BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod Borne Virus, genus

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

SebaranJentik Nyamuk Aedes aegypti (Diptera: Culicidae) di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor

BAB III METODE PENELITIAN. jumlah tempat perindukan nyamuk yang mempengaruhi populasi larva Aedes

TEMPAT PERINDUKAN VEKTOR CHIKUNGUNYA (Aedes spp.) DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT, KOTA BOGOR, JAWA BARAT MERISTA WIKANDARI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SURVEY KEPADATAN LARVA AEDES AEGYPTI DI KECAMATAN MAMUJU KABUPATEN MAMUJU

FOKUS UTAMA SURVEI JENTIK TERSANGKA VEKTOR CHIKUNGUNYA DI DESA BATUMARTA UNIT 2 KECAMATAN LUBUK RAJA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2009

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Pengamatan Tempat Perindukan Aedes

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK TEMPAT PERINDUKAN DAN KEPADATAN JENTIK NYAMUK Aedes aegypti

BAB I LATAR BELAKANG

SUMMARY HASNI YUNUS

Survei Larva Nyamuk Aedes Vektor Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Kuranji Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang Provinsi Sumatera Barat

Sitti Badrah, Nurul Hidayah Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman 1) ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

HUBUNGAN KEPADATAN JENTIK Aedes sp DAN PRAKTIK PSN DENGAN KEJADIAN DBD DI SEKOLAH TINGKAT DASAR DI KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue

KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti sp. DAN INTERVENSI PENGENDALIAN RISIKO PENULARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA PADANG TAHUN 2015

ANALISIS KEBERADAAN KONTAINER DAN KEPADATAN JENTIK Aedes aegypti DI KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

SURVEI ENTOMOLOGI DAN PENENTUAN MAYA INDEX DI DAERAH ENDEMIS DBD DI DUSUN KRAPYAK KULON, DESA PANGGUNGHARJO, KECAMATAN SEWON, KABUPATEN BANTUL, DIY

Efryanus Riyan* La Dupai** Asrun Salam***

Langkah-langkah Anti Nyamuk

KAJIAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU MASYARAKAT BERHUBUNGAN DENGAN CHIKUNGUNYA DI KELURAHAN PASIR KUDA, KECAMATAN BOGOR BARAT

STUDI KEBERADAAN JENTIK DAN PERILAKU PENDERITA CHIKUNGUNYA DI DESA TALUMELITO KECAMATAN TELAGA BIRU

Kepadatan dan Penyebaran Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban, Jakarta Pusat

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

Keberadaan Kontainer sebagai Faktor Risiko Penularan Demam Berdarah Dengue di Kota Palu, Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Kepadatan Larva Aedes spp. dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kelurahan Lubuk Kecamatan Koto Tangah Kota Padang

Pengaruh Penyuluhan dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terhadap Kepadatan Jentik Aedes aegypti di Kecamatan Cempaka Putih.

BAB I PENDAHULUAN. kejadian luar biasa dengan kematian yang besar. Di Indonesia nyamuk penular

DESKRIPSI TEMPAT PENAMPUNGAN AIR POSITIF LARVA Aedes aegypti DI KELURAHAN CAKUNG TIMUR

Sebaran Jentik Nyamuk Aedes spp. di Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya

Deskripsi Tempat Penampungan Air Positif Larva Aedes aegypti di Kelurahan Cakung Timur

BAB I PENDAHULUAN. lancarnya transportasi (darat, laut dan udara), perilaku masyarakat yang kurang sadar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HUBUNGAN PELAKSANAAN PSN 3M DENGAN DENSITAS LARVA Aedes aegypti DI WILAYAH ENDEMIS DBD MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2010). melakukan kegiatannya, oleh karena itu perlu dikelola demi kelangsungan

KEPADATAN JENTIK VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) Aedes sp. DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN POTENSIAL KOTA SEMARANG, PROVINSI JAWA TENGAH

Perbedaan Warna Kontainer Berkaitan dengan Keberadaan Jentik Aedes aegypti di Sekolah Dasar

KEPADATAN VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI PERUMNAS SITEBA PADANG TAHUN 2008

ARTIKEL PENG AMATAN LARVA AEDES DI DESA SUKARAYA KABUPATEN OKU DAN DI DUSUN MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR TAHUN 2004

Pengaruh Penggunaan Repelen Masal Jangka Panjang Pada Suatu Pemukiman terhadap Keberadaan Nyamuk Aedes aegypti (L.) (Diptera: Culicidae)

BAB III METODE PENELITIAN. O1 X 0 O k : Observasi awal/pretest sebanyak 3 kali dalam 3minggu berturut-turut

BAB I PENDAHULUAN. dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk demam berdarah (Aedes

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Keberadaan jentik nyamuk Ae. aegypti di suatu wilayah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

SURVEI JENTIK NYAMUK Aedes spp DI DESA TEEP KECAMATAN AMURANG BARAT KABUPATEN MINAHASA SELATAN

SURVEI ENTOMOLOGI AEDES SPP PRA DEWASA DI DUSUN SATU KELURAHAN MINOMARTANI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN PROVINSI YOGYAKARTA

Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Keberadaan Jentik Vektor Chikungunya di Kampung Taratak Paneh Kota Padang

PERBANDINGAN KEBERADAAN LARVA AEDES SP. PADA JENIS CONTAINER ANTARA RW 03 DAN RW 07 DI KELURAHAN CEMPAKA PUTIH BARAT, JAKARTA PUSAT

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

PENGARUH PENGGUNAAN REPELEN MASSAL JANGKA PANJANG PADA SUATU PERMUKIMAN TERHADAP KEBERADAAN NYAMUK Aedes aegypti (Diptera : Culicidae)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

Tempat Perkembangbiakan Nyamuk Aedes spp. Pasa Wisata pangandaran.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB IV PENGGUNAAN METODE SEMI-PARAMETRIK PADA KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU JAWA DAN SUMATERA

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Analisis Terhadap Densitas Larva Nyamuk Aedes aegypti (Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue/DBD)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

JURNAL. Suzan Meydel Alupaty dr. H. Hasanuddin Ishak, M.Sc,Ph.D Agus Bintara Birawida, S.Kel. M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS SEBARAN DAN KEPADATAN NYAMUK Aedes Aegypti DI LAUWA, JULUKANAYA DAN TONRORITA KECAMATAN BIRING BULU KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Hubungan Sosiodemografi dan Kondisi Lingkungan dengan Keberadaan Jentik di Desa Mangunjiwan Kecamatan Demak

HUBUNGAN PRAKTIK PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK (PSN) DENGAN KBERADAAN JENTIK

Kajian Tempat Perindukan Nyamuk Aedes di Kawasan Kampus Darussalam Banda Aceh. (Study of Aedes breeding Place in Darussalam area Banda Aceh)

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan penyakit yang cepat, dan dapat menyebabkan. kematian dalam waktu yang singkat (Depkes R.I., 2005). Selama kurun waktu

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

Bagaimanakah Perilaku Nyamuk Demam berdarah?

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN KEBERADAAN JENTIK

Hubungan Tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Keberadaan Larva Vektor DBD di Kelurahan Lubuk Buaya

JST Kesehatan, Januari 2016, Vol.6 No.1 : ISSN

Kata Kunci : Demam Berdarah Dengue (DBD), Sanitasi lingkungan rumah, Faktor risiko

KONTAINER LARVA Aedes sp. DI DESA SAUNG NAGA KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional karena upaya memajukan bangsa tidak akan efektif apabila tidak memiliki

KARAKTERISTIK BREEDING PLACES DAN PERTUMBUHAN LARVA AEDES Aegypti

BAB IV METODE PENELITIAN. obyektif. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional yakni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STATUS ENTOMOLOGI VEKTOR DEMAM BERDARAH DENGUE DI KELURAHAN PERKAMIL KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

KEPADATAN POPULASI NYAMUK Aedes sp DI DAERAH ENDEMIS, SPORADIS DAN NON ENDEMIS DI KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

Transkripsi:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lokasi Penelitian Secara umum RW 3 dan RW 4 Kelurahan Pasir Kuda memiliki pemukiman yang padat dan jumlah penduduk yang cukup tinggi. Jumlah sampel rumah yang diambil dalam penelitian kali ini yaitu berjumlah 483 rumah dengan jumlah wadah yang diperiksa sebanyak 591 wadah. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa kondisi air di dalam rumah relatif lebih bersih dibandingkan kondisi air di luar rumah. Kondisi lapang umumnya kotor, bersemak dan banyak kolam yang tidak terawat sehingga menjadi tempat perindukan yang cocok untuk nyamuk Ae. albopictus (Gambar 3). (A) Gambar 3 Kondisi lapang di lokasi penelitian yang kotor dan bersemak serta kolam taman yang tidak terawat menjadi tempat perindukkan nyamuk Aedes. (A: bagian depan halaman rumah; B: bagian belakang halaman rumah) 4.2 Jenis Larva Nyamuk Hasil pengamatan terhadap 591 wadah baik di dalam maupun luar rumah di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada periode musim hujan bulan Desember 21 Maret 211 ditemukan 147 wadah atau 24,87% yang positif mengandung larva nyamuk. Wadah yang positif tersebut sebanyak 65,99% berada di dalam rumah dan 34,1% di luar rumah. Jenis larva nyamuk Ae. aegypti lebih banyak ditemukan pada wadah di dalam rumah yaitu sebanyak 82%, sedangkan larva Ae. albopictus dan larva campuran (Ae. aegypti (B) 24

Densitas Larva Nyamuk (%) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 82, 68,29 66,67 31,71 33,33 18 Ae. aegypti Ae. albopictus Campuran Jenis Nyamuk Dalam Rumah Luar Rumah Gambar 4 Persentase jenis larva nyamuk pada wadah di lokasi penelitian di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor (N=591) periode bulan Desember 21 Maret 211. dan Ae. albopictus) lebih banyak ditemukan di luar rumah yaitu berturut-turut 68,29% dan 66,67% (Gambar 4). Aedes albopictus di Thailand juga lebih banyak dijumpai pada habitat di luar rumah baik pada wadah TPA maupun non TPA (Chareonviriyahap et al., 29). Ae. aegypti lebih suka meletakkan telurnya pada air yang jernih yang berada di dalam rumah dan tidak terlalu terkena sinar matahari atau berada di bawah naungan. Sebaliknya Ae. albopictus lebih suka bertelur di luar rumah pada wadah non TPA seperti ban bekas, tempat minum burung dan penyiram bunga. 4.3 Indeks Larva 4.3.1 Container Index Hasil pengukuran Container Index (CI) yang menggambarkan tingginya wadah yang mengandung larva nyamuk dari total wadah yang diperiksa dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 memperlihatkan bahwa angka CI wadah non TPA secara umum lebih tinggi dari pada angka CI pada wadah-wadah TPA. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada wadah non TPA selalu dapat ditemukan larva Aedes dibandingkan dengan wadah TPA yang tidak selalu ditemukannya larva Aedes. Kedua angka CI ini memiliki angka kepadatan populasi larva nyamuk yang tinggi berdasarkan angka density figure (WHO, 1972). Tingginya CI pada wadah non TPA, berarti bahwa wadah tersebut menjadi tempat perindukan yang paling baik bagi nyamuk Aedes spp. Rendahnya angka CI

pada wadah TPA tersebut kemungkinan disebabkan penduduk lebih sering membersihkan wadah penampungan air (wadah TPA) yang berhubungan langsung dengan aktivitas sehari-hari di dalam rumah dibanding dengan wadah penampungan air di luar rumah (wadah non TPA) seperti vas bunga, kaleng bekas, ban bekas dan tempat minum burung. Jumlah wadah 16 14 12 1 8 6 4 2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah TPA Jumlah non TPA CI TPA CI Non TPA Gambar 5 Angka CI pada jenis wadah TPA, non TPA pada lokasi penelitian di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor periode bulan Desember 21 Maret 211. Angka CI pada wadah TPA selama periode pengamatan bulan Desember 21 - Maret 211 cenderung menurun, sedangkan angka CI pada wadah non TPA perubahannya berfluktuatif. Penurunan angka CI wadah TPA selama periode pengamatan tersebut kemungkinan terkait rutinitas pengurasan wadah TPA dan respon penduduk yang muncul akibat seringnya kunjungan kami (tim penelitian) saat mengambil sampel larva di wadah TPA. Angka CI wadah non TPA selama periode pengamatan pun mengalami penurunan meskipun berfluktuatif. Angka yang berfluktuatif ini disebabkan pada wadah non TPA yang mengandung larva, tidak sepenuhnya hanyut saat hujan mengguyur deras karena terdapat banyak pula wadah non TPA yang terletak di sebuah naungan atap rumah yang saling berdempetan. 26

4.3.2 House Index House index (HI) menggambarkan jumlah rumah yang mengandung larva dari pengamatan larva yang berada pada wadah-wadah baik wadah di dalam rumah maupun di luar rumah. Dengan demikian, angka HI menunjukkan luas penyebaran nyamuk dalam masyarakat. Angka HI pada bulan Desember 21 yaitu sekitar 3% kemudian cenderung menurun menjadi 17,59% pada akhir pengamatan (Maret 211) (Gambar 6). Pada musim hujan, air untuk rumah tangga tersedia melimpah sehingga penduduk cenderung tidak menampung air dalam waktu yang lama. Selain itu, ketersediaan air yang melimpah pada musim hujan menyebabkan wadah non TPA yang berada di luar rumah ikut terkuras. Pola perubahan angka HI tersebut mirip dengan pola perubahan angka CI wadah TPA. Angka HI yang diperoleh dalam penelitian ini masih lebih rendah dibandingkan angka HI yang diperoleh di Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Bogor yaitu 73,27% (Hadi 2 et al. 28). Namun dari angka HI yang tertinggi pada bulan Desember 21 yaitu sebesar 3,17% termasuk ke dalam kepadatan populasi larva nyamuk (density figure) yang sedang menurut WHO (1972). 4.3.3 Breteau Index Angka BI menggambarkan jumlah wadah di dalam maupun di luar rumah yang mengandung larva dari total rumah yang diamati. Menurut Soedarmo (29) angka BI merupakan indikator terbaik untuk menyatakan kepadatan nyamuk dan di Indonesia rata-rata angka BI adalah 5%. Angka BI tertinggi yang diperoleh pada penelitian ini adalah 42,86%. Angka ini termasuk dalam tingkat kepadatan populasi larva nyamuk yang sedang menurut WHO (1972), meskipun angka ini tergolong dalam tingkat kepadatan yang sedang namun masih dapat berpotensi menimbulkan KLB. Angka BI ini lebih rendah dibandingkan dengan yang diperoleh di Thailand baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan, yaitu 99 19 (Chareonviriyaphap et al., 29). Pola perubahan angka BI hampir mirip dengan angka CI dan HI, tetapi dengan angka yang lebih tinggi (Gambar 6). Hal ini disebabkan dalam satu rumah dapat memiliki lebih dari satu wadah. Pada 27

bulan Februari Maret angka BI menurun karena air dalam wadah yang ada di luar rumah sering mengalami pergantian oleh curah hujan yang terus menerus. Indeks larva (%) 5 45 4 35 3 2 15 1 5 42,86 33,86 3,17 19,84 17,59 Waktu pengamatan CI HI BI Gambar 6 Indeks larva (angka CI, HI dan BI) di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada bulan Desember 21 Maret 211. 4.4 Jenis, Bahan dan Warna Wadah Tempat Perindukan Larva 4.4.1 Jenis-jenis wadah yang ditemukan Hasil penelitian ditemukan sembilan jenis wadah non TPA yaitu kaleng bekas, vas bunga, aquarium, kubangan, dispenser, tempat minum burung, tempat siram bunga, talang air dan penutup sumur, empat wadah TPA yaitu bak mandi/wc, ember, drum, tempayan dan satu cekungan air alamiah yaitu ketiak tangkai daun tanaman hias. Jumlah wadah yang sering teramati adalah wadah TPA terutama ember dan bak mandi yaitu berturut-turut 182 unit dan 333 unit sedangkan wadah lainnya yang meliputi wadah TPA maupun non TPA secara umum sangat sedikit yaitu antara 2 11 unit. Oleh karena itu dalam penelitian ini hanya disampaikan data angka CI yang berasal dari wadah yang paling banyak ditemukan yaitu bak mandi dan ember. Angka CI pada wadah TPA berupa ember dan bak mandi secara umum mengalami penurunan selama periode penelitian (Gambar 7). Angka CI ember dan bak mandi pada bulan Februari mengalami penurunan yang tajam daripada angka CI bak mandi. Hal ini disebabkan pergantian air pada ember relatif lebih sering dilakukan dibandingkan dengan pergantian air pada bak mandi yang 28

volume air lebih banyak. Faktor kunjungan survei dan petugas jumantik berpengaruh terhadap respon warga untuk melakukan PSN 3M. Angka CI tertinggi baik pada ember maupun bak mandi yaitu sekitar % kemudian menurun pada akhir periode pengamatan yaitu berturut-turut sebesar 11 dan 13%. 12 3 1 Jumlah wadah 8 6 4 2 15 1 Jumlah bak mandi Jumlah ember CI Bak mandi CI Ember 2 5 Gambar 7 Jenis wadah dan angka CI wadah pada lokasi penelitian di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor periode bulan Desember 21 Maret 211. 4.4.2 Bahan wadah yang ditemukan Wadah yang umumnya digunakan oleh penduduk adalah berbahan semen, plastik, dan keramik. Ketiga jenis bahan wadah tersebut pada awal penelitian (Desember 21) memiliki CI yang tinggi yaitu semen sekitar 28%; keramik sekitar 32% dan plastik sekitar 38% (Gambar 8). Pada pengamatan bulan selanjutnya angka CI cenderung mengalami penurunan. Penurunan angka CI yang paling tajam yaitu pada bahan wadah dari plastik, sedangkan penurunannya yang landai adalah bahan dari semen. Penurunan angka CI bahan wadah plastik yang umumnya berupa ember tersebut disebabkan karena ember memiliki volume relatif kecil sehingga lebih sering mengalami penggantian air yang berpotensi terkurasnya larva-larva yang berada di dasar ember. Penurunan angka CI wadah dari semen yang relatif lebih rendah dibandingkan bahan plastik dan keramik kemungkinan terkait dengan karakter 29

dari bahan semen itu sendiri. Bahan wadah dari semen yang memiliki permukaan relatif kasar dan berongga menyebabkan larva masih dapat bersembunyi saat bak mandi dikuras, sehingga angka CI yang didapat pun cenderung lebih tinggi dibandingkan angka CI keramik. Larva masih dapat ditemukan pada wadah TPA berbahan keramik. Wadah dari bahan keramik walaupun memiliki permukaan yang licin dan halus, sambungan antar ubin membentuk celah yang dapat menjadi tempat perlindungan larva sehingga dapat berpotensi sebagai tempat perkembangbiakan larva. Selain itu, bahan wadah bak semen umumnya dimiliki oleh warga dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah dibanding dengan warga yang memiliki bak dari bahan keramik. Hal tersebut kemungkinan berpengaruh terhadap respon warga untuk melakukan PSN 3M. Hasil penelitian di Thailand juga menunjukkan bahwa TPA dari bahan semen merupakan habitat yang disukai larva Ae. aegypti (Chareoviriyaphap et al., 29). Jumlah wadah 8 7 6 5 4 3 2 1 45 4 35 3 2 15 1 5 Semen Plastik Keramik Semen Plastik Keramik Gambar 8 Bahan wadah yang diperiksa dan angka CI pada lokasi penelitian di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor periode bulan Desember 21 Maret 211. 4.4.3 Warna wadah yang ditemukan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dijumpai delapan jenis warna wadah sebagai penampungan air yaitu biru, cokelat, putih, abu-abu, hijau, merah, merah jambu dan hitam. Warna wadah yang paling sering dijumpai yaitu warna abuabu, putih dan biru. Oleh sebab itu dalam penelitian ini hanya disajikan angka kepadatan jentik (CI) dari ketiga jenis bahan tersebut. Angka CI wadah berwarna 3

Jumlah wadah 1 8 6 4 2 1 8 6 4 2 Wadah berwarna abu CI jumlah wadah 4 3 2 1 1 8 6 4 2 Wadah berwarna biru CI Jumlah wadah 5 4 3 2 1 8 6 4 2 Wadah berwarna putih CI Gambar 9 Warna wadah dan angka CI pada lokasi penelitian di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor periode bulan Desember 21 Maret 211. abu-abu dan biru yang umumnya adalah TPA di dalam rumah mengalami penurunan selama periode pengamatan. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh kunjungan survei dan petugas lapangan. (Gambar 9). Wadah berwarna putih umumnya dijumpai pada wadah non TPA di luar rumah seperti kaleng bekas cat tembok yang relatif jarang diperhatikan dibandingkan wadah dalam rumah sehingga angka CI cenderung turun-naik. 31

Bila dinyatakan dalam persentase, kesukaan nyamuk Aedes spp. terhadap warna wadah untuk bertelur tertinggi berturut-turut adalah wadah berwarna biru (38,4%), abu-abu (31,8%) dan putih (%) (Tabel 2). Lounibos et al. (1993) dalam penelitiannya menggunakan ketiak daun Heliconia caribaea dan Aechmea yang diberi genangan air untuk mengetahui kesukaan warna wadah yang sering digunakan nyamuk bertelur menyimpulkan bahwa nyamuk tidak mempunyai kesukaan khusus pada jenis warna tertentu dalam meletakkan telur (ovoposition). Perbedaan hasil yang diperoleh kemungkinan karena penelitian Lounibos et al. (1993) dilakukan di luar rumah (outdoor) pada semua jenis nyamuk, sedangkan dalam penelitian ini dilakukan pengamatan baik di luar maupun di dalam rumah dan khusus terhadap jenis nyamuk Aedes spp. Tabel 2 Kesukaan warna wadah untuk bertelur nyamuk Aedes spp. di Kelurahan Pasir Kuda pada bulan Desember 21 Maret 211. Warna wadah Jumlah wadah Jumlah wadah dengan larva Kesukaan nyamuk terhadap warna wadah untuk bertelur (%) diamati Abu-abu 85 27 31,8 Biru 1 48 38,4 Putih 18 27 4.5 Pengaruh Curah Hujan dan Suhu Terhadap Kepadatan Larva Menurut Bentley & Day (1989) peletakan telur nyamuk Aedes spp. dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti curah hujan, kelembaban, suhu, dan kecepatan angin. Fluktuasi angka CI pada Ae. aegypti dan Ae. albopictus selama bulan Desember 21 Maret 211 memiliki pola yang berbeda (Gambar 1). 32

Container Index (%) 3 2 15 1 5 Waktu Pengamatan 7 6 5 4 3 2 1 Index Curah Hujan (mm) Ae. aegypti Ae. albopictus ICH Gambar 1 Angka CI Ae. aegypti dan Ae. albopictus dan data curah hujan di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada bulan Desember 21 Maret 211. Container Index (%) 3 2 15 1 5 Waktu Pengamatan 27,2 27 26,8 26,6 26,4 26,2 26,8,6,4 Suhu Udara ( C) Ae. aegypti Ae. albopictus suhu Gambar 11 Angka CI Ae. aegypti dan Ae. albopictus dan data suhu udara di Kelurahan Pasir Kuda, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor pada bulan Desember 21 Maret 211. Angka CI pada Ae. aegypti mula-mula cukup tinggi pada bulan Desember 21 yaitu 22,5% sedikit meningkat pada bulan Januari 211 yaitu sebesar,88%, kemudian menurun tajam pada bulan Februari Maret 211 yaitu 33

berturut-turut 11,54% dan 7,%. Grafik hubungan antara curah hujan dan angka CI pada kedua jenis nyamuk tersebut (Gambar 1) berfluktuasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa antara curah hujan dan angka CI pada nyamuk Ae. aegypti memiliki koefisen korelasi Spearman (ρ) =,6 dan tidak berkorelasi secara nyata (P <,1). Tempat perkembangbiakan larva Ae aegypti yang umumnya berada di dalam rumah tidak dipengaruhi oleh curah hujan. Pola perubahan CI pada Ae. albopictus terlihat sejalan dengan pola perubahan curah hujan. Hal ini kemungkinan disebabkan tempat perkembangbiakan larva Ae. albopictus lebih banyak terdapat di luar rumah dan di bawah sehingga larva relatif mudah hanyut karena air hujan. Namun, uji statistik menunjukkan bahwa angka koefisien korelasi Spearman antara curah hujan dan angka CI pada Ae. albopictus tersebut, yaitu,8 yang tidak berkorelasi nyata (P <,1). Grafik suhu dan angka CI pada kedua jenis nyamuk (Gambar 11) menujukkan pola yang berfluktuasi. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan antara suhu dan angka CI pada nyamuk Ae. aegypti memiliki koefisen korelasi Spearman (ρ) = dan tidak berkorelasi secara nyata (P <,1). Suhu dalam penelitian ini adalah suhu makro Kota Bogor yang diperoleh dari BMKG Darmaga sehingga kemungkinan dapat berbeda dengan suhu aktual di lokasi penelitian. Menurut Akram & Jin (24) secara umum kisaran suhu udara pada 19 27 o C merupakan suhu lingkungan yang sangat disenangi nyamuk Ae. albopictus untuk bertelur sehingga masih merupakan suhu ideal bagi nyamuk untuk bertelur yang diperlihatkan oleh angka CI yang cukup tinggi. Namun, hasil uji statistik Spearman menunjukkan bahwa hubungan antara suhu dan angka CI pada Ae. albopictus memiliki koefisien korelasi negatif (ρ) yang kuat, yaitu -1. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa hubungan antara suhu dan angka CI berkorelasi secara nyata (P <,1). Hal tersebut berarti semakin tinggi suhu di atas,5 o C angka CI Ae. albopictus makin menurun. 34