BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan peserta didik melalui bahasa verbal sebagai media utama penyampaian materi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilham Fahmi, 2014

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Pemerataan pendidikan merupakan salah satu sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gunawan Wibiksana, 2013 Universitas Pendidikan Indonesia Repository.upi.edu Perpustakaan.upi.

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMK NEGERI 5 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan baik dan terciptanya kondisi belajar sesuai dengan tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 Tentang Sistem Pendidikan

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi (TIK) yang sangat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi yang diharapkan dari mahasiswa Jurusan Pendidikan Teknik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Kurikulum Berbasis TIK

I. PENDAHULUAN. Sebagai konsekuensi atas terbitnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan memegang peranan penting dalam kelangsungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di zaman era

BAB I PENDAHULUAN. yang menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Raden Indra Firmansyah, 2013

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KONTRIBUSI HASIL UJI KOMPETENSI TEORI KEJURUAN TERHADAP HASIL UJI KOMPETENSI PRAKTIK KEJURUAN BIDANG KOMPETENSI TEKNIK PEMESINAN PESAWAT UDARA DI SMK

PENGEMBANGAN COURSEWARE

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan salah satu sekolah formal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kejuruan dalam penjelasan atas Undang-Undang Republik

TINJAUAN TEORITIK DAN EMPIRIK PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN. Pertemuan 1 Ana, S.Pd. M.Pd, dkk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transformasi Nilai Kepahlawanan dalam Membagun Nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Melalui pendidikan yang maju, maka perkembangan suatu bangsa

PENGGUNAAN LABORATORIUM DALAM MENUNJANG PROSES PEMBELAJARAN TEKNIK PEMESINAN

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampilan kerja

BAB I PENDAHULUAN. peralatan praktik, penyempurnaan kurikulum maupun peningkatan. profesionalisme guru yang dilakukan secara nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan sebagai bagian dari sub sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi informasi terutama penggunaan internet saat ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mempunyai tantangan besar dibidang pembangunan mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) dari masa ke masa semakin pesat. Fenomena ini mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Menurut Muhaimin (2008: 333), kurikulum adalah seperangkat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. pembelajaran. Teknologi komputer dapat di gunakan sebagi alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. produksi dari laboring menjadi manufacturing dalam arti tenaga kerja manusia

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menurut data dari PISA (Programe of International Student

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Nopandi,2014

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. mendukung masa depan. Pendidikan kejuruan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan penelitian ilmu pendidikan mengisyaratkan bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik, tidak hanya bagi diri sendiri melainkan juga bagi manusia lainnya.

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gustini Yulianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam pekerjaan dan aktivitasnya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan, mengembangkan kemampuan profesional dalam dunia pendidikan.

dikelola oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan, baik metode pembelajaran secara personal, media pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan pada keunggulan sumber daya manusia (SDM), yaitu tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amar Mahfudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. nasional, oleh karena itu peningkatan kualitas pendidikan haruslah dilakukan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Adapun pengertian pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003: melimpah, Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki potensi-potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin berkembang

2015 PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INTERAKTIF MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY LEARNING PADA MATA DIKLAT SISTEM KOMPUTER DI SMK

PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP MATERI LAJU REAKSI SISWA SMK KELAS XI

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi

Sistem Informasi untuk Pendidikan (3) Pengembangan Kurikulum S2 KRK640 3 SKS

I. PENDAHULUAN. Produktif atau Kejuruan terdiri atas beberapa mata pelajaran yang bertujuan. kemampuan menyesuaikan diri dalam bidang keahliannya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kejuruan adalah pendidikan khusus yang direncanakan untuk menyiapkan peserta didik guna memasuki dunia kerja, serta mengembangkan sikap profesional di bidang-bidang profesi tertentu. Lulusan pendidikan kejuruan diharapkan menjadi manusia produktif yang mampu bersaing di pasar bebas. Pendidikan kejuruan menurut The United State Congress adalah: Vocational education as organized educational programs which are directly related to the preparation of individuals for paid or unpaid employement, or for additional preparation for a career requiring other than a baccalureate or advanced degree. (Calhoun dan Finch, 1982:2) Definisi di atas mempunyai makna, bahwa pendidikan kejuruan adalah suatu program yang secara langsung dihubungkan dengan persiapan individu sebagai calon pemegang jabatan pekerjaan, atau berhubungan dengan penambahan persiapan untuk pengembangan karier seseorang. Dengan demikian pendidikan kejuruan diprogramkan untuk membekali peserta didik dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Calhoun dan Finch (1982:64) bahwa Vocational education provides the skills and knowledge valuable in the labor market. Tujuan pendidikan menengah kejuruan di Indonesia adalah untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut sesuai 1

2 dengan kejuruannya (Permendiknas nomor 22 tahun 2006). Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja, bukan hanya dunia kerja yang terstruktur di dalam industri besar, melainkan juga pada sektor usaha informal yang membutuhkan kemandirian kerja (PP nomor 29 tahun 1990). Oleh karena itu, kurikulum SMK menekankan pada pemberian bekal kemampuan daya sesuai dan berorientasi pada kebutuhan pemakai tamatan (demand driven). Melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), guru atau pendidik diberi keleluasaan untuk mendesain pembelajaran baik dari segi materi, metode, media, sistem evaluasi dan model pembelajaran yang selaras dengan kondisi perkembangan kebutuhan dunia industri atau dunia usaha. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah yang mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya; (2) Beragam dan terpadu; (3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan; (5) Menyeluruh dan berkesinambungan; (6) Belajar sepanjang hayat, dan (7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. (Depdiknas, 2009) Prinsip tersebut mengindikasikan bahwa proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher center), pembelajaran hendaknya berpusat pada siswa (student center). Siswa diberi kesempatan untuk belajar sesuai dengan kemampuannya, hingga menguasai bahan ajar (kompetensi) secara menyeluruh

3 dan berkesinambungan (mastery learning). Guru bertugas menciptakan lingkungan belajar dan membimbing siswa dalam belajar. Pelaksanaan KTSP masih menemui banyak kendala terutama pada kesiapan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana yang dimiliki SMK. Berdasarkan pengamatan di SMK Negeri 2 Bandung, pembelajaran pada mata pelajaran produktif kompetensi keahlian teknik pemesinan secara umum menggunakan metode ceramah, demontrasi dan penugasan. Kegiatan pembelajarannya meliputi, (1) guru menyampaikan materi (2) guru melakukan demontrasi pada materi-materi praktek (3) guru memberikan tugas praktek dengan berpedoman pada gambar kerja dan (4) guru memeriksa hasil pekerjaan siswa. Prinsip pembelajaran tersebut masih menganut pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher center) karena peserta didik kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Hal ini bertentangan dengan salah satu prinsip KTSP yaitu pembelajaran yang berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Berdasarkan kondisi sarana dan parasarana praktek Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, SMK Negeri 2 Bandung merupakan sekolah yang tidak memiliki sarana praktek sendiri. Dalam pelaksanaan prakteknya, SMK Negeri 2 Bandung bekerja sama dengan Balai Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Kejuruan (BPPTKPK) Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan pengamatan, fasilitas praktek pemesinan untuk setiap kelasnya

4 terdiri dari mesin bubut 10 buah, mesin frais 1 buah dan mesin skrap 1 buah. Menurut Wakasek bidang kurikulum SMK Negeri 2 Bandung, untuk jumlah peserta didik 40 orang per kelas fasilitas tersebut sudah cukup memadai, tetapi berdasarkan tuntutan kompetensi, kondisi bengkel di BPPTKPK kurang memungkinkan untuk memberikan pembekalan teori-teori dasar teknik pemesinan sebelum siswa melaksanakan praktek. Padahal jika melihat struktur kurikulum, pemberian teori-teori yang mendasari pelaksanaan praktek tidak terpisahkan dari standar kompetensinya. Pendekatan pembelajaran individual (individual learning) merupakan salah satu alternatif dalam kurikulum berbasis kompetensi (Ana, Adam 1995:7). Pendekatan pembelajaran individual memiliki ciri yang sama yakni perhatian akan perbedaan individual di kalangan siswa dan usaha untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan itu melalui: (1) Lebih mengutamakan proses belajar daripada mengajar, (2) Merumuskan tujuan yang jelas, (3) Mengusahakan partisipasi aktif siswa, (4) Menggunakan banyak feedback atau balikan dan evaluasi, (5) Memberi kesempatan kepada siswa untuk maju dengan kecepatan masing-masing. (Nasution, 2010:58) Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk memenuhi perbedaan individual dalam proses belajar mengajar antara lain melalui pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi (Information and Comunication Technology). Menurut Warsita (2008:137) yang dimaksud dengan pemanfaatan TIK adalah segala bentuk penggunaan atau pemanfaatan komputer dan internet untuk

5 pembelajaran. Pemanfaatan TIK pada mata pelajaran produktif bisa sebagai bahan pengayaan, pengenalan dasar kompetensi, pendalaman materi dan pembelajaran inti (praktek virtual). Hal tersebut tergantung dari kebutuhan sekolah sesuai dengan kondisi fasilitas pembelajaran, kondisi guru, kondisi siswa dan kondisi proses belajar mengajar. Sebagian besar aktifitas pembelajaran pada mata pelajaran produktif dilaksanakan di laboratorium. Proses pembelajaran di laboratorium dengan pemanfaatan TIK sering disebut dengan istilah virtual laboratory (Virtual Lab). Virtual lab merupakan salah satu sistem pembelajaran yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitasaktifitas praktikum seperti halnya mereka melakukan praktikum di laboratorium sebenarnya. Salah satu learning content yang dapat diterapkan melalui virtual lab adalah multimedia interaktif. Menurut Warsita (2008:154) Multimedia interaktif dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu. Multimedia interaktif memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan media lainnya diantaranya: (Warsita, 2008:155) (1) Fleksibel dalam pemberian kesempatan untuk memilih isi setiap mata pelajaran yang disajikan. (2) Self-pacing yaitu bersifat melayani kecepatan belajar peserta didik. (3) Content-rich yaitu bersifat kaya isi. (4) Interaktif yaitu bersifat komunikasi dua arah. (5) Individual yaitu bersifat melayani kebutuhan belajar individu peserta didik. Dengan demikian pemanfaatan multimedia interaktif melalui virtual lab sesuai dengan pendekatan pembelajaran individual (individual learning).

6 Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya pemanfaatan multimedia interaktif melalui virtual lab dapat membantu siswa dalam pembelajaran secara individual. Beberapa hasil penelitian-penelitian tersebut memberi kesimpulan sebagai berikut: (1) Pembelajaran berbasis Virtual Lab sangat efisien, menghemat biaya dan menjadi alternatif standarisasi pelatihan industri (standard factory training) (Fuhua LIN, et al. : 1997). (2) Lingkungan pembelajaran yang bermedia teknologi (model pembelajaran MMI) dapat meningkatkan nilai para siswa (konsep), sikap mereka terhadap belajar, dan evaluasi dari pengalaman belajar mereka (Hendrawan dan Yudhoatmojo : 2001). (3) Siswa merasa tertolong dengan penggunaan model pembelajaran multimedia interaktif (MMI) dalam hal memvisualisasikan konsep-konsep yang bersifat abstrak menjadi lebih konkret (Lee, Nicoll, dan Brooks: 2005). Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengembangkan pembelajaran berbantuan virtual laboratory pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan di Sekolah Menengah Kejuruan. Penelitian ini dibatasi pada Kompetensi Dasar mempersiapkan alat potong mesin bubut Standar Kompetensi bekerja dengan mesin bubut di SMK Negeri 2 Bandung.

7 B. Rumusan Masalah Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini yaitu adanya keterbatasan dalam penyampaian materi-materi dasar kompetensi mata pelajaran Produktif pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan dan prinsip pembelajaran yang masih berorientasi pada guru (teacher center), sehingga perlu dikembangkan model pembelajaran berbantuan virtual lab. Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kebutuhan sekolah terhadap pembelajaran berbantuan Virtual Lab pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. 2. Bagaimana desain pembelajaran berbantuan Virtual Lab pada mata Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. 3. Bagaimana efektivitas pelaksanaan pembelajaran berbantuan Virtual Lab pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kebutuhan sekolah terhadap pembelajaran berbantuan Virtual Lab pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan. 2. Membuat desain program pembelajaran berbantuan Virtual Lab pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan, 3. Menganalisis efektivitas pelaksanaan pembelajaran berbantuan Virtual Lab pada Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan.

8 D. Penjelasan Istilah 1. Virtual laboratory merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas praktikum seperti halnya mereka melakukan praktikum di laboratorium sebenarnya (Lin, Hun and Su, 1997). Virtual lab merupakan bagian dari Virtual School System. Virtual School System merupakan salah satu e-learning lengkap yang terdiri dari bahan ajar, administrasi, instruktur (guru) dan siswa. E-learning dapat didefinisikan secara luas sebagai penggunaan berbagai teknologi web dan internet untuk menciptakan lingkungan belajar (Horton, 2003:13). Konten e-learning atau konten Virtual Lab bisa dalam bentuk Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Text-based Content (konten berbentuk teks) (Wahono, 2009). Multimedia interaktif dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari berbagai media yang dikemas (diprogram) secara terpadu dan interaktif untuk menyajikan pesan pembelajaran tertentu (Warsita, 2008:154). 2. Mata pelajaran Produktif merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan yang membekali peserta didik dengan beragam kompetensi kejuruan sesuai kompetensi keahliannya (Depdiknas, 2008). 3. Kompetensi Keahlian Teknik Pemesinan merupakan salah satu kompetensi keahlian pada Program Studi Keahlian Teknik Mesin, Bidang Studi Keahlian Teknologi dan Rekasaya (Depdiknas, 2008).

9 E. Sistematika Penulisan Penyusunan sistematika penulisan dapat memudahkan dalam mengerjakan penulisan tesis ini. Penulis mengambil sistematika penulisan dengan ruang lingkup meliputi bab 1 yang menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penjelasan istilah dan sistematika penulisan. Bab 2 menjelaskan hasil kajian teoritis yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis virtual lab yang meliputi teori pembelajaran, teknologi pembelajaran, teknologi informasi dan komunikasi, multimedia pembelajaran interaktif, laboratorium virtual dan kerangkan penelitian. Bab 3 menjelaskan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, uji validitas, teknik pengumpulan data dan prosedur penelitian. Bab 4 menjelaskan hasil penelitian yang meliputi deskripsi eksplorasi model empirik, dan deskripsi model konseptual serta pembahasan terhadap hasil penelitian. Bab 5 berisi kesimpulan tentang hasil penelitian dan saran atau rekomendasi bagi para pengguna hasil penelitian.