II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34)

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam rangka mengembangkan kemampuan siswa bekerja sama dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang memengaruhi kualitas. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan pengetahuan yang bersifat universal dan mempunyai

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELAUI MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY. Oleh Yuhasriati 1 Nanda Diana 2

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB I PENDAHULUAN. baik jika ada komunikasi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Jolanda Dessye Parinussa, 2013

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. disebut proses komunikasi. Proses komunikasi berguna untuk menciptakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB I PENDAHULUAN. otoritas tertinggi keilmuan (teacher centered). Pandangan semacam ini perlu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

memiliki tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah yakni siswa terampil berbahasa. Keterampilan berbahasa diajarkan kepada siswa agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah istilah yang sering didengar dalam kehidupan sehari-hari.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam pendidikan matematika yang pertama kali diperkenalkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan memegang peranan penting dalam menunjang. kemajuan bangsa Indonesia di masa depan. Setiap orang berhak

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari kata latin communicatio dan bersumber dari kata

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan salah satu Tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

APLIKASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

I. PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari-hari yang mendukung kemajuan ilmu pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pembelajaran, berbagai masalah sering dialami oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

I. PENDAHULUAN. Karakteristik abad 21 berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Pada abad 21 ini

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB II KAJIAN TEORI. Komalasari (2010, h. 57) menyebutkan bahwa model pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan proses pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kemampuan Representasi Matematis Representasi merupakan ungkapan dari suatu ide matematika yang ditampilkan peserta didik sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Alhadad (2010: 34) yang mengungkapkan bahwa representasi adalah ungkapan-ungkapan dari ide matematis yang ditampilkan siswa sebagai model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk menemukan solusi dari suatu masalah yang sedang dihadapinya sebagai hasil dari interpretasi pikirannya. Hudiono (2005: 19) menyatakan bahwa kemampuan representasi dapat mendukung siswa dalam memahami konsep-konsep matematika yang dipelajari dan keterkaitannya; untuk mengomunikasikan ide-ide matematika siswa; untuk lebih mengenal keterkaitan (koneksi) diantara konsep-konsep matematika; ataupun menerapkan matematika pada permasalahan matematik realistik melalui pemodelan. Hutagaol (2013: 91) meyebutkan representasi matematis yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari gagasan-gagasan atau ide matematika yang ditampilkan siswa dalam upayanya untuk memahami suatu konsep matematika ataupun dalam upayanya untuk mencari sesuatu solusi

11 dari masalah yang sedang dihadapinya Dengan demikian representasi dapat digunakan sebagai sarana bagi siswa untuk memahami konsep-konsep tertentu maupun untuk mengomunikasikan ide-ide matematis guna menyelesaikan masalah. Effendi (2012: 2) menyatakan kemampuan representasi matematis diperlukan siswa untuk menemukan dan membuat suatu alat atau cara berpikir dalam mengomunikasikan gagasan matematis dari yang sifatnya abstrak menuju konkret, sehingga lebih mudah untuk dipahami. Representasi memiliki peranan yang sangat penting dalam pembelajaran matematika dikarenakan siswa dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman akan konsep dan keterkaitan antarkonsep matematika yang mereka miliki melalui membuat, membandingkan, dan menggunakan representasi. Bukan hanya baik untuk pemahaman siswa, representasi juga membantu siswa dalam mengkomunikasikan pemikiran mereka.. Peranan representasi tersebut dijelaskan pula oleh NCTM (2000: 280) Representation is central to the study of mathematics. Student can develop and deepen their understanding of mathematical concepts and relationships as they create, compare, and use various representations. Representations also help students communicate their thinking. Kemampuan representasi matematis siswa dapat di ukur melalui beberapa indikator kemampuan representasi matematis. Indikator representasi matematis siswa menurut amelia (2013: 20) adalah sebagai berikut: a. Representasi visual. b. persamaan atau ekspresi matematis. c. kata-kata atau teks tertulis.

Suryana (2012: 41) juga memberikan indikator-indikator kemampuan representasi seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Indikator Kemampuan Representasi Matematis No Representasi Bentuk-bentuk operasional 1 Representasi visual a. Diagram, tabel, Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi diagram, grafik, atau tabel atau grafik Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah b. Gambar Membuat gambar pola-pola geometri Membuat gambar untuk memperjelas masalah dan memfasilitasi penyelesaiannya 2 Persamaan atau ekspresi Membuat persamaan atau model matematika dari representasi lain yang diberikan matematis Membuat konjektur dari suatu pola bilangan Menyelesaikan masalah dengan melibatkan ekspresi matematis 3 Kata-kata atau teks tertulis Membuat situasi masalah berdasarkan data atau representasi yang diberikan Menuliskan interpretasi dari suatu representasi Menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan kata-kata Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu representasi yang disajikan Menjawab soal dengan menggunakan katakata atau teks tertulis 12 Dari penjelasan-penjelasan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa Kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan untuk mengungkapkan suatu ide matematika yang ditampilkan sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut dan dapat diukur melalui indikator kemampuan representasi matematis yakni 1) Siswa dapat membuat gambar pola-pola geometri untuk memperjelas masalah; 2) Siswa dapat membuat persamaan atau ekspresi matematis; dan 3) Siswa dapat menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika dengan kata-kata.

13 b. Pembelajaran dengan Metode Diskusi Ramayulis (1994: 141) menyatakan bahwa diskusi merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu discussus yang mempunyai arti memeriksa dan menyelidiki. Dalam pengertian umum diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua atau lebih individu yang berintegrasi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar menukar infomasi, mempertahankan pendapat dan memacahkan masalah. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryosubroto (2009: 167) bahwa diskusi merupakan suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling tukar pendapat tentang suatu masalah atau bersamasama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Suryosubroto (2009: 167) juga menjelaskan bahwa metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah. Syafaruddin (2006: 164) menyatakan bahwa metode diskusi pada hakikatnya berpusat kepada peserta didik, dimana kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan diskusi yang tidak terstruktur hingga kepada kegiataan yang terstruktur dimana guru dapat bertindak keras dan otokratis. Dan persoalan dan masalah-masalah yang didiskusikan sesuai dengan mata pelajaran/materi pokok. Dengan diskusi para murid akan bekerja keras,

bekerja sama berusaha memecahkan masalah dengan mengajukan pendapat dan argumentasi yang tepat. 14 Guru memiliki peranan penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi. Suryosubroto (2009: 170) menyatakan beberapa peranan guru dalam diskusi yakni sebagai ahli, sebagai pengawas, sebagai pendorong. Sebagai ahli guru harus mengetahui lebih banyak hal daripada siswanya, selain itu guru juga harus mengawasi dan memberikan penilaian jalannya diskusi. Sebagai pendorong guru berperan untuk mendorong setiap anggota kelompok dalam menciptakan dan mengembankan kreativitas setiap siswa seoptimal mungkin. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode diskusi adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa dalam kelompok-kelompoknya untuk berdiskusi mengumpulkan maupun bertukar pendapat, membuat kesimpulan, dan menyelesaikan masalahmasalah matematis yang diberikan guru secara bersama-sama. Proses pembelajaran yang menggunakan metode diskusi memiliki beberapa keuntungan. Suryosubroto (2009: 172) menyebutkan lima keuntungan metode diskusi, yakni: 1. Metode diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar. 2. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing. 3. Metode diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah. 4. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri. 5. Metode diskusi menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa.

15 Tidak dapat dipungkiri bahwa dari beberapa keuntungan ataupun kelebihan susatu metode pembelajaran pasti terdapat kekurangan ataupun kelemahannya. Suryosubroto (2009: 173) mengemukakan pendapatnya tentang kelemahan metode diskusi yaiti: 1) tidak dapat diramalkan sebelumnya bagaimana hasil dari diskusi tersebut; 2) memerlukan keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya; 3) didominasi oleh siswa yang menonjol; 4) tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi; 5) diskusi yang mendalam membutuhkan waktu yang banyak, siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu; 6) apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya; 7) dalam diskusi sering terjadi murid kurang berani mengemukakan pendapat; dan 8) jumlah siswa dalam kelas yang terlalu besar akan memengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya. Sanjaya (2007: 155) menambahkan bahwa dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat emosional yang tidak dikontrol akibatnya, kadang-kadang ada pihak yang merasa tersinggung, sehingga dapat mengganggu iklim pembelajaran. c. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto,2011: 5) adalah Suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Upaya pemilihan model pembelajaran berorientasi pada peningkatan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran kooperatif. 16 Sanjaya (2010: 241) mengartikan pembelajaran kooperatif sebagai model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Sesuai dengan apa yang telah dijelaskan tersebut, jelas bahwa pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik pada perilaku bersama. Dalam bekerja sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya. Lie (2008: 31) mengemukakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan antara lain 1) saling ketergantungan positif; 2) tanggung jawab perseorangan/individu; 3 tatap muka; 4) komunikasi antar

17 anggota; dan 5) evaluasi proses kelompok. Tujuan dibentuknya kelompok dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dan koloboratif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Dari penjelasan-penjelasan diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki suatu tujuan yang sama guna memecahkan masalah-masalah yang diberikan oleh guru secara berkelompok dalam kelompok-kelompok kecil tersebut. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Isjoni (2009: 113) mengemukakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan dan biasa digunakan bersama dengan teknik pembelajaran Kepala Bernomor (Numbered Heads). Menurut Huda (2012: 141) terdapat enam langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), yakni: 1. Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat sebagaimana biasa; 2. Guru memberikan tugas pada setiap kelompok untuk didiskusikan dan dikerjakan bersama; 3. Setelah selesai, 2 anggota dari masing-masing kelompok diminta meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua anggota dari kelompok lain; 4. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas men-sharing informasi dan hasil kerja mereka ke tamu mereka; 5. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain;

6. Setiap kelompok lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua. 18 Pangaribuan (2013: 7) meyatakan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu (1) Terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas, (2) Siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dan (3) Dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan susah diatur saat proses belajar mengajar. Dijelaskan pula oleh Pangaribuan bahwa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) yaitu memerlukan waktu yang lama jika tidak dapat mengontrol waktu dengan baik dan guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing dalam proses memberi dan mencari informasi materi (sebelum postest). Untuk mengatasi kelemahan tersebut, masing-masing unsur yang terlibat harus dapat mengontrol waktu agar pembelajaran yang dilakukan berjalan secara efektif. Dari uraian yang telah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat orang yang terdiri kemampuan akademik yang berbeda untuk bekerja sama, saling membantu, dan pelaksanaannya dilakukan dengan langkah-langkah: kelompok, tinggal dan bertamu, berbagi, dan kelompok. B. Kerangka Pikir Kemampuan representasi matematis merupakan kemampuan untuk mengungkapkan suatu ide matematika yang ditampilkan sebagai bentuk yang mewakili situasi masalah guna menemukan solusi dari masalah tersebut.

19 Upaya untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa tentunya tidak terlepas dari proses pembelajaran. Pembelajaran yang biasa dilakukan di sekolah adalah pembelajaran konvensional yang didominasi dengan metode ceramah dan hanya sedikit variasinya yakni dengan metode diskusi dan tanya jawab. Metode diskusi disini dilakukan dengan cara guru membagikan topik yang akan didiskusikan dan membahasnya bersama-sama. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada siswa dalam kelompok-kelompoknya untuk berdiskusi mengumpulkan maupun bertukar pendapat, membuat kesimpulan, dan menyelesaikan masalah-masalah matematis yang diberikan guru secara bersama-sama hanya dalam kelompok tersebut, sehingga siswa tidak dapat bertukar pendapat dan berkomunikasi dengan kelompok lain. Upaya meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa dapat dilakukan dengan meningkatkan intensitas komunikasi siswa tersebut. Hanya dengan diskusi dalam kelompoknya, upaya komunikasi siswa sangat terbatas sehingga peningkatan kemampuan representasi matematis siswa kurang baik. Cara lain untuk meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif membagi siswa ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembelajaran kooperatif juga memberi kesempatan kepada setiap anggota kelompok untuk saling berdiskusi dan berinteraksi. Hal tersebut dapat diupayakan dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

20 Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat orang yang terdiri dari kemampuan akademik yang berbeda untuk bekerja sama, saling membantu. Pembelajaran kooperatif tipe Two Stay two Stray (TSTS) diawali dengan bekerja sama dan mendiskusikan tugas yang diberikan guru dalam kelompok yang beranggotakan empat orang, selanjutnya dua orang masing-masing anggota kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu untuk mencari informasi ke kelompok lain sedangkan dua orang anggota kelompok yang tinggal mensharing informasi kepada tamunya. Pada saat men-sharing informasi ke anggota kelompok lain, siswa harus merepresentasikan ide-ide matematisnya ke dalam bentuk lain seperti diagram, grafik, pola-pola geometri, membuat persamaan atau model matematika, membuat konjektur dari suatu bilangan, menyusun cerita, ataupun menuliskan langkahlangkah penyelesaian masalah agar informasi yang disampaikan dapat diterima anggota kelompok lainnya. Selanjutnya tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya masing-masing serta melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain lalu membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua sehingga tugas yang diberikan oleh guru dapat diselesaikan dengan baik. Pada saat menyampaikan laporan siswa juga dituntut untuk dapat merepresentasikan ide-ide matematisnya. Dengan demikian representasi matematis diperlukan siswa guna menemukan dan membuat suatu alat atau cara berpikir dalam mengkomunikasikan gagasan matematis dari yang sifatnya abstrak menuju konkret, sehingga lebih mudah untuk dipahami.

21 Dengan mengikuti langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS), kemampuan representasi matematis siswa diduga akan lebih tinggi dari kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode diskusi, karena seluruh siswa yang ada di dalam kelas dituntut untuk berpikir, siswa harus memikirkan solusi dari masalahmasalah matematika yang diberikan oleh guru sehingga keterampilan intelektual, sikap, dan keterampilan sosial siswa dapat berkembang. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa kelas VIII SMP Al- Kautsar Bandar Lampung C. Anggapan Dasar Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut: 1. Semua siswa kelas VIII semester genap SMP Al-Kautsar Bandar Lampung tahun pelajaran 2013-2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan. 2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan representasi matematis siswa selain model pembelajaran dikontrol sehingga memberikan pengaruh yang sangat kecil dan dapat diabaikan. D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka hipotesis dari penelitian ini dapat diuraikan kedalam dua bagian yakni:

22 1. Hipotesis Umum Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa 2. Hipotesis Khusus Kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay two Stray (TSTS) lebih tinggi dari pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode diskusi.