BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ana Supriana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berpikir Kritis (Critical Thinking)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

M, 2016 PENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA MELALUI MODEL PROJECT BASED LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA FLIP CHART DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perubahan kurikulum 2006 menjadi kurikulum 2013 siswa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan oleh sel-sel saraf yang milyaran jumlahnya. Dalam pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. guru untuk mengetahui dan memperbaiki proses maupun hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

percaya diri siswa terhadap kemampuan yang dimiliki.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan hasil pengolahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

mengenai pentingnya menghadirkan peristiwa masa lalu tersebut didukung oleh pendapat Ismaun (2005: 224) yang mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tingkat keberhasilan yang maksimal. Banyak orang yang sulit

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berpikir merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Adapun alasannya, Yasir Burhan mengemukakannya sebagai berikut;

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MENGGUNAKAN METODE STUDI KASUS PADA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Ninah Hasanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nur Fildzah Amalia, 2015

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode debat merupakan salah satu bentuk dari metode diskusi. Pada dasarnya kedua metode tersebut memiliki kesamaan, yaitu mengambil sebuah keputusan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya dalam metode diskusi lebih mencari titik pertemuan pendapat mengenai suatu permasalahan. Berbeda dengan metode debat yang lebih menekankan pada mempertahankan suatu pendapat dengan argumen-argumen yang mendukung pendapat tersebut. Pembelajaran dengan menggunakan metode debat menurut Silberman (2009: 127) dapat menjadi sebuah metode berharga untuk mengembangkan pemikiran dan refleksi, khususnya jika para peserta didik diharapkan mengambil posisi yang bertentangan dengan pendapatnya. Berdasarkan pendapat tersebut maka metode debat merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa. Metode debat merupakan suatu metode pembelajaran dengan memberikan sebuah isu kontroversial atau materi yang dapat diperdebatkan. Isu kontroversial yang diberikan akan membentuk dua kelompok, yaitu kelompok pro dan kontra terhadap pandangan isu kontroversial tersebut. Peserta didik menentukan pendiriannya yang bergabung dalam kelompokkelompok sesuai dengan pendiriannya. Hal tersebut ditujukan kepada siswa untuk beradu argumen dengan kelompok yang memiliki pendirian yang berbeda. Adanya perbedaan pendapat tersebut akan membuat siswa mengemukakan pendapat yang mampu menguatkan pendirian yang telah ditentukannya. Oleh karena itu, siswa tidak akan sembarangan dalam mengemukakan pendapat, tetapi mengalami proses berpikir sebelum mengemukakan pendapat. Dengan demikian, metode debat mampu membuat

2 siswa berpikir untuk mengemukakan pendapat yang mampu mempertahankan pendapatnya. Metode debat yang diterapkan dalam pembelajaran di kelas akan membuat siswa mengemukakan pendapat maupun gagasannya. Pengajar yang melihat siswa yang mengemukakan pendapatnya akan mengetahui pemikiran siswa mengenai materi yang telah diberikan, mengetahui sejauh mana siswa memahami pelajaran yang telah diberikan, dan memacu siswa untuk mampu berpikir kritis. Salah satu potensi yang dikembangkan dalam pembelajaran di kelas adalah potensi intelektual atau kercerdasan. Cerdas berbeda dengan pintar. Menurut James (1998: 247) orang-orang yang terlalu pintar kadang membuat keputusan yang terlalu cepat sehingga mereka luput memperhatikan kesalahan kritis dalam proses yang terlalu cepat itu. Ini disebabkan terlalu banyak informasi di dalam pikirannya tanpa pemilihan informasi sehingga cenderung tidak mempertimbangkan konsekuensi dari pengambilan keputusan. Berbeda dengan orang cerdas yang melakukan pemikiran mendalam sebelum mengambil sebuah keputusan. Seperti pendapat yang dikemukakan Hasan (2008: 2) manusia cerdas mengandung makna bahwa ia berpikir cerdas, melakukan sesuatu pada waktu yang tepat dengan tindakan yang tepat pula, dan bersikap terhadap sesuatu secara cerdas. Dengan demikian, pembelajaran yang diterapkan di kelas sebaiknya mengembangkan kemampuan kecerdasan peserta didik. Kecerdasan peserta didik akan berkembang dengan baik jika dilaksanakan pengajaran yang mampu mengembangkan potensi intelektual tersebut. Memori cerdas adalah hasil dari proses pendidikan yang panjang dan terus menerus mengenai berpikir kritis (Hasan, 2008 : 2). Pembelajaran di kelas mampu mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Ini sesuai dengan tujuan pembelajaran sejarah dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22 tahun 2006 mengenai Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu

3 (1) Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan. (2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. (3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau. (4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang. (5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Berdasarkan tujuan pembelajaran di atas terdapat poin ke dua yang berisi melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan. Dengan demikian dalam pembelajaran sejarah, ditekankan pada melatih kemampuan berpikir kritis, yaitu menggunakan kecerdasannya dalam memanfaatkan informasi sehingga dalam pembelajaran sejarah siswa dapat memahami peristiwa sejarah yang didukung oleh bukti-bukti atau fakta-fakta sejarah melalui pendekatan ilmiah. Pembelajaran sejarah memuat banyak fakta-fakta, konsep, peristiwa, tokoh, ruang dan waktu. Pelaksanaan pembelajaran sejarah seharusnya tidak membuat siswa mengetahui seluruh materi sejarah karena akan membuat siswa menghafal tanpa ada pemahaman mengenai materi sejarah tersebut. Ini sesuai dengan pendapat Hasan (2008: 3) yang menyatakan bahwa jika pembelajaran sejarah tidak mengembangkan kemampuan berpikir kritis maka pendidikan sejarah hanya akan jadi beban hafalan peserta didik, tidak menjadikan peerta didik semakin cerdas kecuali semakin banyak tahu, dan tidak pula mampu mengembangkan semangat kebangsaan yang penuh daya saing positif. Pembelajaran sejarah seharusnya mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam menelaah peristiwa sejarah. Kochhar (2008: 55) berpendapat bahwa sejarah melatih kemampuan mental seperti berpikir kritis, dan menyimpan ingatan dan imajinasi. Pembelajaran sejarah

4 tidak menjadikan siswa sekedar mengetahui materi sejarah seperti faktafakta, konsep, peristiwa, tokoh, ruang dan waktu. Pembelajaran sejarah yang baik adalah mampu membuat siswa memahami materi sejarah tersebut sehingga materi sejarah tidak menjadi hafalan semata. Akan tetapi materi sejarah akan diingat siswa berdasarkan pemahamannya. Kemampuan berpikir kritis penting untuk dimiliki, bukan hanya dalam pembelajaran di kelas saja tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Moore dan Parker (1986: 4-5) The ability to think critical thinking is vitally important. In fact, our lives depend on it, since the way we conduct our lives depends on what claims we believe on what claims we accept. The more carefully we evaluate a claim, and the more fully we separate issues that are relevant to it from those that are not, the more critical is our thinking. Kemampuan berpikir kritis penting karena dalam kehidupan setiap individu bergantung kepada yang dipercayainya. Berhati-hati dalam mengevaluasi informasi dan mempertimbangkan kesesuaian informasi yang diterima merupakan lebih kritis dari sebuah pemikiran. Dengan demikian, penting untuk siswa memiliki kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa adanya latihan. Ini didukung oleh pendapat Moore dan Parker (1986: 4-5) yang menyatakan bahwa...critical thinking is skill that you simply cannot become good without practicing. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Hasan (2008 : 3) yang menyatakan bahwa Suatu kebiasaan adalah kemampuan yang harus dikembangkan melalui pendidikan, dalam suatu proses yang panjang, terus menerus dan berkesinambungan sebagaimana halnya dengan pendidikan yang mengembangkan keterampilan, nilai, dan sikap. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis yang diterapkan dalam pembelajaran sehari-hari siswa akan menciptakan kebiasaan berpikir kritis. Pembelajaran sejarah mendorong dan melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam memahami fakta-fakta sejarah dan memahami peristiwa sejarah. Fenomena sejarah berulang sehingga dengan kemampuan berpikir

5 kritis siswa mampu menggunakan kecerdasannya untuk mengkaji peristiwa sejarah dan mampu mengaplikasikan nilai atau sikap yang dipelajari dari pembelajaran sejarah dalam kehidupan. Dengan demikian dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah, guru harus menciptakan situasi yang mampu merangsang aktivitas siswa dalam berpikir serta mengemukakan pendapat maupun pemikirannya. Prakteknya di kelas, pembelajaran sejarah cenderung pada pemaparan fakta-fakta, konsep, peristiwa, tokoh, ruang dan waktu. Ini dapat dilihat dalam pembelajaran sejarah di kelas X MIA 8 SMA Negeri 24 Bandung. Selama observasi, pembelajaran sejarah menggunakan metode diskusi dengan kelompok presentasi yang bertugas memaparkan materi dan kesempatan peserta diskusi untuk mengajukan pertanyaan dan menambahkan gagasan. Pembelajaran sejarah berlangsung dengan metode diskusi dengan beberapa siswa dalam kelompok menyampaikan materi sejarah mengenai pengertian sejarah dengan media power point sedangkan siswa lainnya berperan sebagai peserta diskusi. Siswa menyampaikan materi dengan membacakan isi dari power point tersebut yang kemudian guru meminta siswa mencatat materi yang dianggap penting dalam power point dan siswa pun mencatatnya di buku catatan atau di laptopnya. Pada bagian pemaparan materi selanjutnya, siswa menampilkan slideslide power point yang berisi fakta-fakta dan konsep-konsep. Peneliti sebagai observer saat itu melihat ada beberapa siswa yang mengobrol, menguap, dan menaruh dagu di atas bangku atau di atas tangan. Setelah presentasi selesai, siswa sebagai presentator menyimpulkan materi yang telah disampaikan dan berlanjut pada sesi tanya-jawab. Pada sesi tanya-jawab ini, ada beberapa siswa yang mengangkat tangannya tanda ingin bertanya. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan siswa merupakan pertanyaan yang jawabannya tidak ada di buku teks. Siswa sebagai presentator pun menjawab pertanyaan dengan logis serta bukti-bukti yang diketahui oleh siswa. Ada pun siswa lain sebagai peserta diskusi mengemukakan pendapatnya mengenai hal yang ditanyakan dan ada di

6 antara siswa yang tidak diberi kesempatan untuk mengemukakan pertanyaan serta gagasannya dikarenakan waktu pelajaran yang terbatas. Berdasarkan pemaparan pelaksanaan pembelajaran tersebut memperlihatkan bahwa pembelajaran sejarah terpaku pada pemaparan faktafakta, konsep, peristiwa, tokoh, ruang dan waktu. Ini akan mengakibatkan pembelajaran sejarah hanya sebatas kemampuan mengingat saja yang merupakan kemampuan rendah. Seharusnya pembelajaran sejarah menekankan pada pemahaman siswa bahwa untuk memahami masa sekarang harus pula memahami masa lalu sehingga siswa sadar akan pentingnya belajar pelajaran sejarah. Pemaparan pelaksanaan pembelajaran sejarah di kelas tersebut memperlihatkan pula siswa sudah memiliki kemampuan bertanya dan mampu menjawab dengan menggunakan kemampuan berpikirnya serta mengemukakan gagasannya. Akan tetapi dalam pembelajaran sejarah menggunakan metode diskusi yang hanya berisikan pemaparan fakta atau bukti sejarah. Sangat disayangkan dalam pembelajaran sejarah didominasi dengan pemaparan fakta atau bukti sejarah saja di kelas dengan siswa yang telah memiliki kemampuan berpikir. Upaya memperbaiki permasalahan tersebut, peneliti menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar dapat mengembangkan kemampuan berargumentasi yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, penetiti memilih metode debat yang digunakan dalam pembelajaran di kelas. Metode debat dalam penelitian ini menggunakan metode debat aktif yang dipaparkan oleh Silberman (2009: 127) yaitu dengan memberikan isu kontroversial yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas X MIA 8 peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Dengan Menggunakan Metode Debat (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 24 Bandung Kelas X MIA 8).

7 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah utama yang akan dibahas adalah Bagaimana upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode debat di SMA Negeri 24 Bandung Kelas X MIA 8?. Untuk lebih memfokuskan permasalahan, maka disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah merencanakan metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 24 Bandung Kelas X MIA 8? 2. Bagaimanakah melaksanakan metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 24 Bandung Kelas X MIA 8? 3. Bagaimana hasil upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode debat di SMA Negeri 24 Bandung Kelas X MIA 8? 4. Bagaimana upaya mengatasi kendala dalam penerapan debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 24 Bandung Kelas X MIA 8? C. Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan berbagai hal yang berkaitan dengan penerapan debat pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti adalah: 1. Merencanakan pembelajaran sejarah yang akan dilaksanakan dengan menggunakan debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Mengupayakan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat.

8 3. Mendapatkan hasil dari upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. 4. Membuat solusi untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran sejarah yang akan dilaksanakan dengan menggunakan debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. D. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam memperbaiki kualitas belajar dan pembelajaran di kelas. Manfaat penelitian ini terdiri dari dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan praktis, diantaranya: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode debat. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi atau masukan bagi mahasiswa di bidang pendidikan maupun guru untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti sebagai pengalaman melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode debat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa yaitu dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. Selain itu, penelitian ini bermanfaat bagi guru dan sekolah yaitu dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan metode debat dan dapat meningkatkan kualitas kemampuan berpikir kritis siswa di sekolah tersebut. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berhubungan secara langsung ataupun tidak langsung dalam

9 bidang pendidikan, khususnya pada pendidikan SMA Negeri 24 Bandung dalam pembelajaran sejarah. E. Stuktur Organisasi Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab yang berisi sebagai berikut: Bab I yaitu pendahuluan yang berisi mengenai pemaparan beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Bab II yaitu kajian pustaka, berisi mengenai berbagai literatur yang digunakan dalam penelitian upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. Bab III yaitu metode penelitian yang berisi mengenai metode penelitian dan desain yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. Bab IV yaitu pembahasan yang berisi uraian mengenai pembahasan dan hasil penelitian yang merupakan uraian penjelasan terhadap aspek-aspek yang dijadikan rumusan masalah dalam penelitian upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat. Bab V yaitu kesimpulan yang perisi paparan mengenai kesimpulan dari penelitian upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan metode debat.