BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENETAPAN BONUS DALAM AKAD WADI AH DI ARTHA GROUP JEPARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Pemberian Bonus Pada Produk Simpanan Mitra Sahabat

BAB III PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI ARTHA GROUP JEPARA

Nama : Agus Hermawan,SH. Jabatan : Ketua Sibrata. Alamat : Panggang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS PENERAPAN AKAD WADI AH PADA PRODUK TABUNGAN ZIARAH DI KOPENA PEKALONGAN

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Simpanan Pelajar (SIMPEL) KSPPS BMT Al-Hikmah Ungaran

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN LAPORAN PENELITIAN. wawancara langsung, penulis mendapatkan data-data yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manusia tanpa terkecuali dalam kegiatan di perbankan. Hal ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal wat Tamwil dan Koperasi Syariah merupakan lembaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Sekilas Tabungan Wisata Sejarah Tabungan Wisata

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Praktek Pemberian Hadiah dalam Penghimpunan Dana Di. 1. Analisis Akad Penghimpunan Dana di KJKS BINAMA Semarang

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB IV ANALISIS PENERAPAN AKAD MUDHARABAH SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PRODUK PENGHIMPUNAN DANA DI BANK SYARI AH MANDIRI KUDUS

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

GIRO DAN DEPOSITO A. PENGERTIAN GIRO

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dan menengah seperti pasar tradisional, wilayah usaha kecil dan menegah,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN MINAT NASABAH TERHADAP PRODUK TABUNGAN TABUNGAN DI BANK BNI SYARIAH KCP DIPONEGORO SURABAYA

BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

MENELUSURI FATWA DSN-MUI TENTANG EKONOMI SYARI AH (Produk Penghimpunan Dana)

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari studi banding penulis membandingkan dan menganalisa dari

BAB II LANDASAN TEORI. Tinjauan Umum Tentang Bagi Hasil Dan Bonus Simpanan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Strategi Penghimpunan Dana dalam Upaya Meningkatkan

BAB V PEMBAHASAN. Untuk mengetahui persentase sumbangan pengaruh variabel pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dua istilah, yaitu baitul maal dan baitul tamwil. Secara harfiah baitul maal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

Mura>bahah adalah istilah dalam fikih Islam yang

BAB II LANDASAN TEORI

Materi 6 Produk Penghimpunan Dana. by HJ. NILA NUROCHANI, SE., MM.

BAB IV PENERAPAN PRINSIP SYARIAH DALAM GIRO WADI AH DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah merupakan suatu perwujudan permintaan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah merupakan salah satu inovasi yang baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB V PENUTUP. dapat disimpulkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB I PENDAHULUAN. tertarik olehnya. Sejak itu, berkembanglah bank dengan cara-caranya. 1

BAB III KOSPIN JASA SYARIAH CAPEM PEMALANG: SEJARAH, VISI MISI, DAN PRODUK-PRODUKNYA

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

mura<bahah saja, namun sebetulnya terdapat akad wadi ah dan akad istishna,

ANALISIS KOMPARATIF PERHITUNGAN BONUS ANTARA PRODUK TABUNGAN (SUKU BUNGA) DAN TABUNGAN MUDHARABAH SERTA TABUNGAN WADIAH

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan telah berperan besar dalam pengembangan dan. pertumbuhan masyarakat modern.baik kegiatan usaha yang berskala besar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB III PEMBAHASAN. Dalam UU No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan menjelaskan bahwa

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

kebutuhan manusia. Uang yang beredar semakin banyak dan menjadi alat yang wajib disetiap transaksi jual beli. Penjual pada akhirnya bekerja mencari

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu bait almaal

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat, 2009, h. 38

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. persatuan. Hal ini terlihat dari unsur-unsur yang dicapai dari inti agama Islam

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung,

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Pembiayaan Akad Wadi ah Di BPRS Galamitra Abadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS WADI< AH MUD{A>RABAH TERHADAP BONUS HAJI GRATIS PADA PT. ANUGERAH NUR NABAWI JOMBANG

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

monay, dalam perbankan dan pembolehan sepekulasi menyebabkan penciptaan uang

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB 1 PENDAHULUAN. dibidang keuangan dimana kegiatannya baik hanya menghimpun dana, atau menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pesat. Bahkan keberadaan bank syari ah saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sistem perbankan di Indonesia terbagi menjadi 2 (dua) yaitu sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bank umum Syariah (atau digunakan dual bangking system). Ditambah. maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin

BAB IV FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPUNYAI DAMPAK PADA PENINGKATAN JUMLAH ANGGOTA PRODUK SI UMMAT PADA BMT MARHAMAH

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

Perbankan dan Isalam. Ikaputera Waspada

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB IV PEMBAHASAN. A. Mekanisme Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar ) 1. Produk SIRELA ( Simpanan Sukarela Lancar )

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

Transkripsi:

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENETAPAN BONUS DALAM AKAD WADI AH DI ARTHA GROUP JEPARA A. Analisis Praktik Penetapan Bonus Dalam Akad Wadi ah di Artha Group Jepara. Simpanan Artha Group merupakan simpanan yang menggunakan akad Wadi ah yad ḍamanah. Dalam Wadi ah yad ḍamanah, dana yang dititipkan boleh digunakan oleh bank yang bertindak selaku penerima titipan dengan syarat pada saat anggota memerlukannya, bank harus setiap saat mengembalikan/ membayar yang dititipkannya itu. 1 Dalam produk di Artha Group contohnya diterapkan pada produk simpanan (funding) yaitu SIBRATA (simpanan bersama Artha Group) dimana anggota menyetorkan uang dan pada pengundian yang dilakukan setiap bulan anggota yang beruntung akan mendapatkan uang simpanan ditambah bonus. Simpanan Artha Group memiliki karekteristik sebagai berikut: 1. Nama Produk : Simpanan Artha Group 1 Irma Devita Purnamasari, dan suswinarno, Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer; Kiat-kiat Cerdas,Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Akad Syari ah,bandung:kaifa,2011, hlm. 27. 64

2. Jenis Produk : Simpanan 3. Akad : Wadi ah Yad Ḍamanah 4. Target : Menengah ke bawah 5. Keuntungan : Bonus Uang 6. Setoran per Bulan : Rp. 250.000 7. Pengembalian Dana : Bulan ke-48 8. Sistem yang digunakan : Pengundian pada setiap bulan ( tanggal 5 untuk Simpanan 2 dan Tanggal 15 untuk Simpanan 3) Penerapan akad pada simpanan Artha Group jepara menggunakan akad Wadi ah yad ḍamanah. Sehingga barang atau uang yang dititipkan dapat digunakan oleh pihak BMT dengan syarat yang telah disepakati. Selain itu, simpanan Artha Group juga mempunyai kesepakatan tersendiri, yakni uang atau barang titipan hanya bisa diambil di akhir periode, kecuali bagi anggota yang beruntung dalam pengundian yang dilakukan setiap bulan. Hal ini telah sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan, yang diantarannya menyatakan Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi ah. Ketentuan umum tabungan berdasarkan Wadi ah yaitu: 65

1) Bersifat simpanan 2) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan 3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian ( athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank/bmt Bentuk akad Wadi ah dari Simpanan Artha Group secara garis besarnya yaitu antara anggota dan pihak Artha Group masing-masing telah sepakat mengikat diri dalam ketentuan simpanan. Anggota menitipkan dananya kepada Artha Group Jepara kemudian setoran simpanan ditempatkan dalam bentuk deposito atas nama penyelenggara di PT.BPR Nusumma Jateng Cabang Jepara sebagai peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Ketentuannya yaitu anggota tidak dapat mengambil dananya sebelum akhir periode yaitu selama 48 bulan (4 tahun) kecuali nomor rekening simpanan anggota yang keluar dalam undian yang dilaksanankan oleh penyelenggara simpanan pada tanggal 5 untuk Simpanan Artha Group 2 dan pada tanggal 15 untuk Simpanan Artha Group 3, Artha Group diberikan ijin oleh anggota untuk mengelola dana yang dititipi dengan cara yang halal dan Artha Group 66

menjamin saldo simpanan anggota pada simpanan Artha Group tidak akan berkurang. Banyak lembaga keuangan baik lembaga keuangan konvensional maupun LKS seperti perbankan syariah ataupun BMT menyiapkan strategi marketing handal dalam rangka usaha penghimpunan dana. Salah satunya yang banyak dilakukan saat ini adalah strategi marketing melalui promosi pemberian hadiah atau bonus. Masing-masing lembaga keuangan sangat bersaing ketat untuk tetap survive dalam rangka menarik minat masyarakat untuk menyimpan dananya. Namun terlepas dari hal tersebut, sistem marketing lembaga keuangan syariah harus tetap berpegang pada ketentuan akad yang digunakan. Terkait dengan strategi marketing Simpanan Artha Group berupa promosi dengan praktik pemberian bonus pada simpanan Artha Group, penulis menganalisnya dari sumber dana yang digunakan untuk pemberian bonus. Dengan menganalisis hal tersebut diharapkan dapat diketahui status hukum terkait kasus atau permasalahan pada produk tersebut. Berdasarkan uraian pada Bab III, diketahui bahwa sumber dana yang digunakan untuk pemberian bonus kepada anggota simpanan Artha Group adalah bersumber dari bagi 67

hasil. Bagi hasil ini diperoleh dari deposito simpanan uang anggota yang berada di PT.BPR Nusumma Jateng Cabang Jepara sebagai peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), penginvestasian uang anggota sesuai dengan beberapa ketentuan yang ada pada Wadi ah yad dhamana antara lain : a) Penyimpan memiliki hak untuk menginvestasikan asset yang dititipkan; b) Penitip memiliki hak untuk mengetahui bagaimana assetnya diinvestasikan; c) Penyimpan hanya menjamin nilai pokok jika modal berkurang karena merugi/ terdepresiasi; d) Setiap keuntungan yang diperoleh penyimpan dapat dibagikan sebagai hibah atau hadiah (bonus), hal itu berarti bahwa penyimpan (bank) tidak memiliki kewajiban mengikat untuk membagikan keuntungan yang diperolehnya; dan e) Penyimpan tidak memiliki hak suara; Bagi hasil yang diterima oleh pihak penyelenggara simpanan Artha Group adalah 9,1/2 %. Dari bagi hasil inilah pihak penyelenggara simpanan dapat memberikan bonus kepada anggotanya setiap bulan sebesar Rp.500.000 bagi nomor rekening anggota yang keluar dalam pengundian bola 68

mekanis setiap akhir bulan dan pemberian bonus kepada setiap koordinator sesuai dengan jumlah anggota yang koordinator tersebut bawahi dan anggota tidak akan mendapatkan bagi hasil kecuali pemberian bonus. Seperti yang dijelaskan dalam syarat Wadi ah yang harus dipenuhi adalah syarat bonus sebagai berikut : a) Bonus merupakan kebijakan (hak prerogatif) penyimpan; dan b) Bonus tidak disyaratkan sebelumnya, Salah satu teori yang ada seperti yang tertera dalam pasal 414 kompilasi hukum ekonomi islam menjelaskan bahwa mustaudi dalam akad Wadi ah yaḍ-ḍamanah dapat memberikan imbalan kepada muwaddi atas dasar sukarela dan Imbalan yang diberikan sebagaimana pada ayat (1) tidak boleh dipersyaratkan di awal akad. Karena menggunakan konsep Wadi ah yad ḍamanah, maka simpanan Artha Group yang berupa uang dapat dipakai atau digunakan oleh pihak BMT untuk disalurkan kepada anggota yang akan mengambil kredit. Adapun penggunaan dari barang titipan yang berupa uang tersebut akan disalurkan kembali kepada anggota yang membutuhkan. Dalam ketentuan-ketentuan fikih kontemporer, bahwa akad Wadi ah 69

memiliki ketentuan yang menyebutkan bahwa pemberian bonus itu atas kesukarelaan dari pihak BMT. Serta pemberian bonus pada akad Wadi ah itu tidak diberikan diawal atau disebutkan diawal akad. Ini dikarenakan konsep dasar Wadi ah merupakan titipan saja, yang hanya dijaga oleh si penerima titipan. Bonus tersebut diberikan dengan ketentuan prerogatif atau kebijakan dari pihak BMT. Di Artha Group, akad Wadi ah pada produk simpanan Artha group menggunakan lisan yang mengikuti ketentuan ketentuan yang ada pada brosur. Sementara pada brosur tersebut, dijelaskan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. Setoran simpanan Rp. 250.000,- per bulan b. Jangka waktu 48 bulan c. Setoran simpanan paling lambat tanggal 5 untuk simpanan 2 dan tanggal 15 untuk simpanan 3 d. Simpanan tidak dapat diambil sewaktu-waktu e. Simpanan diberikan apabila pada pengundian bola mekanis keluar nomor rekening anggota yang telah menyetorkan uang simpanan pada bulan tersebut f. Ketika sampai akhir periode nomor rekening anggota ada yang belum keluar saat pengundian, maka uang simpanan 70

akan di berikan secara penuh sebesar Rp.12.500.000 tanpa potongan administrasi. g. Terdapat doorprize yang menarik pada akhir periode. Anggota yang setoran simpanannya tertib berhak mendapatkan hadiah, antara lain: a. Hadiah utama Sepeda Motor dan hadiah menarik lainnya bagi yang beruntung. b. Plus hadiah menarik lainnya (TV, Kulkas, Kipas Angin, Blender, Setrika, dll) yang akan diundi di akhir periode. Dalam data tersebut bentuk bonus ditentukan diawal akad. Sehingga penerapan akad Wadi ah dalam sisi pemberian bonus tidak sesuai dengan teori-teori yang ada. seharusnya BMT lebih memperhatiakan produk-produknya agar sesuai dengan teori yang ada ataupun secara syariat islam. Dari implementasi prinsip Wadi ah pada simpanan Artha Group tersebut diperoleh beberapa gambaran mengenai keunggulan dan kelemahan di antarannya yaitu: 1) Keunggulan a) Selain mendapatkan bonus setiap bulan, anggota juga akan mendapatkan doorprize pada akhir periode dengan hadiah utama sepeda montor dan barang elektronik lainnya. 71

b) Anggota dapat menggunakan sistem jemput bola, sehingga tidak susah payah datang ke kantor Artha Group untuk melakukan penyetoran seriap bulannya. 2) Kelemahan a. Kendala ketika pembayaran anggota tidak tepat waktu,sehingga ketika undian nomor yang bersangkutan tidak bisa diikutkan. b. Mekanisme pengundian masih menggunakan system manual (sesuai kesepakatan anggota) padahal ada system yang bisa membackup pengundian otomatis. B. Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Penetapan Bonus dalam Akad Wadi ah di Artha Group Jepara. Akad Wadi ah merupakan salah satu akad yang sering digunakan oleh Lembaga Keuangan Syari ah dalam penghimpunan dana masyarakat. Dalam menjalankan produknya, Lembaga Keuangan Syari ah menggunakan Wadi ah yad ḍamanah, dimana dana yang dititipkan boleh digunakan oleh pihak bank yang bertindak selaku penerima titipan dengan syarat pada saat anngota memerlukannya. Rukun dan syarat dalam akad Wadi ah sendiri adalah : 72

a. Barang atau dana anggota yang dititipkan (Wadi ah ), b. Pihak yang menitipkan barang/anggota simpanan (muwaddi ) c. Pihak yang menyimpan (mustawda ), d. Adanya ijab qobul. Sedangkan ketentuan rukun dan syarat Wadi ah menurut kompilasi hukum ekonomi syariah menurut pasal 409 yaitu: Muwaddi / penitip, Mustawda / penerima titipan, Obyek Wadi ah / harta titipan, dan Akad. Akad dapat dinyatakan dengan lisan, tulisan, atau isyarat menurut pasa 410 para pihak yang melakukan akad Wadi ah harus memiliki kecakapan hukum. Sedangkan obyek Wadi ah dalam pasal 411 harus dapat dikuasai dan pasal 421 menerangkan bahwa muwaddi dan mustawda dapat membatalkan akad Wadi ah sesuai kesepakatan. 2 Dalam hukum islam kewajiban muwaddi bukan saja memiliki dan menyediakan barang dan menyerahkan kepada mustawda. Tetapi masih terdapat kewajiban-kewajiban lainnya yang harus dilaksanakan oleh mudi misalnya menanggung resiko kehilangan barang titipan yang disebabkan bukan oleh penerima titipan. Muwaddi wajib menanggung biaya pemeliharaan untuk menjaga barang titipannya dan 2 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Jakarta: Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama, 2011) hlm. 106-107. 73

pemeliharaan barang tersebut terhindar dari resiko kehilangan atau kerusakan. Sedangkan Mustawda berkewajiban untuk menjaga barang yang dititipkan kepadanya dan tidak menitipkan lagi barang tersebut kepada orang yang bukan terdekatnya atau orang yang dikuasai olehnya. Mustawda dilarang untuk mencampurkan harta simpanan dengan harta pribadi karena dikawatirkan penerima simpanan akan kesulitan untuk memisahkan harta simpanan dengan harta pribadi kelak. Di Indonesia sendiri, segala aktifitas operasional Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) diatur dalam fatwa DSN- MUI. Terkait dengan akad Wadi ah diatur dalam nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan. Menurut fatwa tersebut dalam butir ketiga tentang ketentuan umum tabungan berdasarkan Wadi ah : 1. Bersifat Simpanan 2. Simpanan bisa diambil kapan saja atau berdasarkan kesepakan 3. Tidak ada imbalan yang disyaratkan,kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank. Simpanan yang dipraktikkan oleh Artha Group, pihak penyelenggara menggunakan akad Wadi ah yad ḍamanah dalam perjanjiannya, dimana uang simpanan yang dititipkan 74

kepada pihak penyelenggara dapat dimanfaatkan kembali atas ijin anggota simpanan. Simpanan ini dijalankan selama 4 tahun (48 bulan), dalam setiap bulan anggota wajib menyetorkan uang sebesar Rp 250.000 baik secara langsung kepada pihak penyelenggara atau melalui coordinator yang diikuti. Pada awal akad. pihak penyelenggara akan menjelaskan mekanisme dalam simpanan, pihak penyelenggara juga menjelaskan akan ada bonus yang didapat oleh anggota simpanan pada setiap bulan dalam pengundian bagi nomor anggota yang beruntung. Pada setiap tanggal 5 untuk simpanan 2 dan pada tanggan 15 untuk simpanan 3 dilakukan pengundian untuk melihat nomor rekening anggota mana yang berhak mendapatkan uang simpanan plus bonus. Nomor anggota yang keluar akan mendapatkan uang simpanan sebesar Rp.12.500.00 dengan rinciann sebagai berikut: Uang simpanan setiap bulan x Waktu + Bonus = 250.000 x 4 Tahun (48 bulan) + Rp.500.000 = Rp.12.500.000. Anggota penyimpan yang mendapat bonus simpanan dikenakan biaya administrasi: 75

Periode 1 s/d 12 bulan, sebesar Rp.500.000 Periode 13 s/d 24 bulan, sebesar Rp. 300.000 Periode 25 s/d 36 bulan, sebesar Rp. 200.000 Periode 37 s/d 48 bulan, sebesar Rp. 0 Nomor anggota yang telah keluar pada pengundian bulan tersebut tidak mempunyai kewajiban untuk menyetorkan uang simpanan pada bulan berikutnya. Sedangkan bagi anggota yang nomor rekening simpanannya belum keluar sampai akhir periode simpanan akan dikembalikan secara penuh oleh pihak penyelenggara tanda adanya potongan administrasi. Praktik simpanan yang dilakukan pihak Artha group jika dilihat dari fatwa nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tentang tabungan berdasarkan akad Wadi ah tidak sesuai dengan fatwa dalam poin ke 3 yang menyatakan tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian yang bersifat sukarela dari pihak bank. Sukarela berarti memberikan sesuatu kepada seseorang tanpa memberlakukan syarat tertentu kepada penerima. Pemberian bonus yang diperjanjikan oleh pihak Artha Group menurut penulis merupakan salah satu pemberian yang bersyarat. Hal itu dapat dilihat dari ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh Artha 76

Group kepada anggota. Bonus simpanan sebesar Rp.500.000 akan diberiakan kepada anggota jika nomor rekening anggota tersebut keluar pada periode 37 s/d 48. Sedangkan pada periode sebelumnya, bonus tetap diberikan oleh penyelenggara dengan ketentuan pemenang membayar biaya administrasi sesuai dengan ketentuan pihak penyelenggara yaitu : pada periode 1 s/d 12 bulan, pemenang membanyar biaya administrasi sebesar Rp.500.000, periode 13 s/d 24 bulan membanyar sebesar Rp. 300.000, dan periode 25 s/d 36 bulan membanyar sebesar Rp. 200.000. 77