Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lahan (land use) diartikan sebagai setiap bentuk intervensi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkaran gunung api (ring of fire). Posisi tersebut menyebabkan Indonesia

Letusan Gunung Agung bisa menghasilkan tanah tersubur

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebuah organisasi baik

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sering kali manusia dirugikan oleh bencana alamyang terjadi pada dunia ini, baik itu bencana yang ditimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

BAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan konstruksi dengan sifat-sifat yang ada di dalamnya seperti. plastisitas serta kekuatan geser dari tanah tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik secara materi atau secara spiritual. Bencana sering terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang berada di dalam wilayah Ring of Fire. Ring

BAB I PENDAHULUAN. faktor alam dan non alam yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan tempat dimana tiga lempeng besar dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman, bahan makanan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang strategis dan berperan penting

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. individu membutuhkannya. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

Jenis Bahaya Geologi

BUKU SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Sumatera Utara, dengan luas 2.127,25 Km 2 atau 2,97% dari luas

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Anda (2010) abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Posisi Indonesia dalam Kawasan Bencana

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pembentukkan dan Sifat-Sifat Dasar Tanah Lunak, 2002). kerusakan. Sehingga tanah dasar haruslah bersifat keras agar sesuai dengan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROSEDUR DAN MEKANISME PENYALURAN CADANGAN BERAS PEMERINTAH UNTUK PENANGANAN TANGGAP DARURAT

BAB I PENDAHULUAN. negara yang rawan bencana karena alam negeri kita ini berdiri di atas pertemuan

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001).

KONDISI TANAH DAN TEKNIK REHABILITASI LAHAN PASCA-ERUPSI GUNUNG MERAPI. Deddy Erfandi, Yoyo Soelaeman, Abdullah Abas Idjuddin, dan Kasdi Subagyono

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belangkang. Dalam usaha peningkatan produksi pertanian perluasanya pengelolaan tanah

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Yogyakarta. Gunung ini di identifikasi sebagai gunung berapi paling aktif di

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAN PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 42 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan Bumi mempunyai beberapa bentuk yaitu datar, berbukit. atau bergelombang sampai bergunung. Proses pembentukan bumi melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian

BAB III LANDASAN TEORI

BUPATI BANDUNG BARAT

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 29 TAHUN 2014

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan masa depan seseorang, dengan pendidikan seseorang

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA MEDAN

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGGUNAAN BERAS REGULER DALAM PENANGGULANGAN BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. kalium dari kerak bumi diperkirakan lebih dari 3,11% K 2 O, sedangkan air laut

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak memperhitungkan segala kemungkinan atas ulahnya tersebut. 3-lempeng-tektonik-besar.html diakses pada 24 Januari 2016)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

Letusan Gunung Sinabung Tingkatkan Kesuburan Tanah Sabtu, 25 Januari 2014 Dibaca 403 kali http://analisadaily.com/kota/news/letusan-gunung-sinabung-tingkatkan-kesuburantanah/1282/2014/01/25 Url Berita Guru Besar UHN Prof Dr Ferisman Tindaon Medan, (Analisa). Guru Besar Tetap Universitas HKBP Nommensen Prof Dr Ir Ferisman Tindaon MS mengungkapkan, letusan gunung berapi dari Gunung Sinabung Karo, Sumatera Utara akan membawa perubahan kondisi yang menguntungkan pada tanah-tanah pertanian yang terjangkau material letusan gunung ini. Tanah-tanah di lokasi tersebut akan mengalami peremajaan dan pengayaan hara secara alami. Banyaknya hara yang diberikan oleh abu letusan gunung ini sangat bergantung dari tebalnya tutupan abu dan kandungan hara mineralnya, jelas Prof Ferisman Tindaon di ruang kerjanya, Jumat (24/1). Menurut Dekan pada Fakultas Pertanian UHN ini, letusan membawa berkah dibalik derita bencana, khususnya bagi para petani. Hal itu dengan melihat tingginya tingkat kesuburan tanah sebagai proses alam yang memulihkan kondisi daya dukung kesuburan tanah. Sifat Kimia Biasanya, lanjut Ferisman, sifat kimia abu letusan dibedakan atas kandungan silika, abu bersifat basis, intermedier dan masam. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2 persen) yaitu abu bersifat basis (45-55 persen), intermedier (55-62 persen) dan masam (>62 persen). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan, jelasnya. Dikatakan peraih gelar doktor dari Agricultural Sciences and Environmental Management, Justus Liebig University, Jerman ini, kondisi tersebut dengan mencontohkan hasil analisa abu letusan gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Balitbang Pertanian. Disebutkan bahwa setiap satu sentimeter ketebalan tutupan abu vulkan mempunyai potensi cadangan unsur hara makro kalsium sebesar 7,3 ton/ha atau setara dengan 18 ton kapur. Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2,4 ton/ha atau setara 4,7 ton pupuk KCl, sedangkan fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1,5 ton pupuk SP-36 serta unsur belerang (S) sebesar 120 kg/ha atau setara 0,4 ton kiserit, jelasnya. Oleh karena itu, ungkapnya upaya yang segera harus dilaksanakan setelah letusan gunung berapi ini adalah pemulihan status lahan yang tertutup debu vulkan menjadi lahan produktif. Perlu dilakukan analisa awal untuk mengenali sifat-sifat bahan tutupan abu vulkan, ketebalan

tutupan, ukuran partikel, kandungan mineral dan unsur kimianya sebagai dasar upaya percepatan pemulihan lahan. Pelapukan Lebih jauh pria kelahiran Pangkalan Brandan, 21 Maret 1962 ini memaparkan, bongkah batuan memerlukan waktu ratusan sampai jutaan tahun untuk mengalami pelapukan, sedangkan partikel berukuran pasir sampai debu halus akan melapuk lebih cepat terutama pada temperatur dan curah hujan yang tinggi. Bahan-bahan ini sangat kaya akan mineral yang mudah melapuk seperti felspar dan ferromagnesian yang merupakan mineral yang banyak mengandung berbagai jenis hara (reserved nutrient), jelasnya. Jika di bawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi dan digabungkan dengan pengunaan tenologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara ini dapat dipercepat. Secara ringkas, percepatan pelarutan abu letusan vulkan dapat dilakukan dengan mencampur abu letusan dengan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, blotong, jerami atau serasah bahan organik. (rmd)

Letusan Gunung inabung Tingkatkan Kesuburan Tanah Ferisman Tindaon *) Pemerhati Lingkungan dan Guru Besar Ilmu Kesuburan Tanah di Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen Medan E-mail : Ferisman_Tindaon@yahoo.com Gunung Sinabung yang terletak di kabupaten Karo, Sumatera Utara telah meletus kembali, menyemburkan abu vulkanik hingga mencapai ketinggian 7-8 kilometer dan belasan ribu orang saat ini ditampung di berbagai tempat evakuasi. Dilaporkan bahwa abu vulkan letusan gunung ini menyebar jauh hingga mencapai kota Medan yang terletak sekitar 80 km dari lokasi letusan gunung bahkan ke beberapa kabupaten lain di Sumatera Utara seperti Deli Serdang,Serdang Bedagai, Langkat bahkan hingga ke provinsi Aceh khususnya Kecamatan Bakongan di Kabupaten Aceh Selatan. Sebelumnya gunung Sinabung ini tercatat tidak pernah meletus sejak tahun 1600, dan pada tahun 2010 mendadak aktif pada bulan Agustus dan September 2010. Namun, letusan abu vulkan dalam tahun 2013 khususnya bulan November 2013 ini menunjukkan aktivitas vulkaniknya yang terus meningkat sehingga dinaikkan statusnya menjadi awas (level IV) yang merupakan status tertinggi dalam aktivitas gunung api. Kenaikan status itu terhitung Minggu (24/11 2013) pada pukul 10.00 WIB yang lalu hingga saat ini dinyatakan bahwa radius 5 km dari kawah gunung tersebut harus dikosongkan. Memang belum ditetapkan pemerintah pusat bahwa letusan Gunung Sinabung sebagai peristiwa bencana nasional. Namun gelombang pengungsi yang capai puluhan ribu orang akan memerlukan penanganan yang amat serius dalam menangani logistik mereka, dampak debu yang menyebar dan meluas akan menimbulkan masalah kesehatan dan pernapasan dan dampak sosial yang di timbulkan juga sudah di depan mata dengan tingkat stress pengungsi yang sudah berminggu minggu di pengungsian. Menurut Kepala Dinas Pertanian Sumatera Utara, kerugian materi di sektor pertanian di Kabupaten Karo, Sumut, akibat meletusnya Gunung Sibanung, diperkirakan mencapai Rp1 triliun lebih karena banyak tanaman masyarakat yang rusak.hasil pendataan yang dilakukan hingga 18 Desember 2013, jumlah lahan pertanian yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung mencapai 29.885 hektare lebih yang terdiri 20.219 ha tanaman pangan dan 9.666 hektare tanaman holtikultura. Jumlah lahan pertanian yang rusak itu tersebar di empat kecamatan yakni Kecamatan Namanteran, Kecamatan Payung, Kecamatan Tiganderket, dan Kecamatan Simpang Empat. Tanaman pangan yang terkena dampak erupsi itu adalah padi (512 hektare), padi gogo (2.842 hektare), jagung (16.736 hektare), ubi jalar (127 hektare), dan keladi (dua hektare). Adapun tanaman holtikultura yang terkena adalah sayuran (7.088 hektare), buah-buahan (2.569 hektare), dan tanaman hias (Antara, 17 Januari 2014). Penetapan bencana Gunung Sinabung sebagai bencana nasional sebenarnya telah memenuhi definisi bencana sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, dikatakan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana gunung meletus di Indonesia sebenarnya bukan lagi menjadi sebuah bencana yang asing, mengingat Indonesia berada di kawasan cincin api pasifik atau ring of fire. Berada di kawasan itu memungkinkan Indonesia mengalami bencana letusan gunung berkali-kali tiap tahunnya, yang tidak bisa diprediksi kedatangannya. Secara geografis, Indonesia memang memiliki banyak sekali gunung berapi. Gunung-gunung berapi tersebut siap meletus kapan saja. Seperti halnya yang terjadi ketika letusan Gunung Krakatau 1883 atau letusan Gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010. Tentu, keterkejutan menyelimuti masyarakat Indonesia, ditambah dengan kecemasan dan ketakutan yang maha dahsyat pada saat itu.

Dampak Terhadap Kehidupan Manusia Bergantung kepada besarnya kekuatan letusan gunung api tersebut namun secara umum dampak yang mungkin terjadi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat khususnya sekitar lokasi letusan gunung berapi. Penderitaan masyrakat akibat letusan gunung berapi yang dapat menelan korban jiwa, terluka atau harus mengungsi dari rumahnya untuk sementara harus tinggal di tempat yang sangat terbatas fasilitasnya dengan fasilitas di rumahnya sendiri sebelumnya. Dibutuhkan logistik makanan untuk para pengungsi, selain pangan mereka juga butuh pakaian, selimut agar tidak kedinginan, bahkan kamar mandi untuk kebersihan diri. Letusan gunung juga menyebabkan perubahan kegiatan ekonomi daerah tersebut, harga-harga sayuran dan produksi pertanian segera meningkat sedangkan pengungsi sendiri tidak memperoleh pendapatan selama kondisi bencana. Kemungkinan terjadi pergerakan manusia dari daerah bencana menuju kota atau daerah lain, sedangkan lokasi gunung yang meletus untuk sementara tertutup untuk semua kegiatan pertanian, wisata yang secara umum berpengaruh kepada aktivitas ekonomi bahkan pendapatan daerah tersebut. Ancaman selanjutnya akan berlanjut terhadap kesehatan penduduk akibat abu letusan yang terbawa angin, kemungkinan banjir pada saat hujan karena sedimentasi yang sangat besar volumenya. Bahkan sering terjadi adanya letusan gunung berapi seperti ini menyebabkan ancaman terhadap keselamatan penerbangan yang berakibat terhadap aktivitas perekonomian regional ataupun nasional. Secercah Harapan di Balik Bencana Letusan gunung berapi akan membawa perubahan kondisi yang menguntungkan pada tanah-tanah pertanian yang terjangkau material letusan gunung ini. Berkah dibalik derita bencana ini khususnya bagi para petani karena akan merubah status kesuburan tanah menjadi tinggi yang merupakan proses alam yang memulihkan kondisi daya dukung kesuburan tanah. Tanah- tanah di lokasi tersebut akan mengalami peremajaan dan pengayaan hara secara alami. Banyaknya hara yang diberikan oleh abu letusan gunung ini sangat bergantung dari tebalnya tutupan abu dan kandungan hara mineralnya. Biasanya sifat kimia abu letusan dibedakan atas kandungan silika, abu bersifat basis, intermedier dan masam. Secara umum sifat kimia abu letusan dapat dibedakan berdasarkan kandungan silika (SiO2%) yaitu abu bersifat basis (45-55%), intermedier (55-62%) dan masam (>62%). Makin masam abu letusan makin sedikit cadangan unsur hara yang dilepaskan. Sebagai contoh hasil analisa abu letusan gunung Merapi di Yogjakarta pada tahun 2010 (Balitbang Pertanian, 2011), disebutkan bahwa setiap satu cm ketebalan tutupan abu vulkan mempunyai potensi cadangan unsur hara makro kalsium sebesar 7,3 ton/ha atau setara dengan 18 ton kapur. Kandungan cadangan unsur kalium sebesar 2,4 ton/ha atau setara 4,7 ton pupuk KCl, sedangkan fosfor sebesar 240 kg/ha atau setara 1,5 ton pupuk SP-36 serta unsur belerang (S) sebesar 120 kg/ha atau setara 0,4 ton kiserit. Upaya yang segera harus dilaksanakan setelah letusan gunung berapi ini adalah pemulihan status lahan yang tertutup debu vulkan menjadi lahan produktif. Perlu dilakukan analisa awal untuk mengenali sifat-sifat bahan tutupan abu vulkan, ketebalan tutupan, ukuran partikel, kandungan mineral dan unsur kimianya sebagai dasar upaya percepatan pemulihan lahan. Bongkah batuan memerlukan waktu ratusan sampai jutaan tahun untuk mengalami pelapukan, sedangkan partikel berukuran pasir sampai debu halus akan melapuk lebih cepat terutama pada temperatur dan curah hujan yang tinggi. Bahan-bahan ini sangat kaya akan mineral yang mudah melapu seperti felspard dan ferromagnesian yang merupakan mineral yang banyak mengandung berbagai jenis hara (reserved nutrient). Jika dibawah kondisi suhu dan curah hujan tinggi dan digabungkan dengan pengunaan tenologi sederhana, pelapukan mineral pembawa cadangan hara ini

dapat dipercepat. Secara ringkas, percepatan pelarutan abu letusan vulkan dapat dilakukan dengan mencampur abu letusan dengan bahan organik seperti pupuk kandang, kompos, blotong, jerami atau serasah bahan organik. Adanya asam-asam organik diharapkan akan mampu melepaskan hara yang terikat dalam struktur mineral dari abu letusan. Kondisi saat ini sangat menguntungkan jika didukung kondisi kelembaban tanah disaat awal musim penghujan ini. Sebuah berkah dibalik bencana letusan gunung berapi bagi para petani khususnya, juga merupakan karunia daripadanya.