BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pemerintah yang baik (good governance). Good Governance. Menurut UU No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi daerah ada lah hak

BAB 1 PENDAHULUAN. bergeser dari ketergantungan pada pemerintah pusat kepada kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi semacam new product dari sebuah industri bernama pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengeluarkan UU No. 33 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan kualitas yang semakin baik setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Koreksi atas posisi Laporan Operasional pada Pemerintah Kota

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjalankan pemerintahannya. Pemerintah pusat memberikan kewenangan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. pasti membutuhkan pemerintahan yang baik atau yang sering disebut good

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tugas pokok dan fungsi melakukan pengawasan. Kualitas audit

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Prinsip tata kelola yang baik merupakan prinsip pokok yang harus diberlakukan di seluruh negara di dunia termasuk di Indonesia. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia membutuhkan pemerintahan yang baik atau sering disebut Good Governance. Pemerintahan yang baik ini merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk membangun negara sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan. Dewasa ini telah banyak terjadi perubahan yang signifikan dan fundamental pada Negara Indonesia dalam mekanisme penyelenggaraan pemerintahan setelah diterapkannya otonomi daerah secara efektif. Menurut Undang- Undang No. 32/2004 (2004 : 4). Otonomi Daerah adalah hak wewnang, kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dari penjelasan tersebut menjelaskan bahwa daerah diberikan hak otonom oleh pemerintah pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri.dalam pencapaian good governance pemerintah daerah harus mengingat bahwa otonomi daerah identik dengan akuntabilitas, good governance, dan sebagainya, maka pemerintahan yang baik adalah pemerintah daerah yang dapat mempertanggungjawabkan kepercayaan masyarakatnya secara jujur. 1

Pemerintah Kota Padangsidimpuan merupaka salah satu Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 32 SKPD, yang juga dituntut untuk melakukan pengelolaan keuangan yang baik. Tetapi dalam hal ini masih banyak SKPD yang terlambat menyampaikan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA SKPD) kepada biro keuangan selaku Pejabat Penatausahaan Keuangan Daerah untuk dikompilasi, sehingga menyebabkan terlambatnya pengesahan APBD. Dalam rangka menyusun laporan keuangan SKPD masih banyak perangkat kerja yang kurang mampu dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan sehingga banyak terjadi kesalahan yang nantinya berpengaruh pada penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Pemeriksaan LKPD oleh Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) untuk memberikan keyakinan yang memadai laporan keuangan daerah telah disajikan secara wajar dalam semua hal. Hasil akhir dari proses audit BPK adalah memberikan pendapat/ opini atas kewajaran informasi keuangan LKPD. Opini BPK terhadap LKPD Pemerintahan Kota Padangsidimpuan sampai dengan tahun 2014 dapat dilihat melalui Tabel 1.1. Tabel 1.1. Daftar Opini Laporan Keuangan Pemerintah Kota di Provinsi Sumatera Utara No Entitas Pemerintah Daerah 2010 2011 2012 2013 2014 1 Kota Binjai TW WDP WDP WDP WTP DPP 2 Kota Gunung Sitoli WDP WDP WDP WDP WDP 3 Kota Medan WDP WTP WTP DPP WTP DPP WTP 4 Kota Padangsidimpuan WDP WDP WDP WDP WDP 5 Kota Pematangsiantar WDP WDP WDP WDP WTP 6 Kota Sibolga WDP WTP DPP WDP WDP WTP 7 Kota Tanjungbalai WDP WDP TMP TMP - 8 Kota Tebing Tinggi WDP WDP TMP WDP WTP DPP Sumber: IHPS I BPK RI Tahun 2015 2

Seperti yang terlihat pada tabel diatas menunjukkan laporan keuangan Pemerintah Kota Padangsidimpuan tahun 2010 sampai dengan 2014 BPK memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Dalam opini WDP tersebut artinya menunjukkan adanya ketidakwajaran dalam item tertentu, namun demikian ketidakwajaran tersebut tidak mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan, maka dari itu kekurangan ataupun kelemahan yang ada harus diperbaiki dalam pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Padangsidimpuan. Dari hasil temuan BPK ada empat hal yang mendasari pemberian opini WDP yaitu, kesesuaian pada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap perundang- undangan, dan efektifitas pengendalian intern. Sejak tahun 2015 Pemerintah berkewajiban harus dapat menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual. Ini merupakan sebuah tantangan bagi Pemerintah Kota Padangsidimpuan untuk lebih meningkatkan SDM pengelola keuangan SKPD untuk mendapatkan kualitas laporan keuangan yang lebih baik sehingga nantinya diharapkan mendapatkan opini WTP dari pemeriksaan BPK. Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara yang baik adalah dengan penyampaian laporan keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun dengan baik dan benar sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Hal tersebut diatur dalam Undang- Undang No.17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara yang mewajibkan Presiden dan Gubernur / Bupati / Walikota untuk menyampaikan laporan peratanggungjawaban dalam bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban 3

pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akutansi Pemerintahan yang telah ditetapkan dengan peraturan pemerintah.dimana untuk mewujudkan hal tersebut presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005. Sesuai dengan PP No. 71 Tahun 2010 pada bagian BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 No. 3 SAP adalah prinsip- prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Namun pada kenyataannya masih banyak pemerintah daerah yang belum menyajikan laporan keuangan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Maka dari itu, perlu diperhatikan faktor pemahaman terhadap SAP agar hasil laporan keuangan daerah sesuai dengan SAP dan dapat dipertanggungjawabkan. Faktor pendukung berikutnya adalah pelatihan yang dapat mendukung perangkat Dinas Daerah dalam penyajian laporan keuangan. Pelatihan ini bertujuan agar perangkat Dinas Daerah tidak mengalami kesulitan dalam menyusun laporan keuangan yang baik dan sesuai dengan SAP karena telah terbiasa melalui adanya pelatihan. Hal tersebut senada dengan pendapat Latoirner dalam Saksono (1993) bahwa para pegawai dapat berkembang lebih pesat dan lebih baik serta bekerja lebih efisien apabila sebelum bekerja mereka menerima latihan di bawah bimbingan dan pengawasan seorang instruktur yang ahli serta Dessler (1995) yang menyatakan bahwa kebutuhan pendidikan dan pelatihan (training need) bagi suatu organisasi pada hakekatnya muncul dikarenakan adanya masalah-masalah yang mengganggu kinerja organisasi itu, seperti penurunan prestasi. Pada saat pelatihan para pegawai juga akan mendapat 4

pendidikan yang dapat mendukung kinerja para pegawai, dengan adanya pendidikan para perangkat SKPD, maka akan membantu dalam penyusunan laporan keuangan daerah. Namun Menpan (2005) menyatakan pendidikan dan pelatihan pegawai yang belaku dewasa ini bersifat formalitas guna memenuhi persyaratan jabatan. Sehingga pendidikan dan pelatihan kurang efektif dan efisien. Faktor berikutnya adalah Akuntabilitas dan Transparansi. Secara umum akuntabilitas adalah sebuah konsep etika yang dekat dengan administrasi publik pemerintahan (lembaga eksekutif pemerintah, lembaga legislatif parlemen, dan lemabaga yudikatif kehakiman). Akuntabilitas dalam tata pemerintahan yang baik sudah disadari dan sudah direfleksikan dalam berbagai peraturan pemerintah. Laporan peratanggungjawaban kepala daerah merupakan jawaban strategis bagi berbagai tuntutan. Penyajian laporan pertanggungjawaban kepala daerah antara lain adalah neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan (Bastian, 2006). Fenomena yang terjadi dalam perkembangan sektor publik di Indonesia adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga lembaga publik baik di pusat maupun daerah. Sedangkan transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan- kebijakan keuangan daerah. Transparansi harus seimbang dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga maupun informasiinformasi yang mempengaruhi hak privasi individu. Karena pemerintahan menghasilkan data dalam jumlah besar makan dibutuhkan petugas informasi 5

profesional, bukan untuk membuat dalih atas keputusan pemerintah, tetapi untuk menyebarluaskan keputusan yang penting kepada masyarakat serta menjelaskan alasan dari setiap kebijakan tersebut. Penelitian ini berpijak dari penelitian terdahulu Rajana (2009), pada peneltian tersebut menunjukkan hasil bahwa variabel pemahaman SAP, latar belakang, strata pendidikan dan pelatihan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang negatif. Pada penelitian Enho (2008), menunjukkan hasil bahwa pemahaman SAP, pendidikan, dan pelatihan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan serta memiliki hubungan yang negatif, sedangkan latar belakang pendidikan mempunyai hubungan yang positif namun tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pemahaman SAP, dan latar belakang penelitian terhadap penyusunan laporan keuangan daerah dalam sebuah skripsi berjudul Pengaruh Pemahaman SAP, Pelatihan, Akuntabilitas, dan Transparansi terhadap Penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangisidimpuan. 1.2 Perumusan Masalah Dengan adanya latar belakang serta fakta- fakta diatas, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Apakah pemahaman SAP, pelatihan. akuntabilitas, dan transparansi berpengaruh terhadap penyusunan laporan keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan? 6

1.3 Batasan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas dan beberapa pertimbangan lainnya, maka penulis melakukan batasan masalah agar penelitian terfokus pada topik yang dipilih. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman SAP, pelatihan, akuntabilitas, serta transparansi terhadap penyusunan Laporan Keuangan SKPD Kota Padangsidimpuan. 1.4.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peneliti, diharapkan melalui penelitian ini agar dapat memperdalam pengetahuan peneliti tentang pengaruh pemahaman terhadap SAP, pelatihan, akuntabilitas, dan transparansi baik secara parsial dan simultan terhadap penyusunan Laporan Keuangan Daerah. b. Bagi Pemerintah Daerah, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak- pihak yang terkait di pemerintah daerah. Disamping itu, melalui penelitian ini pemerintah daerah juga diharapkan dapat menyusunn laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, serta dapat meningkatkan SDM dalam menyusun laporan keuangan daerah melalui pemahaman SAP, pendidikan, pelatihan, akuntabilitas, dan transparansi. 7

c. Bagi Pihak Lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 8