BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kondisi dan karakter siswa. Dengan melihat secara langsung, anak

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT ( TEAM GAME TOURNAMENT ) UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MINI

TINJAUAN PUSTAKA. ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Salah satu diantaranya adalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada tuntutan jaman sekarang yang mengutamakan skill. Salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN VARIASI GERAK DASAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN ROUNDERS MELALUI PERMAINAN TARGET

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian mutu pendidikan, khususnya mutu pengajaran pada pendidikan dasar

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SMU/SMA juga sampai tingkat Perguruan Tinggi. Serta turnamen bola basket

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. 1 Proses pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN DAN HIPOTESIS TINDAKAN. beregu. Permainan kasti dimainkan dilapangan terbuka. Jika ingin menguasai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan secara umum bertujuan membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perasaan tenang dan memberikan kepuasan. Menurut pendapat Sukintaka (1992 :

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif dalam aspek kehidupan manusia. indonesia perlu memiliki warga yang bermutu atau berkualitas tinggi.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA KELAS V SDN JEJANGKIT MUARA 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional di bidang pendidikan adalah upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal dalam sistem pendidikan tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hampir para ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. hidupnya. Sedangkan menurut Suparno (2001 : 2) mengungkapkan Belajar. sebagai akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. kemudian di susun secara sistematik dalam bentuk kegiatan belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehat dan aktif, serta sikap sportif. Pendidikan jasmani merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan olahraga Nasional, seperti tercantum dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan sistematis, melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGIRING BOLA PADA PERMAINAN SEPAK BOLA MELALUI PENDEKATAN BERMAIN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Syarifuddin (1991, hlm. 5) mengatakan bahwa tujuan Penjas

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmani

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena

MODUL 2 : MODIFIKASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. aktif di dalam prosesnya dan gurulah yang menjadi center utama dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dan utama dalam kehidupan. Pendidikan merupakan suatu hak bagi setiap lapisan masyarakat di Indonesia. Pendidikan juga telah diatur oleh undang undang di Negara kita, seperti yang tertuang di pasal 31 ayat 1 yang berbunyi setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Perubahan perilaku akan terjadi melalui proses mengajar yang disengaja, yang kebetulan tidak sengaja, bahkan mungkin karena seseorang melakukan kesalahan-kesalahan belajar. Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuandan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyekobyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan itu diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1991) Pendidikan jasmani atau penjas merupakan suatu bagian dari pendidikan. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Seiring dengan perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktifitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik ini, seperti menulis, menggambar, melukis, mengetik, berenang, main bola dan atletik. (LM.Yusuf 2006: 183) 1

2 Mata pelajaran pendidikan jasmani yang dilaksanakan di sekolah merupakan salah satu program yang bertujuan untuk meningkatkan kesegaran siswa, dengan kesehatan yang baik diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang optimal. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani adalah siswa yang banyak bergerak atau aktif dalam mengikuti pembelajaran. Maka dari itu, mata pelajaran pendidikan jasmani sangat berperan penting bagi kesehatan siswa. Seorang guru penjas harus selalu bisa mengkoordinir siswanya untuk selalu bergerak dan aktif dalam setiap pembelajarannya untuk memaksimalkan psikomotor anak. Guru dalam praktek mengajarnya harus membawa anak riang dan gembira agar dalam prakteknya anak tidak selalu bosan dalam praktek psikomotornya. Pada hakikatnya pendidikan jasmani sebagai proses pendidikan via gerak insani yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan olahraga untuk mencapai tujuan pendidikan ( Lutan, 1995-1996: 7 ) Dunia anak-anak memang menakjubkan, mengandung aneka ragam pengalaman yang menyenangkan, dilengkapi berbagai kesempatan untuk memperoleh pembinaan. Bila guru masuk ke dalam dunia itu, dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan pengetahuannya, mengasah kepekaan rasa hatinya serta memperkaya keterampilannya. Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu dalam prakteknya pembelajaran penjas tidak selalu olahraga yang diberikan tetapi didalamnya terdapat berbagai permainan yang memicu anak untuk antusias mengikuti pembelajaran penjas, pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, melalui aktivitas jasmani secara sistematik untuk menuju manusia seutuhnya (Harsuki, 2003:5) Kippers merupakan permainan sejenis dengan kasti, ada tongkat pemukul, bola, dan permainannya juga hampir mirip dengan kasti. Di Indonesia, Kippers dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah

3 sekolah dasar, Kippers merupakan permainan beregu bola kecil yang dimainkan oleh dua regu untuk mrendapatkan nilai yang lebih tinggi (Heryana, 2010: 5).. Permainan kecil seperti Kasti, Kippers, Rounders ataupun juga Bola Bakar nyaris punah karena pekembangan zaman, banyaknya game online yang lebih menarik dan menantang membuat perhatian anak anak sedikit demi sedikit mulai melupakan permainan tradisional yang dulu sempat popular di zamannya. Oleh karena itu, pembelajaran kippers diperkenalkan dan dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani agar selain tidak punah, anak juga bisa mengenal dan bermain dalam belajar. Maka popular atau tidaknya permainan kippers sangat bergantung pada sejauh mana kualitas guru pendidikan jasmani menyampaikan materi pembelajaran kippers. Manfaat permainan kippers adalah: 1. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang meliputi kesegaran jasmani, rohani, dan kesehatan. 2. Meningkatkan solidaritas antar individu 3. Meningkatkan ketangkasan dan keterampilan 4. Meningkatkan kreatifitas Dalam permainan kippers terdapat beberapa unsur didalamnya yaitu memukul, melempar, dan menangkap. Menangkap adalah keterampilan gerak dasar manipulatif untuk menghentikan momentum suatu objek dengan menggunakan tangan. Menangkap biasanya dipengaruhi oleh kemampuan visual untuk mengikuti gerakan objek. (yulianto. 2012: 1) Ketepatan menangkap menjadi kunci agar permainan bisa hidup, jika seorang pemain ketepatan menangkapnya kurang ini membuat permainan akan semakin kurang kompetitif karena tangkapan bola merupakan bagian dari tekhnik dasar bermain kippers. Untuk menunjang ketepatan menangkap bola yang baik anak tentu harus melakukan tata cara menangkap yang baik pula diantaranya : 1. Posisi Kaki a. Kaki dilangkahkan ke depan

4 b. Kaki yang akan menjadi tumpuan disimpan di depan c. Kedua lutut sedikit ditekuk 2. Posisi Kaki a. Kaki dilangkahkan ke depan b. Kaki yang akan menjadi tumpuan disimpan di depan c. Kedua lutut sedikit ditekuk. 3. Posisi Badan a. Pandangan mata tertuju pada arah datangnya bola. b. Badan condong kedepan. c. Badan rileks tidak kaku 4. Ketepatan menangkap a. Bola dapat tertangkap dan tidak terjatuh ke bawah b. Bola dapat tertangkap kemudian jatuh ke bawah c. Bola tidak dapat tertangkap Jika keempat poin tersebut dapat dengan sempurna dilaksanakan, maka ketepatan menangkap dalam permainan kippers dapat sesuai dengan KKM 65 yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan di kelas IV SDN Talun Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang, pada saat pembelajaran kippers siswa terlihat tidak bisa mengikuti kegiatan pembelajaran kippers dengan baik, karena banyaknya kesalahan kesalahan dalam melakukan tangkapan bola setelah bola berhasil di pukul. Banyak faktor yang mempengaruhi anak dalam melakukan kesalahan menangkap sehingga bola tangkapannya melenceng, diantaranya ialah anak takut akan bola yang akan datang menghampirinya, silaunya sinar matahari dan juga gerak reflek tangan anak ketika bola datang. Pembelajaran kippers yang langsung pada materi inti yang tidak dikemas dahulu dalam bentuk permainan dan penggunaan metode belajar komando yang diterapkan guru sehingga membuat siswa kurang bisa mengikuti pembelajaran tersebut dengan baik dikarenakan hasil tangkapan bola yang kurang baik, karena siswa tidak tepat dalam menangkap bola walaupun gerak dasar dalam menangkap bola sudah baik, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan 65 batas nilai tuntas KKM.

5 Untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap ketepatan siswa dalam melakukan tangkapan bola dalam pembelajaran kippers maka peneliti melakukan tes ketepatan menangkap bola delapan kali tangkapan dengan jarak sembilan meter. Dengan aturan guru melemparkan bola tujuh kali pada jarak sembilan meter kepada siswa. Adapun nilai yang diperoleh siswa dari tes ketepatan menangkap bola di siswa kelas IV SD Negeri Talun Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang dilihat pada tabel berikut : No Nama Tabel 1. 1 Tes Ketepatan Menangkap Bola Aspek yang dinilai Posisi kaki Posisi tangan Posisi badan Ketepatan menangkap bola 3 2 1 3 2 1 3 2 1 3 2 1 1 Aldi 11 92 2 Ai Mila 7 58 3 Ai Tika 6 50 4 Bambang 9 75 5 Cepi A. 10 83 6 Chici 6 50 7 Dea Delita 6 50 8 Haifa Lany 6 50 9 Henri H. 9 75 10 Ian S. 8 67 11 Indah PM. 6 50 12 Irfan S. 7 58 13 Leni R. 7 58 14 M. Agung 9 75 15 M. Taufik 7 58 16 Peni A. 7 58 17 Pipit 7 58 18 Rahma F. 10 83 19 RinaKarlina 6 50 20 Rita Ruhiawati 7 58 21 Sri Wahyuni 6 50 22 Sulthon 9 75 23 Yunni H. 7 58 24 Yusuf 10 83 skor nilai T KET T T Jumlah 183 1522 9 15 Presentase (%) 63 63 37 63

6 Keterangan : T : Tuntas TT : Tidak Tuntas Skor ideal : 12 Nilai : skor yang diperole h skor ideal x 100 % KKM : 65 DESKRIPTOR 1. Posisi Kaki a. Kaki dilangkahkan kedepan b. Kaki yang akan menjadi tumpuan disimpan di depan c. Kedua lutut sedikit di tekuk. SkorNilai 3 2 1 Penjelasan Tiga deskriptor nampak Dua deskriptor nampak Satu deskriptor nampak 2. PosisiTangan a. Posisi kedua tangan berada sejajar di depan dada. b. Menangkap dengan kedua telapak tangan dibuka membentuk etengah bola. c. Saat perkenaan bola pertama dengan telapak tangan, diikuti sedikit tarikan tangan kebelakang. SkorNilai 3 2 1 Penjelasan Tiga deskriptor nampak Dua deskriptor nampak Satu deskriptor nampak 3. Posisi Badan a. Pandangan mata tertuju pada arah datangnya bola. b. Badan condong kedepan. c. Badan rileks tidak kaku

7 SkorNilai 3 2 1 Penjelasan Tiga deskriptor nampak Dua deskriptor nampak Satu deskriptor nampak 4. Ketepatan menangkap a. Bola dapat tertangkap dan tidak terjatuh ke bawah b. Bola dapat tertangkap kemudian jatuh ke bawah c. Bola tidak dapat tertangkap SkorNilai Penjelasan 3 Deskriptor a nampak 2 Deskriptor b nampak 1 Deskriptor c nampak Berdasarkan hasil tes ketepatan menangkap, didapat skor rata-rata kelasnya adalah 63, sedangkan kriteria yang harus dicapai adalah 65. Hanya ada 9 orang dari 24 siswa atau 37% yang memenuhi kriteria, sedangkan sisanya sebanyak 15 atau 63 % tidak memenuhi kriteria. Ditinjau dari permasalahan tersebut, peneliti memberikan tindakan untuk pembelajaran kippers menggunakan model pembelajaran kooperatif, yang bertujuan untuk meningkatkan ketepatan menangkapbola pada saat pembelajaran kippers. Salah satu bentuk model pembelajaran yang bisa diterapkan pada pembelajaran kippers di SD yaitu salah satunya menggunakan model pembelajaran Team Games Tournament atau TGT Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.

8 Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, dan persaingan sehat. Pada mulanya metode ini dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. TGT menanbahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu team akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah masalah satu sama lain. ( Safari, 2011 : 35) Team mempunyai arti kelompok atau bisa juga regu, dalam pembelajarannya siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil. Games atau juga permainan, ini digunakan agar pembelajaran tidak kaku sehingga anak bisa belajar sambil bermain. Tournament, anak akan merasa semakin bersemangat apabila unsur kompetisi dimasukan dalam pembelajaran, ini bermaksud agar anak semakin termotivasi dalam pembelajaran. Melalui model pembelajaran Team Games Tournament (TGT), pembelajaran tata cara menangkap bola dalam kippers akan lebih menarik, dan siswa tidak akan cepat bosan, siswa mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran, memotivasi kreatifitas dan semangat belajar siswa, selain itu siswa dapat belajar sambil bermain. Dari paparan di atas, maka peneliti mengambil judul meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers melalui penerapan model kooperatif TGT B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah 1. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka timbul permasalahan yang perlu dikaji lebih lanjut. Permasalahan tersebut akan penulis rumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers?

9 b. Bagaimana kinerja guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers? c. Bagaimana aktifitas siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers? d. Bagaimana hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers? 2. Pemecahan Masalah a. Tahap Perencanaan Untuk dapat tercapainya tujuan pembelajaran berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis mencoba meningkatkan ketepatan siswa dalam menangkap bola dalam pembelajaran kippers. Menggunakan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT dalam pembelajaran kippers untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola pada saat melakukan pembelajaran kippers. Pendekatan yang digunakan dalam Team games tournament adalah pendekatan secara kelompok yaitu dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran. b. Tahap Pelaksanaan Dalam pelaksanaan model kooperatif TGT dalam pembelajaran menangkap bola kippers, siswa dibuat kelompok kecil dengan anggota kelompok rata. Pembentukan kelompok kecil akan membuat siswa semakin aktif dalam pembelajaran. Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu: a. Kelompok ( team ) b. Permainan (game) c. Pertandingan (tournament) d. Penghargaan kelompok (team recognise) Pada pelaksanaannya guru sebelum memberikan permainan kippers yang sesungguhnya diberikan dahulu permainan bola raja dengan tujuan agar kemampuan menangkap siswa akan baik dan ketika pembelajaran kippers dimulai

10 ketepatan menangkap bola siswa akan meningkat dan permainan kippers akan berjalan dengan baik. c. Observasi Observasi dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat pembelajaran kippers menggunakan model kooperatif Team Games Tournament (TGT), serta untuk mengumpulkan data dan membuat catatan lapangan mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. d. Refleksi Adapun langkah-langkah dari kegiatan refleksi ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan evaluasi terhadap keberhasilan dan pencapaian tujuan tindakan. 2. Memperbaiki proses pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam kegiatan refleksi ini, para pelaku (peneliti, guru, dan kepala sekolah) yang terlibat dalam penelitian tindakan mempunyai banyak kesempatan untuk meningkatkan ketepatan siswa menangkap bola dalam mengikuti pembelajaran Kippers. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan paparan masalah yang telah peneliti paparkan sebelumnya, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk : a. Untuk mengetahui perencanaan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers. b. Untuk mengetahui kinerja guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers. c. Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers. d. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT untuk meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam pembelajaran kippers.

11 D. Manfaat dan Hasil Penelitian Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat bagi siswa a. Dengan adanya model pembelajaran Team Games Tournament, siswa mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat bermain sambil belajar. b. Meningkatkan ketepatan menangkap bola dalam melakukan pembelajaran kippers. c. Memotivasi kreatifitas dan semangat belajar siswa. d. Menambah rasa kebersamaan antar teman 2. Manfaat bagi guru a. Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif Team Games Tournament atau TGT sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkat kreatifitas belajar pendidikan jasmani. 3. Manfaat bagi sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran menjadi semakin lebih bervariasi. 4. Manfaat bagi penulis a. Dapat menambah wawasan bagi Penulis dalam mengembangkan pembelajaran penjas melalui metode bermain. b. Dapat mengetahui tingkat keberhasilan pengembangan metode bermain sebagai modifikasi pembelajaran penjas. E. Batasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pokok-pokok masalah yang diteliti, berikut ini akan dijelaskan secara operasional beberapa istilah yang dipandang perlu untuk diketahui kejelasannya, sebagai berikut :

12 Ketepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran Menangkap adalah memegang (sesuatu yang bergerak cepat, lepas, dsb) dengan tangan atau alat Pembelajaran adalah dengan mengaktifkan indera siswa agar memeperoleh pemahaman sedangkan pengaktifan indera dapat dilaksanakan dengan jalan menggunakanmedia/alat Bantu. Disamping itu penyampaian pengajaran dengan berbagai variasi artinya menggunakan banyak metode.( Krisna. 2009 : 2 ) Kippers adalah permainan sejenis dengan kasti, ada tongkat pemukul, bola, dan permainannya juga hampir mirip dengan kasti. Di Indonesia, Kippers dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sekolah dasar, oleh karena itu, Kippers diperkenalkan dan dikembangkan melalui melalui kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani Team Games Tournament (TGT) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement