setelah peletakan dan menetas pada umur hari. Dalam penelitian yang telah

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. batang dan daun sedangkan generatif yang merupakan alat perkembangbiakan

Bedanya Serangan Kwangwung atau Ulah Manusia pada Tanaman Kelapa

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

Tetratichus brontispae, PARASITOID HAMA Brontispa longissima

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Kumbang Tanduk (Coleoptera: Scarabaeidae) berat dan tanaman dapat mati. Apabila hama ini dapat bertahan dalam areal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh : Irianto Budi Santosa, SP POPT KABUPATEN JOMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

Kumbang Sagu (Rhynchophorus, sp) Penyebab Kematian Tanaman Kelapa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

HAMA KUMBANG BIBIT Plesispa reichei PADA TANAMAN KELAPA. Amini Kanthi Rahayu, SP. POPT Ahli Pertama

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika kumbang tanduk menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana lazimnya makhluk hidup, tak terkecuali tumbuhan, tidak

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

Berburu Kwangwung Di Sarangnya

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hercules si Perusak Tanaman Pala dan Cengkeh

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Conopomorpha cramerella (Lepidoptera: Gracillariidae)

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

TUGAS I. MANAJEMEN PEMELIHARAAN KELAPA SAWIT

Uji Patogenitas Jamur Metarhizium anisopliae terhadap Mortalitas Larva Oryctes rhinoceros L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi Dan Siklus Hidup Kumbang Tanduk (O. rhinoceros) Hama O. rhinoceros dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kopi (Coffea spp.) adalah spesies tanaman berbentuk pohon. Tanaman ini

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Ulat Api Setothosea asigna Eecke (Lepidoptera: Limacodidae)

LAPORAN PENELITIAN TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan daun kelapa sawit. Namun demikian, penggunaan insektisida kimia

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

BALITSA & WUR the Netherlands,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Perkebunan

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan bahan pangan dan pakan ternak yang sangat

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr.) merupakan komoditas andalan yang sangat

III. BAHAN DAN METODE

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Bojer. (Lepidoptera: Crambidae) Imago betina meletakkan telur secara berkelompok pada dua baris secara

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

PENDAHULUAN. pohon batang lurus dari famili palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Saat ini Indonesia menjadi negara produsen kopi keempat terbesar dunia setelah

KERAGAMAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PADA TANAMAN KELAPA DAN PENGENDALIANNYA.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Oryctes rhinoceros L. berikut : Sistematika dari O. rhinoceros menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Coleoptera : Scarabaeidae : Oryctes Spesies : Oryctes rhinoceros L. Kumbang tanduk betina bertelur pada bahan-bahan organik seperti di tempat sampah, daun-daunan yang telah membusuk, pupuk kandang, batang kelapa, kompos, dan lain-lain. Siklus hidup kumbang ini antara 4-9 bulan, namun pada umumnya 4,7 bulan. Jumlah telurnya 30-70 butir atau lebih, dan menetas setelah lebih kurang 12 hari. Telur berwarna putih, mula-mula bentuknya jorong, kemudian berubah agak membulat. Telur yang baru diletakkan panjangnya 3 mm dan lebar 2 mm (Vandaveer, 2004). Kumbang ini mempunyai telur yang berwarna putih kekuningan dengan diameter 3 mm, yang diletakkan dalam tumpukan bahan perkembangbiakan. Bentuk telur biasanya oval kemudian mulai membengkak sekitar satu minggu setelah peletakan dan menetas pada umur 11-13 hari. Dalam penelitian yang telah dilakukan di lapangan, larva memerlukan waktu 5-7 bulan untuk dewasa dalam jaringan kelapa, tetapi dalam kotoran sapi yang dicampur dengan serbuk gergaji

larva jauh lebih besar diproduksi hanya dalam empat atau lima bulan (Wood, 1968). Gambar 1.Telur O. rhinoceros (Sumber: : http//www.google.telur-oryctes-rhinoceros-image.com) Stadia larva terdiri atas 3 instar, dan berlangsung dalam waktu 82-207 hari. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut- kerut, melengkung membentuk setengah lingkaran dengan panjang sekitar 60-100 mm atau lebih (Ooi, 1988). Gambar 2. Larva O.rhinoceros (Sumber: Schmaedick, 2005) Larva berada di daerah yang telah membusuk. Ukuran badannya mencapai 7.5 mm dan panjangnya mencapai 60-105 mm. Warna larva keputih-putihan tetapi kepalanya bewarna kehitaman dan bagian belakang perutnya bewarna biru keabuan. Tubuhnya samar-samar melengkung membentuk setengah lingkaran. Larva O. rhinoceros berkaki tiga pasang. Larva hidup dari memakan

bahan organik yang ada di dekatnya. Larva terdiri dari tiga instar. Masa larva instar pertama 12-21 hari, instar kedua 21-60 hari, dan instar ketiga 60-165 hari (Lever, 1969). Gambar 3. Pupa O. rhinoceros (Sumber: Anugrah, 2012). Pupa berada di dalam tanah, berwarna coklat kekuningan berada dalam kokon yang dibuat dari bahan-bahan organik disekitar tempat hidupnya. Pupa jantan berukuran sekitar 3-5 cm, yang betina agak pendek. Masa prapupa 8-13 hari. Masa pupa berlangsung 18-23 hari. Kumbang yang baru muncul dari pupa akan tetap tinggal di tempatnya antara 5-20 hari, kemudian terbang keluar (Prawirosukarto et al., 2003). A B Gambar 4. Imago O.rhinoceros (a. betina dan b. jantan) (Sumber: Molet, 2013) Imago berwarna hitam ukuran tubuh 35-45 mm, imago O. rhinoceros mempunyai panjang 30-57 mm dan lebar 14-21 mm, imago jantan lebih kecil dari

imago betina. O. rhinoceros betina mempunyai bulu tebal pada bagian ujung abdomenya, sedangkan yang jantan tidak berbulu. O. rhinoceros dapat terbang sampai sejauh 9 km (Prawirosukarto et al., 2003). Imago yang baru keluar terbang menuju pohon kelapa dan memakan pucuk kelapa sambil mencari pasangan, kemudian terjadi perkawinan. Dan setelah itu imago betina terbang menuju tumpukan sampah-sampah atau menuju tumpukan tandan kosong kelapa sawit untuk bertelur. Umur imago antara 2-4,5 bulan (Siswanto, 2003). Gejala Serangan Oryctes rhinoceros L. Kumbang dewasa terbang ke tajuk kelapa pada malam hari, dan mulai bergerak ke bagian dalam melalui salah satu ketiak pelepah bagian atas tajuk. Biasanya ketiak pelepah ketiga, empat atau lima dari pucuk merupakan tempat masuk yang paling disukai. Jika tanaman kelapa baru berumur 1 tahun atau kurang, titik masuk mungkin pada pangkal batang di permukaan tanah. Setelah kumbang menggerek ke dalam batang tanaman, kumbang akan memakan pelepah daun muda yang sedang berkembang. Karena kumbang memakan daun yang masih terlipat, maka bekas gigitan akan menyebabkan daun seakan-akan tergunting yang baru jelas terlihat sesudah pelepah daun membuka (Balai Penelitian Kelapa, 1989). Pada tanaman yang berumur antara 0-1 tahun, kumbang dewasa (jantan atau betina) melubangi bagian pangkal batang yang dapat mengakibatkan kematian titik tumbuh atau terpuntirnya pelepah daun yang dirusak. Pada tanaman dewasa kumbang dewasa akan melubangi pelepah termuda yang belum terbuka.

Jika yang dirusak adalah pelepah daun yang termuda maka ciri khas bekas kerusakan adalah janur seperti digunting berbentuk segitiga (Suhardiyono, 1995). A Gambar 5. Gejala serangan O. rhinoceros (a. Pelepah berbentuk segitiga) (Sumber: Schmaedick, 2005) O. rhinoceros hinggap pada pelepah daun yang agak muda. Pucuk kelapa yang terserang, apabila nantinya membuka pelepah daunnya akan kelihatan seperti kipas atau bentuk lain yang tidak normal. Tampak guntinganguntingan/potongan-potongan pada daun yang baru terbuka seperti huruf V, gejala ini disebabkan kumbang menyerang pucuk dan pangkal daun muda yang belum membuka yang merusak jaringan aktif untuk pertumbuhan. Serangan ini dapat dilakukan oleh serangga jantan maupun betina (Prawirosukarto et al., 2003). Gambar 6. Gejala Kerusakan Daun yang Disebabkan O.rhinoceros (Sumber: Balai Penelitian Kelapa,1989)

Kumbang merusak pelepah daun yang belum terbuka dan dapat menyebabkan pelepah patah. Kerusakan pada tanaman baru terlihat jelas setelah daun membuka 1-2 bulan kemudian berupa guntingan segitiga seperti huruf V. Gejala ini merupakan ciri khas serangan kumbang O. rhinoceros (Direktorat Jendral Perkebunan, 2008). Pengendalian Oryctes rhinoceros L. Tindakan pengendalian dapat dilakukan beberapa cara, yaitu : - Pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3-5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5-10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor. - Penghancuran tempat peletakan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh dan dengan cara pengutipan (handpicking) kumbang dewasa ditanaman yang terserang, apabila jumlahnya masih terbatas. - Larva O. rhinoceros pada mulsa tandan kosong kelapa sawit di areal tanaman menghasilkan dapat dikendalikan dengan jamur Metarrhizium anisopliae sebanyak 20 g/m2. - Pemerangkapan O. rhinoceros menggunakan fetotrap, berupa feromon sintetik yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 liter. - Menggunakan kimiawi, yaitu dengan menaburkan insektisida butiran Karbosulfan sebanyak 0,05-0,10 g bahan aktif /pohon setiap 1-2 minggu. ( Prawirosukarto et al., 2003 ). Pengendalian O. rhinoceros secara biologi menggunakan beberapa agensia hayati diantaranya jamur Metarhizium anisoplie dan Baculovirus oryctes.

Jamur M. anisoplie merupakan jamur parasit yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O.rhinoceros. Jamur ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan menaburkan 20 g/m (dalam medium jagung). Pada tumpukan tandan kosong kelapa sawit (organic trapping). Baculovirus oryctes juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O.rhinoceros (Susanto et al., 2011). Penebangan pohon kelapa tua untuk peremajaan ternyata selalu menyebabkan ledakan populasi kumbang kelapa O.rhinoceros sehingga cara-cara pencegahan harus diterapkan. Rekomendasi yang paling umum untuk mencegah ledakan populasi O.rhinoceros pada waktu peremajaan adalah membakar batang kelapa yang ditebang. Tetapi petani menganggap cara ini tidak praktis untuk diterapkan, walaupun pada musim kemarau. Jika batang kelapa tersebut hanya terbakar di bagian luarnya, kumbang masih dapat berbiak di bagian dalamnya (Balai Penelitian Kelapa, 1989). Budidaya Tanaman Kelapa Pemupukan merupakan suatu usaha untuk mencukupi persediaan hara didalam tanah, sehingga kebutuhan tanaman tercukupidan pada akhirnya pertumbuhan yang baik dan produksi yang maksimal tercapai, atau cara-cara dan metode serta usaha-usaha yang dilakukan dalam pemberian pupuk atau unsur hara ke tanah atau ke tanaman yang sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yang normal (Damanik et al., 2011). Pemupukan diperlukan untuk meningkatkan produktivitas kelapa. Dosis pemupukan kelapa pada daerah yang satu tidak sama dengan daerah lain dan

berbeda pula sesuai umur tanaman kelapa. Cara pemberian pupuk dengan sistem rorakan yaitu pupuk yanag diberikan melingkari batang tanaman kelapa dengan diameter 1m-1,5m dari batang tanaman kelapa. Setelah pupuk diberikan pada rorakan, lubang segera ditutup dengan tanah agar pupuk tidak menguap karena sinar matahari atau tercuci karena hujan yang lebat (Warisno, 1998). Untuk dapat tumbuh dan berkembang secara normal, tanaman kelapa memerlukan unsur hara esensial yang terdiri atas unsur Nitrogen, Phospor, Kalium, Calsium, Magnesium dan Belerang yang biasanya disebut unsur makro karena dibutuhkan dalam jumlah yang relatif lebih besar, serta Boron, Tembaga, Mangan, Molybdad, dan Zeng disebut unsur mikro karena hanya dibutuhkan dalam jumlah relatif kecil (hanya dibutuhkan dalam ppm-part per million) sedangkan besi menempati kedudukan di tengah (Suhardiyono, 1995). Pengaruh nitrogen meningkatkan bagian protoplasma menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel, menyebabkan daun dan batang tanaman menjadi lebih sukulen dan kurang keras, juga meningkatkan bagian air sebagai akibat meningkatnya kandungan air protoplasma dan mengurangi bagian kalsium. Hal ini disebabkan penambahan kalsium tidak sebanding lagi dengan penambahan bagian bahan dinding sel. Kelebihan nitrogen ditandai dengan warna daun menjadi hijau gelap, sukulen, pertumbuhan vegetatif yang hebat. Pengaruh negatif kelebihan nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman dapat dikurangi dengan pasokan hara fosfor dan kalium dalam jumlah yang cukup (Damanik et al., 2011). Pemakaia pupuk majemuk NPK akan memberi suplai N yang cukup besar ke dalam tanah, sehingga pemberian pupuk NPK yang mengandung nitrogen

tersebut akan membantu pertumbuhan tanaman. Fungsi nitrogen sebagai pupuk adalah untuk memperbaiki pertumbuhan vegetatif tanaman (tanaman yang tumbuh pada tanah yang cukup N akan berwarna lebih hijau) dan membantu proses pembentukan protein (Hardjowigeno, 2003). Pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah konsep pengelolaan pertanian yang bertujuan untuk meminimalisasikan serangan OPT, sekaligus mengurangi bahaya yang ditimbulkan terhadap manusia, tanaman dan lingkungan. Penerapan PHT dapat dikatakan berhasil jika populasi OPT selalu berada di bawah ambang ekonomi, diikuti dengan peningkatan hasil panen dan penurunan biaya produksi, serta dampak buruknya terhadap manusia dan lingkungan diperkecil. Dlam pelaksanaan PHT, setiap sumber daya yang ada digunakan untuk mencegah OPT mencapai jumlah yang secara ekonomi merugikan (Endah dan Novizan, 2002). Waktu dan cara pengendalian hama terpadu dilakukan berdasarkan komponen teknik budidaya tanaman, sejak pemilihan benih atau bibit unggul, pengolahan tanah yang baik, pemberian air secara teratur, pemupukan seimbang sesuai dengan dosis, penyiangan dan seterusnya yang merupakan kegiatan pengendalian hama terpadu, yang ditunjukkan untuk mencipatakan kondisi tanaman budidaya yang sehat dan kuat. Waktu pelaksanaan PHT harus dimulai dari awal persiapan tanam sampai hasil tanaman tersebut disimpan dalam gudang penyimpanan, Keserasian komponen yang dipadukan tergantung pada jenis hama utama yang ada di lahan pertanaman (Rukmana dan Sugandi, 1997). Tujuan penerapan PHT di subsektor perkebunan rakyat adalah untuk mendorong pendekatan pengendalian OPT yang dinamis dan aman terhadap lingkungan oleh petani perkebunan rakyat melalui pemberdayaan perangkat

pemerintah yang terkait dan kelompok tani. Program ini diharapkan berpengaruh terhadap: (1) meningkatnya hasil dan mutu produk serta pendapatan petani; (2) berkurangnya penggunaan pestisida karena diterapkannya PHT; (3) meningkatnya mutu dan bebas residu pestisida pada produk ekspor komoditi; dan (4) mempertahankan dan melindungi kelestarian lingkungan (Agustian dan Rachman, 2009). Pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman menjadi salah satu masalah yang penting dalam teknis budidaya tanaman, selain pemilihan benih atau bibit tanaman, penanaman, pemupukan, pemanenan, dan pascapanen. Artinya, menjaga tanaman agar tetap sehat sama pentingnya dengan penambahan unsur hara bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman melalui pemupukan. Karena jika tanaman tersebut sehat, akan lebih mudah dalam perawatannya. Penambahan bahan organik dan unsur hara melalui pemupukan, pemberian air, dan unsur tambahan lainnya dapat berlangsung secara efisien. Tanaman yang sehat akan mampu tumbuh dan berkembang dengan baik, tanpa perlu diberikan perlakuan khusus apapun (Endah dan Novizan, 2002). Penyiangan adalah usaha membuang atau memberantas tumbuhan pengganggu (gulma) sehingga tidak mengganggu dan menyaingi tanaman pokok, baik dalam pengambilan unsur hara maupun lingkungan pertumbuhannya. Penyiangan sangat penting dilakukan, bila gulma dibiarkan tumbuh di sekitar tanaman kelapa, maka dalam waktu yang singkat akan tumbuh meliputi tanaman pokok sehingga akan menekan pertumbuhannya. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dua cara, yaitu:

- Membuat piringan, yaitu membersihkan semua tumbuh-tumbuhan di sekeliling pohon kelapa pada radius 1-2 meter. Dengan demikian sekeliling pohon kelapa terdapat ruang tanah yang bersih. - Penyiangan dengan membuang jenis-jenis gulma yang tumbuh di antara tanaman LCC (Setyamidjaja, 1991). Kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan hama dan penyakit pada tanaman kelapa akhir-akhir ini cukup berarti, oleh karena itu populasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa harus dikendalikan sampai tingkat di bawah toleransi (Suhardiyono, 1995). Pengendalian dapat dilakukan dengan pengumpulan O. rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap tiga bulan bila populasi 3-5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5-10 ekor, dan setiap minggu pada populasi O. rhinoceros lebih dari 10 ekor ( Prawirosukarto et al., 2003 ). Gulma yang berada pada radius piringan tanaman kelapa menjadi pesaing tanaman kelapa dalam pengambilan air dan unsure hara dari dalam tanah, udara, dan matahari. Untuk mencegah terjadinya persaingan maka piringan tanaman harus dibersihkan dari gulma. Lebarnya piringan yang harus dibebaskan dari gulma tergantung pada umur tanaman. Pada tahun pertama diameter piringan adalah 1 meter, pada tahun kedua diameter piringan adalah 1,5 meter, dan pada tahun ketiga dan seterusnya diameter piringan adalah 2 meter (Suhardiyono, 1995).