Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH ANNEALING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PAHAT HSS DENGAN UNSUR PADUAN UTAMA CROM

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ARI BUDIANTO N I M : D

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO

KARAKTERISASI BAJA CHASIS MOBlL SMK (SANG SURYA) SEBELUM DAN SESUDAH PROSES QUENCHING

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

BAB II KERANGKA TEORI

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

ANALISIS PROSES TEMPERING PADA BAJA DENGAN KANDUNGAN KARBON 0,46% HASILSPRAY QUENCH

STUDI PEMBUATAN BESI COR MAMPU TEMPA UNTUK PRODUK SAMBUNGAN PIPA

NASKAH PUBLIKASI STUDI METALOGRAFI PENGARUH ARUS DAN HOLDING TIME PADA PENGELASAN SPOT WELDING MATERIAL STAINLESS STEEL

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

ANALISA PENGARUH TEMPERATUR PADA PROSES TEMPERING TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 4340

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PROSES NORMALIZING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN KEKERASAN PADA PERMUKAAN BUSHING DENGAN HEAT TREATMENT METODE KONVENSIONAL

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROSES QUENCHING DAN TEMPERING PADA SCMnCr2 UNTUK MEMENUHI STANDAR JIS G 5111

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBONISASI DENGAN BAHAN ARANG KAYU BK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PERBANDINGAN GAS NITROGEN DAN LPG PADA PROSES NITROKARBURISING DALAM REAKTOR FLUIDIZED BED TERHADAP SIFAT MEKANIS BAJA KARBON RENDAH

BAB IV DATA DAN ANALISA

Ir. Hari Subiyanto, MSc

PENGARUH ANNEALING TERHADAP LAS MIG DENGAN GAS PELINDUNG CO2 (100%) TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO DAN MAKRO PADA BAJA STAM 390 G

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

03/01/1438 KLASIFIKASI DAN KEGUNAAN BAJA KLASIFIKASI BAJA 1) BAJA PEGAS. Baja yang mempunyai kekerasan tinggi sebagai sifat utamanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun : YOGI KUNCORO NIM : D

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

ANALISA PROSES SPRAY QUENCHING PADA PLAT BAJA KARBON SEDANG

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

PENGUJIAN SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PISAU HAMMER MILL PADA MESIN PENGGILING JAGUNG PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA CABANG SEMARANG

PENGARUH KARBURISASI RODA GIGI SPROCKET ASPIRA DENGAN AHM TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA VELG MERK STOMP YANG MEMENUHI STANDART ASTM

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR TERHADAP KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KETANGGUHAN DENGAN PROSES HEAT TREATMENT PADA BAJA KARBON AISI 4140H

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

PENELITIAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA KARBON RENDAH AKIBAT PENGARUH PROSES PENGARBONAN DARI ARANG KAYU JATI

PENGARUH ANNEALING PADA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN SIFAT FISIS PADA PENGELASAN BAJA UNTUK CHASIS MOBIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TIN107 - Material Teknik #9 - Metal Alloys 1 METAL ALLOYS (1) TIN107 Material Teknik

Keywords : Schaeffler, DeLong, WRC-1992, dissimilar metal weld.

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

PENELITIAN PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN LOW TEMPERING

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Available online at Website

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Transkripsi:

PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo 1, Pramuko Ilmu Purboputro 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417 Email: pramukoip@ymail.com Abstrak Penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan sifat fisis dan sifat mekanis bahan logam yang dilas dengan variasi arus 100 ampere dan 250 ampere, dengan variasi pendinginan air dan udara. Metoda pengujian yang dilakukan adalah pemeriksaan komposisi kimia, photo struktur mikro, pengujian kekerasan dan pengujian impak. Hasil yang didapat adalah Dari hasil pengujian kekerasan Brinell, diperoleh hasil kekerasan rata rata pendinginan air, arus 100 Ampere, sebesar 315,6 Kg/mm 2 kemudian dengan pendinginan udara didapat harga kekerasan rata rata sebesar 118,1 Kg/mm 2 sedangkan untuk pendinginan air, arus 250 Ampere diperoleh harga kekerasan rata rata sebesar 298,6 Kg/mm 2 kemudian dengan pendinginan udara, arus 250 ampere, harga kekerasan rata rata sebesar 120,7 Kg/mm 2. Dari hasil pengujian Impak, diperoleh hasil impak rata rata pendinginan air, arus 100 Ampere adalah sebesar 1,100 J/mm 2 kemudian setelah mengalami proses pendinginan udara didapat harga impak rata rata sebesar 1,320 J/mm 2. sedangkan untuk mm 2 sedangkan untuk pendinginan air, arus 250 Ampere harga impak rata rata sebesar 1,038 J/mm 2 kemudian yang mengalami proses pendinginan udara harga impak rata rata sebesar 1,977 J/mm 2. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa material poros roda depan sepeda motor setelah mengalami proses annealing maka akan semakin ulet.untuk pengujian komposisi kimia dapat di ketahui bahwa sebelum dan sesudah mengalami pengelasan logam memiliki prosentase karbon ( C ) kadar karbon ( C ) = 0,224 % dan ( C ) = 0,223 %., sehingga material ini termasuk dalam golongan baja karbon rendah ( < 0,30 % C ), termasuk juga dalam kategori baja hypoeutectoid ( baja dengan kadar karbon < 0,8 % ). Kata kunci : pengelasan; variasi pendinginan; variasi arus; kekerasan; kekuatan impak Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangatberpengaruh terhadap perindustrian didalam negeri, salah satunya adalah industri dengan proses pengelasan. Setiap logam mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, seperti sifat-sifat fisis, sifat mekanis dan sifat kimia, maka diperlukan suatu penanganan khusus agar setiap elemen-elemen logam tersebut dapat digunakan sesuai yang diinginkan. (Zenellope,2009). Banyak sekali usaha produksi dan manufaktur pada bidang pengelasan. Pada struktur hasil pengelasan banyak tidak disadari bahwa akan terjadi tegangan sisa setelahnya. Tegangan sisa yang ekstrim akan menimbulkan perubahan bentuk permanen, bahkan akan menjadikan hasil penelasan menjadi retak. Meski banyak hasil pengelasan yang secara visual baik, namun belum tentu dengan adanya tegangan sisa. Tegangan sisa tidak bisa terlihat maupun terukur, Tegangan sisa bisa dilihat dengan cara menganalisis struktur mikro hasil las, dan tentu saja dengan cara merusaknya. Tegangan sisa adalah tegangan yang diakibatkan bukan karena beban beban : gaya, momen, torsi yang berasal dari luar. Tegangan sisa berasal dari dalam bahan itu sendiri. Hal ini bisa terjadi pada proses-proses laku dingin (cold working ), seperti: pengerolan, penempaan, ekstrusi dan sejenisnya, yang intinya ada material yang mengalami deformasi permanent, yang biasnya juga diikuti terjadinya perubahan stuktur mikronya. Tegangan sisa juga terjadi pada perlakuan panas (hot working), dimana terjadi thermal shock pada proses pendinginannya, atau penggabungan dua material yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan atau perubahan fasa. Pada laku panas tegangan sisa bisa terjadi pada pencelupan cepat ( quenching) atau transformasi bahan yang berubah saat terjadi pendinginan pada proses pengelasan. M-41

Perbedaan sifat fisis dan mekanis fasa logam, yang antara satu daerah dengan daerah sekitarnya, akan menimbulkan tegangan sisa. Pada pengelasan hal ini bisa terjadi pada daerah sekitar Heat Affected Zone ( HAZ) atau semua daerah las yang dilakukan pendinginan secara cepat, atau kecepatan pendinginan yang berbeda- beda anatara suatu daerah dengan daerah logam sekitarnya. Biasanya pada proses pengelasan operator sering tidak mempunyai pengetahuan cukup, dan hanya mengandalkan pengalaman lapangan. Untuk itu pembekalan ini saya pandang sangat perlu dilakukan untuk perbaikan kualitas hasil pengelasan yang ada di lapangan. Penggunaan logam baja seperti untuk poros, roda gigi, dan lain-lain, dalam proses permesinan akan berinteraksi dengan benda kerja lain sehingga menimbulkan tekanan dan gesekan (Sayid Kumar,2005). Jika interaksi terjadi secara terus menerus dan dalam jangka waktu tertentu, maka gesekan-gesekan itu akan menimbulkan keausan Pengelasan dengan menggunakan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) banyak digunakan untuk mengelas bahan stainless steel. Hal ini disebabkan gas tungsten akan mengusir oksigen yang akan menimbulkan oksida logam yang hasilnya sangat keras. Dengan GTAW, oksida logam tersebut dapat dihindari terbentuknya. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kandungan unsur setelah spesimen stainless steel dasar dan daerah HAZ. 2. Mengetahui pengaruh proses pengelasan daerah dasar dan HAZ pada pengelasan pendinginan udara dan air 3. Mengetahui pengaruh proses pengelasan terhadap kekerasan. 4. Mengetahui kekuatan impact sebelum dan setelah pengelasan. Tinjauan Pustaka dan Teori Tinjauan Pustaka Delvi Sukandar (2005) melalui penelitian pengaruh unsur Cr dengan variasi temperatur udara pada proses pengelasan baja AISI 304 prosentase 26,08 % Cr akan terbentuk karbida Cr dan fasa austenit, sehingga terbentuk fasa ferit tidak terbentuk. Ediyanto (1989) melakukan penelitian pengelasan baja AISI 304, diteruskan dengan pemanasan lanjut 600 o, 700 o, 800 o,900 o dan 1000 o C dengan hasil kekerasan akan meningkat pada suhu 900 o C dan akan menurun pada suhu 1000 o C. Chandra (2004) melakukan penelitian dengan melakukan proses Quenching baja AISI 304 yang mengandung 18,12 % C 8,7 % Ni dengan pemanasan austenisai 950 o C, menghasilkan kekerasan maksimal 207,5 HHV. Landasan Teori Secara umum baja karbon adalah baja dengan unsur utamanya ferro (Fe) dan unsur Carbon (C), dengan diikuti unsur-unsur tambahan lain yang tidak bisa dihindari, antara lain Si, Mn, P, S, dan Cu (Surdia dkk, 1985). Sifat-sifat baja karbon sangat kuat tergantung pada kadar karbonnya. Baja karbon rendah biasanya digunakan untuk kawat, baja propil, sekrup, ulir, dan baut. Baja karbon sedang biasanya digunakan untuk rel kereta api, poros, roda gigi, dan suku cadang yang berkekuatan dan kekerasan tinggi, sedangkan baja karbon tinggi biasanya digunakan untuk alat-alat perkakas seperti pisau potong, gurdi, tap dan bagianbagian yang harus tahan gesekan. (Surdia, T, 1999) Proses Pengelasan Pada Baja dan Teori Tegangan Sisa Tegangan pada teori mekanika teknik didefinisikan sebagai gaya dibagi dengan luas penampang. Satuan tegangan adalah Kgf/mm 2 atau N/mm 2. Tegangan pada struktur akan dibandingkan dengan kekuatan bahan. Tegangan dibedakan menjadi tegangan normal ( τ ) yang arahnya tegak lurus penampang dan tegangan geser ( σ ), yang arahnya sejajar pen ampang Adanya tegangan sisa pada suatu struktur bisa jadi akan merugikan struktur tersebut, apabila beban mekanik yang diterapkan dari luar, mengakibatkan tegangan yang searah atau sekuantitas dengan tegangan sisa yang terdapat pada material struktur tersebut. Tegangan yang bersifat menekan penampang, diberi tanda negative (-) dan tegangan yang sifatnya menarik penampang diberi tanda positif (+). Tegangan sisa adalah tegangan yang diakibatkan bukan karena beban beban : gaya, momen, torsi yang berasal dari luar. Tegangan sisa berasal dari dalam bahan itu sendiri. Hal ini bisa terjadi pada proses-proses laku dingin (cold working ), seperti: pengerolan, penempaan, ekstrusi dan sejenisnya, yang intinya ada material yang mengalami deformasi permanent, yang biasnya juga diikuti terjadinya perubahan stuktur mikronya. Tegangan sisa juga terjadi pada perlakuan panas (hot working), dimana terjadi thermal shock pada proses pendinginannya, atau penggabungan dua material yang berbeda, sehingga terjadi perbedaan atau perubahan fasa. Pada laku panas tegangan sisa bisa terjadi pada pencelupan cepat ( quenching) atau transformasi bahan yang berubah saat terjadi pendinginan pada proses pengelasan. M-42

Perbedaan sifat fisis dan mekanis fasa logam, yang antara satu daerah dengan daerah sekitarnya, akan menimbulkan tegangan sisa. Pada pengelasan hal ini bisa terjadi pada daerah sekitar Heat Affected Zone ( HAZ) atau semua daerah las yang dilakukan pendinginan secara cepat, atau kecepatan pendinginan yang berbeda- beda anatara suatu daerah dengan daerah logam sekitarnya. Pengelasan dengan menggunakan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) banyak digunakan untuk mengelas bahan stainless steel. Hal ini disebabkan gas tungsten akan mengusir oksigen yang akan menimbulkan oksida logam yang hasilnya sangat keras. Dengan GTAW, oksida logam tersebut dapat dihindari terbentuknya.. METODOLOGI PENELITIAN Studi Pustaka Penyiapan Specimen baja karbaja Tahan Karat AISI 304 Pengelasan GTAW pendingin Pengelasan GTAW pendingin udara air Arus Listrik Pengelasan 100 A Arus Listrik Pengelasan 250 A Uji Komposisi Kimia Uji Impak Uji kekerasan vickers Uji struktur mikro Logam Induk Daerah HAZ Analisa Kesimpulan Gambar 1. Diagram Alir Penelitian M-43

Hasil Penelitian Hasil dari pemotretan uji struktur mikro dapat dilihat pada gambar 2 5. Bainit 50 μm Ferit Gambar 2. Foto struktur mikro pendinginan air, arus 100 A, pembesaran 200 X. Perlit 50 μm Ferit Gambar 3. Foto struktur mikro pendinginan udara, arus 100 A pembesaran 200 X. Bainit 50 μm Ferit Gambar 4. Foto struktur mikro pendinginan air, arus 250 A, pembesaran 200 X. M-44

Perlit 50 μm Ferit Gambar 5. Foto struktur mikro pendinginan udara, arus 100 A pembesaran 200 X. Data Hasil Pengujian Kekerasan Tabel 1. Hasil pengujian kekerasan Brinell las pendinginan air, arus 100 A. Posis Titik d Kekarasan (BHN) 1 Acak 0,86 313,1 2 Acak 0,85 320,7 3 Acak 0,86 313,1 BHN rata rata ( kg/mm 2 ) 315,6 Tabel 2. Hasil pengujian kekerasan Brinell las pendinginan udara, arus 100 Ampere. Posisi Titik d Kekarasan (BHN) BHN rata rata ( kg/mm 2 ) 1 Acak 1,37 116,9 2 Acak 1,36 118,7 3 Acak 1,36 118,7 118,1 Tabel 3. Hasil pengujian kekerasan Brinell las pendinginan air, arus 250 A, Posisi Titik d Kekerasan (BHN) 1 Acak 0,88 298,6 2 Acak 0,88 298,6 3 Acak 0,88 298,6 BHN rata rata ( kg/mm 2 ) 298,6 Tabel 4. Hasil pengujian kekerasan Brinell las pendinginan udara,, arus 250 A. Posisi Titik d Kekerasan (BHN) 1 Acak 1,35 120,7 2 Acak 1,35 120,7 3 Acak 1,35 120,7 BHN rata rata ( kg/mm 2 ) 120,7 M-45

( BHN ) 350 315.6 300 250 200 150 100 50 0 Harga kekerasan rata - rata 298.6 118.1 120.7 Variasi Pendinginan dan arus listrik Pendinginan air,100a Pendinginan udara,250a Pendinginan udara,100a Pendinginan udara 250A Gambar 6 Histrogram perbandingan kekerasan rata rata pengelasan dengan pendinginan dan arus yang bervariasi. Data Hasil pengujian Impak Tabel 5. Hasil pengujian kekerasan Impak las pendinginan air, arus 100 A. Sudut α ( 0 ) Energi Terpasang Sudut β ( 0 ) Energi Terserap Luas ( mm 2 ) H. Impak ( J/mm 2 ) 1 151 300 139,5 18,3 18,0 1,015 2 151 300 137,5 22,0 18,0 1,221 3 151 300 139,0 19,2 18,0 1,066 Harga Impak rata - rata 1,100 Tabel 6. Hasil pengujian kekerasan Impak las pendinginan udara, arus 100 A.. Sudut Energi Terpasang Sudut Energi Terserap Luas Harga α ( 0 ) β ( 0 ) Impak 2 1 151 300 139,0 19,2 15,0 1,279 2 151 300 139,0 19,2 15,0 1,279 3 151 300 138,0 21,0 15,0 1,402 Harga Impak rata - rata 1,320 M-46

Sudut α ( 0 ) Tabel 7. Hasil pengujian Impak las pendinginan air, arus 250 A. Energi Terpasang Sudut β ( 0 ) Energi Terserap Luas Harga Impak ( J/mm 2 ) 1 151 300 134,0 28,8 18,0 1,600 2 151 300 141,5 14,7 20,0 0,736 3 151 300 141,0 15,6 20,0 0,780 Harga Impak rata - rata 1,038 Sudut α ( 0 ) Tabel 8. Hasil pengujian Impak las pendinginan udara, arus 250 A. Energi Terpasang Sudut β ( 0 ) Energi Terserap Luas Harga Impak ( J/mm 2 ) 1 151 300 137,5 22,0 17,4 1,263 2 151 300 136,5 23,9 12,0 1,990 3 151 300 135,0 26,8 10,0 2,680 Harga Impak rata - rata 1,977 2.5 2 Harga Impak rata - rata 1.977 J/mm 2 1.5 1.100 1 1.320 1.038 0.5 0 Variasi pendinginan dan arus Pendinginan air,100a Pendinginan Air, 250 A Pendinginan Udara 100A Pendinginan Udara 250 A Gambar 7 Histrogram perbandingan harga Impak pengelasan dengan variasi pendinginan dan variasi arus. M-47

Tabel 8. Hasil pengujian Komposisi Kimia Unsur Kimia Prosentase ( % ) Bahan Awal Setelah di las Fe 98,21 98,20 Si 0,141 0,139 V < 0,00 < 0,00 C 0,224 0,223 Cu 0,062 0,065 Ti 0,03 0,04 Nb 0,01 0,01 Mn 0,803 0,801 Ni 0,217 0,215 Al 0,003 0,005 P 0,014 0,015 Cr 0,175 0,174 S 0,011 0,016 Mo 0,043 0,043 W 0,05 0,05 Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan analisa data yang diperoleh Selama penelitian pengelasan ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan pengamatan struktur mikro, dari hasil pemotretan dengan menggunakan pembesaran 200 X maka di dapatkan pada bahan sebelum dan sesudah dilakukan pengelasan didominasi fasa Bainit dan Ferit serta memiliki butiran butiran yang halus. Dengan adanya Bainit menyebabkan benda memiliki kekerasan yang tinggi. 2. Dari hasil pengujian kekerasan Brinell, diperoleh hasil kekerasan rata rata pendinginan air, arus 100 Ampere, sebesar 315,6 Kg/mm 2 kemudian dengan pendinginan udara didapat harga kekerasan rata rata sebesar 118,1 Kg/mm 2 sedangkan untuk pendinginan air, arus 250 Ampere diperoleh harga kekerasan rata rata sebesar 298,6 Kg/mm 2 kemudian dengan pendinginan udara, arus 250 ampere, harga kekerasan rata rata sebesar 120,7 Kg/mm 2. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa material pada pendinginan udara maka kekerasannya akan berkurang. 3. Dari hasil pengujian Impak, diperoleh hasil impak rata rata pendinginan air, arus 100 Ampere adalah sebesar 1,100 J/mm 2 kemudian setelah mengalami proses pendinginan udara didapat harga impak rata rata sebesar 1,320 J/mm 2. sedangkan untuk mm 2 sedangkan untuk pendinginan air, arus 250 Ampere harga impak rata rata sebesar 1,038 J/mm 2 kemudian yang mengalami proses pendinginan udara harga impak rata rata sebesar 1,977 J/mm 2. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa material poros roda depan sepeda motor setelah mengalami proses annealing maka akan semakin ulet. 4. Untuk pengujian komposisi kimia dapat di ketahui bahwa sebelum dan sesudah mengalami pengelasan logam memiliki prosentase karbon ( C ) kadar karbon ( C ) = 0,224 % dan ( C ) = 0,223 %. Sehinga material ini termasuk dalam golongan baja karbon rendah ( < 0,30 % C ),termasuk juga dalam kategori baja hypoeutectoid ( baja dengan kadar karbon < 0,8 % ). DAFTAR PUSTAKA Dieter, George E.; Djaprie, Sriati; 1993, Metalurgi Mekanik, Edisi ke-3, PT. Erlangga, Jakarta Parish, G., 2003, Microstructure and Properties, ASM International Publication. Surdia, T. ; Saito, S., 1999, Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1958, ASM Hand Book Comitte Metallography and Microstructures, American Society for Metal Zenellope, 2009, Industrial Heating Treatment,BNP Publishing. M-48