BAB I PENDAHULUAN. maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROSEDUR PENELITIAN. tujuan dalam penelitian dengan baik dan benar. Menurut Masyhuri dan Zainuddin

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

2016 KEMENARIKAN DAYA TARIK WISATA KAWASAN PANTAI UJUNG GENTENG KECAMATAN CIRACAP KABUPATEN SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia senantiasa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I-1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. maupun perdagangan yang menyangkut aspek-aspek sosial-budaya, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. negaranya untuk dikembangkan dan dipromosikan ke negara lain.

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan destinasi wisata yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. karena masyarakat lah yang berinteraksi secara langsung dengan wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan pariwisata secara signifikan pada perkembangan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN vii

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terus meningkat dan merupakan kegiatan ekonomi yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan. Peluang itu didukung oleh kondisi kondisi alamiah

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

Oleh HY. Agus Murdiyastomo.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah, rumusan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Sanur Kaja terletak di pesisir utara (Kaja) kawasan Sanur dan

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seminar Tugas Akhir 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan paparan pendahuluan yang menunjukkan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. sangat menjanjikan bagi negara Indonesia karena memiliki potensi kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pariwisata telah mengalami berbagai perubahan

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. dan masih banyaknya rakyat miskin. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1. Arkeologi : adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang hasil

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kepariwisataan merupakan salah satu dari sekian banyak gejala atau

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya. Selanjutnya,

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obyek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan atau aktivitas dan fasilitas

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai andalan dalam meningkatkan devisa negara. Sektor ini. merupakan industri yang dapat berkembang dan tahan terhadap

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata budaya mengalami perkembangan yang positif. Keselarasan antara

BAB I PENDAHULUAN. diberdayakan sebagai Daerah Tujuan Wisata. Menurut World Tourism. Tabel 1.1 Data Kunjungan Wisatawan Ke Asia Pasifik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh setiap manusia, karena semakin lama seseorang tersebut berkecimpung dalam kesibukannya, maka peluang untuk menenangkan fikiran dengan berwisata menjadi pilihan utama. Oleh karena itu, pariwisata merupakan suatu kebutuhan setiap manusia, Maryani (2011: 1) mengemukakan bahwa: Pariwisata pada hakikatnya adalah kebutuhan naluri manusia, karena setiap manusia selalu mempunyai minat untuk mengetahui sesuatu (sense of interest), memiliki dorongan untuk ingin tahu (sense of curiousity), melihat kenyataan (sense of reality) secara lebih luas, menemukan (sense of discovery) dan menyelidiki (sense of inquiry). Kebutuhan manusia yang telah disebutkan tadi, maka berkembanglah pariwisata di dunia ini. Manusia membutuhkan penyegaran dan menenangkan fikiran salah satunya dengan melakukan perjalanan wisata. Semakin lama manusia atau seseorang melakukan hal yang rutin dijalankan misalnya bekerja, maka kebutuhan melakukan pariwisata pun tinggi. Pariwisata sudah menjadi kebutuhan manusia di dunia pada saat ini, sehingga dikembangkan sebagai suatu industri dengan tujuan utamanya yaitu meningkatkan perolehan devisa, bahkan menurut Pitana dan Gayatri (2005: 3) pariwisata telah menjadi salah satu industri terbesar di dunia dan merupakan andalan utama dalam menghasilkan devisa di berbagai negara.

2 Tidak heran dengan meningkatnya kebutuhan berwisata di dunia ini, baik wisatawan lokal maupun wisatawan internasional datang terus menerus menuju berbagai lokasi wisata untuk mengisi waktu luangnya. Seperti yang di ungkapkan Pitana dan Gayatri (2005: 4), yaitu: Jumlah wisatawan internasional senantiasa meningkat secara berlanjut. Data menunjukkan bahwa jumlah wisatawan internasional meningkat dari sekitar 25 juta orang pada tahun 1950, menjadi 476 juta pada 1992, dan pada tahun 2000 angka ini mencapai 698,8 juta orang. Jumlah wisatawan internasional selalu mengalami peningkatan sampai penghujung milenium, dengan peningkatan tertinggi terjadi tahun 2000 adalah 9,7%. Pengeluaran yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara dalam suatu perjalanan wisata akan meningkatkan perdagangan internasional dan secara langsung akan meningkatkan pendapatan negara yang menerima kunjungan. Apalagi di suatu objek wisata banyak memiliki kemenarikan, maka jumlah wisatawan akan meningkat. Setiap objek wisata agar tetap menarik perlu pengembangan melalui pengelolaan yang baik. Daya tarik wisata dapat memenuhi kebutuhan wisatawan, seperti yang dikemukakan oleh Wardianta (2006: 52), yaitu: Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan yang terus berubah dan mengalami perkembangan yang sangat cepat, daya tarik dan objek wisata pun harus senantiasa dikembangkan. Supaya tepat dalam setiap langkahnya atau dalam pembuatan kebijakan perusahaan yang dikelolanya maka pengelola pariwisata perlu mengawali pengembangan pariwisata dengan penelitian pariwisata. Agar jumlah wisatawan terus meningkat dan tidak mengalami kejenuhan terhadap objek wisata, perlu adanya pengembangan daya tarik salah satunya atraksi wisata. Oleh karena itu pengembangan daya tarik wisata diperlukan pengelolaan yang baik dari pihak pemerintah, swasta maupun stakeholder lainnya.

3 Kawasan Kabupaten Majalengka yang cenderung dikenal orang kaya akan wisata diantaranya wisata alam, wisata budaya, wisata belanja, ekowisata, wisata kuliner dan wisata minat khusus yang beberapa objek wisata di dalamnya terdapat wisata yang menjadi andalan di Kabupaten Majalengka. Menurut BAPPEDA dan Dinas Pariwisata, kemenarikan pariwisata di Kabupetan Majalengka berbedabeda, di wilayah Utara Majalengka terdapat wisata belanja. Di wilayah Tengah Majalengka terdapat agrowisata, sedangkan di wilayah Selatan Majalengka memiliki beberapa objek wisata alam. Dari ke tiga wilayah tersebut memiliki potensi yang berbeda-beda. Wisatawan yang datang ke Kabupaten Majalengka tiap tahunnya tidak stabil, kadang naik dan kadang turun. Oleh karena itu Pemerintah Kabupaten Majalengka melakukan restrukturisasi Satuan Kawasan Wisata (SKW) dan mengembangkan objek wisata andalan. SKW di Kabupaten Majalengka terbagi menjadi 7 (tujuh), seperti yang dapat dilihat di tabel 1.1. SKW yang sudah dikunjungi wisatawan baru 4 SKW, yang lainnya masih belum. Salah satunya SKW yang belum dikunjungi wisatawan adalah SKW 3 Pancurendang.

4 Tabel 1.1 Sebaran SKW dan Jumlah Wisatawan Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2011 SKW SKW 1 Wisata Pengairan Bendungan Rentang SKW 2 Jatiwangi Festival Budaya Tradisional SKW 3 Wisata Pancurendang SKW 4 Edu Jabar Park SKW 5 Curug Muara Jaya SKW 6 Obyek Budaya Telaga Manggung SKW 7 Panorama Lemahputih Jumlah Objek 5 7 5 Jumlah Wisatawan 2009 2010 2011 F % F % F % - - - - - - - - - - - - - - - - - - 18 89.346 78,3 80.830 84,2 94.934 90 8 12.918 11,3 11.140 11,6 7.120 6,7 8 4.898 4,3 4.000 4,2 3.435 3,3 4 6.965 6,1 - - - - Peluang Agrowisata dan wisata minat khusus. Desa wisata, wisata belanja, wisata budaya Wisata belanja, wisata alam dan agrowisata Wisata budaya, wisata alam, wisata minat khusus, ekowisata, agrowisata Wisata alam Wisata alam Wisata minat khusus Total 114.127 100 95.970 100 105.489 100 Sumber: Kantor Kebudayaan dan Pariwisata 2011 dan RIPPDA 2008&2010 Kabupaten Majalengka Objek wisata yang berada di SKW 3 ini tersebar di 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Cigasong, Kecamatan Majalengka, Kecamatan Panyingkiran, Kecamatan Kadipaten dan Kecamatan Kasokandel. Di SKW 3 tersebut terdapat beberapa objek wisata diantaranya objek wisata Industri Kecap Segitiga, Panorama Alam Pancurendang, Perkebunan Mangga Gedong Gincu, Indsutri Bola

5 dan Gunung Batu Tilu. Objek yang terdapat di Kawasan Wisata Pancurendang merupakan salah satu wisata andalan yang terdapat di Kabupaten Majalengka dan lokasinya berada di jalur lintas Kabupaten serta tidak jauh dari pusat Kabupaten Majalengka, namun tidak ada wisatawan yang berkunjung ke SKW Pancurendang. Berdasarkan uraian tersebut, menarik untuk dikaji mengapa SKW 3 tidak dikunjungi oleh wisatawan. Meninjau dari permasalahan tersebut maka penelitian ini berjudul PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PANCURENDANG SEBAGAI KAWASAN WISATA ANDALAN DI KABUPATEN MAJALENGKA.

6 Gambar 1.1 Peta Satuan Kawasan Wisata Kabupaten Majalengka

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas terdapat potensi dan kemenarikan pariwisata yang dapat dimanfaatkan dan dikunjungi wisatawan, tetapi pada kenyataannya berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan BAPPEDA, tidak adanya wisatawan yang berkunjung ke Satuan Kawasan Wisata Pancurendang. Untuk mengungkapkan permasalahan penelitian, maka terdapat beberapa pertanyaan, yaitu: 1. Bagaimanakah aksesibilitas dan fasilitas wisata di objek-objek wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimanakah kemenarikan objek wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang? 3. Bagaimanakah peran masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan objekobjek wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang Kabupaten Majalengka? 4. Strategi-strategi apakah yang diperlukan untuk mengembangkan Satuan Kawasan Wisata Pancurendang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kondisi aksesibilitas dan fasilitas wisata di objek-objek wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang Kabupaten Majalengka.

8 2. Untuk mengetahui kemenarikan objek wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang. 3. Untuk mengetahui peran masyarakat dan pemerintah dalam pengembangan objek-objek wisata yang berada di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang Kabupaten Majalengka. 4. Menganalisis strategi-strategi untuk mengembangkan Satuan Kawasan Wisata Pancurendang. D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka diharapkan memberikan nilai guna, di antaranya yaitu: 1. Teridentifikasi kondisi sosial yang mendukung berkembangnya kemenarikan objek wisata di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang sebagai objek wisata andalan di Kabupaten Majalengka. 2. Teridentifikasinya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan kemenarikan objek wisata di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang sebagai objek wisata andalan di Kabupaten Majalengka. 3. Teridentifikasinya peran pemerintah yaitu BAPPEDA dan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majalengka dalam mengembangkan kemenarikan di Satuan Kawasan Wisata Pancurendang sebagai objek wisata andalan di Kabupeten Majalengka. 4. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat sekitar SKW 3 yaitu Kecamatan Majalengka, Kecamatan Cigasong, Kecamatan Panyingkiran, Kecamatan Kadipaten dan Kecamatan Kasokandel.

9 5. Sebagai bahan masukan dalam memperdalam ilmu bidang Geografi Pariwisata. 6. Sebagai bahan masukan bagi peneliti yang terkait dengan topik yang sama. E. Definisi Operasional Penelitian yang diambil berjudul Pengembangan Komponen Pariwisata Pancurendang Sebagai Kawasan Wisata Majalengka. Agar tidak ada kesalahan dalam menafsirkan suatu kalimat, maka perlu dijelaskan beberapa definisi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Aksesibilitas Aksesibilitas menurut Yoeti (2010, 143), yaitu semua kemudahan yang diberikan bukan hanya kepada calon wisatawan yang ingin berkunjung, tetapi juga kemudahan selama mereka melakukan perjalanan di DTW yang dikunjungi. Aksesibilitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah kondisi jalan, jenis kendaraan, jarak terhadap jaringan transportasi dan waktu tempuh. 2. Fasilitas Fasilitas pariwisata menurut UU RI No.10 Tahun 2009 termasuk pada daerah tujuan wisata. Fasilitas wisata yaitu sesuatu yang terdapat di suatu objek wisata. Fasilitas wisata pada penelitian ini antara lain: WC umum, tempat makan dan minum, tempat ibadah, tempat parkir, tempat sampah, akomodasi dan tempat untuk membeli souvenir atau oleh-oleh. 3. Kemenarikan Objek Wisata Kemenarikan (Attraction) menurut (Yoeti, 2010: 21), adalah sesuatu atraksi yang disuguhkan kepada wisatawan. kemenarikan objek wisata pada

10 penelitian ini berupa objek wisata Industri Kecap Segitiga, Panorama Alam Pancurendang, Perkebunan Mangga Gedong Gincu, Industri Bola dan Gunung Batu Tilu. 4. Satuan Kawasan Wisata (SKW) SKW adalah daerah yang memiliki luasan tertentu, yang mana di dalamnya memiliki kemenarikan dan fasilitas wisata. 5. Peran Masyarakat Peran masyarakat merupakan kesediaan dan kontribusi/ sumbangan masyarakat dalam memunjang pengembangan kepariwisataan. Kontribusi dalam penelitian ini adalah bentuk sapta pesona yaitu keaktifan masyarakat dalam menjaga kebersihan, keamanan, kesejukan dan keindahan, keramahan, ketertiban dan kenyamanan. 6. Peran Pemerintah Peran pemerintah disini adalah usaha pemerintah dalam hal ini DISBUDPAR dan BAPPEDA dalam menyediakan fasilitas wisata, memperbaiki aksesibilitas dan promosi pariwisata di Kabupaten Majalengka.