Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali Abstrak LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LATIHAN FISIK TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF LANSIA DI DESA NGESREP KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

Menuju Desa Siaga Sehat Jiwa

PERBEDAAN LINGKUP GERAK SENDI FUNGSIONAL TRUNK PADA LANSIA DI POSYANDU ASOKA DAN POSYANDU JAGA RAGA VII

BAHAN AJAR GIZI OLAHRAGA DEHIDRASI. Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang secara menyeluruh. Termasuk pembangunan di bidang kesehatan.

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. data statistik yang menyebutkan bahwa di Amerika serangan jantung. oleh penyakit jantung koroner. (WHO, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

Komunitas Senam Sehat di Desa Bener, Purworejo

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian berdampak kepada peningkatan proporsi lanjut. adalah suatu proses menghilangnya secara

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang. Efek

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap. lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup (Nugroho, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, terutama. dari masyarakat dan ilmu pengetahuan masyarakat, akan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, yang menyebakan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. satu sasaran dalam pembangunan di Indonesia. Hal ini ditandai dengan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan olahraga senam aerobic. Namun masih banyak penderita DM. WHO (World Health Organization) kasus penyakit DM meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

Maria Dewi Christiyawati

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini di seluruh dunia jumlah lanjut usia (lansia) diperkirakan mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan mengakibatkan. meningkatnya usia harapan hidup manusia (life expectancy).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, temasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotik yang mampu

YANDU LANSIA dr. Kartika Ratna Pertiwi JURDIK BIOLOGI FMIPA UNY YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia (lanjut usia) bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

B. Tujuan Umum : Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab kematian urutan ke-3 di negara-negara maju setelah

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan angka kematian ibu merupakan salah satu masalah besar di negeri

Disusun Oleh : SARI INDAH ASTUTI F

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN SIKAP DAN PERILAKU TENTANG NYERI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA KUSUMA DESA PALUR MOJOLABAN SUKOHARJO

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke adalah salah satu penyakit kardiovaskuler yang berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

kehidupan yaitu anak, dewasa, dan tua. Seseorang yang melewati fase dewasa usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya dikatakan sebagai lanjut usia.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN KETERLIBATAN DALAM MOBILISASI DINI PASIEN STROKE DI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia tahun 2008, 2009 dan 2012 yang telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

Transkripsi:

Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali Andreany Kusumowardani, SKM, MCEP * Endang Sri Wahyuni, SST, MPH* *) Jurusan Okupasi Terapi, Poltekkes Kemenkes Surakarta Abstrak Proses degeneratif yang terjadi seiring dengan menuanya seseorang, akan menyebabkan berbagai masalah fisik, kognitif, psikologis, dan sosial. Latihan fisik, seperti senam, telah terbukti memberikan manfaat besar bagi kesehatan, baik untuk jasmani maupun kesehatan mental dan kognitif. Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan aktivitas yang menyehatkan serta mampu meningkatkan daya tahan fisik, kemampuan mental berpikir, motivasi, serta interaksi sosial lansia di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali. Metode yang dilakukan meliputi kegiatan penyuluhan tentang manfaat olah raga bagi lansia, pemberian modul senam, serta pelaksanaan kegiatan senam bersama. Secara obyektif, kegiatan ini memberikan manfaat pada peningkatan aspek mental lansia, khususnya pada memori dan kemampuan mengikuti instruksi, serta tekanan darah yang lebih terkontrol. Sedangkan secara subyektif, dengan mengikuti kegiatan senam secara rutin lansia merasa lebih sehat dan bertenaga, keluhan pegal, sakit punggung, dan mudah lelah berkurang. Secara umum, lansia merasakan manfaat dari kegiatan senam yang dilaksanakan, sehingga kegiatan ini terus dilanjutkan walaupun kegiatan pengabdian masyarakat telah berakhir. I. LATAR BELAKANG Kelompok lanjut usia (lansia) di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan dalam jumlah dan proporsinya seiring dengan peningkatan angka harapan hidup, yaitu 5,3 juta jiwa atau 4,48% pada tahun 1971 dan meningkat secara signifikan menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34% pada tahun 2010 (Kuntjoro, 2002). Adanya peningkatan jumlah lansia yang cukup besar ini dapat menimbulkan permasalahan baru. Proses degeneratif yang terjadi seiring dengan menuanya seseorang, akan menyebabkan berbagai masalah fisik, kognitif, psikologis, dan sosial (Dewi et al., 2007). Penurunan fungsi kognitif umumnya dialami lansia sebagai akibat dari proses penuaan. Dampak dari penurunan fungsi kognitif ini akan menyebabkan keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas 1

fungsional. Kecelakaankecelakaan kecil dapat terjadi akibat penurunan kewaspadaan, dan rasa cemas serta ketakutan dapat meningkat akibat gangguan orientasi. Kemampuan berpikir, daya ingat, dan pemecahan masalah yang berkurang menyebabkan lansia kesulitan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, bahkan dalam aktivitas rutin yang sebelumnya dapat dilakukan dengan mudah. Banyak literatur telah mengungkapkan bahwa latihan fisik memberikan manfaat besar bagi kesehatan. Aktivitas ini tidak hanya mencegah dan mengurangi resiko berbagai penyakit, tetapi secara klinis juga berperan dalam penyembuhan dan pemulihan dari penyakit (Powers & Howley, 2001). Hal ini dimungkinkan karena latihan fisik menyebabkan berbagai perubahan fisiologis yang memberikan dampak positif bagi tubuh, seperti memperbaiki kerja jantung, memperlancar aliran darah, mengontrol kadar gula darah, serta meningkatkan kekuatan otot dan daya tahan tubuh (Wilmore, Castill, & Kenney, 2008). Selain memberikan manfaat jasmani, latihan fisik juga berperan dalam kesehatan mental dan kognitif. Latihan fisik dapat menurunkan ketegangan dan kelelahan pikiran, meningkatkan motivasi, memberikan perasaan keberhasilan (a sense of achievement), meningkatkan kegembiraan, dan kehidupan sosial yang lebih baik (Mental Health Foundation, 2012). Desa Ngesrep merupakan salah satu desa di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali yang memiliki penduduk cukup banyak, yaitu 6099 jiwa. Jumlah penduduk Ngesrep yang tergolong lansia sebanyak 1748 orang, hampir 1/4 penduduk termasuk lansia (diatas 45 tahun menurut kriteria WHO). Di Desa Ngesrep terdapat Posyandu Lansia namun kegiatan yang 2

dilaksanakan sebatas pengukuran berat badan dan pembagian makanan tambahan. Sesekali saja dilaksanakan senam lansia maupun penyuluhan yang dilakukan oleh kader maupun petugas kesehatan lainnya. Tidak semua lansia mengikuti kegiatan dikarenakan berbagai alasan situasi, kondisi dan kepentingan yang lain. Tidak banyak kegiatan yang dilakukan oleh lansia di sana, khususnya yang sudah tidak produktif lagi. Para lansia yang non aktif ini akan mengalami penurunan fungsi fisik dan mental yang lebih cepat dibandingkan lansia yang aktif. Dalam jangka panjang hal ini akan menimbulkan dampak pada ketidakmampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau aktivitas kehidupan sehari-hari. Selain itu, ditemukan beberapa lansia yang memiliki penyakit kronis seperti hipertensi, Diabetes Mellitus, rematik, bahkan pasca stroke di wilayah tersebut. Melalui kegiatan pengabdian masyarakat ini diharapkan lansia di Desa Ngesrep dapat memiliki pemahaman mengenai pentingnya melakukan aktivitas fisik untuk kesehatan fisik dan mental serta termotivasi untuk melakukannya secara teratur. Kegiatan senam ini dilaksanakan di Posyandu lansia sehingga membuat kegiatan Posyandu semakin bervariasi dan dapat menarik minat para lansia untuk mengunjungi Posyandu. II. PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan dengan pendekatan individual dan kelompok. Untuk mencapai target sasaran dilakukan koordinasi dan kerja sama dengan pihak terkait khususnya kader kesehatan, pemangku wilayah (kepala desa, kepala dusun, dan ketua RT) serta petugas kesehatan (bidan desa) di Desa Ngesrep. Pendekatan yang dilakukan meliputi penyuluhan kesehatan mengenai manfaat olah raga bagi lansia, pemaparan 3

hasil penelitian mengenai pengaruh latihan fisik (senam) terhadap kemampuan kognitif lansia, pemberian modul senam lansia, dan pelaksanaan aktivitas senam lansia. Modul senam yang diberikan diharapkan dapat memfasilitasi para kader Posyandu untuk melanjutkan kegiatan ini meskipun kegiatan pengabdian masyarakat telah berakhir. Kegiatan pengabdian masyarakat Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali ini telah berjalan dengan baik. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat dapat tercapai. Melalui pemeriksaan MMSE dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan pada aspek mental dan kognitif lansia khususnya pada memori dan kemampuan mengikuti instruksi. Dari pemeriksaan tekanan darah dapat diketahui bahwa beberapa lansia yang biasanya tekanan darahnya tinggi menjadi berkurang melalui senam tersebut. Sedangkan dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa para lansia tersebut merasakan manfaat senam terhadap kesehatannya, antara lain tidak mudah capek, pegalpegal berkurang, sakit punggung dan salah urat pada leher berkurang. Seorang lansia pasca stroke menceritakan bahwa saat pertama kali mengikuti kegiatan senam ini, ia masih belum mampu mengangkat tangannya ke atas, keseimbangannya saat berjalan juga belum stabil, beberapa persendian terasa nyeri ketika digerakkan serta merasa pusing saat memutar kepala. Namun setelah beberapa kali mengikuti kegiatan senam ini, ia merasakan peningkatan kesehatan yang cukup besar. Sekarang ia mampu mengangkat tangan lurus ke atas, keseimbangan jalannya semakin baik, tidak merasakan nyeri sendi, serta tidak merasa pusing saat memutar kepala. Lansia ini menjadi rajin mengikuti kegiatan senam, bahkan 4

meneruskan kegiatan tersebut di rumah karena merasakan manfaat yang besar dari senam tersebut. Respon masyarakat, khususnya para lansia cukup bagus. Mereka sangat antusias mengikuti kegiatan senam dan penyuluhan yang diberikan. Kegiatan senam ini semula menjadi bagian dari kegiatan Posyandu lansia yang dilaksanakan sebulan sekali. Tetapi karena antusiasme masyarakat yang cukup tinggi, maka kegiatan ini dilaksanakan setiap 2 minggu. Bahkan masyarakat juga mengupayakan sehingga dalam setiap kegiatan senam disediakan minuman dan makanan sekedarnya untuk memberikan motivasi dan menanmbah semangat. Sekarang, kegiatan senam ini telah menjadi bagian dari rutinitas para lansia di Desa Ngesrep. III. KESIMPULAN Kegiatan pengabdian masyarakat Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali membantu lansia dalam mempertahankan tingkat status kesehatannya. Kegiatan ini memberikan aktivitas yang menyehatkan sehingga lansia dapat mempertahankan dan meningkatkan kemampuan fisik (daya tahan tubuh dan ketangkasan), mental, dan kognitif serta memfasilitasi interaksi sosial. Bahkan kegiatan ini telah menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat di mana masyarakat memiliki kesadaran akan pemeliharaan kesehatan sehingga mengupayakan senam ini tetap berlangsung walaupun kegiatan pengabdian masyarakat dari Poltekkes Surakarta telah berakhir. REFERENSI Dewi, S.Y., Danardi., Dharmono S., Heriawan, C., Aries, W., dan Ariawan, I. (2007). Faktor- 5

faktor yang berperan terhadap terjadinya Depresi pada Pasien Geriatri yang di rawat di RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Dalam Cermin Dunia Kedokteran Vol.34 no.3/156 Depresi Tahun 2007. Jakarta: Grup PT Kalbe Farma Tbk. Kuntjoro, Z.S. (2002). Masalah kesehatan jiwa lansia. Diakses 4 Desember 2010 dari: http://www.epsikologi.com/ep si/lanjutuisa_detail.asp?id=182-17k-. Mental Health Foundation. (2012). Exercise and Mental Health. Diakses 13 Maret, 2012, dari http://www.mentalhealth.org. uk/help-information/mentalhealth-a-z/e/exercise-mentalhealth/ Powers, S.K. & Howley, E.T. (2001). Exercise Physiology Theory and Application to Fitness and Performance (4 th ed). New York: Mc Graw Hill Wilmore, J.H., Costill, D.L. & Kenney, W.L. (2008). Physiology of Sport and Exercise (4 th ed). Illinois: Human Kinetics 6