Diploma III,danS-l dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diikuti, sehingga setelah lepas dari ikatan akademik di perguruan

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang menjadi salah satu tempat dalam pelaksanaan

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. SD Kristen Paulus Bandung merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

Rasional. Visi, Misi, dan Tujuan

M PENGARUH MEDIA VIDEO DOKUMENTASI UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MEMBUAT TOPENG DALAM PEMBELAJARAN SENI RUPA.

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu pundi pokok untuk mencapai cita-cita suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah bidang bangunan. Pembangunan gedung-gedung saat ini

KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. tentang Pengaruh Kepemimpinan Transformasional dan Iklim Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, bab IV ayat 5 yang menyebutkan : Setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan sekarang ini, tidak semua jenjang pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN 2 DI SMP NEGERI I KANDEMAN

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi merupakan institusi yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Implementasi media pembelajaran berbasis audio visual di program studi

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

belajar yaitu dengan sistem belajar modul

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BUKU SAKU PEGAWAI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. membentuk dan mendewasakan serta menanamkan nilai-nilai kemanusiaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, ini berarti bahwa setiap

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

No.2 Tahun 1989 yang kemudian disusul oleh beberapa Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

DAMPAK KOMPETENSI PEDAGOGIK, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU SMK KABUPATEN BLORA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Praktik Kerja Lapangan untuk selanjutnya disingkat PKL, adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jantes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai faktor pendukung yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

Manual Mutu Akademik

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

2014 PEMBELAJARAN TARI YUYU KANGKANG DALAM PROGRAM LIFE SKILL DI SMK KESENIAN PUTERA NUSANTARA MAJALENGKA

Musik Pendidikan Anak Berkebutuhan 2 PTM 311 Khusus (ABK) 21.

UNIVERSITAS SEBELAS MARET NIM. K

KODE ETIK DOSEN, TENAGA KEPENDIDIKAN & MAHASISWA UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

A. PROFILE Program Studi D-III Bahasa Inggris diarahkan untuk menghasilkan sarjana diploma D-III yang memiliki keahlian sebagai:

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan umum kabupaten/kota

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Nomor : 74/KEP/UDN-01/VII/2007. tentang STANDAR KURIKULUM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

dalam Keputusan Mendikbud RI Nomor 0487/U/1992 Bab II.

2015 PENGARUH IKLIM ORGANISASI SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMK NEGERI SE-KOTA BANDUNG

LEARNING OUTCOME S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan ilmu

CAPAIAN PEMBELAJARAN BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KEBIJAKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU AKADEMIK INTERNAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Visi Visi Universitas Dhyana Pura adalah Perguruan Tinggi Teladan dan Unggulan.

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS SITUASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan diri, pendidikan merupakan upaya meningkatkan derajat. kompetensi dengan tujuan agar pesertanya adaptable

BAB I PENDAHULUAN. melalui saluran pendidikan berkualitas di masa depan, sudah barang tentu segenap

BUKU KODE ETIK MAHASISWA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan peradaban sudah sangat maju, menuntut Sumber Daya Manusia yang

I. PENDAHULUAN. Guru sains adalah salah satu komponen penting dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang. Misi pendidikan di Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Awal abad ke-21 merupakan suatu kehidupan baru bagi bangsa. Indonesia, yaitu suatu masyarakat global yang dicirikan oleh perdagangan

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi kinerja instansi adalah keunggulan pada bidang sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (SISDIKNAS), penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

baik dari segi proses maupun hasilnya. Apalagi, dewasa ini Indonesia berada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

Manual Mutu Pengabdian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Tinggi Seni Indonesia ( STSI ) merupakan Sekolah Tinggi Seni yang memiliki tiga jurusan, yakni Jurusan Tari, Jurusan Karawitan, Jurusan Teater. Perguruan Tinggi ini didirikan pada tahun 1%8 dengan nama Konsetvatori Tari yang bertempat di kota Bandung dengan ruang perkuliahan di Gedung Merdeka. Sebanyak empat ruangan digunakan oleh Konservatori Tari sebagai ruang kuliahnya pada saat itu. Semula STSI Bandung berstatus swasta dengan 98 orang mahasiswa. Atas kerjasama dengan ASTI Yogyakarta, pada tahun 1970 ASTI Bandung dinegerikan. Tempat perkuliahan dipindahkan ke Konservatori Karawitan dengan menempati satu ruang kuliah. Pada tahun 1973 ASTI Bandung mulai menghasilkan lulusan sebanyak 4 orang. Kini ASTI Bandung telah memiliki kampus dengan luasnya 1,3 ha yang berasal dari Konservatori Karawitan. Sedangkan Konservatori Karawitan sendiri pindah ke Ciwastra menempati tanah seluas 5 ha. ASTI telah berubah menjadi STSI pada tahun 1996. Program pendidikan yang diselenggarakan oleh STSI Bandung adalah Diploma III,danS-l dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan

kualifikasi : (1) memiliki kepribadian yang bersumber pada nilai-nilai budaya Indonesia, tanggap terhadap perubahan dan peka terhadap gejala kebudayaannya, (2) mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan teknis yang dimiliki serta yang di masyarakat untuk menunjang keterampilan dalam bidangnya, (3) mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilanteknis dalam bidang kesenian secara profesional. Tidak hanya itu. Sebagai Perguruan Tinggi, STSI juga dituntut harus mampu menghasilkan lulusan yang memiliki karakteristik sebagaimana dikatakan oleh Fakry Gaffar (1994:12) sebagai berikut: 1. Iman dan Taqwa, dalam PJPT II ini merupakan nilai universal yang diperlukan sebagai kendali sehingga tetap menjadi makhluk yang paling sempuma dan paling baik. 2. Jati diri Indonesia, wawasan kebangsaan amat diperlukan untuk memelihara dan menumbuh kembangkan persatuan dan kesatuan bangsa. Wawasan kebangsaan haruslah menjadi nilai yang dapat mengendalikan nilai-nilai tradisional primordial yang tidak selalu sejalan dengan wawasan kebangsaan. 3. Tanggung jawab sosial, merupakan perilaku dan sikap peduli terhadap orang lain dan terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat bangsa dan negara. 4. Percaya diri, sebagai warga negara dari satu negara merdeka, yang harus

memiliki keyakinan dan percaya diri atas harga dirinya dan kemampuannya untuk berjuang, bersaing, dan bekerja sama dalam pergaulan masyarakat dunia. 5. Kreatif dan kritis, percaya diri tidak cukup untuk menghasilkan karya yang berharga, karena itu kreatif dan daya berifikir kritis merupakan unsur penting yang harus tertanam dan menyatu dalam perilaku setiap warga negara. 6. Disiplin, kepatuhan, dan ketaatan terhadap peraturan, norma-norma untuk mengendalikan diri sehingga segala sesuatu dapat dilakukan dengan tertib sesuai dengan peraturan dan norma yang berlaku. Dilihat dari ilmu yang dibina, di STSI sekarang ini diselenggarakan tiga jurusan, yakni Program Studi Diploma III Jurusan Tari, Jurusan Karawitan, dan Jurusan Teater. Dalam ketiga jurusan tersebut terdapat 11 (sebelas) bidang studi, dengan kualifikasi profesi sebagai berikut : Pertama, Jurusan Tari dengan tiga bidang studi, dengan kualifikasi profesi ; (1) Penyaji Tari Tradisi, (2) Penyaji Kreasi Tari, dan (3) Penyaji Rias Tradisi dan Kreasi Busana. Kedua, Jurusan Karawitan menyediakan empat bidang studi dengan kulaifikasi ; (1) Penyaji Karawitan Tradisi, (2) Penyaji Kreasi Karawitan, (3) Penyaji Karawitan Tradisi Tari/Pedalangan/Teater, dan (4) Penyaji Kreasi Karawitan Tari/Teater. Ketiga, Jurusan Teater menyediakan empat bidang studi dengan kualifikasi profesi; (1) Penulis Lakon Teater (berbahasa daerah / Indonesia), (2) Pemeran,

(3) Penyaji Teater Tradisi, dan (4) Penyaji Kreasi Artistik (rias busana teater/set dan properti teater cahaya dan suara teater). Seiring dengan perjalanan waktu maka dari tahun ke tahun jumlah mahasis - wa yang mendaftarkan diri ke STSI Bandung semakin bertambah. Sejalan de ngan itu tantangan yang dihadapi pun semakin meningkat. Sebagaimana per - guruan tinggi lain pada umumnya, tantangan yang dihadapi oleh STSI Bandung tidak jauh berbeda, yakni tantangan untuk meningkatkan mutu secara terus menerus. STSI dituntut pula agar mampu menjabarkan dengan sebaik-baiknya ke - bijakan Depdikbud berupa link and match - keterkaitan dan kesepadanan- yang mengharuskan diperkuat relevansi produk perguruan tinggi dengan kebutuhan masyarakatatau pemakai lulusan. Dalam konteks inistsidiharapkan tidak akan lagi menghasilkan out put (lulusan) dengan predikat menambah penganggguran, melainkan lulusan sesuai dengan taraf kebutuhan masyarakat pengguna (Buku Pedoman KerjaSTSI Bandung, 1996:1). Misi STSI seperti itutentu tidak mudah untuk direalisasikan, banyak kendala dan hambatan siap menghadang. Apalagi sumber-surnber yang tersediasangat terbatas. Untuk itu salah satu hal yang paling penting agar mendapatkan perha - tian adalah masalah administrasi atau manajemen, dalam hal ini administrasi pendidikan. Menurut Engkoswara (1987:6) administrasi pendidikan bukanlah hal baru.

Telah dipergunakan dalam berbagaijenis dan jenjang pendidikan, sekalipun masih langka diteliti secara seksama di Indonesia. Administrasi pendidikan yang di - maksud adalah ilmu yang mempelajari penataan sumber daya yaitu, manusia, kurikulum, atau sumber belajar dan dana fasilitas untuk mencapai tujuan pendi - dikan yang disepakari. Kriteria keberhasilan itu memerlukan suaru proses administrasi pendidikan, minimal meliputi perilaku manusia berorganisasi dalam kebudayaan yang berla - ku sebagai alat komunikasi. Perilaku manusia berorganisasi dapat dinyatakan dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan atau pembinaan sumber daya yaitu meliputi manusia, program pendidikan atau sumber belajar atau fasilitas. Secara skematis wilayah kerja administrasi pendidikan dapat di - gambarkan dalam matrik di bawah ini. Personil Fasilitas Perencanaan' Tujuan IPelaksanaan Pendidikan / Kurikulum Pengawasan ; Masukan Proses Keluaran (Engkoswara 1987 : 89)

Salah satu aspek atau bidang garapan dari administrasi pendidikan yang parut mendapatkan perhatian sesuai dengan apa yang ditunjukkan dalam gambar di atas adalah pengelolaan fasilitas belajar. B. Masalah Penelitian. Fasilitas belajar terasa amat diperlukan di sekolah seni karena sangat me nunjang kelancaran proses belajar mengajar, pelatihan dan pagelaran yang amat berkaitan dengan proses belajar seni, kreativitas dan hubungan dengan masyarakat. Pengelolaan perlengkapan berrujuan untuk mencapai penggunaan yang optimal dengan tingkat pengamanan semaksimal mungkin dalam mengamankan kekayaan negara. Pengelolaan perlengkapan senantiasa perlu dilakukan dengan cara pendaya gunaan, penyimpanan dan pemeliharaan sesuai dengan karakterisitik barang dengan memperhitungkan kemudahan fisik dan memper hitungkan kemungkinan kemudahan penanganan fisik (Departemen Pendidik an dan Kebudayaan 1983:48). Fasilitas dapat dibagi menjadi 3 golongan, yakni: - Golongan A ; yaitu Barang Penting : barang yang nilai penggunaannya men capai 60%. - Golongan B ; yaitu Barang Agak Penting : barang yang nilai penggunaannya

mencapai 30%. - Golongan C ; yaitu Barang Kurang Penting : barang yang nilai penggunaan nya mencapai 10%. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1994:21). Pengelolaan perlengkapan berarti juga pengamanan fisik yang diartikan sebagai upaya untuk membuat secara tekhnis barang itu tetap dalam pendaya gunaan, penyimpanan dan pemeliharaan ( Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983:10). Dari sudut pengelolaan fasilitas belajar, unsur pemanfaatan, penyimpan an dan pemeliharaan merupakan kesatuan mata rantai yang tidak terpisahkan satu sama lain dalam mencapai tujuan pendidikan. Pertumbuhan jumlah perlengkapan mempunyai korelasi posistif terhadap peningkatan permasalahan yang dihadapi. Sampai saat ini mata rantai yang paling lemah adalah rantai pemeliharaan perlengkapan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983:23). Di dalam pengelolaan perlengkapan dalam skala kecil, sekolah misalnya dan semua orang yang ada di situ baik kepala sekolah, guru, pegawai termasuk pesuruh dapat atau memiliki pengalaman mengacau perlengkapan. Karena lalai atau sengaja, pesuruh dapat menimbulkan kebakaran, murid bi sa merusakalat sekolah, bangku, buku dan sebagainya, atau kepala sekolah,

guru dapat membuat milik negara sebagai milik pribadi. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1983:20). Dari masalah yang dihadapi dalam pengelolaan fasilitas belajar dapat dirumuskan pertanyaan-pertanyaan khusus sebagai berikut: 1. Pemanfaatan fasilitas belajar. Hingga manakah kegiatan pemanfaatan fasilitas belajar dilakukan di Se kolah Tinggi Seni Indonesia? Pertanyaan ini diperinci lagi menjadi: a. Apakah STSI memiliki perencanaan pemanfaatan fasilitas belajar? b. Bagaimana pendaya gunaan dalam pemanfaatan fasilitas belajar di STSI Bandung? c. Hambatan apa yang dirasakan dalam pemanfaatan fasilitas belajar di STSI Bandung? 2. Penyimpanan fasilitas belajar. Hingga manakah kegiatan penyimpanan fasilitas belajar dilakukan di Se kolah Tinggi Seni Indonesia Bandung? Pertanyaan ini diperinci lagi menjadi: a. Apakah STSI memiliki perencanaan dalam penyimpanan fasilitas belajar? b. Bagaimana cara-cara penyimpanan dilakukan?

c. Hambatan apa yang dirasakan dalam penyimpanan fasilitas belajar? 3. Pemeliharaan fasilitas belajar. Hingga manakah kegiatan pemeliharaan fasilitas belajar dilakukan di STSI? Pertanyaan ini diperinci lagi menjadi: a. Apakah STSI memiliki perencanaan pemeliharaan fasilitas belajar? b. Bagaimana cara-cara pemeliharaan yang dilakukan di STSI? c. Hambatan apa yang dirasakan dalam pemeliharaan fasilitas belajar? C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian. Sejalan dengan masalah penelitian yang telah disebutkan di atas, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas belajar di STSI Bandung. Secara khusus tujuan penellitian ini adalah untuk mengetahui: a. Pemanfaatan Fasilitas Belajar. - Perencanaan pemanfaatan fasilitas belajar. - Pendaya gunaan dalam pemanfaatan fasilitas belajar. - Hambatan yang dirasakan dalam pemanfaatan fasilitas belajar. b. Penyimpanan Fasilitas Belajar.

10 - Perencanaan penyimpanan fasilitas belajar. Cara-cara penyimpanan fasilitas belajar. - Hambatan yang dirasakan dalam penyimpanan fasilitas belajar. c. Pemeliharaan Fasilitas Belajar. - Perencanaan pemeliharaan fasilitas belajar. - Cara-cara pemeliharaan fasilitas belajar. - Hambatan yang dirasakan dalam pemeliharaan fasilitas belajar di STSI Bandung. 2. Manfaat Penelitian. Penelitian ini diadakan karena hasilnya memberikan manfaat yang sangat banyak kepada banyak pihak. a. Bagi STSI Bandung. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ke pada pimpinan STSI Bandung tentang banyak hal sehubungan de ngan kondisi pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas belajar yang tersedia. Karena sebagaimana diketahui sampai sekarang ini pimpinan STSI, guru, mahasiswa, dan pengelola masih merasa kurang puas terhadap pengelolaan fasilitas belajar di STSI Bandung. Dari kekurang lengkapan fasilitas pada saat diperlukan hingga sukarnya menggunakan ruangan dan gedung pertunjukan karena diguna-

11 kan secara bersamaan. Penelitian ini diharapkan juga dapat mengungkapkan produktivitas pemakaian fasilitas belajar serta dapat mengungkap secara empiris bagaimana sesungguhnya kondisi objektif dari pengelolaan fasilitas belajar di STSI Bandung. Hasilnya diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada pimpin an STSI tentang bagaimana seyogyanya sarana tersebut dimanfaatkan, disimpan dan dipelihara. b. Bagi tenaga Edukatif, Mahasiswa, dan Staf STSI. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sehingga diharap kan akan lebih meningkatkan partisipasi mereka dalam pemanfaatan dan pemeliharaan fasilitas belajar yang tersedia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kelancaran tugas-tugas mereka baik ketika memanfaatkan maupun pemeliharaan fasilitas belajar. c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Secara keilmuan hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi pe ngembangan ilmu pengetahuan, dalam bidang administrasi pendidik an. Sebagai suatu ilmu, konsep, dan teori administrasi pendidikan ha rus terus diperbaharui agar sepadan dengan jamannya. Hasil peneliti an ini diharapkan bermanfaat dalam kaitan dengan usaha - usaha untuk mengembangkan disiplin ilmu administrasi pendidikan.

12 D. Penjelasan Konsep. Agar terdapat kesamaan persepsi dalam memahami penelitian ini, maka dipandang perlu untuk memberikan pengertian operasional tentang konsepkonsep yang digunakan. Konsep dimaksud adalah (1) fasilitas belajar, (2) pe manfaatan fasilitas dan penyimpanan, serta (3) pemeliharaan fasilitas belajar. Yang dimaksud dengan fasilitas belajar adalah segenap sarana dan prasarana, termasuk alat-alat pelajaran yang baik secara langsung maupun tidak langsung sangat diperlukan dalam proses belajar dan mengajar. Fasilitas belajar antara lain dapat berupa: gedung, ruang belajar, perpustakaan, ruang komputer, alat-alat pelajaran, media pengajaran, laboratorium, ruang teater, gedung kesenian, pakaian tari, alat-alat musik, dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini karena berbagai keterbatasan-antara lain faktor kemampuan untuk meneliti, waktu, dan dana yang tersedia-maka tidak semua jenis fasilitas belajar dimaksud dijadikan sasaran penelitian. Berdasarkan pertimbangan yang rasional dan objektifyang dijadikan sasaran penelitian ini hanya pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan fasilitas yang sangat erat kaitannya dengan "seni". Dengan demikian secara mendetail fasilitas belajar yang diteliti lewat penelitian ini hanyalah : 1. Pemanfaatan dan pemeliharaan ruang belajar yang berhubungan

13 dengan fasilitas belajar seni. 2. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan pakaian tari, karawitan, dan teater. 3. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat musik/karawitan. 4. Pemanfaatan dan pemeliharaan gedung kesenian. 5. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat audio visual. 6. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat rias. 7. Pemanfaatan, penyimpanan dan pemeliharaan alat-alat teater. E. Premis Penelitian. Setidak-tidaknya ada 3 (tiga) premis yang mendasari penelitian ini: 1. Upaya pencapaian tujuan institusi pendidikan tinggi dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu diantaranya adalah tersedianya fasilitas belajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan selalu ada dalam keadaan siap pakai. 2. Karena fungsinya yang demikian strategis dalam upaya pencapaian tu juan yang telah ditetapkan, maka fasilitas belajar itu harus dikelola dengan sebaik-baiknya dalam pemanfaatan, penyimpanan maupun pemeliharaan.

14 3. Manajemen fasilitas belajar yang baik itu di samping harus mengikuti kaidah-kaidah manajemen modem, juga dicirikan antara lain oleh terakomodasinya partisipasi maksimal dari segenap civitas akademika baik da lam pemanfaatan, penyimpanan lebih-lebih dalam pemeliharaan fasilitas belajar.