Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Kenaikan permukaan air laut dari waktu ke waktu [Mackinnon, 2004]

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah :

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB I PENDAHULUAN.

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

DAFTAR PUSTAKA. Banks, J. (1998). Handbook of Simulation. Wiley Interscience, USA

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

Pemodelan Aliran Permukaan 2 D Pada Suatu Lahan Akibat Rambatan Tsunami. Gambar IV-18. Hasil Pemodelan (Kasus 4) IV-20

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PEMETAAN BATHYMETRIC LAUT INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

01. Panjang gelombang dari gambar di atas adalah. (A) 0,5 m (B) 1,0 m (C) 2,0 m (D) 4,0 m (E) 6,0 m 02.

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Antiremed Kelas 12 Fisika

BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

TUGAS AKHIR - TE

BAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

terhadap gravitasi, sehingga vektor gravitasi dapat diestimasi dan didapatkan dari pengukuran. Hasil akselerasi lalu diintregasikan untuk mendapatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV

Bab III Perangkat Pengujian

2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri =( )/2 (2.1)

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB III IMPLEMENTASI ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA KONTROL GERAK SIRIP ELEVATOR

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang keilmuan ataupun kehidupan sehari-hari. Para ahli di bidang keilmuan juga terus meneliti fenomena-fenomena

PERUMUSAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN I.1.

RANCANG BANGUN SISTEM MONITORING POSISI PUSKESMAS KELILING DENGAN MENGGUNAKAN GPS DAN JARINGAN GSM UNTUK APLIKASI TELEMEDIKA

LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]

REGISTRASI PETA TUTORIAL I. Subjek Matter: 1.1 GEOFERENSING 1.2 COORDINAT GEOMETRIK (COGO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN ALAT

1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3 Diagram alir metodologi

BAB III PENGOLAHAN DATA ALOS PRISM

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Jurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

BAB I PENDAHULUAN I.1

PEMANFAATAN TEKNOLOGI LIGHT DETECTION AND RANGING (LIDAR) DALAM PEMODELAN BANJIR AKIBAT LUAPAN AIR SUNGAI

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran

5) Tahap operasi dan pemeliharaan Tahap ini tidak dilakukan oleh penulis karena adanya keterbatasan waktu. HASIL DAN PEMBAHASAN

PRINSIP PENGENDALIAN ATTITUDE SATELIT LAPAN-TUBSAT

Antiremed Kelas 12 Fisika

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

BAB I PENDAHULUAN. sungai, salah satu faktor cuaca yang mempengaruhi debit sungai adalah hujan.

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan merupakan pemaparan dari spesifikasi alat, kinerja

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1Open Pit Mining dan Batubara [en.wikipedia.org]

B A B IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D)

Wardaya College. Denisi Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Posisi, Jarak dan Perpindahan. Part II

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOREKSI RADIOMETRIK CITRA LANDSAT-8 KANAL MULTISPEKTRAL MENGGUNAKAN TOP OF ATMOSPHERE (TOA) UNTUK MENDUKUNG KLASIFIKASI PENUTUP LAHAN

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... i. PERNYATAAN... ii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iii. KATA PENGANTAR...iv. DAFTAR ISI...vi. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Berkembangnya teknologi informasi dan komputer

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID Optimal Untuk Tracking Lintasan Gerakan Lateral Pada UAV(Unmanned Aerial Vehicle)

Intro to GIS. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang

TINJAUAN PUSTAKA. lahan dengan data satelit penginderaan jauh makin tinggi akurasi hasil

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang bagus. Sensor LIDAR juga memiliki kemampuan multiple return. Dengan kemampuan LIDAR secara multiple return memungkinkan untuk menghasilkan data 3D. Selain itu, multiple return juga berfungsi untuk menghasilkan data topografi tanah dan bentuk objek di atasnya. LIDAR juga memiliki kemampuan penetrasi yang cukup baik pada daerah-daerah yang memiliki vegetasi yang rapat. Dengan kemampuan penetrasi yang bagus tersebut, LIDAR bisa mengumpulkan data topografi tanah dan juga bisa mendefenisikan bentuk dan ukuran vegetasi atau objek di atas permukaan tanah. LIDAR memiliki kemampuan untuk memisahkan permukaan tanah dengan objek di atas permukaan tanah tersebut. (Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 4.1). Dengan kemampuan multiple return dan penetrasi yang baik tersebut, kualitas data yang dihasilkan oleh LIDAR akan semakin baik dan akurat. Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007] 45

Tetapi dibalik kemampuannya tersebut, LIDAR memiliki beberapa sumber kesalahan yang menyebabkan data yang dihasilkan kurang akurat. Berbagai jenis komponen sensor yang dipasang pada instrumen LIDAR memiliki tingkat presisi yang berbedabeda. Contohnya, salah satu sensor LIDAR memiliki akurasi jarak 1-5 cm, akurasi GPS 2-5 cm, akurasi sudut scan 0.01 0, akurasi IMU untuk pitch/roll adalah 0.005 0 dan akurasi heading <0.008 0. Selain akurasi dari masing-masing instrumen, LIDAR juga memiliki beberapa sumber kesalahan yang disebabkan oleh kesalahan waktu melakukan misi penerbangan. Sumber kesalahan itu antara lain: 1. Kesalahan karena posisi sensor yang disebabkan oleh kesalahan pada GPS dan IMU. 2. Kesalahan karena sudut dari perjalanan sinyal laser tidak diluruskan secara sempurna oleh sumbu pitch, roll, dan yaw yang pada pesawat. Hal tersebut menyebabkan perbedaan goncangan pada laser scanner dan IMU, sehingga menyebabkan nilai ukuran dari sudut scan mengalami kesalahan. 3. Kesalahan dalam pengukuran jarak yang disebabkan oleh: kesalahan jam pada alat, kesalahan pada koreksi atmosfer, dan ambiguitas pada permukaan target. Semua kesalahan tersebut menyebabkan jarak yang dihasilkan akan mengalami kesalahan. 4. Sinyal laser akan memantul jika sinar laser tersebut mengenai dinding suatu bangunan, kemudian sinyal laser tersebut akan dikirim ke sensor untuk diterjemahkan. Tetapi, ada kalanya sinyal laser yang mengenai dinding tersebut mengalami difusi sehingga sinyal tersebut dipantulkan kembali ke tanah. Dari permukan tanah kemudian dipantulkan lagi ke sensor, hal tersebut menyebabkan sinyal yang mengalami difusi tersebut dihitung dan diterjemahkan oleh sensor yang ada di pesawat, padahal data tersebut tidak diukur oleh sensor LIDAR. Kejadian tersebut akan meyebabkan data LIDAR akan mengalami outlier dan banyak terdapat data palsu. Ilustrasi dari kejadian tersebut dapat dilihat pada gambar 4.2 di bawah ini. 46

Gambar 4.2. Multipath pada LIDAR yang menghasilkan data palsu [Lohani, 1996] 4.1.2. Analisis Kuantitas Data LIDAR LIDAR mampu mengumpulkan data topografi yang lebih rapat dan relatif cepat pada daerah yang luas. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar 4.3. Kemampuan LIDAR untuk menghasilkan topografi yang relatif rapat dikarenakan sensor LIDAR dapat memancarkan kira-kira 167.000 pulsa per detik. Gambar 4.3. Perbandingan antara DEM USGS (30 dan 10 meter) dengan DEM LIDAR (3 meter) [Puget Sound LIDAR Consortium, 2007] Dari ilustrasi di atas jelas terlihat bahwa DEM yang dihasilkan dari data LIDAR lebih rapat sehingga menghasilkan resolusi yang tinggi. Dengan resolusi yang tinggi, informasi yang diperoleh akan lebih detail dan kompleks. 47

4.2. Analisis Hasil Pemodelan dan Simulasi Kenaikan Permukaan Air Laut 1. DEM yang digunakan untuk pemodelan banjir dibuat dengan menggunakan software ArcGIS dan Global Mpper. ArcGIS memiliki beberapa keunggulan dalam melakukan analisis 3D, tetapi memiliki kelemahan dalam tampilan 3D. Untuk menutupi kelemahan ArcGIS tersebut dapat digunakan software lain, seperti: Global Mapper, 3D DEM, dan software lainnya yang bisa mendukung tampilan 3D yang lebih baik. Pada studi kasus ini, software yang digunakan untuk tampilan 3D adalah Global Mapper (lihat gambar 4.4). Penggunaan software Global Mapper memiliki keunggulan dari segi tampilan 3D dan tidak perlu dilakukan proses konversi ke format data lain. Global Mapper bisa membaca berbagai macam format data, termasuk DEM USGS. Dengan keunggulan yang dimiliki oleh software Global Mapper tersebut, tentu sangat mempermudah dan mempercepat dalam proses pengolahan data. Selain memiliki keunggulan, Global Mapper juga memiliki kelemahan, diantaranya: keterbatasan dalam melakukan analisis, dan tidak memiliki kemampuan dalam melakukan animasi. Gambar 4.4. Tampilan DEM di Global Mapper 2. Perluasan banjir akan menvisualisasikan secara detail daerah-daerah yang akan berpotensi terkena banjir. Pemodelan dan simulasi yang dilakukan memiliki kelemahan dalam segi informasi yang disajikan. Data yang dipakai dalam pemodelan tersebut hanya data DEM dari LIDAR. Hal tersebut tentunya mengurangi detail informasi yang disajikan. Untuk menambah 48

kelengkapan informasi yang disajikan, maka data DEM dari LIDAR seharusnya digabungkan dengan layer-layer lain, seperti: jaringan jalan, land use, jumlah penduduk, dan lain sebagainya. Dengan menggabungkan data DEM dengan layer-layer tersebut, maka informasi yang disajikan akan lebih akurat dan detail. 3. Pemodelan kenaikan permukaan air laut di Google Earth akan memberikan kelengkapan dan tambahan informasi tentang objek-objek yang terlihat, seperti: jalan, bangunan, jembatan, sungai, dan lain sebagainya. Hasil akhir dari pemodelan banjir di Google Earth tersebut akan akan memberikan gambaran secara lebih baik tentang daerah dan detail objek yang terkena banjir, hal tersebut dikarenakan kemampuan Google Earth dalam menampilkan objek di permukaan bumi secara 3D. 4. Perluasan banjir akan menyebabkan perubahan di daerah pinggiran pantai. Batas pantai sekarang tidak berarti memiliki kontur nol meter, tetapi tinggi tanah sama dengan pasang tertinggi. Dalam hal ini, jika muka air laut naik sebesar 1 m, maka garis pantai akan pindah ke garis kontur yang sesuai dengan pasang tertinggi sekarang ditambah 1m. Daerah yang bisa terkena banjir juga ikut bergeser naik ke atas, berarti sebagian daerah yang sekarang masih aman akan menjadi daerah yang terkena banjir. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.5. Letak garis pantai dan garis kontur 1m [Gunawan, 2001] 49

Gambar 4.6. Perubahan garis pantai dan garis kontur sesudah kenaikan muka air laut [Gunawan, 2001] 5. Dari proses animasi yang dilakukan dapat dianalisis bahwa DEM yang dihasilkan dari data LIDAR tersebut tidak bisa langsung diimpor pada software 3DSMAX, hal tersebut dikarenakan keterbatasan software tersebut untuk membaca format data lain. Animasi yang dilakukan memperlihatkan detail tentang arah pergerakan banjir, dan detail-detail objek yang terkena banjir. Animasi yang dilakukan memiliki sedikit keterbatasan dari segi: tampilan, dan penyajian informasi ketinggian pada saat air mulai naik. Pemodelan dan simulasi banjir tersebut seharusnya menggunakan software khusus pemodelan banjir yang ada di pasaran. Software khusus tersebut memiliki kemampuan dalam hal tampilan dan penyajian informasi yang lebih kompleks. 50