KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR

dokumen-dokumen yang mirip
KELAYAKAN USAHA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA

RENTABILITAS USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM PROBIOTIK

RENTABILITAS USAHA PEMASARAN AYAM RAS PEDAGING PADA UD. MITRA SAHABAT

ABSTRACT PENDAHULUAN EKO SETYO BUDI, ENDANG YEKTININGSIH, EKO PRIYANTO

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS PROFITABILITAS TERHADAP PENGEMBALIAN ASET USAHA AYAM PETELUR (Studi Kasus UD. Putra Tamago Kota Palu)

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

POLA PERDAGANGAN MASUKAN DAN KELUARAN USAHA TERNAK AYAM RAS"

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

I. PENDAHULUAN. potensi sumber daya alam yang besar untuk dikembangkan terutama dalam

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

PERBANDINGAN PENDAPATAN ANTARA PETERNAK MITRA DAN PETERNAK MANDIRI AYAM BROILER DI KABUPATEN BUNGO. SKRIPSI. Oleh : ELSYE DILLA ANGRIANI

KELAYAKAN USAHA PETERNAKANN AYAM RAS PEDAGING POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

I. PENDAHULUAN. mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut (Putra et. al., 2015). Usaha

ANALISIS USAHATANI TERPADU TANAMAN PADI

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

PRODUKTIVITAS DAN ANALISA KELAYAKAN USAHA TERNAK SAPI POTONG DI YOGYAKARTA (POSTER) Tri Joko Siswanto

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Beternak merupakan usaha yang dikembangkan untuk mendapat keuntungan.

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi di negara berkembang dalam. meningkatkan kualitas sumber daya manusianya adalah pada pemenuhan

PENENTUAN HARGA POKOK DAN SKALA MINIMUM PRODUKSI COMRING HASIL OLAHAN SINGKONG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

VII. ANALISIS PENDAPATAN

BAGI HASIL KEMITRAAN AYAM PEDAGING PADA PT. X DI KABUPATEN MAROS, PROPINSI SULAWESI SELATAN

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 997 Selain itu, nilai tambah produk olahan dan sisa produk olahan pada akhirnya akan bisa menaikkan pendapatan petan

VII. ANALISIS FINANSIAL

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

Peluang Bisnis Top ~ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

EFISIENSI USAHA PEMBIBITAN ITIK MODERN DAN TRADISIONAL PADA SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN LEBONG

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

BAB 2 LANDASAN TEORITIS

I. PENDAHULUAN. Sumber :

PROFIL PETERNAK AYAM PETELUR BERDASARKAN SKALA USAHA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG, SULAWESI SELATAN. St. Rohani 1 dan Irma susanti 2 ABSTRAK

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Pengembangan Usaha Ternak Ayam Buras di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AYAM KAMPUNG DI DISTRIK SEMANGGA KABUPATEN MERAUKE. Ineke Nursih Widyantari 1) ABSTRACT

IbM POTENSI DAN PEMANFAATAN ITIK (JANTAN DAN PETELUR AFKIR) SEBAGAI TERNAK POTONG PADA KELOMPOK TANI DI KECAMATAN AIR HANGAT TIMUR KABUPATEN KERINCI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN an sejalan dengan semakin meningkatnya pendapatan per kapita masyarakat,

I. PENDAHULUAN. Biro Pusat Statistik (1997) dan Biro Analisis dan Pengembangan. Statistik (1999) menunjukkan bahwa Standar Nasional kebutuhan protein

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

KINERJA USAHA PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI SULAWESI SELATAN. Armiati dan Yusmasari

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KELAYAKAN USAHA TERNAK AYAM RAS PETELUR Rio Aditia Nugraha 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi Silentmonday11@Gmail.com Dedi Djuliansyah 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi dedidjuliansyah@rocketmail.com Suprianto 3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi suprianto_tasik@yahoo.com ABSTRACT The objective of this research is to find out the way of business broiler cattle layer, capital, profit and the rentability value. The method which is used in this research is case study in Ciampanan, Cineam, Tasikmalaya. The location is chosen purposively. The result of this research shows the total capital of broiler cattle layer is about 631.659.940. - IDR with the profit is 55.874.470,- IDR/production periode / 1,000 broiler cattle layer. The rentability value of business broiler cattle layer is 8,85 %, which is means the ability of capital operated in business broiler cattle layer to produces a profit of 8.85%. Key Word: Rentability, Broiler Cattle Layer, Capital, Profit Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 1

ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara berternak ayam ras petelur, besarnya pendapatan dan nilai rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Studi Kasus pada Seorang Peternak di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya dan Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Hasil penelitian menunjukkan modal yang dikeluarkan untuk usaha ternak ayam ras petelur sistem probiotik sebesar Rp 631.659.940,00 dengan pendapatan sebesar Rp 55.874.470,46 /periode produksi 1.000 ekor ayam. Nilai Rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur sistem probiotik sebesar 8.85 persen, artinya kemampuan modal yang diusahakan dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk menghasilkan laba sebesar 8,85 persen. Kata Kunci: Rentabilitas, Ayam Ras Petelur, Modal, Pendapatan. PENDAHULUAN Sektor pertanian di Indonesia telah memberikan peran yang cukup besar dalam perekonomian secara keseluruhan. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai kurang lebih 60 persen bermata pencaharian dan terserap pada lapangan kerja di bidang usaha yang terkait dengan sektor pertanian (Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2011). Akhir-akhir ini telah timbul kesadaran bahwa pertanian yang terintegrasi dalam suatu sistem agribisnis merupakan salah satu sektor tangguh yang mampu bertahan dalam kondisi krisis. Pertanian juga merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk, sehingga sektor pertanian dapat dijadikan motor penggerak untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha, (Bahar, 2006). Pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Peternakan sebagai salah satu subsektor dari sektor pertanian menyimpan potensi bisnis dan prospek yang menjanjikan di masa mendatang. Fakta menunjukkan bahwa bisnis berbasis peternakan merupakan salah satu fenomena yang tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi terbatas. Demikian pula, ketika subsektor pertanian tanaman pangan tumbuh dibawah dua persen pada periode 1986-1997, subsektor peternakan justru mencapai hampir enam persen pada periode yang sama ( Bustanul Arifin, 2003). Salah satu jenis usaha pada subsektor peternakan yang telah menjadi perhatian para pengambil kebijakan adalah usaha ternak ayam ras petelur. Usaha pengembangan ternak ayam ras petelur di Indonesia memiliki prospek yang cukup baik, terutama bila ditinjau dari aspek kebutuhan gizi masyarakat. Sesuai standar nasional, konsumsi protein per hari per kapita ditetap Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 2

Jumlah (Juta ekor) kan 55 g yang terdiridari 80 persen protein nabati dan 20 persen protein hewani. Pemenuhan gizi ini, khususnya protein hewani dapat diperoleh dari protein telur (Sudarmono, 2003). Ditinjau dari sisi penawaran dan permintaan terhadap komoditi telur, usaha peternakan ayam ras petelur memang sangat prospektif, baik dilihat dari pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dari sisi penawaran, kapasitas produksi peternakan ayam ras petelur di Indonesia masih belum mencapai kapasitas produksi yang sesungguhnya. Hal ini terlihat dari masih banyaknya perusahaan pembibitan, pakan ternak dan obat-obatan yang masih berproduksi di bawah kapasitas terpasang, artinya prospek pengembangannya masih sangat terbuka, (Abidin, 2003). Jawa Barat merupakan salah satu sentra peternakan di Indonesia yang memiliki pangsa populasi ayam ras petelur sebesar delapan persen dari total populasi nasional. Populasi ayam ras petelur di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Populasi Ayam Ras Petelur di Jawa Barat 12,50 12,00 11,50 11,00 10,50 10,00 9,50 9,00 11,46 10,30 10,40 11,25 11,93 12,07 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Pada Gambar 1. Populasi ayam ras petelur pada tahun 2008 mengalami penurunan, sedangkan pada tahun 2012 populasi terus meningkat ini disebabkan konsumsi terhadap telur terus meningkat seiring bertambahnya populasi penduduk. Salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang dikenal sebagai salah satu sentra produksi usaha ternak ayam ras petelur adalah Kabupaten Tasikmalaya. Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 3

Gambar 2. Populasi Dan Jumlah Peternak Ayam Ras Petelur Di Kabupaten Tasikmalaya 400 300 337,10 325,10 361,80 394,39 Jumlah Peternak (orang) 200 100 0 120 118 129,50 88 78 44 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah Ayam Ras Petelur (Ribu ekor) Sumber : Dinas Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Tasikmalaya. Pada Gambar 2. Dapat dilihat jumlah populasi ayam ras petelur di Kabupaten Tasikmalaya mengalami peningkatan. Pembuatan kandang serta penambahan produksi terus ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pasar. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus pada seorang peternak ayam ras petelur di Desa Ciampanan Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Adapun pengertian dari metode studi kasus yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau gejala tertentu (Suharsimi Arikunto, 1998). Modal merupakan jumlah keseluruhan dari total Modal tetap dengan total modal lancar (Bambang Riyanto 1995). Rumus yang digunakan adalah : Modal = Total Modal Tetap + Total Modal Lancar Penerimaan merupakan perkalian antara total produksi yang diperoleh dengan harga jual. (Soekartawi, 1995). Rumus yang digunakan adalah : Penerimaan = Y. Py Keterangan Y = Total hasil produksi Py = Harga jual Penerimaan diperoleh dari : 1. Telur = Total produksi telur x Harga jual (Rp/Kg). 2. Ayam afkir = Ayam afkir x Harga jual (Rp/Kg). Laba adalah penerimaan yang dikurangi dengan modal yang dikeluarkan (Mubyarto 1989). Rumus yang digunakan adalah: Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 4

Laba = Penerimaan Modal Laba diperoleh dari : 1. Telur = Penerimaan telur Modal. 2. Telur dan Ayam Afkir = Penerimaan (ayam afkir + telur) Modal. Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Adapun rumus perhitungan Rentabilitas sebagai berikut (Bambang Riyanto, 1995): R = Keterangan : L = Jumlah laba yang diperoleh selama perode tertentu M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba HASIL DAN PEMBAHASAN Teknis Usaha Ternak Ayam Ras Petelur Kandang. Kandang yang digunakan oleh responden untuk beternak ayam ras petelur terletak di kolam ikan, sehingga kotoran ayam dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan dan polusi yang dihasilkan oleh usaha ternak ayam ras petelur ini dapat dikurangi. Kandang dibiarkan terbuka ini berguna untuk pergantian udara sehingga cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Bahan yang digunakan oleh responden untuk kontruksi kandang yaitu menggunakan bahan dari kayu dan bambu, Bahan tersebut sangat dominan digunakan dalam pembuatan kandang karena bahan tersebut cukup ekonomis dan tahan lama. Peralatan. Beberapa peralatan peternakan yang digunakan dalam usaha ternak ayam ras petelur adalah : 1) Cage atau Batre adalah kandang ayam yang terbuat dari bambu, digunakan setelah proses pemeliharaan ayam pada saat ayam berumur tiga bulan sampai ayam tidak produktif lagi. 2) Tempat makan di batre yaitu tempat makan ketika ayam sudah masuk ke dalam batre yaitu pada waktu umur ayam tiga bulan, tempat makan ini terbuat dari bilahan bambu atau peralon. 3) Tempat minum di batre yaitu tempat minum ketika ayam sudah masuk ke dalam batre yaitu pada waktu umur ayam tiga bulan, tempat minum ini terbuat dari paralon. Tempat minum dibuat miring agar semua ayam teraliri air dan mudah dalam membersihkan tempat minum tersebut. 4) Selang sebagai alat untuk menyalurkan air dari sumber air minum ayam serta digunakan untuk membersihkan kandang dan tempat air minum ayam di batre. Pada usaha ternaknya Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 5

ini responden tidak menggunakan pompa air, ini disebabkan letak sumber mata air untuk minum ayam lebih tinggi dari pada letak kandang ayam, sehingga memberikan keuntungan bagi responden apabila ditinjau dari biaya yang dikeluarkan untuk pembelian mesin pompa air dan listrik terpakai. 5) Ember berfungsi sebagai media untuk pengambilan telur, dan media pemberian pakan. ember juga digunakan untuk mengambil air untuk kebersihan kandang Drum berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan persediaan air minum serta kebutuhan lain untuk perawatan kandang. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan dalam usaha ternak ayam ras petelur diantaranya: 1) Sanitasi Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet atau terampil saja serta tindakan preventif dengan memberikan obat pada ternak dengan merek dan dosis sesuai dengan anjuran. 2) Pemberian pakan Pemberian pakan ayam petelur yang dilakukan oleh responden dlakukan pada pagi dan sore hari. Adapun jenis pakan yang digunakan adalah pakan jadi dan pakan racikan. Pakan jadi adalah pakan yang langsung dibeli dari toko penyedia pakan (Poultry Shop), sedangkan pakan racikan adalah pakan yang di buat oleh responden dengan dengan camburan konsentrat, jagung giling dan dedak halus. Pakan racikan cenderung lebih ekonomis apabila dilihat dari segi biaya, namun sulitnya bahan baku seperti jagung dan dedak halus dalam jumlah yang banyak serta membutuhkan waktu dalam proses pembuatannya menyulitkan bagi responden untuk meracik pakan. 3) Pemberian minum Pemberian minum dilakukan pada pagi dan sore hari bersamaan dengan pemberian pakan. Sama halnya dengan pakan menurut pengalaman responden sumber air berpengaruh terhadap produktifitas ayam ras petelur. Sumber air harus steril sehingga ternak tidak mudah terserang penyakit, rata rata setiap harinya ayam ras petelur menghabiskan 141 liter air/ 1.000 ekor. 4) Panen Hasil utama dari budidaya ayam petelur adalah berupa telur dipanen 1 kali dalam sehari dengan kapasitas produksi rata-rata per hari yaitu 80% dari jumlah 1.000 ekor ayam. Responden setiap harinya dapat menghasilkan telur sebanyak 800 butir lebih atau sama dengan 40 kg. Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 6

Selain telur hasil tambahan dari usaha ternak ayam ras petelur adalah ayam afkir, ayam afkir yang dihasilkan pada satu periode produksi untuk skala 1.000 ekor adalah sekitar 95% atau 950 ekor, sehingga angka kematian ayam ras petelur sedikit apabila dibandingkan dengan ayam ras pedaging. Pada umur 2,5 tahun rata rata ayam rafkir mencapai berat 2kg/ekor dengan harga per kilogram sebesar Rp 15.000,- Analisis Kelayakan Modal tetap Modal tetap adalah modal yang tahan lama atau secara berangsur angsur habis turut serta dalam proses produksi. Modal tetap meliputi kandang, peralatan dan PBB. Modal tetap untuk usaha ternak ayam ras petelur untuk satu kali periode produksi sebesar Rp 66.000.000. Untuk lebih lengkapnya mengenai analisis biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Modal Tetap Usaha Ternak Ayam Ras Petelur per Satu kali Poeriode Produksi ( Skala Usaha 1.000 Ekor ) No Uraian Unit Satuan Harga Per Unit (Rp) Jumlah 1 Kandang 1 Unit 56.000.000 56.000.000 2 Tempat Minum 128 Meter 6.250 800.000 3 Tempat Makan 128 meter 12.500 1.600.000 4 Ember plastik 6 Buah 10.000 60.000 5 Selang 1 Rol 150.000 150.000 6 Drum plastik 3 Unit 130.000 390.000 7 PBB 2,5 Tahun 240.000 Total 66.00.0 Modal Lancar Modal lancar adalah modal yang habis dalam satu kali berputar dalam proses produksi, dan proses perputarannya dalam jangka waktu yang pendek, terdiri dari : Bibit ayam siap produksi, pakan, tenaga kerja (HKO), listrik, obat - obatan dan vitamin. Aktva lancar yang dikeluarkan dalam usaha ayam ras petelur untuk satu kali periode produksi sebesar Rp 565.659.940,-. Untuk lebih lengkapnya mengenai analisis biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Modal Lancar Usaha Ternak Ayam Ras Pertelur Satu Kali Periode Produksi Produksi ( Skala Usaha 1.000 Ekor ) Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 7

No Uraian Unit Satuan Harga / Unit (Rp) Jumlah (Rp) Persentase (%) 1 Pakan 108,000 Kg 4,500 486,000,000 85.92 2 Bibit ayam siap bertelur 1,000 Ekor 65,000 65,000,000 11.49 3 Tenaga Kerja 2,5 Tahun 15000/HKO 13,500,000 2.39 4 Listrik 2,5 Tahun 19,998 559,940 0.10 5 Obat - obatan 30 Unit 10,000 300,000 0.05 6 Vitamin 30 Unit 10,000 300,000 0.05 Total 565,659,940 100 Modal Modal merupakan biaya keseluruhan atau jumlah dari modal tetap dan modal lancar untuk satu kali periode produksi. Berdasarkan hasil penelitian biaya total dalam usaha ternak ayam ras petelur sebesar Rp 631.659.940,00 untuk satu satu kali periode produksi Modal = Total Modal Tetap + Total Modal Lancar Modal = Rp 66.000.000,00 + Rp 565.659.940,00 Modal = Rp 631.659.940,00 Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara hasil produksi dengan harga jual. Penerimaan yang diperoleh dari usaha ternak ayam ras petelur yaitu dari penjualan telur sebesar Rp 687.534.410,46 untuk satu kali periode produksi Penerimaan = Y. Py Keterangan: Y = Total hasil produksi ( kg ) Py = Harga Produksi ( Rp/kg ) Telur = 41.189,65 kg x Rp 16.000,00/ kg = Rp 659.034.410,46 Ayam afkir = 1.900 kg x Rp 15.000,00/ kg = Rp 28.500.000,00 Telur + Ayam afkir = Rp 659.034.410,00 + Rp 28.500.000 = Rp 687.534.410,46 Laba Laba atau pendapatan usaha ternak ayam ras petelur merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total usaha ternak ayam ras petelur. Pendapatan usaha ternak ayam ras petelur sebesar Rp 55.874.470,46 untuk satu kali periode produksi Laba = Penerimaan Modal Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 8

Laba = Rp 687.534.410,46 - Rp 631.659.940,00 = Rp 55.874.470,46 Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukan perbandingan antara laba dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Cara menilai rentabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam, tergantung pada laba dan modal yang akan diperbandingkan, dengan demikian maka tidak mengherankan jika setiap perusahaan dalam perhitungan rentabilitasnya berbeda-beda. Yang terpenting ialah rentabilitas mana yang akan digunakan sebagai alat pengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan yang bersangkutan. R = Keterangan : L = Jumlah laba yang diperoleh selama perode tertentu M = Modal yang digunakan untuk menghasilkan laba R = Rp 55.874.470,46 x 100 % Rp 631.659.940,00 R = 8.85% Nilai rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur sebesar 8.85 persen, artinya kemampuan modal yang dikeluarkan dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk menghasilkan laba sebesar 8.85 persen. Lampiran 6. Sedangkan menurut hasil penelitian Sumanto dan E. Juarini (2007) tentang analisis usaha ternak itik petelur. Dengan skala usaha yang sama memperoleh nilai rentabilitas sebesar 7,79 persen. Untuk lebih jelas mengenai analisis rentabilitas usaha ternak itik petelur dapat dilihat pada Tabel dibawah. Tabel 3. Analisis Finansial Usaha Itik Di Peternak Dalam Rangka Menunjang Penyediaan Protein Hewani Di Bali (Oleh SUMANTO dan E. JUARINI dalam rangka Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007 Balai Penelitian Ternak, Bogor) Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 9

Tabel 2. Analisis usaha budidaya itik petelur di Bali Uraian (Rp) Modal Itik siap telur 45.000.000,00 Pakan 110.514.603,56 Kandang 39.807.000,00 Tenaga kerja 8.754.956,78 Lain-lain 6.856.780,00 Total Modal 210.933.340,34 Penerimaan Penjualan telur 224.220.500,00 Itik afkir (mortalitas 5%) 28.500.000,00 Total Penerimaan 252.720.500,00 Laba 41.787.159,66 Rentabilitas 7,79 Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2007. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai rentabilitas untuk usaha ternak ayam ras petelur nilainya lebih besar dari usaha ternak itik petelur dengan selisih 1,06 persen. Usaha ternak ayam ras petelur lebih menguntungkan dari pada usaha ternak itik petelur apabila ditinjau dari nilai rentabilitas yang diperoleh, sehingga usaha ternak ayam ras petelur layak untuk diusahakan. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Total biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk satu kali periode produksi adalah sebesar Rp 631.659.940,00 dengan laba yang diterima untuk satu kali periode produksi adalah sebesar Rp 55.874.470,46. 2) Nilai rentabilitas usaha ternak ayam ras petelur sebesar 8,85 persen, artinya kemampuan modal yang diusahakan dalam usaha ternak ayam ras petelur untuk menghasilkan laba sebesar 8,85 persen. Sehingga usaha ternak ayam ras petelur layak untuk diusahakan. SARAN Saran dari hasil penelitian dan pembahasan kelayakan usaha ayam ternak ras petelur adalah : Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 10

1) Usaha ternak ayam ras petelur untuk jangka waktu kedepan harus dapat dikembangkan dalam skala yang lebih besar dengan cara penambahan modal, karena kapasitas ayam ras petelur yang tersedia saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan telur ayam khususnya untuk pasar Cineam. 2) Perlu adanya pemberian pakan alternatif sebagai pengganti pakan utama agar bisa mengefisienkan biaya operasional pemeliharaan ayam ras petelur yang pada akhirnya dapat meningkatkan nilai rentabilitas yang diperoleh. 3) Peternak harus dapat menjaga kesehatan ternak ayam ras petelurnya sehingga mampu mempertahankan produksi dan memenuhi kebutuhan konsumen. Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 11

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z. 2003. Meningkatkan Produktivitas Ayam Ras Petelur. Agromedia Pustaka. Jakarta. Bahar, Zul Amry. 2006. Strategi Pengembangan Peternakan Dalam Rangka Meningkatkan Peran Subsektor Peterinakan di Kabupaten Bengkalis. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor Bambang Riyanto. 1995. Dasar - Dasar Pembelajaan Perusahaan. BPFE. Yogyakarta. Bustanul Arifin. Jakarta. 2003. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Kompas Media Nusantara. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya, 2011. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka Tahun 2010-2011. Kabupaten Tasikmalaya. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial ( LP3ES). Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI-Press. Jakarta. Sudarmono. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius. Yogyakarta. Suharsimi, Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Penelitian. Bandung: Rineka cipta. Sumanto dan E. Juarini. 2007. Analisis Finansial Usaha Itik Di Peternak Dalam Rangka Menunjang Penyediaan Protein Hewani Di Bali. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor. Rio Aditia Nugraha FAPERTA Agribisnis UNSIL Tasikmalaya 12