EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN DENGAN BANTUAN PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB III PENUTUP. ditentukan 3 (tiga) cara eksekusi secara terpisah yaitu parate executie,

SKRIPSI. EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN DENGAN BANTUAN PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN PADA PT. BANK. MANDIRI (PERSERO) Tbk. BANDAR LAMPUNG. Disusun Oleh : Fika Mafda Mutiara, SH.

Lex Privatum, Vol. IV/No. 1/Jan/2016

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Moch Chidin, dkk Pengertian Pengertian Elementer Hukum Perjanjian Perdata. Bandung: Mandar Maju.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI PENGADILAN NEGERI (Studi di Pengadilan Negeri Boyolali)

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

JAMINAN. Oleh : C

PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN

Imma Indra Dewi Windajani

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

PARATE EXECUTIE PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN ASET KREDITOR DAN DEBITOR

DAFTAR PUSTAKA. Abbas Salim, 1985, Dasar-Dasar Asuransi (Principle Of Insurance) Edisi Kedua, Tarsito, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA. Algra N.E et.al, 1983.Kamus Istilah Hukum Fockema Andreae Belanda-Indonesia, Bina Cipta Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad, Hukum Perikatan. Bandung: Alumni. Ali, Moch. Chidir, Achmad Samsudin, Mashudi, Pengertian-Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Hal tersebut

BAB III PENUTUP. Jayapura, apabila perjanjian kredit macet dan debitur wanprestasi yaitu: (reconditioning), dan penataan kembali (restructuring).

BAB V PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN SEBAGAI HAK JAMINAN. A. Dasar Hukum Pengertian Hak Tanggungan

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

HUTANG DEBITUR DAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

SKRIPSI Skripsi Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Program Reguler Mandiri Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku kreditur yang

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

Lex Administratum, Vol. IV/No. 4/Apr/2016. PROSES PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN Oleh : Naomi Meriam Walewangko 2

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG HAK TANGGUNGAN YANG OBYEKNYA DIKUASAI PIHAK KETIGA BERDASARKAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA

ANALISIS YURIDIS SOSIOLOGIS PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP OBJEK JAMINAN HAK TANGGUNGAN YANG DIAJUKAN DI

DAFTAR PUSTAKA. Adjie, Habib, Hak Tanggungan Sebagai Lembaga Jaminan Atas Tanah Mandar Maju, Bandung, 2005

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB II. A. Tinjauan Umum Hak Tanggungan. 1. Pengertian Hak Tanggungan. Pengertian Hak Tanggungan secara yuridis yang diatur dalam ketentuan Pasal

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM UU.NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA- BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

DAFTAR PUSTAKA. Adrian Sutedi, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

BAB II. A. Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT). Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan adalah kuasa yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK KREDITOR DALAM MELAKSANAKAN EKSEKUSI SELAKU PEMEGANG JAMINAN DENGAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional

PELAKSANAAN JAMINAN FIDUSIA PADA AKAD MURABAHAH DI BANK NAGARI SYARIAH PADANG. SKRIPSI No. Reg : 234/PKII/X/2011

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. hutang menggunakan kelembagaan jaminan hipotik, karena pada waktu itu hak

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN SERTIFIKAT HAK MILIK ATAS TANAH MENURUT UNDANG - UNDANG NOMOR 04 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

PERLINDUNGAN HUKUM KREDITUR PENERIMA JAMINAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH. Oleh Rizki Kurniawan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT) YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNDANG-

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN CREDIT CARD PADA BANK RAKYAT INDONESIA CABANG SUKOHARJO

TINJAUAN TENTANG KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN APABILA ADA PERLAWANAN DARI DEBITUR WANPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting.

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law).

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

Transkripsi:

EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN DENGAN BANTUAN PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Oleh : NUR HIDAYAH C.100.080.088 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012/2013 1

HALAMAN PENGESAHAN Naskah publikasi skripsi ini telah diterima dan disahkan oleh Dewan Penguji Skripsi Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Pembimbing I Pembimbing II (Septarina Budiwati, S.H, M.H. C.N) (Mutimatun Ni ami S.H, M.H) Mengetahui Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta (Muchamad Iksan, S.H., M.H.) 2 ii

SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrohim Yang bertanda tangan dibawah ini, saya : Nama : NUR HIDAYAH NIM : C 100 080 088 Fakultas/ Jurusan : HUKUM / ILMU HUKUM Jenis : SKRIPSI Judul : EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN DENGAN BANTUAN PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk: 1. Memberikan hak bebas royalti kepada perusahaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalihmediakan/ mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakan UMS, tanpa perlu minta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagai semestinya. Surakarta, 21 Maret 2013 Yang menyatakan Nur Hidayah 3 iii

ABSTRAK Eksekusi Terhadap Obyek Hak Tanggungan Dengan Bantuan Pengadilan (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen). Nur Hidayah. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau biasa disebut dengan UUHT memberikan berbagai kemudahan kepada para pihak terutama bagi kreditur khususnya dalam hal eksekusi terhadap obyek jaminan apabila debitur cidera janji (wanprestasi). Salah satu cara eksekusi yang diberikan dalam UUHT adalah dengan jalan eksekusi title eksekutorial berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan yang dilakukan dengan bantuan pengadilan. Dalam skripsi ini penulis mencoba memberikan analisis pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan di Pengadilan Negeri Sragen. Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis dari data permohonan eksekusi di Pengadilan Negeri Sragen dari tahun 2007 s/d 2012 didapatkan data bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan masih menjadi pilihan bagi kreditur dalam rangka mendapatkan haknya yang telah diciderai oleh debitur. Pada prinsipnya Pengadilan Negeri Sragen tidak dapat melaksanakan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan apabila tidak ada permohonan dari pihak kreditur. Hal ini merupakan representasi dari asas pasif hakim dalam peradilan perdata. Peran utama pelaksanaan eksekusi sendiri berada pada Ketua Pengadilan Negeri Sragen seperti halnya diatur dalam pasal 224 HIR/258 RBg dimana Ketua Pengadilan Negeri Sragen mencoba menyeimbangkan perannya kepada kreditur sebagai pemohon eksekusi dan debitur sebagai termohon eksekusi. Dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen ditemui beberapa hambatan diantaranya keseriusan para pihak yang berperkara, perlawanan dari pihak debitur saat pelaksanaan sita eksekusi, dan tidak adanya peminat atau pembeli pada saat pelelangan. Kata Kunci : Eksekusi, Hak Tanggungan, Pengadilan Negeri Sragen. 4 iv

EKSEKUSI TERHADAP OBYEK HAK TANGGUNGAN DENGAN BANTUAN PENGADILAN (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Sragen) PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, yang para pelakunya meliputi baik pihak pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perseorangan dan badan hukum, meningkat juga keperluan akan tersedianya dana yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatan perkreditan. 1 Dalam praktek perbankan di Indonesia, pemberian kredit umumnya diikuti penyediaan jaminan khusus oleh pemohon kredit, sehingga pemohon kredit yang tidak bisa memberikan jaminan sulit untuk memperoleh kredit dari bank. 2 Jaminan berupa tanah adalah yang banyak digunakan dalam praktek perbankan didasarkan pada pertimbangan tanah merupakan jaminan yang aman dan punya nilai ekonomis yang relatif tinggi. 3 Dasar yuridis pengikatan jaminan terhadap tanah adalah Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau biasa disebut dengan UUHT sebagai pengganti ketentuan hypotheek dan creditverband. Dalam UUHT sendiri memberikan kemudahan bagi kreditur khusunya dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan apabila debitur wanprestasi/ cidera janji yaitu adanya tiga pilihan cara eksekusi yaitu dengan parate executie, penjualan dibawah tangan, dan Titel eksekutorial. 1 Penjelasan umum point 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah 2 Sutarno, Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2004, Hal140 3 Agus Yudha Hernoko, Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Penunjang Kegiatan Perkreditas Perbankan Nasional (Surabaya: Tesis, Pascasarjana, UNAIR, 1998), Hal 7 1

Penelitian ini mencoba mengkaji secara komprehensif berkaiatan dengan eksekusi dengan cara title eksekutorial (dengan bantuan pengadilan) yang harapanya dapat dijadikan pijakan bagi masyarakat dalam rangka mendapatkan haknya kembali yang telah diciderai oleh pihak debitur. KERANGKA PEMIKIRAN Hak Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana tersebut dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. 4 Sebagai salah satu bentuk perjanjian jaminan, Hak Tanggungan mempunyai sifat accesoir, artinya perjanjian ini tidak dapat berdiri sendiri akan tetapi mengikuti perjanjian pokok yaitu perjanjian kredit. Kemudahan yang disediakan oleh UUHT bagi para kreditur pemegang Hak Tanggungan adalah apabila debitur cidera janji, berdasarkan Pasal 20 ayat (1) huruf a dan b UUHT eksekusi atas benda jaminan Hak Tanggungan dapat ditempuh melalui 3 (tiga) cara yaitu Parate executie, Penjualan dibawah tangan dan Titel Eksekutorial. 5 Secara etimologis parate executie berasal dari kata parat artinya siap di tangan sehingga parate executie adalah sarana eksekusi yang siap ditangan. 6 Ketentuan mengenai Parate excecutie ini didasarkan pada Pasal 6 UUHT yang berbunyi: Apabila debitur cidera janji, pemegang Hak Tanggungan mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutang dari hasil penjualan tersebut. 4 Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 5 Herowati Poesoko, Parate Executie Obyek Hak Tanggungan ( Inkonsistensi Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dala UUHT ), laksbang PRESSindo, Yogyakarta, 2007, Hal 4 6 J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak Jaminan kebendaan, Hak Tanggungan Buku2, Hal. 267, dikutip dari Herowati Poesoko, Op.cit., Hal 241 2

Eksekusi dengan cara penjualan dibawah tangan maksudnya adalah eksekusi dengan cara menjual obyek Hak Tanggungan yang didasarkan atas kesepakatan antara debitur maupun kreditur untuk medapatkan harga tertinggi dari hasil penjualan obyek Hak Tanggungan. Pelaksanaan titel eksekutorial pada dasarnya mengacu pada ketentuan Pasal 224 HIR/258 RBg, hal ini didasarkan pada ketentuan Pasal 26 UUHT yang menyatakan bahwa sebelum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang eksekusi Hak Tanggungan maka peraturan eksekusi Hypotheek tertap berlaku dalam eksekusi Hak Tanggungan. METODE PENELITIAN Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Pendekatan ini mengkaji bentuk normative atau yuridis prosedur pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan realisasinya. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen Mengkaji proses eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan atau dengan cara title eksekutorial berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan maka tidak akan bisa dilepaskan dari dasar yuridis pelaksanaan eksekusi dengan cara ini. Pelaksanaan eksekusi dengan cara title eksekutorial berdasarkan sertifikat Hak Tanggungan mengacu pada ketentuan Pasal 224 HIR/258 RBg. Hal ini didasarkan pada ketentuan pasal 26 UUHT yang menyatakan bahwa sebelum ada peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus tentang eksekusi Hak Tanggungan maka peraturan eksekusi hipotik tetap berlaku dalam eksekusi Hak Tanggungan Berdasarkan data yang diperoleh penulis berkaitan dengan perkara permohonan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan yang masuk di 3

Pengadilan Negeri Sragen dari tahun 2007 s/d terdapat 22 (dua puluh dua) kasus. Perkara yang dicabut oleh pihak kreditur sebelum aanmaning sejumlah 1 (satu) kasus. Perkara yang selesai sampai tahap aanmaning sejumlah 15 (lima belas) kasus. Perkara yang selesai sampai tahap sita eksekusi sejumlah 4 (empat) kasus. Perkara yang selesai sampai tahap lelang sejumlah 1 (satu) kasus. Dan perkara yang selesai dengan mediasi sejumlah 1 (satu) kasus. Dari jumlah tersebut maka penulis memberikan kesimpulan bahwa bahwa eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dengan bantuan pengadilan masih menjadi pilihan bagi sebagian kreditur untuk mendapatkan haknya kembali yang telah diciderai oleh pihak debitur. Walaupun dalam pelaksanaanya dari tahun 2007 s/d 2012 hanya 1 (satu) perkara saja yang sampai tahap pelelangan. Sedangkan berdasarkan data hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen diperoleh data bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: 7 a. Tahap Permohonan Pengadilan Negeri Sragen tidak bisa melakukan pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan sebelum adanya permohonan eksekusi dari pihak kreditur. Hal ini merupakan reperesentasi pelaksanaan asas pasif bagi hakim dalam perkara perdata yang secara tegas dicantumkan dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997. b. Tahap Aanmaning Setelah adanya permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri Sragen, maka tahapan selanjutnya Ketua Pengadilan Sragen melakukan pemanggilan kepada pihak debitur pada hari dan tanggal yang telah ditentukan untuk diberikan peringatan (aanmaning). Dalam hal ini Ketua Pengadilan Negeri Sragen memberikan nasihat dan pertimbangan hukum 7 Hasil wawancara dengan Bapak Joko Suhatno SH MH(Panitera Pengadilan Negeri Sragen) Pada Hari Rabu, 20 Februari 2013 4

kepada pihak debitur agar bisa memahami dan segera membayar kewajibanya. Hal ini dimaksudkan agar pihak debitur tidak mengalami kerugian yang cukup banyak apabila perkara sampai tahap pelelangan. Karena semua biaya pemeriksaan perkara dari awal sampai dengan akhir akan ditanggung oleh pihak debitur c. Tahap Sita Eksekusi Sita eksekusi pada dasarnya merupakan tahap peringatan terakhir dari Ketua Pengadilan Negeri Sragen kepada pihak debitur sebelum obyek Hak Tanggungan dilakukan eksekusi melalui pelelangan. Dalam hal ini setelah ada penetapan sita eksekusi dari ketua Pengadilan Negeri Sragen, kemudian jurusita Pengadilan Negeri Sragen melakukan pembacaan penetapan sita eksekusi dengan didampingi oleh Muspika setempat (Kapolsek, Camat, dan Kepala desa) dihalaman/pelataran Balai Desa tempat obyek Hak Tanggungan berada d. Tahap Pelelangan. Tahapan selanjutnya setelah dilakukanya sita eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan adalah tahapan pelelangan terhadap obyek Hak Tanggungan. Tahapan ini diawali dengan Ketua Pengadilan Sragen mengirim surat permohonan agar dilakukannya lelang terhadap obyek Hak Tanggungan kepada Kantor Lelang. Kemudian Terhadap surat permohonan tersebut kemudian Kantor Lelang memerintahkan Ketua Pengadilan Negeri Sragen untuk : 1) Membuat pengumuman akan dilaksanakanya lelang dengan mencantumkan jadwal pelaksanaan lelang melalui selebaran ini dilakukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari. 2) Setelah jangka waktu pengumuman tersebut habis, maka Ketua Pengadilan Negeri membuat pengumuman yang sama melalui media masa seperti koran selama jangka waktu 2 (dua) minggu. 3) Dan harus dicantumkan pula bahwa peminat obyek lelang harus membayar 20% dari harga limit yang telah ditentukan dan dibayarkan 5

kepada rekening KPKNL maksimal sehari sebelum dilaksanakanya lelang. Alur pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen dapat dilihat dalam skema berikut: Permohonan Eksekusi dari Pihak Kreditur Ke Pengadilan Negeri Sragen Aanmaning kepada debitur Sita Eksekusi dari Ketua Pengadilan Negeri Sragen Permohonan Lelang Ketua Pengadilan Negeri kepada KPKNL Pelelangan obyek Hak Tanggungan B. Hambatan Dalam Pelaksanaan Eksekusi Terhadap Obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen Beberapa hambatan yang sering dijumpai dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyak Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen diantaranya adalah : 8 8 Hasil wawancara dengan Bapak Sapto Kendrow SH (Jurusita Pengadilan Negeri Sragen) Pada Hari Rabu, 20 Februari 2013 6

1. Keseriusan dari para pihak yang berperkara. 2. Perlawanan dari pihak debitur pada waktu pelaksanaan sita eksekusi oleh Pengadilan. 3. Tidak adanya peminat/pembeli lelang. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan data pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen mulai tahun 2007 s/d tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan melalui bantuan pengadilan Negeri masih menjadi pilihan bagi pihak kreditur dalam rangka mendapatkan haknya kembali yang telah diciderai oleh pihak debitur. 2. Pengadilan Negeri Sragen pada prinsipya tidak bisa melakukan pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan apabila tidak ada permohonan eksekusi dari pihak kreditur. Ini merupakan representasi pelaksanaan asas pasif bagi hakim dalam acara perdata sebagaimana tertuang dalam pasal 5 ayat (2) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Kekuasaan Kehakiman. 3. Ketua Pengadilan Negeri Sragen pada prinsipnya mempuyai peran utama dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan yang masuk di Pengadilan Negeri Sragen. Peran ini dibagi secara seimbang baik kepada pihak kreditur agar segera mendapatkan haknya, dan kepada pihak debitur agar segera membayar kewajibanya kepada pihak kreditur dan tidak mengalami kerugian yang besar kalau perkara samapai tahap pelelangan. 4. Dalam pelaksanaan eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan di Pengadilan Negeri Sragen terkadang ditemui beberapa hambatan yang bersifat non-yuridis diantaranya adalah keseriusan dari para pihak yang berperkara, perlawanan dari pihak debitur pada waktu pelaksanaan sita eksekusi oleh pengadilan, tidak adanya peminat/pembeli lelang. 7

B. SARAN 1. Pihak kreditur sebaiknya lebih cermat dalam menerapkan prinsip-prinsip pemberian kredit dengan untuk meminimalisir terjadinya kredit macet sehingga eksekusi terhadap obyek Hak Tanggungan bisa diminimalisir. 2. Nilai jaminan harus lebih tinggi dari pada nilai pinjaman agar apabila terjadi lelang eksekusi terhadap obyek jaminan, hasil penjualanya mencukupi untuk biaya denda, bunga, dan biaya lelang itu sendiri. 8

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak, Jakarta:Raja Grafindo Persada Boedi Harsono. 1999, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaanya, Jakarta: Djambatan Djoni S Gazali & Rachmadi Usman. 2010, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika Gunawan Widjaja, Ahmad Yani. 2000, Jaminan Fiduisa, Jakarta: Raja Grafindo Persada Harahap, M Yahya. 2005. Ruang Ligkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata.Jakarta: Sinar Grafika Hernoko, Agus Yudha. Lembaga Jaminan Hak Tanggungan Sebagai Penunjang Kegiatan Perkreditas Perbankan Nasional (Surabaya: Tesis, Pascasarjana, UNAIR, 1998) Herowati, Poesoko. 2007. Parate Executie Obyek Hak Tanggungan (Inkonsistensi Konflik Norma dan Kesesatan Penalaran dala UUHT). Yogyakarta: LaksBang PRESSindo J. Satrio. 1991, Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan, Bandung: Citra Aditya Bakti Kasmir. 2007, Bank dan Lembaga Keuangan Lainya, Jakarta: Raja Grafindo Persada Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja. 2005, Hak Istimewa, Gadai dan Hipotek, Jakarta: Kencana Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono. 2004. Metode Penelitian Hukum, Surakarta: FakultasHukum UMS Lilik Mulyadi. 2002, Hukum Acara Perdata Menurut Teori dan Praktik Peradilan Indonesia, Jakarta: Djambatan M. Bahsan. 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada Mariam Darus Badrulzaman. 1989, Perjanjian Kredit Bank Cet 1, Bandung: Alumni 9

Mariam Daruz badrulzaman. 2005, Aneka Hukum Bisnis, cet.2, Bandung: Alumni Mustofa.2010, Tuntunan Pembuatan Akta-Akta PPAT, Yogyakarta: Karya Media Purwahid Patrik. 2004, Kashadi, Hukum Jaminan Edisi revisi dengan UUHT, Semarang: Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Retno Wulan Sutantio, Iskandar Oeripkartawinata. 1989, Hukum Acara Perdata Dalam Teori dan Prektek, Bandung: Mandar Maju Salim HS. 2004, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers Sri Wardah, Bambang Sutiyoso. 2007, Hukum Acara Perdata dan Perkembanganya di Indonesia, Yogyakarta: Gama Media Subekti, Hukum Perjanjian, cet 4, Jakarta: PT. Intermasa Subekti. 1996, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti Subekti, Hukum Acara Perdata, Bandung: Badan Pembinaan Hukum Nasional Sutarno. 2004.Aspek-aspek Hukum Perkreditan Pada Bank. Bandung: Alfabeta Soerjono dan Abdulrahman, 2003, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta Thomas Suyatno. 1989, Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta: Gramedia Yahya Harahap. 1986, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni Hukum Acara Perdata (HIR/RBg) Kitab Undang-undang Hukum Perdata Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan dengan Tanah 10