BAB I PENDAHULUAN. sesuatu. Menurut madzhab Maliki, Syafi i, dan Hanbali, jual beli sendiri

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. wawancara kepada para responden dan informan, maka diperoleh 4 (empat) kasus

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISA DATA A. Praktek Gadai Sawah di Kelurahan Ujung Gunung Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM dan UU NO.7 TAHUN 2011 TERHADAP PENUKARAN MATA UANG RUSAK

BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

Berdasarkan penjelasan di atas, yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah memberikan pandangan dan penilaian-

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN PESANAN CATERING DAN STATUS UANG MUKA YANG DIBATALKAN DI SARAS CATERING SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTIK BISNIS JUAL BELI DATABASE PIN KONVEKSI. A. Analisis Praktik Bisnis Jual Beli Database Pin Konveksi

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

ANALISA PENDAPAT IMÂM MÂLIK TENTANG SYARAT KONTAN DALAM JUAL BELI MATA UANG

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. melalui Rasulullah saw yang bersifat Rahmatan lil alamin dan berlaku

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IBNU ABIDIN TENTANG PENUNTUTAN KEMBALI MUHAL KEPADA MUHIL SELAMA TIDAK ADA SYARAT KHIYAR

BAB I PENDAHULUAN. cabang ilmu dalam islam yang dikenal dengan fiqih muammalah. Aspek. hubungan antara umat satu dengan umat yang lainnya.

BAB II JUAL BELI DAN RAHN DALAM HUKUM ISLAM. pengertian lawannya, yakni kata asy-syira (beli). Dengan demikian, kata alba i

BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Terhadap Praktek Pinjam Pakai Sepeda Motor

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

HUKUM JUAL BELI DENGAN BARANG-BARANG TERLARANG. Djamila Usup ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Rachmad Syafei, Ilmu Usul Fiqh, Pustaka Setia, Bandung, 1999, hlm. 283.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya, dan harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENANGUNG JAWAB ATAS TANGGUNGAN RESIKO IJARAH. perbolehkan penggunaanya, Jelas, mempunyai tujuan dan maksud, yang

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB IV ANALISIS DATA

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun landasan teori yang akan diuraikan adalah teori-teori yang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kebutuhan jasmaniyah dengan cara yang sebaik-baiknya. 1. yang bersifat universal dan komprehensif. 2

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UU NO 7 TAHUN 2004 TERHADAP JUAL BELI AIR IRIGASI DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENAHANAN SAWAH SEBAGAI JAMINAN PADA HUTANG PIUTANG DI DESA KEBALAN PELANG KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

Sukuk Ijarah. 1 Al Ma'ayir as Syar'iyyah, hal Dr. Hamid Mirah, Sukuk al Ijarah, hal

murtahin dan melibatkan beberapa orang selaku saksi. Alasan

BAB II TEORI JUAL BELI DALAM ISLAM DAN FATWA DSN MUI TENTANG PRAKTIK JUAL BELI SAHAM SYARIAH

BAB IV ANALISIS TERHADAP TRANSAKSI JUAL BELI HASIL BUMI DENGAN SISTEM PANJAR DI DESA JENARSARI GEMUH KENDAL

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN HARTA WAKAF Emas DI DESA NEROH KECAMATAN MODUNG KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KENAIKAN DENGAN SISTEM BON DI WARKOP CAHYO JAGIR SURABAYA

SILABUS BAHASA ARAB I SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PENGEMBANGAN ILMU AL-QUR`AN (STAI-PIQ) SUMATERA BARAT. Mata Kuliah.

Sebagaimana yang telah diriwayatkan Ibnu Umar ra :

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

A. Analisis Praktek Jual Beli Mahar Benda Pusaka di Majelis Ta lim Al-Hidayah

PENARIKAN KEMBALI HARTA WAKAF OLEH PEMBERI WAKAF (Study Analisis Pendapat Imam Syafi'i)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Praktik Denda bagi Pihak Penggadai Sawah oleh Penerima Gadai di Desa

BAB IV. A. Analisis terhadap Sistem Bagi Hasil Pengelolaan Ladang Pesanggem Antara

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

QARD DAN MURA>BAH}AH

BAB IV ANALISIS SADD AL-DH>ARI< AH TERHADAP JUAL BELI PESANAN MAKANAN DENGAN SISTEM NGEBON OLEH PARA NELAYAN DI DESA BRONDONG GANG 6 LAMONGAN

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

KONSEP UTANG DAN MODAL DALAM ISLAM. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam memperkenankan negara untuk mengatur masalah perekonomian agar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GADAI GANDA KENDARAAN BERMOTOR DI KELURAHAN PAGESANGAN KECAMATAN JAMBANGAN KOTA SURABAYA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

FATWA DEWAN SYARI AH NASIONAL

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI SISTEM NOTA KURANG LEBIH (NKL) DI INDOMARET SUKODONO KARANGPOH CABANG GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi maksud-maksudnya yang kian hari makin bertambah. 1 Jual beli. memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERPANJANGAN SEWA- MENYEWA MOBIL SECARA SEPIHAK DI RETAL SEMUT JALAN STASIUN KOTA SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara bahasa al-bai (jual beli) adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu. Menurut madzhab Maliki, Syafi i, dan Hanbali, jual beli sendiri adalah pertukaran harta dengan harta, dalam bentuk pemindahan kepemilikan. Definisi ini menekankan pada aspek kepemilikan, untuk membedakan antara tukar menukar harta/ barang yang tidak mempunyai akibat kepemilikan, contohnya adalah sewa menyewa. Islam memandang jual beli sebagai sarana tolong menolong sesama manusia. Sebab, transaksi dalam jual beli tidak hanya dilihat sebagai mencari keuntungan semata, tetapi juga dipandang sebagai bantu-membantu sesama saudara. Bagi penjual, ia memenuhi kebutuhan barang yang dibutuhkan pembeli. Sedangkan bagi pembeli, ia sedang memenuhi kebutuhan akan keuntungan yang sedang dicari oleh penjual. Atas dasar inilah jual beli merupakan aktivitas yang mulia, dan Islam memperkenankannya. Hukum Islam mengadakan aturan-aturan bagi keperluan-keperluan manusia untuk membatasi keinginan-keinginan, hingga memungkinkan manusia memperoleh maksudnya tanpa memberi mudharat kepada orang lain. 1 Dapat dipahami, bahwa inti dari jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang yang mempunyai nilai secara sukarela di antara 1994, hlm.57. 1 Nazar Bakri, Problematika Pelaksanaan Fiqh Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1

2 kedua belah pihak, yang satu menerima benda dan pihak lain yang menerima harga sesuai dengan perjanjian (ketentuan yang telah dibenarkan syara dan disepakati). 2 Maksud dari sesuai ketentuan hukum adalah, memenuhi persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dan hal-hal lainnya yang ada kaitannya dengan jual beli. Bila hal tersebut tidak terpenuhi berarti hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan syara. 3 Akad dilihat dari sifat yang diberikan syara atas kelengkapan rukunnya, terbagi menjadi akad shahih dan ghair shahih (menurut mayoritas ulama). Akad shahih adalah akad yang rukun dan syarat terpenuhi dengan sempurna. Sedangkan akad ghair shahih kebalikan dari akad shahih atau biasa disebut dengan akad batil atau fasid (interchangeable). Menurut Hanafiyah, akad jual beli terbagi menjadi shahih, fasid dan batil. Akad shahih adalah akad yang disyariatkan secara asalnya (rukun terpenuhi secara sempurna) atau tidak berhubungan dengan hak orang lain, serta tidak ada khiyar di dalamnya. Akad ini mempunyai implikasi hukum, yakni pindahnya kepemilikan barang dan adanya penyerahan harga. 4 2 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah: Membahas Ekonomi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, hlm. 68-69. 3 Ibid,Hendi Suhendi, hlm.69. 4 Dimyauddin Djawaini, Pengantar Fiqh Muamalah, Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008, hlm. 81-82.

3 Akad batil adalah akad yang salah satu rukunnya tidak terpenuhi. 5 Atau objek akad tidak bisa diserahterimakan, seperti akad jual beli yang dilakukan orang gila atau jual beli narkoba. Akad fasid adalah akad yang secara asal disyariatkan, tetapi terdapat masalah atas sifat akad tersebut. Seperti jual beli majhul (barang tidak dispesifikan secara jelas) yang dapat mendatangkan perselisihan. Ambil contoh, menjual rumah tanpa menentukan rumah mana yang hendak dijual dari rumah yang dimiliki. Menurut mayoritas para ulama, kedua akad ini tidak diakui adanya pemindahan kepemilikan. 6 Berkembangnya suatu zaman menjadikan jual beli semakin beraneka ragam. Salah satunya adalah bai al-wafa. Arti dari jual beli ini sendiri adalah jual beli yang dilangsungkan antara dua belah pihak, yang dibarengi dengan syarat bahwa barang yang dijual tersebut dapat dibeli kembali oleh penjual, apabila tenggang waktu yang ditentukan telah tiba. 7 Memang jual beli semacam ini terbilang unik, bahkan di zaman Nabi jual beli semacam ini belum ada. Bai al-wafa baru dikenal sekitar pertengahan abad V H di Bukhara dan Balkhan. Ketika itu di tengah-tengah masyarakat telah meluas sebuah kenyataan bahwa, si kaya yang mempunyai sejumlah uang tidak mau meminjamkan uangnya kepada orang yang membutuhkan (si miskin). Si kaya baru mau memberikan pinjaman uang, jika ia diberi hak untuk mengembangkan harta jaminannya. Sementara itu, mereka tahu bahwa memanfaatkan barang jaminan oleh penerima jaminan termasuk 5 Penjual bukan merupakan orang yang berkompenten (tidak memiliki ahliyah atau wiyah). 6 Ibid, Dimyauddin Djawaini, hlm. 82. 7 NasrunHaroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007, hlm. 157.

4 bagian dari riba dan dilarang oleh agama. Maka kemudian muncullah akad bai al-wafa. Dilihat dari sisi bahwa harta yang menjadi jaminan harus kembali lagi kepada pemilik harta, maka akad ini mirip dengan rahn. Namun, jika dilihat dari sisi bahwa harta yang menjadi jaminan tersebut bebas untuk diambil manfaatnya oleh penerima jaminan, akad ini mirip dengan bai. Sehingga, jual beli tersebut diperselisihkan di kalangan ulama. Para ulama seperti Maliki, Hambali dan Syafi i melarang bai alwafa karena beberapa alasan lain, selain yang disebutkan di atas, seperti: 1. Jual beli yang dibarengi dengan syarat termasuk jual beli yang dilarang oleh syara. Hal ini sesuai dengan hadits yang berbunyi: واخرجه فى علوم الحديث من رواية ابى حنيفة عن عمروالمذكوربلفظ( ى رسول االله صلى االله عليه وسلم عن بيع وشرط) Artinya: Dan hadits yang dikeluarkan dalam kitab ulum hadits dari riwayat Abu Hanifah, dari Amr yang disebutkan di atas, hanya ada tambahan lafazh: Rasulullah SAW melarang jual beli yang diiringi dengan syarat (HR Muslim, an-nasa i, Abu Daud, at- Tirmizi, dan Ibnu Majah). 8 2. Dalam suatu akad jual beli tidak dibenarkan adanya tenggang waktu. Karena, jual beli adalah akad yang mengakibatkan perpindahan hak milik secara sempurna dari penjual kepada pembeli. 3. Jual beli ini merupakan hilah yang tidak sejalan dengan maksud-maksud syara. 8 Ibnu Hajar al-asqalani, Bulughul Maram, terjemahan Moh. Machfuddin Aladin, Semarang: PT Toha Putra, hlm. 392.

5 Ulama Hanafiyah berbeda pendapat mengenai jual beli ini. Menurut mereka, akad bai al-wafa adalah sah dan tidak termasuk ke dalam larangan Rasulullah SAW yang melarang jual beli yang dibarengi dengan syarat. Sebab, sekalipun disyaratkan bahwa harta itu harus dikembalikan kepada pemilik semula, namun pengembalian itupun harus melalui akad jual beli. Penulis tertarik terhadap pendapat yang digunakan oleh ulama Hanafiyah. Penulis pun berusaha untuk membahas permasalahan tersebut lebih dalam lagi, dengan mengkaji kitab Raddul Muhtar karangan Ibnu Abidin (yang juga termasuk salah satu murid dari Imam Hanafi) sebagai pembuatan skripsi. Selain itu, penulis tertarik pula untuk mengetahui istinbat yang dipakai Ibnu Abidin dalam menentukan hukum bai al-wafa serta penerapan jual beli seperti ini di dalam muamalah modern masih relevankah atau tidak. B. Rumusan masalah Sebelum membahas lebih lanjut, penulis akan mencoba untuk mengidentifikasikan apa yang sebenarnya menjadi permasalahan di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pendapat dan istinbath Ibnu Abidin tentang bai al-wafa? 2. Bagaimana relevansi bai al-wafa dalam muamalah modern?

6 C. Tujuan penulisan Dalam penulisan skripsi ini ada beberapa tujuan yang dicapai oleh penulis: 1. Untuk mengetahui pendapat dan istinbath Ibnu Abidin tentang hukum bai al-wafa dalam hukum Islam. Mengingat dalam Islam jual beli semacam ini tidak pernah ada di zaman Nabi. 2. Dan untuk mengetahui relevansi bai al-wafa dalam muamalah modern. D. Telaah pustaka Dalam telaah pustaka ini, penulis akan mendeskripsikan penelitian yang akan penulis bahas. Sesuai dengan perkembangan peradaban manusia banyak bermunculan bentuk-bentuk transaksi yang beranekaragam. Ambil contoh mudahnya seperti halnya jual beli Bai al-salam(jual beli pesanan), Bai al-sharf (jual beli mata uang),bai al-urbun(pembayaran dengan uang muka) dll. Tapi, ada satu bentuk jual beli yang membuat penulis tertarik di antara jenis-jenis jual beli di atas, yaitu bai al-wafa. Kenapa demikian? Pertama, karena dalam jual beli ini, barang yang telah dijual dapat dibeli kembali oleh penjual semula, dengan disertai batas waktu yang ditentukan oleh kedua belah pihak. Kedua, bentuk jual beli ini menyerupai bentuk rahn. Maka jual beli inipun dikatakan sebagai jual beli dengan bentuk dua akad. Keberadaan jual beli inipun diperselisihkan di kalangan ulama, sebab batasan waktu yang diberikan oleh pembeli untuk memanfaatkan barang tidak dibenarkan dalam hukum Islam, karena yang menjadi perpindahan hak milik

7 secara sempurna adalah pemilikan barang secara mutlak, tanpa dibarengi dengan syarat (batasan waktu). Ulama Hanafiyah berbeda pendapat dalam menetapkan hukum bai al-wafa. Mereka tetap memperbolehkan jual beli ini, sebab syarat-syarat dalam akad jual beli telah terpenuhi (ijab dan kabul). Baik itu saat pembelian pertama, ataupun saat pembelian kedua. Bahkan jual beli seperti ini dapat menghindarkan masyarakat dari transaksi riba. Alasannya, dalam persoalan pemanfaatnya objek akad (barang yang dijual), statusnya tidak sama dengan ar-rahn, sebab barang yang menjadi objek akad benar-benar telah dibeli oleh pembeli. Seseorang yang telah membeli suatu barang, berhak sepenuhnya atas pemanfaatan barang. Hanya saja, barang itu harus dijual kembali kepada penjual semula dengan harga penjualan pertama. Menurut ulama Hanafiyah, itupun bukan merupakan suatu cacat dalam jual beli. Penulis berupaya mencari buku-buku yang membahas tentang jual beli ini, karena penulis ingin membahas permasalahan ini lebih dalam lagi. Akhirnya penulis menggunakan pendapat ulama Hanafiah (Ibnu Abidin), yang kontras dengan pendapat ulama-ulama lainnya, untuk membahas bai al-wafa. Dalam penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan, tidak ditemukan topik yang sama, tetapi ada beberapa karya ilmiah yang memiliki kesamaan tokoh. Beberapa karya ilmiah tersebut antara lain ; 1. Skripsi milik Ahmad Shofwan dengan judul Studi Analisis Pendapat Ibnu Abidin Tentang Tukar Guling (Ruilslag) Terhadap Tanah Wakaf. Dalam

8 skripsi tersebut dijelaskan bahwa tukar guling tanah wakaf menurut Ibnu Abidin diperbolehkan. Dalam metode istinbat tersebut, Ibnu Abidin mendasarkan dalil yang menyebabkan dia berpaling dari qiyas menuju istihsan karena adanya maslahah. Sebab, jika tanah wakaf tidak ditukar guling, maka akan mendatangkan mafsadah. 9 2. Skripsi milik Yuniyanto dengan judul Studi Analisis Pendapat Ibnu Abidin Tentang Wakaf Barang Yang Digadaikan. Dalam skripsi ini menjabarkan tentang hukum wakaf barang gadai. Ibnu Abidin masih menganggap relevan wakaf barang gadai. Alasannya, banyak sekali barang yang digadaikan dibiarkan tidak bermanfaat, bahkan menjadi beban tanggungan penggadai karena berkurangnya nilai suatu barang. Maka hukum dalam wakaf tersebut diperbolehkan, karena barang yang gadai yang tertelantarkan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain. Dalam hal ini kedua pihak mendapatkan kebaikan, yaitu penggadai telah mewakafkan barang yang dimiliknya dan pemegang gadai membantu penggadai untuk melakukan kebaikan. 10 Memang, kajian tentang jual beli telah banyak ditulis dan dikaji. Sepanjang pengetahuan penulis, masalah jual beli bai al-wafa belum ada yang membahas. Oleh karena itu, penulis terinspirasi untuk membahas masalah tersebut lebih lanjut, serta ke depannya dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu keagamaan. 9 Ahmad shofwan, Studi Analisis Pendapat Ibnu Abidin Tentang Tukar Guling (Ruilslag) Terhadap Tanah Wakaf, (skripsi IAIN Wali Songo 2007). 10 Yuniyanto, Studi Analisis Pendapat Ibnu Abidin Tentang Wakaf Barang Yang Digadaikan,(skripsi IAIN Wali Songo 2008).

9 E. Metode penulisan 1. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), di mana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif, karena itu data-data disajikan dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka-angka. 2. Sumber data a. Data primer Sumber utama (primer) yaitu sumber literatur utama yang berkaitan langsung dengan obyek penelitian. Sumber primer dalam penelitian ini adalah kitab Raddul Muhtar Ala al-dar al-muhtar Syarah Tanwir al-abshar, juz V karangan Ibnu Abidin, yang merupakan sebuah hasyiyah (ringkasan) yang terdiri dari 14 juz. Kitab ini merupakan kitab fiqih populer yang disusun sesuai dengan madzhab Hanafi. Buku ini banyak sekali menguraikan permasalahan yang muncul di zamannya dengan menggunakan metode yang berlaku pada madzhab Hanafi. Kitab ini merupakan syarah dari kitab Raddul Muhtar yang merupakan syarah dari Tanwir Al-Absar. Tanwir Al-Absar adalah kitab karya Muhammad Amin Al-Syahir Bi Ibnu Abidin, kitab ini disusun sangat ringkas dengan sistematika fiqih, dan di tahqiq-kan oleh Ali Ma ud dan Adil Abdul Mawjud.

10 b. Data sekunder Data sekunder dalam penulisan skripsi ini adalah data-data dan dokumen untuk memberikan penjelasan-penjelasan terkait dengan pokok permasalahan yang penulis bahas. Dan data-data sekunder antara lain; 1) Muhammad Amin Al-Syahir Ibnu Abidin, Raddul Muhtar Ala al-dar al-mukhtar Syarah Tanwir al-abshar, Juz I 2) Wahbah al-zuhaily, al-fiqh al-islamiy wa Adillatuhu 3) Sayyid Al-Imam Muhammad Ibn Ismail al-kahlani Al-Sun ani, Subul Al-Salam Sarh Bulugh Al-Maram Minjami Adilati Al Ahkam 4) Al Imam Khafid Abal Ulam Muhamad Abdurahman Ibnu Abdurarahim Mubarikafuri, Tuhfatul Adfal Syarih Jami Tirmidzi 3. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data diperoleh melalui prosedur yang sistematik, dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. 11 Dalam penulisan skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data lewat penelitian kepustakaan terhadap buku-buku yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang penulis kaji. 4. Analisis data Dalam menganalisis penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yang berusaha menggambarkan, menganalisa dan menilai data yang terkait dengan masalah di atas. Metode ini digunakan untuk memahami sebab-sebab pendapat dan dasar hukum yang dipakai oleh Ibnu 11 Moh. Nazir, Metode Penelitian,Jakarta Timur : Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 211.

11 Abidin dalam menentukan hukum bai al-wafa. Sedangkan langkahlangkah yang digunakan oleh penulis adalah dengan mendeskripsikan bai al-wafa baik yang berkaitan dengan pendapat ulama maupun dasar hukum yang dipakai. F. Sistematika penulisan Untuk lebih memudahkan dalam membaca dan memahami isi dari skripsi ini secara keseluruhan, penulis membuat sistematika atau garis besar dari penulisan skripsi ini yang terbagi atas 5 (lima) bab, dengan sub-sub bab yang masing-masing diuraikan sebagai berikut ini: BAB I : Pendahuluan Di dalam bab ini, penulis memaparkan sistematika penulisan skripsi, yang dimulai dari latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan, telaah pustaka, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : Jual beli dalam hukum Islam Bab ini menguraikan tentang pengertian dan hukum jual beli, syarat dan rukun jual beli, batalnya akad jual beli, pembagian jual beli, jual beli yang diperselisihkan. BAB III: Pendapat Ibnu Abidin tentang bai al-wafa dalam kitab Raddul Muhtar Bab ini menguraikan tentang biografi Ibnu Abidin, pokok-pokok pemikiran Ibnu Abidin, pendapat Ibnu Abidin tentang kebolehan

12 bai al-wafa, istinbat Ibnu Abidin tentangbai al-wafa dalam kitab RaddulMuhtar. BAB IV: Analisis pendapat Ibnu Abidin tentang bai al-wafa dan penerapannya dalam muamalah modern Bab ini merupakan analisis yang memaparkan tentang istinbat Ibnu Abidin tentang diperbolehkannya bai al-wafa dalam kitab Raddul Muhtar dan kerelevanan bai al-wafa dalam muamalah modern. BAB V: Penutup Bab ini merupakan penutup dari uraian skripsi ini dengan memuat kesimpulan, yang dapat ditarik dari uraian-uraian dan pembahasan bab terdahulu serta saran-saran yang dikemukakan sehubungan dengan jual beli bai al-wafa.