ABT) Dinas Sulawesi Tengah merencanakan membantu para peternak dalam penyediaan desinfektan secara gratis dan melakukan pembinaan kepada para peternak. Para pekerja di peternakan juga dianjurkan harus dalam kondisi sehat, menggunakan pakaian pelindung, kacamata, masker, sepatu pelindung dan harus melalui tindakan desinfektan dan sanitasi. Studi banding pada pembibitan (Breeding Farm) DOC Penolakan DOC dari beberapa pembibitan luar untuk masuk ke propinsi Sulawesi Tengah dirasakan oleh para peternak sulitnya untuk mendapatkan DOC di Poultry Shop, bahkan sudah banyak para peternak menghentikan usaha peternakan ayam rasnya dan beralih pada usaha lainnya. Disisi lainnya Perintah Daerah Propinsi Sulawesi Tengah mengalami penurunan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari usaha peternakan ayam ras ini. Langkah kebijakan yang diambil Pemerintah Daerah melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan menyusun perencanaan akan melakukan studi pada beberapa pimbibitan DOC di Propinsi Kalimantan Timur dan Jawa Timur. Hal ini bertujuan untuk melihat secara langsung beberapa pembibitan DOC yang layak dan bebas dari virus AI dengan harapan nantinya beberapa pembibitan DOC ini dapat dijadikan sebagai pemasok (supplayer) DOC Propinsi Sulawesi Tengah. PENUTUP Kebijakan yang dilakukan oleh Perintah Daerah melalui Dinas Pertanian, Perkebunan dan mulai dari pertemuan koordinasi, penempatan posko pengamanan lalu lintas darat ternak, pengetatan masuknya DOC dan produk unggas lainnya lewat darat, laut dan udara, tindakan pemusnahan (stamping-out) DOC tertular virus AI, kegiatan vaksinasi, sanitasi, penyemprotan ini diharapkan dapat menanggulangi penyakit AI di Propinsi Sulawesi Tengah. Untuk keberlanjutan usaha peternakan ayam ras di Propinsi Sulawesi Tengah perlu penambahan penyediaan DOC yang diawali dengan studi kelayakan pada beberapa pembibatan DOC di Propinsi Kalimantan Timur dan Jawa Timur. 83

UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ditujukan kepada Bapak IR. ABD. HALIM MADAALI (Kasubdin Bina Produksi Peternakan pada kantor Dinas Pertanian, Tengah) yang telah memberikan informasi dan data-data yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah daerah Propinsi Sulawesi Tengah dalam penanggulangan penyakit AI pada ayam ras. DAFTAR PUSTAKA CIDRAP (CENTER FOR INFECTION DISEASE RESEARCH and POLICY). 2004. Highly pathogenic avian influenza (folw plaque). Academic Healt Center, University of Minnesota. p. 14. DAMAYANTI, R., A. WIYONO, R. INDRIANI, NLP. I. DHARMAYANTI dan DARMINTO. 2004. Gambaran klinis dan patologis pada ayam terserang flu burung sangat pathogenic (HPAI) di beberapa peternakan di Jawa Timur dan Jawa Barat. JITV 9:128-135. DHARMAYANTI, NLP. I., R. DAMAYANTI, A. WIYONO, R. INDRIANI dan DARMINTO. 2004. Identifikasi virus avian influenza isolat Indonesia dengan reserve Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (PT-PCR). JITV 9:136-143. DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN dan PETERNAKAN PROPINSI SULAWESI TENGAH. 2004. Statistik peternakan Sulawesi Tengah tahun 2004 (angka sementara). Proyek Penanganan Produksi Ternak Sulawesi Tengah TA. 2004. DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN. 2004. Pedoman pencegahan, pengedalian dan pemberantas penyakit hewan menular influenza pada unggas (avian influenza). NAIPOSPOS, T.S.P. 2004. Pengenalan penyakit avian influenza (AI) dan langkah-langkah penanganannya. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, Jakarta. WIYONO, A., R. INDRIANI, NLP. I., R. DAMAYANTI, R. DHARMAYANTI, dan DARMINTO. 2004. Isolasi dan karakteristik virus highly pathogenic avian influence subtipe H5 dari ayam asal wabah. JITV 9:61-71. SUAREZ, D.L., M.L. PURDUE, N. COX, T. ROWE, C. BENDER, J. HUANG dan D.E. SWAYNE. 1998. Comparition of highly virulent H5N1 influenza a viruses isolated from humans and chicken from Hongkong. J. Virol. 72:1-19. 84