BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian PBV, DER, EPS, dan ROA 2.1.1.1 Pengertian PBV (Price Book Value) Rasio PBV (Price Book Value) ini di definisikan sebagai rasio harga saham terhadap nilai buku atau PBV merupakan suatu perbandingan antara harga suatu saham terhadap nilai buku bersih persaham tersebut. Rasio ini membandingkan interprestasi dari sistem pelaporan akuntansi terhadap nilai kekayaan perusahaan (asset bersih di neraca) dengan persepsi investor terhadap nilai pasar dari kekayaan perusahaan tersebut (kapitalisasi pasar). Rasio PBV (Price Book Value) sebesar 1,0 menunjukkan bahwa nilai pasar perusahaan sama dengan nilai neracanya atau nilai buku (Warren,Reeve, 2004:569). Nilai buku persaham dihitung dengan total asset perusahaan dikurangi dengan total kewajibannya dan selisihnya kemudian dibagi dengan jumlah saham yang beredar. Rasio ini dihitung dengan rumus : Price Book Value = Harga Saham Nilai Buku Per Saham
2.1.1.2 Pengertian DER (Debt to Equity Ratio) Rasio DER (Debt to Equity Ratio) merupakan rasio keuangan yang tergolong dalam struktur modal dan solvabilitas yang berfungsi untuk menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang (Subramanyam dan Jhon,2010:43:44). Menurut Kasmir (2008:166) menyebutkan bahwa debt to equity ratio (DER) merupakan rasio yang diukur dari perbandingan antara total hutang dengan ekuitas (modal sendiri). Faktor debt to equity ratio (DER) merupakan ukuran resiko yang menunjukkan hubungan antara jumlah pinjaman yang diberikan oleh kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Keberadaan DER biasanya digunakan untuk mengukur financial leverage dari suatu perusahaan. Bhandari dalam Halim (2006:5) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat DER yang tinggi memberikan ratarata return yang lebih tinggi daripada perusahaan yang memiliki tingkat DER rendah. Dengan demikian dapat diduga bahwa rasio keuangan debt to equity ratio (DER) mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Rasio DER ini dihitung dengan rumus : Total Kewajiban Debt to Equity Ratio = x 100% Total Equitas
2.1.1.3 Pengertian EPS (Earnings Per Share) Dalam lingkaran keuangan, alat ukur dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan yang paling sering digunakan adalah EPS. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public) karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektifitas manajemen dan kebijakan pembayaran deviden. Biasanya rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar tiap lembar saham dapat menghasilkan keuntungan untuk pemiliknya. Earnings Per Share dirumuskan dengan perbandingan antara laba siap bagi dengan total lembar saham sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan per Desember atau Earnings Per Share juga dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Angka tersebut adalah jumlah yang disediakan bagi para pemegang saham umum setelah dilakukan pembayaran seluruh biaya dan pajak untuk periode akuntansi terkait. Rasio di atas menunjukkan bahwa Rp.1,- dari laba bersih
yang dilaporkan menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham biasa beredar sebesar RP.xxx,- per lembar saham. Jika rasio yang didapat rendah berarti perusahaan tidak menghasilkan kinerja yang baik dengan memperhatikan pendapatan. Pendapatan yang rendah karena penjualan yang tidak lancar atau berbiaya tinggi. Jika rasio yang didapat tinggi berarti perusahaan dapat dikatakan sudah mapan (Harahap, 201:2007). Perumusan EPS dapat dirumuskan sebagai berikut : Earnings Per Share = Laba Bersih Setelah pajak Jumlah Saham Beredar Atau dengan rumus : Laba Bersih Deviden Saham Preferen Earnings Per Share = Pada rumus Earnings Rata-rata Per Share, Tertimbang dapat dikemukakan Saham Biasa yang bahwa Beredar perhitungan menggunakan bagian laba khusus untuk pemegang saham biasa. Apabila tidak terjadi perubahan saham biasa yang beredar maka penyebut rumus tersebut tetap menunjukkan jumlah saham biasa yang beredar pada akhir tahun. Apabila terdapat perubahan jumlah saham biasa yang beredar karena adanya penerbitan saham baru atau pemecahan saham maka penyebut rumus tersebut adalah rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar.
2.1.1.4 Pengertian ROA (Return on Assets) Menurut Mardiyanto (2009:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi. Menurut Dendawijaya (2003:120) rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Dengan kata lain, semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh keuntungan bersih. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap
harga saham perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007:196) angka ROA dapat dikatakan baik apabila >2%. Return on Assets menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan, karena itu dipergunakan angka laba setelah pajak dan (rata-rata) kekayaan perusahaan. Perumusan ROA dapat dirumuskan sebagai berikut : Laba Bersih Setelah pajak Return On Assets = x 100% Total Assets 2.1.2 Saham 2.1.2.1 Pengertian Saham Saham merupakan surat-surat berharga yang dimiliki perusahaan yang dapat diperjual belikan oleh perorangan atau lembaga di Bursa Efek Indonesia. Saham juga dapat didefenisikan sebagai tanda penyerta atau pemilik seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan suatu saham tersebut. Ada beberapa karakteristik saham menurut Fakhruddin (2001:8), yaitu sebagai berikut:
1. Dividen dibayarkan sepanjang perusahaan memperoleh laba. 2. Memiliki hak suara dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 3. Memiliki hak terakhir (yunior) dalam hal pembagian kekayaan perusahaan jika perusahaan tersebut dilikuidasi (dibubarkan) setelah semua perusahaan dilunasi. 4. Memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya. 5. Hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya. Ada dua keuntungan yang akan diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham, keuntungan atau manfaat tersebut berupa : 1. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam rapat umum pemegang saham (RUPS). 2. Capital Gain, merupakan selisih antara harga beli dan harga jual. Capital Gain terbentuk dengan adanya aktifitas perdagangan saham di pasar sekunder. 2.1.2.2 Jenis jenis Saham Ditinjau dari segi kemampuan dan manfaatnya, saham dapat digolongkan ke dalam saham biasa (Common Stock), dan Saham Preferen (Preferred Stock) (Fakhruddin, 2001: 12) :
1. Saham biasa (Common Stock) Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut mengalami likuidasi. 2. Saham preferen (Preferred Stock) Saham preferen merupakan saham yang mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi bisa juga tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 2.1.3 Harga Saham Saham merupakan surat-surat berharga yang dimiliki perusahaan yang dapat diperjual belikan oleh perorangan atau lembaga di Bursa Efek Indonesia. Sedangkan harga saham merupakan nilai yang harus dibayar oleh investor untuk setiap lembar saham dalam rangka melakukan penyertaan modal. Terdapat beberapa pengertian dari harga saham antara lain : 1. Harga Nominal Harga nominal atau nilai pari (Var Value), adalah nilai yang ditetapkan oleh emiten, untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkannya. Besarnya harga nominal ini tergantung pada keinginan emiten.
2. Harga Perdana Harga perdana adalah harga sebelum saham tersebut dicatatkan dalam bursa efek, atau merupakan harga jual dari penjamin emisi kepada investor. Besarnya harga perdana ini tergantung dari persetujuan antara emiten dengan penjamin emisi. 3. Harga Pasar Harga pasar adalah harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham dicatatkan ke bursa. 4. Harga Pembukaan Harga pembukaan adalah harga yang diminta penjual atau pembeli saat jam bursa dibuka. Harga pembukaan ini dimungkinkan akan berubah menjadi harga pasar. 5. Harga Penutup Harga penutup adalah harga yang diminta oleh penjual atau pembeli pada saat akhir hari bursa. Harga penutup juga dimunkinkan akan menjadi harga pasar. Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini yakni harga saham akhir transaksi (Closing Price) yang dikalkulasikan menjadi ratarata harga tahunan dengan menggunakan formula sebagai berikut : Rata-rata Harga Saham Tahunan = Harga SahamTransaksi Satu Tahun Hari Tansaksi Satu Tahun
2.1.4 Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Jogiyanto (2003:57), ada beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya harga saham, yaitu : 1. Deviden 2 Pemecahan Saham 3. Pembelian Kembali Saham 4. Penerbitan Saham 2.1.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian. Lenny (2010) dalam penelitiannya menguji pengaruh DER (Debt to Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel bebas yaitu DER (Debt to Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return on Assets), dan ROE (Return on Equity) secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan secara simultan variabel bebas yaitu DER, NPM, ROA, dan ROE berpengaruh terhadap harga saham. Yuliana (2007) dalam penelitiannya menganalisis tentang Pengaruh ROE (Retrun on Asset), NPM (Net Profit Margin), EPS
(Earnings Per Share), dan DER (Debt to Equity Ratio) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di BEJ. Hasil penilitiannya menyimpulkan bahwa hanya ROE dan EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Cory (2011) dalam penelitiannya mengenai Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Turn Over, Retrun On Investment, Return On Equity, dan Price Earnings Ratio Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial, setiap variabel independen yang diteliti yaitu CR (Current Ratio), DER (Debt to Equity Ratio), LTDtER (Long Term Debt to Equity Ratio), TATO (Total Assets Turn Over), ROI (Return on Investment), ROE (Return on Equity), dan PER (Price Earnings Ratio) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Sedangkan Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitin terdahulu dapat dilihat sebagi berikut :
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Lenny (2010) Yuliana (2007) Judul Variabel Hasil Pengaruh DER (Debt to Equity Ratio), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return On Assets) dan ROE (Return On Equity) terhadap harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Jakarta. Pengaruh ROE (Retrun On Equity), NPM (Net Profit Margin), EPS (Earnings Per Share), dan DER (Debt to Equity Ratio) terhadap harga saham pada perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ. Variabel Independen: DER, NPM, ROA, dan ROE Variabel Dependen : Harga Saham Variabel Independen: ROE, NPM, EPS, dan DER Variabel Dependen : Harga Saham Variabel bebas DER, NPM, ROA dan ROE secara parsial tidak berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan secara simultan variabel bebas tersebut berpengaruh terhadap saham. Hanya ROE dan EPS yang berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap harga saham. Cory (2011) Pengaruh Current Ratio, Debt to Equity, Ratio Long Term Debt to Equity Ratio, Total Assets Trun Over, Retrun On Investment, Return On Equity dan Price Ernings Ratio terhadap harga saham pada perusahaan Real Estate dan Properti yang terdaftar di BEI. Variabel Independen: CR, DER, LTDtER, TATO, ROI, ROE dan PER Variabel Dependen : Harga Saham CR, DER, LTDtER, TATO, ROI, ROE, dan PER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham, sedangkan pengujian secara simultan bahwa variabel independen tersebut berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sumber : Diolah oleh penulis, 2013
2.2 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan peneliti terdahulu maka dapat disimpulkan kerangka konseptual sebagai berikut: Price Book Value (PBV) X1 Debt to Equity Ratio (DER) X2 Earnings Per Share (EPS) X3 2 Harga Saham ( Y ) Retrun On Assets (ROE) X4 1 Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 menjelaskan tentang hubungan kausal antara variabel independen yaitu : Price Book Value (PBV) (X1), Debt to Equity Ratio (DER) ( X2), Earnings Per Share (EPS) (X3), Return On Assets (ROA ) (X4), terhadap variabel dependen,yaitu harga saham (Y). Pada gambar tersebut, pada No.1 diterangkan bahwa, peneliti ingin mengetahui secara pasti apakah ada hubungan secara simultan (bersama-sama) antara variabel independen secara keseluruhan yang diwakili oleh PBV, DER, EPS, dan ROE terhadap variabel dependen yang diwakili oleh harga saham. Sedangkan pada No.2 menerangkan bahwa, peneliti ingin mengetahui secara pasti apakah ada hubungan secara parsial (sendiri-sendri/individu) antara rasio keuangan PBV (Price Book Value) terhadap harga saham, antara rasio keuangan DER (Debt to Equity Rasio) terhadap harga saham, antara rasio keuangan EPS (Earnings Per Share) terhadap harga saham, dan antara rasio keuangan ROE (Retrun On Assets) terhadap harga saham. 2.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan jawaban sementara dari rumusan masalah, Erlina (2008:49), mengatakan hipotesis adalah proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk di uji secara emperis. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruksi yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan
sementara tentang prilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi dan akan terjadi. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah, serta kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan suatu hipotesis penelitian ini adalah Earnings Per Share (EPS) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan rasio keuangan lainnya tidak berpengaruh. Sedangkan secara simultan semua rasio keuangan yaitu : Price Book Value (PBV), Debt to Equity Rasio (DER), dan Retrun On Assets (ROA) berpengaruh terhadap harga saham pada perusahaan Food dan Bevarage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.